Jelang Peluncuran, HTC U12 Plus Mejeng Singkat di Situs Resmi

Dalam hitungan hari, kita akan kembali melihat smartphone unggulan baru dari HTC yang dijadwalkan debut pada tanggal 23 Mei. Tapi, belum waktunya diumumkan, HTC tanpa sengaja mempublikasikan sebuah laman web yang memajang perangkat bersangkutan. Di web tersebut terpampang nama HTC U12 Plus yang ditengarai merupakan nama untuk smartphone flagship-nya.

Meski laman tersebut sudah ditarik kembali, tapi URL dan screenshot perangkat sudah kadung tersebar luas di internet, salah satunya oleh akun Twitter Roland Quandt dan dilengkapi oleh tampilan perangkat oleh TheVerge bersama sejumlah spesifikasi.

Mirip dengan bocoran sebelumnya, HTC U12 Plus tampak dibalut tiga warna, dual-kamera di bagian belakang dan depan, bezel samping yang minimalis, dan tampak jelas juga perangkat mempunyai body yang relatif lebih ramping. Sayangnya, beberapa fitur unggulan yang ditawarkan oleh kebanyakan pabrikan absen di U12 Plus. Misalnya, smartphone tidak memilih notch di dahinya dan tidak ada penggunaan panel OLED. Sebagai gantinya, HTC U12 Plus akan menampilkan layar 6 inci WQHD + Super LCD6. Tapi seberapa baik kompensasi ini menjawab kebutuhan pengguna, masih harus dibuktikan saat perangkat rilis ke publik.

HTC 12 Plus

Sebagai pelengkap, HTC U12 Plus juga membawa speaker Boomsound, fitur anti air dan debu IP68, slot microSD untuk ekspansi penyimpanan hingga 2TB, baterai 3,500mAh, dan prosesor Snapdragon 845 yang berfungsi sebagai jantung utamanya.

Theverge juga menambahkan catatan baru, bahwa HTC U12 Plus juga sudah terlihat di situs toko resmi HTC di Eropa dengan banderol £699 untuk varian 64GB. Tapi sayang, laman tersebut menampilkan pesan error ketika Dailysocial mencoba mengaksesnya.

screenshot-www.theverge.com-2018-05-23-11-53-40

Teruskan Tradisi Inovasi, HTC Racik Smartphone Blockchain Mutakhir: Exodus

HTC masih berjuang keras mengembalikan pamornya seperti dulu lagi, meskipun harus ada tumbal untuk itu. Pabrikan asal Taiwan ini masih punya satu perangkat flagship yang akan jadi jagoannya di tahun 2018 ini, kendati jalan yang mereka lalui tidak akan mudah.

Kabar baiknya, meski dalam kondisi kurang sehat, HTC masih punya sisa tenaga untuk melakukan terobosan. HTC dilaporkan sedang menggodok ponsel bernama Exodus yang dirancang untuk blockchain dan dukungan aplikasi yang terdesentralisasi. Meski bukan yang pertama, namun jika smartphone ini berhasil dikomersilkan, akan menjadi sebuah terobosan hebat seperti yang biasa dilakukan oleh HTC.

Jangan lupa, HTC adalah brand pertama yang membuat smartphone Android di dunia dan juga smartphone Google Nexus pertama tak lama setelahnya. HTC juga perusahaan yang menciptakan ponsel Facebook pertama di dunia, HTC juga memiliki bukan satu, tetapi dua ponsel 4G yang berbeda ketika teknologi 4G LTE dan Wi-Max baru memulai debutnya beberapa tahun yang lalu. Jadi perkara inovasi, HTC punya DNA itu di dalam aliran darahnya.

Proyek HTC Exodus sendiri dibeberkan oleh Phil Chen yang sebelumnya memimpin divisi HTC Vive VR. Dan setelah dua tahun berkarir di Horizon Ventures, Chen kembali ke HTC sebagai Decentralized Chief Officer.

