Niko Partners: Jumlah Penonton Esports di Asia Tenggara Capai 100 Juta Orang

Industri game di kawasan Greater Southeast Asia — mencakup Asia Tenggara dan Taiwan — diperkirakan akan bernilai US$8,3 miliar pada 2023. Salah satu faktor pertumbuhan industri game di GSEA adalah esports. Tidak heran, mengingat kebanyakan gamers di Asia memang juga tertarik dengan esports. Menurut data dari Niko Partners, di Asia, sekitar 95% dari gamer PC dan 90% pemain mobile aktif di dunia esports. Hal ini menunjukkan, industri game dan esports punya dampak besar pada satu sama lain. Sebelum ini, kami telah membahas tentang keadaan industri gaming di GSEA pada 2020. Kali ini, kami akan membahas tentang industri esports di Asia, khususnya Asia Tenggara.

Jumlah Penonton dan Pemain Esports di Asia Tenggara

Menurut data dari Niko Partners, jumlah penonton esports di Asia Timur dan Asia Tenggara mencapai 510 juta orang. Dari keseluruhan jumlah penonton, sekitar 350 juta fans esports berasal dari Tiongkok dan 160 juta orang sisanya berada di Asia Tenggara, Jepang, dan Korea Selatan.

“Kurang lebih, terdapat sekitar 100 juta penonton esports di seluruh Asia Tenggara. Dengan jumlah penonton dan pemain terbanyak kurang lebih mengikuti jumlah penduduk dan konektivitas internet di masing-masing negara,” kata Darang S. Candra, Director for Southeast Asia Research, Niko Partners. “Indonesia memiliki jumlah penonton dan pemain esports terbanyak, diikuti oleh Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Singapura.” Jika Anda ingin mengetahui jumlah penonton esports di masing-masing negara Asia Tenggara, Anda bisa menemukan informasi itu di laporan premium dari Niko Partners.

Data populasi dan kecepatan internet di Asia Tenggara.

Dari segi populasi, lima negara di Asia Tenggara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak adalah Indonesia, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Myanmar. Sementara dari segi kecepatan internet, Singapura merupakan negara jaringan fixed broadband paling cepat, tidak hanya di Asia Tenggara, tapi juga di dunia. Menurut data Speedtest, kecepatan jaringan fixed broadband di Singapura mencapai 245,5 Mbps. Seperti yang bisa Anda lihat pada tabel di atas, walau Indonesia memiliki populasi paling besar, kualitas jaringan internet Tanah Air masih kalah cepat jika dibandingkan dengan kebanyakan negara-negara Asia Tenggara.

Sementara itu, menilik dari segi prestasi, Filipina menjadi negara di Asia Tenggara dengan prestasi esports terbaik. Salah satu buktinya adalah Filipina berhasil membawa pulang medali paling banyak dari cabang olahraga esports di SEA Games 2019. Ketika itu, Filipina berhasil mendapatkan tiga medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu di cabang esports. Sebagai perbandingan, tim Indonesia hanya berhasil menyabet dua medali silver.

Filipina berhasil memenangkan tiga medali emas di tiga game yang berbeda, yaitu Dota 2, StarCraft II, dan Mobile Legends: Bang Bang. Belum lama ini, tim asal Filipina, Bren Esports juga berhasil memenangkan M2 World Championship. Sementara itu, pemain StarCraft II yang berhasil membawa pulang medali emas untuk Filipina adalah Caviar “EnDerr” Acampado. Dia telah menjadi pemain StarCraft II profesional sejak 2011. Sampai saat ini, dia masih aktif di skena esports StarCraft II. Pada 2021, dia sudah memenangkan dua turnamen minor, yaitu PSISTORM StarCraft League – Season 1 dan Season 2. Sementara pada 2020, dia berhasil menjadi juara dari turnamen major, DH SC2 Masters 2020 Winter: Oceania / Rest of Asia.

