Nokia Essential Wireless Headphones Diumumkan, Minimalis dengan Baterai yang Awet di Harga Satu Jutaan

HMD Global terus memperluas portofolio Nokia di ranah audio. Setelah menyingkap TWS baru dan speaker Bluetooth berukuran mini pada bulan September lalu, HMD kini memperkenalkan Nokia Essential Wireless Headphones, headphone jenis over-ear dengan desain yang minimalis dan daya tahan baterai yang sangat awet.

Sebelumnya, perangkat ini sudah hadir lebih dulu tapi khusus di pasar Tiongkok, dan sekarang HMD siap membawanya ke pasar global. Secara estetika, desainnya kelihatan sangat simpel sekaligus elegan. Bantalan yang tebal di bagian telinga dan kepala merupakan jaminan akan kenyamanannya, ditambah lagi bobotnya yang sangat ringan di angka 197 gram.

Supaya tetap terasa kokoh, HMD tidak lupa menambahkan material aluminium pada rangka terluar perangkat. Saat sedang tidak digunakan, perangkat juga dapat dilipat sehingga mudah dibawa-bawa.

Nokia Essential Wireless Headphones

Di balik masing-masing earcup-nya, tertanam unit dynamic driver berdiameter 40 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Kalau berdasarkan penjelasan HMD sendiri, sepertinya driver ini di-tune agar lebih fokus ke bass, cukup wajar mengingat ini memang yang diinginkan oleh sebagian besar konsumen.

Urusan konektivitas, headphone ini sudah mengandalkan Bluetooth versi 5.0. Tentu saja pengguna juga dapat memakainya untuk berinteraksi dengan Google Assistant atau Siri via perintah suara. Pengoperasiannya sendiri mengandalkan beberapa tombol yang ditambatkan ke bagian pinggir earcup sebelah kanan.

Nokia Essential Wireless Headphones

Namun yang paling mengesankan dari headphone ini adalah daya tahan baterainya. Dalam sekalian pengisian, ia sanggup memutar musik sampai 40 jam nonstop. Sayang sekali charging-nya masih mengandalkan sambungan micro USB, dan lama waktu pengisiannya diperkirakan mencapai tiga jam. Andai diperlukan, perangkat masih bisa digunakan selagi tersambung via kabel audio 3,5 mm standar.

Nokia Essential Wireless Headphones dijadwalkan hadir di pasaran mulai bulan November ini juga dengan harga 59 euro, atau kurang lebih sekitar 1 jutaan rupiah. Belum diketahui apakah HMD juga berniat membawanya ke Indonesia, akan tetapi baru-baru ini mereka sudah menghadirkan TWS barunya di sini.

Sumber: HMD Global.

Audio-Technica Luncurkan Versi Wireless dari Headphone Terlarisnya, ATH-M50xBT

Nama Audio-Technica sudah pasti tidak asing lagi di telinga para audiophile, apalagi kalau yang dibicarakan adalah headphone ATH-M50 yang legendaris. Bersama suksesornya, ATH-M50x, headphone ini kerap nongol di daftar headphone terbaik dari berbagai publikasi, serta banyak dianggap sebagai pilihan awal yang tepat untuk memulai ‘petualangan’ seorang audiophile.

Tidak terasa sudah 11 tahun lewat sejak ATH-M50 pertama diluncurkan. Zaman jelas sudah berubah, dan eksistensinya mulai terasa kurang relevan seiring bertambah banyaknya smartphone yang tak dibekali jack headphone. Singkat cerita, sudah waktunya ATH-M50 dipermak sesuai standar 2018.

Audio-Technica ATH-M50xBT

Standar yang saya maksud mengacu pada konektivitas wireless. Hasilnya adalah ATH-M50xBT, dengan embel-embel “BT” sebagai indikasi konektivitas Bluetooth 5.0 yang diusungnya. Sebuah kabel masih disertakan dalam paket penjualannya, tapi itu sepertinya bakal jarang digunakan mengingat baterai headphone ini bisa tahan sampai 40 jam nonstop.