HTC Exodus Blueprint

Chen menuliskan di Medium, bahwa smartphone ini akan mendukung protokol Bitcoin, Lightning Networks, Ethereum, dan Dfinity. Penggunaannya meliputi dompet universal, perangkat keras yang aman dan aplikasi yang terdesentralisasi. Sampai saat ini Exodus masih sebatas blueprint dan belum terbentuk dalam sebuah perangkat fisik atau purna rupa. Tapi, publik sudah bisa memesan satu jatah melalui laman ini.

Dan jika terealisai, HTC Exodus menjadi smartphone blockchain kedua di dunia setelah Finnye buatan Sirin Labs. Harganya $1.000, mampu menyimpan dan menggunakan mata uang digital tanpa dikenai biaya transaksi. Ada juga BitVault dan Blacture yang keduanya mengklaim dirinya sebagai telepon blockchain pertama di dunia, meskipun saat ini belum tersedia di pasar.

Sumber berita Engadget.

Headset VR Standalone HTC Vive Focus Akan Tersedia Secara Global Tahun Ini

Kompetisi di ranah yang didominasi HTC dan Oculus kembali memanas ketika sejumlah rakasa teknologi mulai mengadopsi konsep untether. Sejak paruh kedua 2017, para produsen mulai melepas dan memperkenalkan headset-headset VR standalone. Dari pengamaan saya, penyingkapan HMD VR ‘referenceSnapdragon 845 mendorong para pemain lama untuk mengeksekusi strategi baru.

Di acara Game Developers Conference 2018 yang tengah berlangsung sekarang, HTC mengumumkan rencana buat menghadirkan headset VR standalone Vive Focus secara global di tahun ini. Vive Focus disingkap perdana di Google I/O bulan Juli 2017, namun waktu itu, perangkat baru difokuskan ke wilayah Tiongkok saja. Efeknya, detail terkait spesifikasi dan teknologi Vive Focus agak sulit diketahui.

Pengumuman ini juga menandai agenda HTC buat menyediakan Vive Focus secara komersial untuk konsumen biasa. HTC menjanjikan pemakaian yang fleksibel serta responsif berkat sistem 6DoF tanpa sensor eksternal tambahan, memungkinkannya membaca gerakan atas/bawah, kiri/kanan, maju/mundur, serta yaw, pitch dan roll. Dan berbeda dari headset Vive standar, Vive Focus mengusung platform Vive Wave.

Vive Wave adalah platform VR terbuka garapan HTC yang diungkap bulan November kemarin. Software ini didesain agar kompatibel dengan aplikasi-aplikasi berbasis Viveport, dan bukan Steam. HTC merasa yakin bahwa kombinasi hardware serta software tersebut membuat Vive Focus bisa digunakan oleh segala jenis kalangan, dari mulai konsumen biasa hingga segmen enterprise yang bermaksud menyajikan konten virtual reality via headset portable.

Headset VR standalone seperti Vive Focus merupakan ‘makhluk’ berbeda dari HMD Vive standar (atau Vive Pro) serta perangkat ala Samsung Gear VR. Ia dapat bekerja mandiri, bisa beroperasi tanpa tersambung ke PC ataupun mengandalkan smartphone. Di dalam, Vive Focus menyimpan system-on-chip yang dikhususkan buat menjalankan konten-konten VR. Di versi yang sempat dipasarkan, HMD kabarnya dipersenjatai chip Qualcomm Snapdragon 835, namun ada kemungkinan kita juga akan memperoleh model baru bertenaga Snapdragon 845.

Tentu saja konten menjadi hal penting penentu sukses atau tidaknya produk. Untuk sekarang, baru tersedia 50 aplikasi buat Vive Focus, dan HTC tengah berusaha menambah jumlahnya lagi – salah satunya dengan mengadakan Viveport Developer Awards di GDC 2018.