Filipina juga punya tim Dota 2 yang mumpuni. Selain berhasil membawa pulang medali emas di SEA Games 2019, Filipina juga punya tim profesional yang tangguh, yaitu TNC Predator. Tim tersebut memenangkan Asia Pacific Predator League 2020/21 – APAC. Pada 2020, mereka juga membawa pulang piala BTS Pro Series Season 4: Southeast Asia dan ESL One Thailand 2020: Asia. Mereka juga memenangkan MDL Chengdu Major dan ESL One Hamburg pada 2019. Tak hanya itu, mereka juga berhasil masuk ke The International selama empat tahun berturut-turut, dari 2016 sampai 2019.

TNC Predator jadi salah satu tim Dota 2 paling tangguh di Asia Tenggara. | Sumber: IGN

Di Tekken, Filipina juga punya Alexandre “AK” Laverez, pemain Tekken profesional yang memenangkan medali perak di SEA Games 2019. AK sendiri telah dikenal di skena esports Tekken global sejak 2013. Ketika itu, dia berhasil menjadi juara tiga di Tekken Tag Tournamen 2 Global Championship walau dia masih berumur 13 tahun. Selain itu, dia juga berhasil meraih posisi runner up di WEGL Super Fight Invitational dan EVO Japan 2019.

Namun, tim-tim esports Indonesia juga punya keunggulan tersendiri. Jika dibandingkan dengan organisasi esports di negara-negara Asia Tenggara lainnya, tim esports Indonesia sangat populer. Faktanya, tiga tim esports paling populer di Asia Tenggara berasal dari Indonesia, yaitu EVOS Esports, Aura Esports, dan RRQ.

Ekosistem Turnamen Esports di Asia Tenggara

Jumlah pemain dan penonton esports di sebuah kawasan hanya bisa tumbuh jika ekosistemnya memang memadai. Kabar baiknya, industri esports di Asia Tenggara memang punya potensi besar. Lisa Cosmas Hanson, Managing Partner, Niko Partners bahkan menyebutkan, Asia Tenggara berpotensi untuk menjadi pusat esports global. Salah satu buktinya adalah banyaknya turnamen esports yang digelar di Asia Tenggara.

“Pada tahun 2020, kami mencatat lebih dari 350 major tournaments digelar di wilayah Asia Tenggara. Angka tersebut tidak termasuk turnamen-turnamen amatir dan kecil,” kata Darang.

Phoenix Force dari Thailand menangkan FFWS 2021. | Sumber: The Strait Times

Total hadiah dari turnamen-turnamen esports yang diadakan di Asia Tenggara juga cukup besar. Free Fire World Series (FFWS) 2021 menjadi turnamen esports dengan total hadiah terbesar, mencapai US$2 juta. Tak hanya itu, kompetisi itu juga memecahkan rekor jumlah peak viewers. Pada puncaknya, jumlah penonton dari FFWS 2021 mencapai 5,4 juta orang. Sebagai perbandingan, League of Legends World Championship 2019 — pemegang gelar turnamen esports dengan peak viewers tertinggi sebelumnya — hanya memiliki peak viewers sebanyak 3,9 juta orang.

Selain FFWS 2021, di tahun ini, turnamen esports lain yang menawarkan hadiah besar adalah ONE Esports Singapore Major. Turnamen Dota 2 itu menawarkan total hadiah US$1 juta. Pada 2018, juga ada Dota 2 Kuala Lumpur Major, yang menawarkan total hadiah yang sama, yaitu US$1 juta.

Saat ini, di Asia Tenggara, juga telah ada liga esports yang menggunakan model franchise, yang dipercaya akan menjadi tren di masa depan. Salah satunya adalah Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID). Selain itu, MPL Phillipines juga dikabarkan akan mengadopsi model franchise pada Season 8. Free Fire Master League juga sudah menggunakan sistem liga yang mirip dengan sistem franchise. Setiap tim diharuskan membayar sejumlah uang jika mereka ingin berpartisipasi dalam liga tersebut. Hanya saja, sebuah organisasi esports boleh menyertakan lebih dari tim untuk ikut serta di FFML. Dan durasi kontrak antara tim dengan penyelenggara hanya berlangsung selama satu season.