Audio-Technica sengaja tidak mengutik desain pendahulunya yang ikonis kecuali menambahkan sejumlah tombol kontrol di earcup sebelah kiri. Earcup kirinya ini juga bisa disentuh selama dua detik untuk memanggil Siri atau Google Assistant pada smartphone yang tersambung.

Audio-Technica ATH-M50xBT

Dimensi earcup-nya tidak berubah, tetap besar dan bisa membungkus telinga dengan baik. Saat sedang tidak dipakai, earcup-nya bisa ditekuk ke arah dalam headband seperti ATH-M50x agar mudah dibawa-bawa, apalagi mengingat bobotnya hanya berkisar 310 gram saja.

Selain mengusung desain yang sama, performanya pun juga diklaim identik, dengan bekal driver 45 mm pada masing-masing earcup-nya. Demi memaksimalkan kualitas suara selama bekerja secara wireless, ATH-M50xBT turut dilengkapi dukungan codec aptX maupun AAC – sayang tidak ada aptX HD.

Audio-Technica ATH-M50xBT

Secara keseluruhan, Audio-Technica ATH-M50xBT tidak lebih dari sebatas ATH-M50x yang dipotong kabelnya dan dijejali baterai beserta chip Bluetooth. Di Amerika Serikat, ia sudah dipasarkan seharga $199.

Sumber: Audio-Technica via Digital Trends.

Beyerdynamic Lagoon ANC Siap Ramaikan Pasar Headphone Wireless Noise Cancelling

Sony WH–1000XM3 bukan satu-satunya calon penantang kuat Bose di segmen headphone wireless berteknologi noise cancelling yang menjalani debutnya di ajang IFA tahun ini. Produsen perangkat audio tertua di dunia, Beyerdynamic, rupanya juga memperkenalkan calon rival yang sepadan, yakni Lagoon ANC.

ANC, seperti yang kita tahu, adalah singkatan dari Active Noise Cancelling, di mana pemblokiran suara dilakukan secara sengaja dengan mengolah suara yang masuk dari mikrofon. Untuk Lagoon ANC, Beyerdynamic rupanya telah menerapkan sistem hybrid, di mana mikrofon yang bertugas menangkap suara untuk dieliminasi tak hanya ditempatkan di bagian luar saja, tapi juga di dalam masing-masing earcup.

Soal performa, Beyerdynamic belum merincikan unit driver yang digunakan headphone tipe over-ear ini seperti apa, tapi yang pasti respon frekuensinya berada di rentang 10 – 30.000 Hz. Dari catatan spesifikasinya pun kita juga bisa menduga kalau dimensi headphone ini masuk kategori cukup ringkas, mengingat bobotnya tercatat hanya 280 gram saja.

Beyerdynamic Lagoon ANC

Desainnya boleh dibilang sederhana, tapi masih kelihatan cukup premium. Pada earcup sebelah kanannya, kita bisa melihat kehadiran panel sentuh yang mendukung beragam gesture untuk mengoperasikan headphone, termasuk gesture untuk memanggil Google Assistant maupun Siri. Lagoon turut dilengkapi sensor yang akan mendeteksi apabila pengguna melepas headphone, lalu menghentikan musik secara otomatis, begitu juga sebaliknya, memutarnya kembali saat headphone dikenakan.

Namun atribut terunik Lagoon adalah sistem pencahayaan di bagian dalam kedua earcup-nya. Lho kok di dalam? Ya, sebab fungsinya sama sekali bukan untuk gaya-gayaan, melainkan untuk menjadi indikator buat pengguna. Contoh, saat headphone dinyalakan, lampu di earcup sebelah kiri akan menyala biru, sedangkan kanan menyala merah, demi memudahkan pengguna membedakan antara keduanya.

Contoh selanjutnya, saat menunggu untuk di-pair, lampunya akan berpenjar dalam warna biru dan berpindah dari satu earcup ke yang lain. Begitu berhasil tersambungkan dan siap digunakan, warnanya pun berganti menjadi oranye. Terakhir, ketika baterainya hampir habis, lampunya bakal menyala merah. Sekali lagi jangan samakan ini dengan sistem pencahayaan RGB, sebab fungsinya benar-benar berbeda.