Buat saya, penentuan harga juga merupakan faktor krusial. HTC memang belum mengabarkan harga retail global Vive Port, tapi di Tiongkok, produk ini dibanderol US$ 600. Meskipun lebih rendah dari modal yang dibutuhkan buat membeli HTC Vive plus PC VR ready, di mata konsumen awam, US$ 600 mungkin terasa mahal untuk sebuah device dengan fungsi terspesialisasi.

Tambahan: CNET.

Belum Tamat, HTC Ramaikan Pasar Mobile dengan Desire 12 dan Desire 12 Plus

Meskipun kiprah HTC di industri mobile tak lagi segarang dulu, namun HTC menolak untuk menyerah kalah begitu saja. Pabrikan yang sebagian dari divisi mobilenya dimiliki oleh Google itu kembali meluncurkan sepasang smartphone kelas menengah, Desire 12 dan Desire 12 Plus. Berbekal Android 8.0 Oreo, kedua smartphone layar penuh ini diharapkan segera menyapa pasar dalam waktu dekat.

HTC Desire 12 dan Desire 12 Plus berbagi dalam hal desain, tapi sebagian besar jeroan perangkat menggunakan komponen yang berbeda. Kita mulai dari HTC Desire 12 yang mengemas layar 5,5 inci beresolusi 1440 x 720 piksel. Penampilan perangkat cukup berbeda dari generasi-generasi terdahulu berkat adopsi desain kekinian berupa layar penuh 18:9. Di atas layar duduk kamera depan 5MP, kemudian jika dibalik, perangkat menawarkan kamera belakang 13MP dengan aperture f/2.2 dan mendukung mode HDR dan membawa serta fitur PDAF.

HTC Desire 12
HTC Desire 12

Performa Desire 12 mengandalkan prosesor quad-core MediaTek MT6739 yang dipasangkan dengan RAM 2GB atau 3GB yang dipasangkan dengan memori masing-masing 16GB dan 32GB. Terakhir, disempurnakan oleh baterai berkapasitas 2.730 mAh.

HTC Desire 12 Plus
HTC Desire 12 Plus

Berikutnya adalah Desire 12 Plus yang memiliki layar sedikit lebih lega, yakni 6 inci dengan resolusi yang sama, 1440 × 720 piksel dan pastinya aspek rasio 18: 9. Sedangkan untuk dapur pacu, Desire 12 Plus mengadopsi Qualcomm Snapdragon 450 octa-core, RAM 3GB, penyimpanan internal 32GB, dan slot kartu microSD. Tak ketinggalan, HTC membenamkan jack headphone 3.5mm, dukungan kartu SIM ganda, port microUSB, dan pastinya baterai yang berukuran 2965mAh. Khusus untuk varian teratas ini, ada tambahan pemindai sidik jari di bagian belakang.

Di atas sensor sidik jari tersebut duduk sepasang kamera 13MP dan tambahan kedua dengan resolusi 2MP. Kemudian di bagian depan ada kamera 8MP yang dilengkapi dengan LED flash.

Two young female athletes doing hurdle race training on a running track at dusk.
Two young female athletes doing hurdle race training on a running track at dusk.

Sumber berita HTC.

HTC Vive Pro Resmi Dipasarkan Seharga $799, Vive Orisinil Turun Harga

Sempat mencuri perhatian selama event CES 2018 berlangsung, HTC Vive Pro akhirnya mendapat tanggal rilis dan banderol harga resmi. Pre-order atas VR headset itu sudah dibuka sekarang juga dengan harga $799, akan tetapi konsumen yang memesan baru akan menerima barangnya mulai 5 April mendatang.

$799 tergolong sangat mahal, apalagi mengingat ini hanya untuk headset-nya saja, belum termasuk PC dan lainnya. Kendati demikian, Vive Pro memang menawarkan resolusi yang nyaris 80% lebih tinggi ketimbang pendahulunya (2880 x 1600 pixel dibanding 2160 x 1200 pixel), dan lagi ia juga datang bersama headphone terintegrasi.

