Delapan Startup Tuntaskan Pitching Final Virtual Startup Hunt Bubu Awards V.10

Indosat Ooredoo IDByte 2017 resmi digelar pada Senin, (25/9), dengan mengadakan Final Virtual Startup Hunt yang merupakan bagian Bubu Awards v.10.

Sebelum babak final diselenggarakan, Visual Startup Hunt telah menyelesaikan babak penyisihan di lima kota, yakni Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan pada 5-6 Agustus 2017. Akhirnya, terpilih delapan startup untuk pitching di hadapan dewan juri.

Seluruh startup akan dievaluasi dalam lima area, yaitu tingkat urgensi produk di pasar, inovasi secara pendekatan pedagogis, user experience (UX), potensi pertumbuhan dalam user base, dan potensi berkembang menjadi bisnis yang berkelanjutan.

Berdasarkan lima penilaian ini, juri akan memilih dua pemenang dengan dua kategori Best Growth dan Most Innovative Startup. Pemenang akan diumumkan dalam Bubu Awards pada 28 September 2017. Para pemenang akan diterbangkan ke Silicon Valley dan Swedia untuk menjalani bootcamp pada Februari 2018 mendatang.

Dalam kompetisi yang sama pada dua tahun lalu, Startup Hunt memilih startup dari Bandung yaitu Kakatu, platform pemantau aktivitas digital anak di smartphone.

“Melalui penyelenggaraan Bubu Awards v.10, kami berharap agar para pengusaha di Indonesia dapat lebih percaya diri dalam mengajukan gagasan-gagasan dan talenta mereka, juga agar bisa lebih sukses dan mampu mentransformasi bisnis mereka sehingga dapat berperan aktif di pasar dunia,” ujar Ketua Komite Penyelenggara IDByte 2017 & Bubu Awards v.10 Shinta W Dhanuwardoyo.

Untuk lebih detil mengenai delapan startup yang mengikuti pitching Final Virtual Startup Hunt, berikut rangkumannya:

Andalin

Startup ini fokus mengembangkan layanan terintergasi satu pintu yang fokus pada kepabean untuk memudahkan pengusaha UKM hingga menengah ke atas dalam kegiatan ekspor dan impor. Andalin telah bekerja sama dengan shipping agent dan warehouse di beberapa negara. Mereka juga terpilih menjadi salah satu pemenang dalam program akselerator Ideabox batch keempat.

Bildeco

Bildeco pernah menjadi startup yang berhak mengikuti program Founder Institute Angkatan Keenam. Ini adalah layanan e-commerce khusus untuk bahan bangunan yang membantu perusahaan kontraktor mendapatkan harga terbaik melalui jaringan pabrik dan penyuplai yang luas di Indonesia. Terhitung saat ini Bildeco sudah menghimpun lebih dari 10 ribu SKU.

Botika

Pernah terpilih sebagai peserta dalam kompetisi #NextDev. Botika adalah platform artificial intelligence yang menggunakan Natural Language Processing (NLP) berbahasa Indonesia. Platform ini dapat terhubung dengan berbagai layanan messanging, menawarkan rekomendasi pilihan kepada pengguna. Botika dapat merespons otomatis di bidang customer service, tiket pesawat, pemesanan kamar hotel, jadwal film hingga pemesanan restoran.

Eresto

Startup ini sebelumnya baru terpilih sebagai salah satu startup yang akan dikirim untuk konferensi di Startup World Cup 2018. Eresto menyediakan jasa layanan manajemen restoran berbasis SaaS. Startup ini menyediakan layanan terintegrasi dan real time untuk restoran dengan banyak cabang. Selain itu, tersedia fitur self-order sehingga konsumen dapat langsung memesan dari mejanya.

Jala

Jala sebelumnya pernah menjadi juara dalam kompetisi Creative Business Cup 2017. Jala adalah startup yang bergerak sebagai asisten untuk usaha tambak udang. Sistem yang dihadirkan adalah perangkat IoT yang dikembangkan sendiri untuk membantu petambak dalam memantau kualitas air. Perangkat tersebut didesain untuk mengatasi masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis, dan memberikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi air tambak.

Mall Sampah

Mall Sampah adalah startup yang lahir di Makassar, menghadirkan solusi kelola sampah secara online untuk rumah tangga dan kantor. Semua orang dapat menjual dan mengelola sampah melalui situs Mall Sampah. Cara kerjanya, Mall Sampah menghubungkan pengguna dengan pengepul dan pemulung terdekat, sehingga lebih mudah dalam menjual dan mengelola sampah.