Beyerdynamic Lagoon ANC

Bicara soal baterai, Lagoon ANC menjanjikan daya tahan sampai 24 jam dalam posisi noise cancelling aktif. Kalau dinonaktifkan, baterainya malah bisa bertahan hingga 46 jam pemakaian – sangat lama untuk ukuran headphone Bluetooth. Untuk charging, Lagoon telah memakai sambungan USB-C, sama seperti Sony WH–1000XM3.

Rencananya, Beyerdynamic Lagoon ANC akan dipasarkan mulai kuartal keempat tahun ini seharga 399 euro (± 6,9 juta). Varian warna yang bakal ditawarkan ada dua: kombinasi hitam dan biru, serta kombinasi abu-abu dan cokelat.

Sumber: Beyerdynamic dan The Verge.

Audeze Luncurkan Versi Closed-Back dari Headphone Terlarisnya

Ada tren baru yang mulai meningkat popularitasnya di segmen headphone premium belakangan ini: headphone yang tadinya berjenis open-backed dibuatkan versi tertutupnya (closed-back). Tren ini dimulai oleh Sennheiser lewat HD 820, yang merupakan versi closed-back dari HD 800, dan sekarang pabrikan lain pun mulai menyusul, salah satunya Audeze.

Produsen headphone yang dikenal akan teknologi planar magnetic-nya itu baru saja memperkenalkan Audeze LCD2 Closed-Back. Dari namanya saja sudah kelihatan bahwa ini merupakan versi berdesain tertutup dari LCD-2, salah satu headphone besutan Audeze yang paling banyak menuai pujian, meski bukan yang paling mahal.

Mengapa harus ada versi tertutup dari headphone yang pertama dirilis di tahun 2009? Well, seperti yang kita tahu, headphone jenis open-backed biasanya memang sangat bagus kualitas suaranya, tapi jangan harap Anda bisa menikmatinya dengan baik kalau tidak sedang berada di kamar seorang diri, sebab earcup yang terbuka berarti suara dari luar bakal terdengar sangat jelas.

Audeze LCD2 Closed-Back

Dibandingkan LCD-2, desain LCD2 Closed-Back tergolong cukup identik, terutama di bagian atas yang diwakili oleh headband bertipe suspensi. Yang sangat berbeda adalah di bagian earcup: LCD-2 pipih dengan sejumlah lubang pada permukaan luarnya, sedangkan LCD2 Closed-Back cembung dan tersegel luarnya.

Pendekatan yang diambil Audeze ini berbeda dari Sennheiser, di mana HD 820 berhasil mempertahankan desain khas dari HD 800 berkat penggunaan kaca Gorilla Glass yang melengkung. Audeze mungkin bisa dikatakan tidak seniat itu, tapi toh yang paling penting adalah bagaimana performanya bisa dipertahankan secara maksimal.

Audeze memastikan bahwa LCD2 Closed-Back sanggup menyuguhkan kualitas suara yang sama superiornya dengan LCD-2. Soundstage-nya mungkin berkurang karena desain tertutupnya, tapi sebagai gantinya, suara jadi tidak bocor ke mana-mana, dan suara luar pun juga bisa diredam dengan baik. Desain closed-back semestinya juga bisa menyajikan dentuman bass yang lebih mantap.

Soal harga, LCD2 Closed-Back rupanya tidak lebih mahal ketimbang LCD-2. Dengan banderol $900, ia pun berada tepat di tengah-tengah LCD2 Classic dan LCD-2. Kasusnya sangat berbeda di kubu Sennheiser, di mana HD 820 dihargai jauh lebih mahal ketimbang versi open-backed-nya (HD 800 dan HD 800 S).

Sumber: Digital Trends.