HTC Vive Pro

Lebih lanjut, Vive Pro turut mengemas sepasang kamera depan yang tidak ada pada pendahulunya. Kamera ini berfungsi untuk menangkap informasi kedalaman (depth), yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk merealisasikan fitur-fitur seperti hand tracking tanpa bantuan controller.

Kabar baiknya, Vive Pro kompatibel dengan sistem SteamVR Tracking 1.0 maupun 2.0, yang berarti pengguna Vive orisinil hanya perlu membeli headset-nya saja kalau mau. Di samping itu, konsumen yang membeli Vive Pro sebelum 3 Juni juga akan mendapat bonus uji coba gratis layanan berlangganan Viveport selama enam bulan.

HTC Vive

Kalau itu semua masih terasa terlalu mahal, Anda masih punya alternatif lain, yaitu Vive orisinil, yang sekarang sudah turun harga dari $599 menjadi $499 untuk bundel lengkapnya. Konsumen juga akan dibonusi Fallout 4 VR beserta akses ke Viveport selama dua bulan.

Kehadiran Vive Pro sejatinya tidak langsung membuat Vive orisinil jadi obsolete. Pada kenyataannya, Vive orisinil juga kompatibel dengan aksesori Vive Wireless Adaptor yang diumumkan bersamaan dengan Vive Pro, yang mampu mengeliminasi jumlah kabel yang mengganggu selama sesi VR berlangsung.

Sumber: HTC Vive.

HTC Vive Focus Punya Sejumlah Kesamaan Spesifikasi Dengan Vive Pro

Jika 2016 diklaim sebagai tahunnya kebangkitan kedua perangkat virtual reality konsumen, maka antara akhir 2017 hingga sekarang merupakan momen kelahiran headset VR standalone. Varian ini adalah titik tengah antara head-mounted display high-end yang mengharuskan penggunaannya tertambat ke PC serta headset virtual reality berbasis smartphone.

Sebagai dua pemain utama di ranah ini, baik Oculus VR dan HTC telah menawarkan solusi penyajian konten VR secara ‘untethered‘. Perusahaan milik Facebook itu memperkenalkan Oculus Go di bulan Oktober 2017, sedangkan rivalnya dari Taiwan memasarkan Vive Focus secara terbatas di kawasan Tiongkok. Menariknya, meski Vive Focus sudah tersedia, detail spesifikasi hardware-nya belum terkuak sepenuhnya.

Kabar baiknya, Road to VR berkesempatan untuk menjajal perangkat itu di MWC 2018 dan melaporkan rincian hardware-nya melalui artikel hands-on. Berdasarkan pengamatan mereka, Vive Focus punya kesamaan spesifikasi dengan Vive Pro – versi baru Vive yang dibekali layar beresolusi lebih tinggi, kamera luar sekunder, headphone, serta mic berteknologi noise cancellation.

Namun ketika Vive Pro harus mendapatkan dukungan PC agar bisa bekerja, Vive Focus menyimpan kapabilitas proses konten secara mandiri berkat dukungan chip Qualcomm Snapdragon 835 serta baterai built-in. System-on-chip ini juga digunakan oleh Lenovo Mirage Solo, tetapi HTC menekankan bahwa ada sejumlah aspek yang membuat perangkat mereka lebih premium.

Satu contohnya ialah penggunaan lensa dan layar yang turut diusung Vive Pro. Itu berarti, kedua headset menyuguhkan field of view serta performa optik serupa. Vive Focus memanfaatkan display OLED beresolusi 1600×1440 untuk masing-masing mata. Perbedaannya terletak pada refresh rate: Vive Pro sanggup menghidangkan 90Hz, tapi Vive Focus hanya dapat menyentuh 75Hz.

Di bagian dalam, Vive Focus dibekali kipas, berperan sebagai pendingin aktif agar konten bisa dijalankan lebih lancar, lalu terdapat speaker built-in yang tersembunyi di strap. Road to VR menyampaikan bahwa Focus beroperasi dengan sangat responsif. Headset mampu mendeteksi enam sudut gerakan (atas/bawah, kanan/kiri, depan/belakang, pitch, yaw dan roll), tetapi unit controller-nya cuma dibekali sensor 3DoF.