Game Mobile Kuasai Tayangan Esports Terpopuler Bulan Juli 2020

Beberapa waktu belakangan kita sudah melihat bagaimana tayangan esports game mobile mendapat sorotan yang besar, karena jumlah penontonnya yang kini bahkan bisa menyalip esports game PC. Pembuktian tersebut jadi lebih menarik lagi karena ternyata, penonton Indonesia mendominasi di dua tayangan turnamen esports besar di skena game mobile tersebut.

Dari game MLBB kita melihat bagaimana jumlah penonton tayangan MPL Invitational 4 Nations Cup menyalip jumlah penonton liga League of Legends Korea Selatan, LCK. Pertandingan EVOS vs RRQ, dua tim asal Indonesia, menjadi pertandingan yang paling banyak ditonton. Dari sisi PUBG Mobile, kita juga melihat bagaimana Indonesia menjadi salah satu negara dengan konsumsi terbesar terhadap tayangan PUBG Mobile World League 2020 Season 0 – East Region.

Melanjutkan dua pencapaian tersebut, Esports Charts baru-baru ini membuat rangkuman 5 tayangan esports paling populer bulan Juli 2020 ini. Tanpa diduga, 4 dari 5 daftar peringkat tersebut berisi game mobile. Pengisi peringkat 1 adalah MPL Invitational 4 Nations Cup dengan 1.032.379 penonton terbanyak di saat bersamaan (Peak Viewers).

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Sayangnya PUBG Mobile World League East tidak bisa mengisi peringkat 1 untuk bulan Juli. PMWL 2020 Season Zero – East Region sebenarnya mencetak rekor baru dengan 1,1 juta penonton terbanyak di saat bersamaan. Namun momen tersebut terjadi di babak Final, yang digelar pada bulan Agustus 2020.

Selain penonton Indonesia yang menguasai peringkat tersebut, hal menarik lain yang patut disorot mungkin adalah berkurangnya penonton LCK, dan gelaran C.O.P.A Free Fire. Pada daftar tayangan esports terpopuler bulan Juni 2020 lalu, kita dapat melihat LCK juga berada di dalam daftar. Dari bulan Juni ke bulan Juli, jumlah penonton LCK mengalami penurunan yang luar biasa.

Penonton LCK di bulan Juni sebanyak 672.362 penonton di saat bersamaan, sementara penonton di bulan Juli adalah 584.303 penonton di saat bersamaan. Artinya, penonton LCK berkurang cukup drastis, dengan selisih 88.059 orang penonton dari bulan Juni ke Juli. Hal menarik lain adalah, pertandingan T1 bertahan dari bulan Juni ke Juli sebagai pertandingan LCK dengan jumlah penonton terbanyak.

Sumber: Esports Charts
Rangkuman tayangan esports terpopuler bulan Juni 2020. Sumber: Esports Charts

C.O.P.A Free Fire juga jadi sorotan menarik pada daftar ini, karena turnamen tersebut merupakan pertandingan Free Fire lokal Brazil, namun berhasil menembus daftar tersebut. Mengutip dari Esports Charts, 570.074 orang penonton pertandingan C.O.P.A Free Fire itu merupakan penonton lokal Brazil saja. Jumlah penonton Brazil di C.O.P.A Free Fire terhitung 57.019 orang lebih banyak dibanding penonton Indonesia di PMWL 2020 East Region Finals, yang berjumlah 513.055 orang penonton.

Data ini menjadi menarik karena menunjukkan potensi fanatisme fans esports Indonesia terhadap tim kesayangannya. Dari daftar ini kita juga dapat melihat bagaimana tayangan esports game mobile akan dapat bicara lebih banyak di masa depan.