On-Ear atau Over-Ear? Master & Dynamic MW50+ Tawarkan Keduanya dalam Satu Kemasan

Anggap semua headphone yang dijual adalah wireless, maka ketika hendak membeli, Anda tinggal menentukan mau yang bertipe over-ear atau on-ear. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri: tipe over-ear yang membungkus telinga secara menyeluruh sering kali lebih nyaman dipakai untuk durasi yang lama, sedangkan tipe on-ear yang hanya menempel di telinga lebih superior soal portabilitas.

Ketimbang membiarkan konsumennya bingung memilih, Master & Dynamic sudah menyiapkan solusi yang sangat menarik, yakni sebuah headphone wireless bertipe siluman. Siluman maksudnya ia bisa berganti model (over-ear atau on-ear) kapan saja penggunanya mau berkat bantalan telinga yang bisa dilepas-pasang dengan mudah.

Keduanya adalah headphone yang sama, hanya diganti bantalan telinganya saja / Master & Dynamic
Keduanya adalah headphone yang sama, hanya diganti bantalan telinganya saja / Master & Dynamic

Headphone bernama Master & Dynamic MW50+ ini sejatinya merupakan penerus langsung dari MW50 yang dirilis di tahun 2016. Desainnya nyaris sama persis, namun seperti yang saya bilang tadi, bantalan telinga yang tersedia ada dua jenis: satu besar yang membungkus telinga, dan satu kecil yang menempel di telinga.

Melepas dan mengganti satu tipe bantalan dengan yang lainnya begitu mudah, tanpa sekrup maupun perekat yang menyusahkan. Masing-masing bantalannya pun diisi dengan material memory foam yang empuk, serta dibalut bahan kulit yang lembut dan premium. Saat sedang tidak digunakan, earcup-nya bisa dilipat mendatar sehingga perangkat dapat disimpan dalam pouch dengan mudah.

Master & Dynamic MW50+

Di balik setiap earcup-nya tertanam driver 40 mm dengan komponen diafragma yang terbuat dari bahan Beryllium. Tingkat impedansi yang rendah (32 ohm) berarti ia bisa dipakai bersama smartphone tanpa bantuan amplifier eksternal, dan respon frekuensinya pun sangat luas di angka 5 – 30.000 Hz.

Koneksinya mengandalkan Bluetooth 4.1, atau bisa juga menggunakan kabel 3,5 mm standar jika perlu. Dalam satu kali pengisian, baterainya diyakini bisa bertahan sampai 16 jam nonstop, dan charging-nya pun sudah menggunakan kabel USB-C. Pengoperasiannya sendiri mengandalkan sejumlah tombol dan tuas yang terdapat di sisi bawah earcup.

Master & Dynamic MW50+

Menariknya, dengan harga $399, banderol MW50+ lebih murah dari pendahulunya saat pertama kali diluncurkan. Paket penjualannya pun sangat lengkap, mencakup case berbahan kulit untuk salah satu tipe bantalan telinga yang sedang tidak dipakai serta case untuk kabel. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: full-hitam, silver dengan aksen hitam, dan silver dengan aksen cokelat.

Sumber: Master & Dynamic via Digital Trends.

Audeze Luncurkan Versi Lebih Terjangkau dari Headphone Planar Magnetic Andalannya

Kecuali Anda seorang audiophile, atau setidaknya mengikuti perkembangan perangkat audio, spesifiknya headphone, Anda mungkin tidak mengenal nama Audeze. Brand asal Amerika Serikat membangun reputasinya lewat deretan headphone berteknologi planar magnetic yang superior dalam hal reproduksi bass dan suara minim distorsi.

Namun menciptakan suatu headphone yang sempurna adalah hal yang hampir mustahil. Bagi Audeze, kelemahan lini headphone-nya ada dua: dimensi fisiknya sangat besar dan harganya kelewat mahal. Mendekati akhir tahun 2017 ini, Audeze sepertinya ingin membenahi kelemahan kedua tersebut.

Maka diperkenalkanlah Audeze LCD2 CLassic. Mereka yang familier dengan Audeze pasti tahu kalau headphone baru ini merupakan varian alternatif dari Audeze LCD-2 yang legendaris dan masih diyakini sebagai headphone terbaik yang pernah Audeze buat. Lewat LCD2 Classic, Audeze sejatinya ingin menjadikan kehebatan LCD-2 lebih mudah diakses.