Di China, Vive Focus dijajakan di harga yang tergolong tinggi, mulai dari ¥ 4.000 untuk versi almond white – atau kisaran US$ 630 (sebelum dikurangi pajak).

Belum ada konfirmasi dari pihak HTC soal apakah mereka punya rencana buat menghadirkan Focus di luar kawasan Tiongkok. Namun bahkan jika nanti tersedia, faktor harga akan menjadi penghalang terbesar proses adopsinya, apalagi kita juga perlu ingat bahwa Vive Focus tetaplah HMD kelas portable.  Kualitas visualnya belum bisa menandingi Vive versi standar.

HTC Vive Pro Mampu Mendeteksi Tangan dan Objek Tanpa Bantuan Perangkat Ekstra

Peningkatan kualitas grafik dan audio merupakan gagasan utama di balik HTC Vive Pro, VR headset kelas atas yang diungkap belum lama ini di ajang CES. Namun kalau melihat penampilannya, tampak sepasang kamera di bagian depan yang absen pada pendahulunya. Saat mengumumkan, HTC tidak bicara banyak soal fungsi kedua kamera ini selain untuk merangsang kreativitas developer.

Beruntung ada Engadget yang meminta klarifikasi langsung dari HTC, sehingga kita bisa menjauhi spekulasi-spekulasi liar yang beredar. Berdasarkan penjelasan salah satu petinggi HTC Vive, Raymond Pao, kedua kamera di bagian depan Vive Pro itu berfungsi untuk mendeteksi tangan dan objek lainnya.

Pernyataan ini mematahkan spekulasi bahwa kedua kamera itu merupakan modul tracking luar-dalam seperti milik Vive Focus, tidak ketinggalan juga spekulasi lain yang mengatakan bahwa kamera ini bakal menghadirkan kapabilitas AR buat Vive Pro. Pada kenyataannya, fungsinya jauh lebih sederhana dari yang kita bayangkan.

HTC Vive Pro

Kedua kamera tersebut mengemas resolusi VGA, alias sangat rendah untuk standar sekarang. Fungsi utamanya adalah untuk menangkap informasi kedalaman (depth) dari jarak satu sampai dua meter, yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk merealisasikan fitur di mana perangkat bisa mengingatkan pengguna agar tidak tersandung objek di sekitarnya selagi penglihatannya teralihkan ke realitas virtual.

Fungsi lainnya adalah untuk mendeteksi tangan pengguna beserta pergerakannya tanpa harus melibatkan controller maupun perangkat ekstra seperti Vive Tracker. HTC menambahkan bahwa fungsi hand tracking-nya ini masih tergolong level mendasar, jadi dengan kata lain, aksesori seperti Vive Tracker masih punya peran apabila dibutuhkan kinerja tracking yang lebih presisi.

Sumber: Engadget via UploadVR.

HTC Kantongi Paten Headset VR yang Bisa Dipasang ke Smartphone

Kurang beruntung di sektor mobile, HTC perlahan ikut bermain di ranah VR melalui sub-brand mereka yang bernama Vive. Sejumlah perangkat berbasis VR juga sudah dilahirkan di bawah merk ini. Dan sekarang, HTC kemungkinan besar segera melakukan ekspansi di sektor VR yang dapat dipasangkan ke smartphone seusai terungkapnya paten baru yang sudah disetujui oleh USPTO.

Berdasarkan sumber, HTC sudah pernah mengajukan paten yang sama ke USPTO dan Trademark Office di bulan Juli 2016 tapi ditolak oleh keduanya karena dinilai gagal menjelaskan keunikan fiturnya. Setelah melakukan sejumlah penyesuaian, HTC akhirnya berhasil mengantongi paten dari USPTO dan disebut sedang berupaya merealisasikannya.