Marlin Booking

Bersama dengan Eresto, Marlin Booking juga terpilih sebagai salah satu pemenang yang akan dikirim untuk mengikuti konferensi di Startup World Cup 2018. Marlin Booking merupakan aplikasi pemesanan tiket ferry online. Saat ini rute yang dilayani untuk Batam-Singapura dan Batam-Malaysia, serta sebaliknya dengan jaminan waktu pemesanan 15 menit.

Simbah

Sebelumnya Simbah pernah tergabung sebagai peserta untuk program inkubator Indigo. Simbah merupakan aplikasi virtual assistant untuk membantu para petani dalam memberikan informasi seputar pertanian. Selain itu, Simbah juga membantu petani menjual produknya dalam marketplace.


Disclosure: DailySocial adalah media partner rangkaian IDBYTE 2017

Mengenal Atnic dan JALA sebagai Evolusi Blumbangreksa

Atnic baru-baru ini menggema di beberapa kompetisi startup, salah satunya menjuarai Creative Business Cup 2017 Indonesia yang digelar Ciputra Entrepreneurship Center. Namanya terdengar baru, namun sebenarnya debut startup asal Yogyakarta ini tidak lagi baru. Atnic merupakan nama perusahaan pengembang Blumbangreksa, sebuah solusi berbasis IoT untuk sektor budidaya produk perikanan.

Dalam perkembangannya, Blumbangreksa yang menjadi produk inisial Atnic juga sudah berganti dengan brand baru bernama JALA. Produk tersebut tengah dalam proses finalisasi dan uji lapangan di beberapa wilayah. JALA sendiri dikembangkan sebagai asisten untuk bertambak udang. Sistem tersebut membantu petambak udang untuk memantau kualitas air dan mengelola tambak udang melalui aplikasi.

JALA adalah perangkat IoT yang mampu memonitor kualitas air pada tambak udang. Perangkat ini didesain untuk dapat mengatasi masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis dan memberikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi kualitas air tambak. JALA dikembangkan untuk membantu petambak udang dan meningkatkan respons petambak dalam menjaga kualitas air dan mengurasi kesalahan penanganan dalam bertambak udang.

“Di Atnic saat ini ada beberapa riset produk hardware tidak hanya dibidang agrikultur dan akuakultur, namun saat ini kita fokus pada tahap finalisasi produk JALA. Kami juga sedang mengembangkan beberapa produk lain untuk tambak udang dan bisnis akuakultur lain, namun saat ini tim terfokus untuk finalisasi produk JALA,” ujar Co-Founder & VP Product Atnic Syauqy Nurul Aziz.

Sistem JALA sendiri terdiri dari tiga bagian, pertama ialah sebuah perangkat yang dilengkapi sensor untuk memahami kadar oksigen terlarut, suhu, pH, salinitas, dan TDS (Total Dissolved Solid). Kemudian hasil pantauan dari sensor tersebut akan diproses dan dikirimkan hasilnya melalui aplikasi web dan SMS. Dibanding mobile app, SMS tampaknya memang lebih efisien untuk petani udang di lapangan. Dalam laporannya, JALA memberikan informasi dan rekomendasi untuk membantu petambak dalam mengambil tindakan yang tepat berdasarkan kondisi kualitas air tambak udang yang telah diukur.

Purwarupa terakhir JALA kini sedang dalam proses uji lapangan dan sudah dipasangkan di 53 kolam di Subang, Brebes, Tegal, Purworejo, dan Sleman. Untuk proses akselerasi, Syauqy juga memaparkan bahwa saat ini Atnic sedang dalam proses pembicaraan dengan beberapa investor dan pemodal ventura untuk investasi dukungan produksi masal JALA tahap pertama. Di lain agenda, Atnic juga sedang dalam masa ramp-up program salah satu accelerator hardware dan IoT di Hong Kong.

“Industri tambak udang di Indonesia saat ini sedang mengalami banyak tantangan. Kualitas air yang tidak terpantau merupakan tantangan terberat petambak udang yang menyebabkan produktivitas menurun tiap tahunnya. Tantangan ini sekaligus menjadi peluang untuk meningkatkan hasil petambak udang dengan JALA,” pungkas Syauqy memaparkan kondisi sektor budidaya yang ada saat ini.