Kalau LCD-2 dibanderol sekitar $1.000, maka LCD2 Classic dipatok $800 ‘saja’ – Anda bahkan bisa mendapatkannya seharga $600 kalau melakukan pre-order. Spesifikasi, kualitas dan karakteristik suaranya dipastikan sama persis dengan LCD-2. Yang membedakan LCD2 Classic hanyalah tidak ada lapisan kayu premium pada earcup-nya, dan label “handcrafted in the USA” yang absen.

Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah desain headband-nya yang mengadopsi sistem suspensi, yang diyakini bisa mendistribusikan bobot keseluruhan perangkat secara lebih merata. Selebihnya, konsumen bakal mendapatkan pengalaman yang sama superiornya dengan LCD-2.

Audeze LCD-MX4 Classic / Audeze
Audeze LCD-MX4 Classic / Audeze

Selain LCD2 Classic, Audeze turut memperkenalkan LCD-MX4, lagi-lagi varian alternatif dari salah satu headphone unggulannya, yaitu LCD-4 yang dibanderol $4.000. LCD-MX4 memang masih belum bisa dikatakan murah, tapi setidaknya Audeze bisa memangkas harganya hingga menjadi $3.000 saja.

Sejumlah kompromi tentu saja harus dilakukan. Yang paling utama selain hilangnya lapisan kayu premium adalah absennya teknologi Fazor yang terdapat pada LCD-4, yang dirancang untuk menyalurkan suara yang lebih presisi dan mengeliminasi distorsi-distorsi yang sangat kecil. Kendati demikian, performanya diyakini kurang lebih sama seperti LCD-4.

Yang membuat LCD-MX4 lebih menarik adalah impedansi yang hanya 20 ohm, yang berarti pengguna tak harus memiliki amplifier terpisah, dan menancapkannya langsung pada perangkat seperti laptop tidak akan menjadi masalah. Bobot LCD-MX4 juga diyakini 30 persen lebih ringan ketimbang semua headphone dari lini LCD besutan Audeze.

Baik LCD2 Classic maupun LCD-MX4 memang masih jauh dari kata terjangkau, tapi cukup melegakan melihat perusahaan sekelas Audeze yang berupaya membuat produk andalannya lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang.

Sumber: The Verge 1, 2.

Sennheiser Luncurkan HD 660 S, Penerus HD 650 yang Lebih Superior dan Lebih Fleksibel

Selama 14 tahun Sennheiser HD 650 sudah dan masih menjadi salah satu headphone kesayangan komunitas audiophile. Meski bukan model yang paling diunggulkan oleh Sennheiser, HD 650 tetap menjadi idaman banyak orang berkat kualitas suara dan kenyamanannya yang superior.

Kiprah panjang HD 650 akhirnya terhenti di tahun 2017 ini, sebab Sennheiser sudah menyiapkan penggantinya yang lebih istimewa lagi, yaitu HD 660 S. HD 660 S mempertahankan segala kebaikan pendahulunya, termasuk desain open-backed yang menjanjikan soundstage luar biasa selagi mengorbankan aspek isolasi suara.

Sennheiser HD 660 S

Desain HD 660 S secara keseluruhan tampak mirip dengan HD 650, lengkap dengan earcup berwujud elips yang berukuran lebih besar ketimbang milik headphone pada umumnya. Anda dapat melihat jeroan HD 660 S dari luar, dan ini pertanda bahwa suara yang dihasilkannya akan bocor ke mana-mana, sehingga disarankan Anda menggunakannya selagi berada di dalam ruangan sendirian.

Perubahan paling mencolok yang dibawa HD 660 S, selain warna hitam matte-nya, adalah unit transducer baru yang diyakini memiliki distorsi lebih rendah dan dapat menghasilkan suara yang lebih alami lagi ketimbang pendahulunya. Sennheiser tidak lupa menguji dan menyesuaikan masing-masing earcup milik HD 660 S agar dapat menghasilkan suara yang nyaris identik satu dengan yang lainnya.