Headset VR dalam paten HTC ini hampir serupa dengan headset VR yang sudah ada di pasaran. Bedanya, headset ini bisa dilipat sehingga bentuknya makin ramping ketika tidak digunakan. Headset berperan sebagai aksesoris dan sistem lensa dengan dua bagian. Bagian pertama dengan lensa ganda yang bisa dilipat, dan bagian lainnya berupa case magnet untuk dikaitkan ke smartphone.

htc-telefoon-770x479

Ketika smartphone dicopot, lensa bisa dilipat dan perangkat akan berubah menjadi modul VR mini yang akan tergantung pada ukuran layar. Pengguna bisa menggeser smartphone ke bagian dasar perangkat dan memegang perangkat dengan satu atau dua tangan sambil menikmati konten-konten VR.

htc-mobile-vr-headset-770x353

Rincian final headset HTC ini masih belum bisa dibeberkan apalagi dispekulasikan. HTC masih membutuhkan waktu yang panjang untuk berhasil merealisasikannya ke dalam produk akhir. Berapa lama? Bisa sangat lama. Namun dengan fokus yang tak lagi tersita ke sektor mobile, HTC punya lebih banyak sumber daya untuk menggarap proyek ini.

Sumber berita AndroidHeadlines dan Wipo.

Resmi Diumumkan, HTC U11 EYEs Bawa Layar Penuh dan Kamera Selfie Ganda

Meskipun Google telah mengakuisisi HTC, bukan berarti tak ada lagi smartphone baru dari HTC. Sebab Google hanya mencaplok sebagian divisi smartphone HTC.

Lebih tepatnya sebagian aset smartphone HTC untuk mengembangkan lini Google Pixel. Vendor asal Taiwan itu akan tetap melanjutkan bisnis smartphone yang tidak dibeli Google.

Smartphone perdana mereka di tahun 2018 adalah HTC U11 EYEs. Lalu, seperti apa spesifikasi dan fitur unggulannya?

1. Smartphone Layar Penuh Ke-2 HTC

htc-u11-eyes-1
htc.com

HTC U11 EYEs adalah smartphone dengan layar penuh rasio 18:9 ke-2 setelah flagship HTC U11+. Layar Super LCD3 membentang 6 inci dengan resolusi Full HD+ 1080×2160 piksel (402 ppi) berlapis Corning Gorilla Glass 3.

2. Kamera Selfie Ganda

htc-u11-eyes-2
Foto: htc.com

Kamera ganda 5-megapixel, dengan sensor BSI, dan aperture f/2.2, siap memanjakan para penggemar selfie. Sejumlah penunjang pun ditawarkan, mulai dari fitur HDR Boost, Screen Flash, Beauty mode, dan yang paling menarik adalah Bokeh mode.

Bokeh mode memungkinkan Anda mengambil foto dengan efek depth-of-field, bagian tajam dan kabur dalam foto bisa Anda sesuaikan baik sebelum ataupun setelah foto diambil.

3. Kamera Belakang UltraPixel 3

htc-u11-eyes-3
Foto: htc.com

HTC membenamkan satu kamera 12-megapixel berteknologi UltraPixel 3 dengan ukuran piksel 1.4μm. Ditunjang sensor BSI, Optical Image Stabilization (OIS), phase detection autofocus, aperture ƒ/1.7, dan dual-LED dual-tone flash.

Ada juga Pro mode yang menyediakan kontrol manual dan hasil foto dapat disimpan dalam format RAW. Selain itu, kemampuan perekam videonya juga patut diacungi jempol. Kamera belakang HTC U11 EYEs mampu merekam video slow motion 1080p pada 120 fps dan video 4K dengan Hi-Res audio.

4. Body dan Fitur Premium Dalam Smartphone Kelas Menengah

Dilihat dari spesifikasi inti, smartphone Android 8.0 Oreo ini masuk ke kelas menengah. Otaknya masih mengandalkan chipset Snapdragon 652, RAM 4GB, memori internal 64GB, dan baterai 3.930 mAh.

