Ekspansi Wallex Technologies Pasca Diakuisisi M-DAQ

Transaksi pembayaran lintas-negara telah bertumbuh secara signifikan, seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang terlibat aktif dalam perdagangan internasional. Salah satu perusahaan yang fokus ke layanan remitansi tersebut adalah Wallex Technologies (Wallex).

Awal tahun 2022 lalu mereka telah diakuisisi M-DAQ, platform yang melayani pelaku bisnis di berbagai sektor untuk memfasilitasi transaksi lintas-negara dengan solusi Aladdin. Kepada DailySocial, Co-founder dan CEO Wallex Hiro Kiga mengungkapkan beberapa rencana mereka di pasar Indonesia pasca diakuisisi.

Wallex mengumumkan kehadirannya di Indonesia setelah memperoleh izin transfer dana dari Bank Indonesia pada akhir 2018.

Fokus ke segmen B2B

Dalam waktu setahun terakhir perusahaan secara aktif mengembangkan infrastruktur teknologi mereka. Secara bisnis, Wallex memiliki dua kategori pelanggan B2B yang dilayani, yaitu UKM dan korporasi. Mereka juga memiliki teknologi untuk pembayaran yang bisa dimanfaatkan melalui API.

Perusahaan mengklaim sudah mulai masuk ke tahap scale-up. Kerja sama strategis semakin diperluas. Setelah kemitraan dengan Investree, dalam waktu dekat akan diumumkan platform fintech baru yang menjalin kolaborasi dengan Wallex.

“Tim teknologi kami sudah bekerja keras untuk meningkatkan pengalaman terbaik, menjadikan proses lebih seamless untuk mitra fintech agar bisa terhubung dengan kami. Di saat yang sama kita juga meningkatkan produk Direct to Customer dan akan terlihat perubahannya dalam waktu satu tahun ke depan,” kata Hiro.

Dengan menggunakan teknologi mereka, pelanggan dapat melakukan pembayaran dalam 48 lebih mata uang. Pelanggan diklaim mendapatkan keuntungan dari proses transaksi yang cepat dan lancar, dengan nilai tukar dan biaya yang kompetitif.

Untuk Indonesia sendiri saat ini Wallex masih fokus ke dua kota besar yaitu Jakarta dan Surabaya. Belum ada rencana untuk melakukan ekspansi ke kota-kota besar lainnya di Indonesia.

“Kami cukup beruntung saat ini regulator di Indonesia sudah makin terbuka kepada platform yang kami hadirkan. Namun untuk melakukan ekspansi ke kota baru diperlukan biaya yang besar untuk membangun infrastruktur. Untuk itu kami belum memiliki rencana untuk melakukan ekspansi lagi,” kata Hiro.

Di tengah pandemi, Wallex mengklaim berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan tahunan hingga 5,5x lipat dalam setahun terakhir. Platform melayani hampir 2.000 klien di sektor perbankan dan teknologi, serta memproses nilai transaksi bruto senilai hampir Rp42 triliun (SG$4 miliar) setiap tahunnya.

“Tahun 2022 ini Wallex memiliki rencana untuk melakukan ekspansi produk dan meluncurkan fitur baru ke UKM, sekaligus menawarkan nilai lebih kepada mereka. Wallex juga memiliki rencana untuk melakukan ekspansi ke pasar lainnya,” kata Hiro.

Selain Wallex, beberapa nama yang sudah mulai menjalankan layanan remitansi online di Indonesia adalah NiumZendomoneyOY!Transfez, dan RemitPro.

Rencana setelah diakuisisi

[Ki-ka] Richard Koh, Founder & Group CEO M-DAQ & Hiro Kiga CEO & Co-Founder Wallex Technologies
Awal tahun 2022 ini Wallex resmi diakuisisi M-DAQ. Akuisisi ini merupakan langkah awal M-DAQ memulai ekspansi pertumbuhan global dalam rangka menangkap berbagai peluang pasar dan memperluas jangkauan rantai nilai hilir (downstream) perusahaan.

Selain dana yang dikucurkan untuk akuisisi, M-DAQ juga akan menyuntikkan modal kerja baru untuk mengakselerasi bisnis Wallex. Entitas gabungan ini akan memproses nilai transaksi bruto senilai lebih dari Rp158 triliun (SG$15 miliar) tahun ini. Selanjutnya Wallex akan tetap beroperasi sebagai entitas bisnis independen di bawah pimpinan Hiro.

Hiro mengatakan, “Proses akuisisi ini terjadi karena sebelumnya kami sudah saling mengenal, antara Wallex Technologies dan M-DAQ. Melihat potensi yang ada dan misi untuk melakukan integrasi antar teknologi, akuisisi ini menjadi langkah yang tepat bagi kami.”

“Kombinasi antara jaringan Wallex Technologies dan keahlian fintech M-DAQ memungkinkan kami untuk membantu pelaku bisnis lintas negara di skala yang jauh lebih besar. Kami optimis bisa meraih target bisnis bersama-sama dengan menciptakan peluang-peluang baru yang memanfaatkan kekuatan masing-masing platform,” tutup Hiro.

Wallex Bidik Segmen UKM, Permudah Transaksi Lintas Negara

Dibandingkan bisnis fintech lainnya, remitansi tidak seramai dengan saudaranya karena ketatnya regulasi yang menaunginya. Kendati demikian, bisnis ini punya potensi bisnis yang tak kalah menggiurkan karena potensinya yang selama ini masih dikuasai oleh perbankan.