Sennheiser HD 660 S

Juga baru untuk HD 660 S adalah impedansi yang turun drastis, dari 300 ohm menjadi 150 ohm. Ini berarti HD 660 S jauh lebih fleksibel dibanding pendahulunya yang harus digunakan bersama amplifier terpisah hanya supaya suara yang dihasilkan tidak terdengar lirih.

Memang potensi HD 660 S sebenarnya baru bisa dirasakan ketika Anda menyandingkannya dengan perlengkapan high-end, akan tetapi Sennheiser cukup yakin bahwa smartphone saja semestinya sudah cukup untuk bisa menenagai HD 660 S.

Sennheiser HD 660 S rencananya akan dipasarkan seharga $500, banderol yang sama persis yang selama ini diusung HD 650.

Sumber: Sennheiser dan The Verge.

V-MODA Crossfade 2 Wireless Resmi Diperkenalkan

Usai memperkenalkan speaker Bluetooth perdananya, V-MODA kini kembali ke akar spesialisasinya, yakni headphone, lebih tepatnya seri Crossfade yang sangat populer. Sejatinya sudah hampir dua tahun sejak V-MODA meluncurkan Crossfade Wireless, dan sekarang mereka sudah siap dengan suksesornya.

V-MODA Crossfade 2 Wireless mempertahankan hampir segala kebaikan pendahulunya, terutama desain ikoniknya yang mengandalkan earcup segi enam. Durabilitasnya juga tidak perlu diragukan lagi, mengingat ini sudah menjadi prioritas V-MODA sejak lama.

Yang V-MODA perbaiki adalah kualitas suaranya lewat sepasang driver baru yang masing-masing berukuran 50 mm. V-MODA mengklaim Crossfade 2 punya kualitas suara terbaik dari semua lini headphone-nya; saya pribadi berharap reproduksi suaranya lebih seimbang kali ini, mengingat Crossfade sebelumnya lebih dominan di sektor bass – meski bass-nya sendiri memang sangat mantap.

Khusus varian yang rose gold, V-MODA telah membekalinya dengan dukungan codec aptX / V-MODA
Khusus varian yang rose gold, V-MODA telah membekalinya dengan dukungan codec aptX / V-MODA

V-MODA juga telah sedikit merevisi bantalan earpad-nya agar dapat menyajikan isolasi suara yang lebih baik. Terakhir, daya tahan baterainya telah ditingkatkan hingga menjadi 14 jam, namun konsekuensinya bobotnya jadi ikut sedikit bertambah di angka 309 gram.

Crossfade 2 Wireless saat ini sudah mulai dipasarkan seharga $330, dengan pilihan warna hitam atau putih, semuanya dengan finish matte. Lucunya, V-MODA juga akan menawarkan varian rose gold seharga $350 – ekstra $20 ini rupanya akan memberikan dukungan codec aptX.

Sumber: Engadget dan V-MODA.

Bang & Olufsen Kembali Hadirkan Headphone Bluetooth, Kali Ini dengan Noise-Cancelling

Noise cancelling oh noise cancelling, betapa engkau mendominasi topik perbincangan seputar wireless headphone. Memang benar, belakangan teknologi pemblokir suara ini kerap dijadikan senjata andalan produsen headphone. Salah satunya adalah Bang & Olufsen, yang baru-baru ini memperkenalkan Beoplay H9.

Beoplay H9 merupakan suksesor dari H7 yang dirilis di tahun 2014. Kala itu, H7 dinilai cukup banyak orang sebagai salah satu wireless headphone terbaik, memadukan aspek kenyamanan dan kualitas suara dengan desain yang manis di mata. Pun begitu, kesannya masih ada satu fitur yang ketinggalan, apalagi kalau bukan noise cancelling itu tadi.

Secara fisik, hampir tidak ada yang berubah dari H7. Bergaya over-ear, bantalannya yang tebal dan empuk akan menyelimuti daun telinga pengguna secara menyeluruh. Untuk menavigasikan musik, menyesuaikan volume atau menerima panggilan telepon, pengguna tinggal menyentuh atau mengusap sisi earcup-nya.