Meski begitu, HTC U11 EYEs dibalut desain ‘liquid glass‘ yang sangat premium dan proteksi fitur tahan air sertifikasi IP67. Fitur Edge Sense juga menyertainya, yang memungkinkan Anda meluncurkan beragam aplikasi dengan meremas smartphone pada tingkat tekanan tertentu.

Bagaimana pun, HTC U11 EYEs adalah smartphone yang cukup menarik. Tapi dibanderol CNY 3,299 atau setara dengan Rp6,4 juta,  harga yang ditawarkan bisa dibilang cukup mahal. Soal ketersediaan, HTC Eyes baru meluncur di Taiwan dan Tiongkok.

Sumber: Androidauthority, HTC.

HTC Ungkap Vive Pro dengan Resolusi dan Tingkat Kenyamanan Lebih Tinggi

Persaingan di ranah virtual reality diprediksi bakal kembali menguat di tahun 2018 ini, utamanya berkat kategori headset baru bertipe standalone macam Oculus Go dan HTC Vive Focus. Namun bagi HTC, mereka rupanya belum lupa akan segmen VR high-end yang juga didudukinya. Bukti dari komitmen mereka tersaji melalui Vive Pro.

Vive Pro adalah suksesor sejati Vive orisinil. Tidak seperti Vive Focus yang mengutamakan aspek kepraktisan, Vive Pro benar-benar mengedepankan performa di atas segalanya. Ia masih harus tersambung ke PC berspesifikasi kelas atas, tapi resolusi display OLED-nya kini naik menjadi 2880 x 1600 pixel (615 pixel per inci), atau nyaris 80% lebih tinggi.

Peningkatan resolusi berarti semuanya akan tampak lebih tajam di Vive Pro, termasuk halnya judul game AAA macam Fallout 4 VR. Tidak hanya visual yang diprioritaskan, audio pun turut dijunjung tinggi lewat sepasang headphone yang kini terintegrasi dengan perangkat, seperti Oculus Rift.

HTC Vive Pro

Desain fisik Vive Pro juga sudah dirombak secara cukup signifikan, yang kini berbalut warna biru sehingga bakal tampak senada dengan Vive Focus. Strap kepalanya dipastikan bisa terasa lebih nyaman, dan pengguna sekarang bisa menyesuaikan distribusi bobot antara bagian belakang dan depan headset secara manual.

Juga baru adalah kehadiran sepasang mikrofon dengan teknologi noise cancelling aktif, serta sepasang kamera yang menghadap ke depan layaknya sepasang mata seperti di Vive Focus. HTC bilang bahwa penambahan ini dimaksudkan untuk merangsang kreativitas developer, menjadi indikasi akan gameplay yang lebih variatif pada koleksi konten Vive ke depannya.

Vive Wireless Adaptor

Bersamaan dengan Vive Pro, HTC juga mengumumkan Vive Wireless Adaptor. Sesuai namanya, aksesori ini dirancang untuk menyulap Vive maupun Vive Pro menjadi wireless, menggantikan peran kabel dalam meneruskan data dari PC ke headset.

Dibandingkan produk serupa yang sudah ada di pasaran, macam TPCAST, kinerja perangkat ini diyakini jauh lebih unggul berkat pengadopsian teknologi WiGig rancangan Intel. WiGig pada dasarnya memungkinkan perangkat untuk beroperasi di frekuensi 60 GHz yang minim gangguan, sehingga latency pun bisa ditekan secara cukup drastis.

Sayangnya sejauh ini HTC masih bungkam soal harga dan ketersediaan Vive Pro maupun Vive Wireless Adaptor. Dalam kesempatan yang sama di gelaran CES 2018, HTC turut mengumumkan versi baru platform Viveport VR yang telah didesain ulang menjadi lebih immersive, serta kemitraannya bersama Vimeo melalui Vive Video.

Sumber: HTC Vive.