Startup fintech remitansi Wallex menangkap kesempatan tersebut dengan meresmikan kehadirannya pada 2018. Proposisi yang ditawarkan Wallex adalah ingin permudah UKM yang selama ini kurang mendapat perhatian oleh perbankan saat ingin melakukan transaksi lintas negara.

“UKM di Indonesia perlu melakukan pembayaran internasional karena beberapa alasan. Dari membayar pemasok, pembayaran staf jarak jauh, hingga pembayaran antar perusahaan, seluruh kebutuhan ini harus dilakukan oleh UKM. Namun, mereka berjuang dengan pilihan penyedia layanan yang terbatas, biaya selangit, dan prosedur perbankan yang ketinggalan zaman,” terang COO Wallex Hiro Kiga saat dihubungi DailySocial.

Dia melanjutkan, sejauh ini layanan remitansi yang disediakan perbankan memiliki tarif yang disesuaikan untuk perusahaan besar yang telah menjadi menjalin relasi. Sedangkan Wallex, telah melayani lebih dari 20 ribu pelanggan yang datang dari UKM dan bisnis dari segala bentuk dan ukuran.

Di samping itu, bank kebanyakan menyediakan pilihan mata uang yang terbatas hanya sekitar 10 sampai 16 mata uang saja. Akibatnya, mengirim mata uang yang tidak didukung akan menjadi tantangan dengan uang yang dialihkan ke pusat, seperti Singapura, dan kemudian baru ke tujuan akhir.

Biaya transfer pun akhirnya membengkak dan tidak terjadi secara real time. Sementara, Wallex mampu mendukung pembayaran dalam 47 mata uang melalui jaringannya dan sebagian besar dikirimkan dalam sehari jika dana disetorkan sebelum batas waktu harian. “Kami memiliki pembayaran dari UKM ke mata uang eksotis seperti Baht, Peso, Dong, Won, Riyal, Rupee, dan lain-lain yang biasanya tidak didukung oleh bank di Indonesia.”

Belum lagi, karena sepinya kompetisi di ranah ini, membuat bank membebankan biaya yang besar di seluruh biaya dan margin valas. Sementara di sisi lain, dibantu dengan jaringan teknologi yang kuat, Wallex justru mampu membuat mitra bisnis dapat menghemat hingga Rp2,4 juta untuk satu transaksi sebesar $25 ribu.

Limitasi lainnya, sebagian besar bank hanya mengizinkan transaksi hingga $25 ribu melalui perbankan online, lebih dari itu harus melalui kantor cabang. “Wallex memberikan pengalaman full online, semua transaksi dapat dilakukan secara online dengan cara yang terjamin keamanannya dan batasan jumlah yang dikirim.”

Sisi kompetitif yang ditawarkan Wallex ini diharapkan dapat menarik lebih banyak UKM beralih dari layanan perbankan yang sebetulnya kurang ramah buat segmen ini.

Kiga pun mencontohkan, salah satu penggunanya adalah Investree. Berkat kemitraan ini, Investree dapat menghemat hingga 70% untuk segi biaya dan waktu untuk pembayaran internasionalnya. Lalu ada sebuah perusahaan fintech lokal yang memanfaatkan layanan Wallex untuk bertransaksi hingga $10 juta per bulannya.

Selain Wallex, saat ini juga ada beberapa platform remitansi lain yang telah beroperasi dan mengantongi lisensi dari otoritas.

Perkembangan bisnis Wallex

CEO Wallex Jody Ong menambahkan, dalam tiga tahun terakhir (hingga Juni 2021) Wallex telah memproses transaksi sebesar $2 miliar secara GTV (gross transaction value). Kinerja ini cukup menggembirakan di tengah kondisi pandemi yang mengakibatkan volume perdagangan turun secara global.

Bila dilihat secara industri, diklaim Wallex memproses sekitar 8%-10% dari volume pengiriman uang ke luar yang diproses oleh lembaga nonkeuangan dari catatan Bank Indonesia. “Kami adalah mitra terpercaya untuk BI dan bekerja sama dengan mereka untuk menghadirkan ekosistem pembayaran yang kuat di Indonesia,” kata Ong.

Dirinci lebih jauh oleh Ong, dari total volume yang diproses Wallex, negara tujuan yang paling populer adalah Singapura, Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok, Inggris, Hong Kong, dan Jepang. Berkaitan dengan itu pula, Wallex turut membuka kantor cabang di Hong Kong yang mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun ini.

Khusus di Indonesia, yang menjadi pasar utama Wallex, turut membuka kantor cabang lainnya selain di Jakarta. Kota yang dipilih adalah Surabaya. Ong menjelaskan, Surabaya adalah kota terbesar ke-2 di Indonesia dan merupakan kota pelabuhan. “Kami yakin ada banyak kegiatan ekspor impor di Surabaya. Surabaya juga dikenal sebagai pintu gerbang Indonesia Timur. Kami melihat banyak peluang pertumbuhan di sini.”

Pada tahun ini, Ong mengincar pertumbuhan agresif dengan target pertumbuhan 4 kali lipat dari total dana yang diproses melalui Wallex Indonesia.