Kontrol Beoplay H9 mengandalkan panel sentuh yang tertanam di sisi earcup / Bang & Olufsen
Kontrol Beoplay H9 mengandalkan panel sentuh yang tertanam di sisi earcup / Bang & Olufsen

Satu-satunya perubahan yang dibawa H9 adalah teknologi active noise cancelling (ANC), dimana kini tertanam mikrofon ekstra di sisi luar earcup guna mengeliminasi suara luar. Kapanpun pengguna mau, fitur ini bisa dinyala-matikan menggunakan panel sentuh itu tadi.

H9 dapat beroperasi selama 14 jam nonstop dengan fitur ANC dalam keadaan aktif. Charging-nya memakan waktu sekitar tiga jam, namun pengguna juga bisa menggunakannya bersama kabel audio 3,5 mm standar. Supaya konsumsi baterainya lebih efisien, headphone akan mati dengan sendirinya saat sudah tidak digunakan beberapa lama.

Beoplay H9 dijajakan seharga $499, dan tersedia dalam dua pilihan warna. Kalau noise cancelling tidak menjadi prioritas, ada Beoplay H7 yang dibanderol $100 lebih murah.

Sumber: Engadget dan Bang & Olufsen.

Rayakan Ultah ke-50, Bowers & Wilkins Luncurkan Headphone Terbaiknya, P9 Signature

50 tahun berkiprah di industri audio, nama Bowers & Wilkins begitu dipandang di kalangan audiophile. Sebagai bentuk apresiasi terhadap para fans loyalnya, pabrikan asal Inggris tersebut merilis sebuah headphone flagship bertajuk P9 Signature.

Gampangnya, ini merupakan headphone terbaik yang pernah B&W ciptakan. Desainnya terasa begitu mewah, dengan balutan material kulit asli di sekujur tubuhnya, dari headband hingga ke bantalan telinga yang tebal dan terlihat begitu empuk – bahkan carrying case-nya pun memakai material Alcantara asli buatan Itali.

P9 Signature bisa dilipat untuk disimpan ke dalam carrying case mewahnya / Bowers & Wilkins
P9 Signature bisa dilipat untuk disimpan ke dalam carrying case mewahnya / Bowers & Wilkins

Namun kemewahan dan kenyamanan tentunya baru sebagian cerita dari sebuah headphone. Kualitas suara tetap merupakan aspek utama yang patut dipertimbangkan. Well, dalam kasus P9 Signature, B&W telah menerapkan sejumlah inovasi untuk memastikan reproduksi suara seakurat dan sedetail mungkin.

Pertama, headband-nya merupakan komponen yang terpisah dari earcup. Hal ini berarti distorsi akibat getaran headband akan lebih diminimalkan sehingga suara bisa terdengar lebih jernih. Kedua, masing-masing earcup-nya dibentuk dengan desain akustik yang pas memakai material komposit dan aluminium sehingga kinerja driver bisa lebih efisien.

Bantalan telinga P9 Signature sangat tebal dan terlihat amat empuk / Bowers & Wilkins
Bantalan telinga P9 Signature sangat tebal dan terlihat amat empuk / Bowers & Wilkins

Bicara soal driver, sepasang unit berukuran 40 mm-nya diposisikan agak miring. Hal ini menimbulkan kesan bahwa suara datang dari depan pengguna ketimbang dari samping, seperti yang umum dijumpai pada headphone lain. Spesifikasinya sendiri cukup wah, dengan respon frekuensi 2 – 30.000 Hz.

Bowers & Wilkins P9 Signature akan dipasarkan segera dengan banderol $900. Awal tahun depan, paket penjualannya akan mencakup kabel Lightning untuk digunakan bersama iPhone 7, dan B&W berjanji untuk memberikannya secara cuma-cuma bagi yang sudah terlanjur membeli dalam waktu dekat ini.

Sumber: TechRadar dan Bowers & Wilkins.