Tanpa LCD, Leica M-D Adalah Kamera Digital Berjiwa Analog

Pabrikan kamera ternama Leica baru-baru ini meluncurkan sebuah produk yang akan membuat konsumen agak terheran-heran, yakni sebuah kamera digital tanpa LCD. Ya, Anda tidak salah baca, kamera mirrorless bernama lengkap Leica M-D (Typ 262) sama sekali tidak mengemas layar pada panel belakangnya.

Sebagai gantinya, bagian belakangnya hanya dihuni oleh sebuah kenop pengatur ISO, sebuah viewfinder di kiri atas dan sebuah kenop putar di kanan atas. Tanpa LCD, otomatis kamera ini pun juga tidak memiliki sistem menu sama sekali.

Lalu apa tujuan Leica sebenarnya? Well, mereka pada dasarnya ingin menghidupkan kembali seni fotografi analog, dimana kreativitas pengguna sama sekali tidak akan terganggu oleh hasil jepretannya. Di sini pengguna hanya akan berfokus pada komposisi selagi menyesuaikan parameter kunci macam shutter speed, aperture, ISO dan tentu saja titik fokus.

Leica M-D mengusung kontrol manual yang lengkap / Leica
Leica M-D mengusung kontrol manual yang lengkap / Leica

Namun sebagai pengusung label Leica, tentu saja kamera ini masih mengedepankan kualitas gambar di atas segalanya. Ia dibekali sensor CMOS full-frame beresolusi 24 megapixel, akan tetapi pengguna hanya bisa mengambil gambar dalam format RAW DNG, tanpa opsi JPEG sama sekali. Lebih lanjut, kamera ini bahkan tidak bisa merekam video, jadi benar-benar didedikasikan untuk fotografi.

Menimbang segalanya, tentu saja Leica M-D bukan untuk semua orang, apalagi mengingat banderol harganya berkisar $6.000. Contoh hasil jepretannya bisa Anda simak di bawah ini; selengkapnya silakan langsung mengunjungi blog Leica.

Contoh hasil foto Leica M-D / Leica
Contoh hasil foto Leica M-D / Leica
Contoh hasil foto Leica M-D / Leica
Contoh hasil foto Leica M-D / Leica

Sumber: Leica dan The Verge.

Cuma $800, Panasonic Lumix GX80 Sajikan Image Stabilization 5-Axis dan Perekaman Video 4K

Setelah merilis Lumix GF8 yang berfokus pada fitur selfie, Panasonic kembali ke ranah yang lebih ‘serius’ dengan meluncurkan Lumix GX80. Kamera mirrorless anyar ini diposisikan sebagai adik dari Lumix GX8 dengan harga yang lebih terjangkau. Pun begitu, bukan berarti fitur-fiturnya murahan dan membosankan.

Lumix GX80 masih memakai sensor Micro Four Thirds 16 megapixel yang sudah dijadikan andalan Panasonic selama beberapa tahun. Namun kali ini tidak ada komponen low-pass filter yang terpasang, sehingga hasil jepretannya diklaim bisa sedikit lebih detail ketimbang kamera Panasonic lain yang memakai sensor yang sama.

Sensor ini punya sensitivitas ISO 100 – 25600. Buat penggemar video, Lumix GX80 sanggup merekam dalam resolusi 3840 x 2160, alias 4K 30 fps. Keunikan lain dari GX80 adalah komponen shutter-nya yang mengadopsi sistem elektromagnet untuk mengurangi blur yang diakibatkan oleh pergerakan shutter saat menjepret gambar.

Panasonic Lumix GX80

Lumix GX80 sekaligus menjadi kamera mirrorless pertama Panasonic yang mengusung sistem image stabilization 5-axis. Sama seperti milik kakaknya, sistem ini juga bisa diaktifkan secara bersamaan dengan stabilizer bawaan lensa untuk lebih memastikan bahwa gambar tidak akan blur meski pengguna tidak memakai tripod.

Sistem autofocus 49 titiknya menganut teknologi Depth from Defocus (DFD) yang sama seperti kakak-kakaknya (Lumix GH4, Lumix GX8), memastikan penguncian fokus yang begitu cepat, akurat, dan bisa diandalkan setiap saat. Lebih lanjut, GX80 turut dibekali fitur Post Focus agar pengguna bisa mengganti titik fokus pasca pemotretan.

Panasonic Lumix GX80

Desainnya banyak terinspirasi oleh Lumix GX8, namun dengan hand grip yang lebih kecil sekaligus dimensi keseluruhan yang lebih ringkas. Meski demikian, ia masih dibekali sepasang kenop putar yang bisa dikustomisasi. Contoh: kenop depan untuk mengatur ISO, kenop belakang untuk mengatur shutter speed.

Di belakang, pengguna akan menjumpai electronic viewfinder beresolusi 2,7 juta dot serta layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot. Layar ini bisa dimiringkan ke atas hingga 80 derajat, atau ke bawah hingga 45 derajat. Bukan, kamera ini bukan ditujukan untuk ber-selfie ria.

Panasonic Lumix GX80 rencananya bakal dipasarkan mulai bulan Mei mendatang seharga $800, sudah termasuk lensa kit 12 – 32 mm, f/3.5 – 5.6.

Sumber: DPReview.

Sony RX10 III Punya Lensa dengan Jangkauan Zoom 3x Lebih Jauh dari Pendahulunya

Belum sampai setahun merilis RX10 II, Sony sudah siap dengan penerusnya yang lebih jagoan. Kamera bernama Sony RX10 III ini membawa sejumlah peningkatan yang signifikan dibanding pendahulunya, utamanya pada bagian lensanya, yang memang sudah menjadi nilai jual utama lini RX10 sejak model pertamanya diperkenalkan di tahun 2013.

RX10 III mengusung lensa Zeiss Vario-Sonnar T* 24 – 600 mm f/2.4 – 4.0. Kalau dibandingkan, lensa ini punya aperture yang lebih besar ketimbang milik pendahulunya sekaligus jangkauan zoom yang lebih jauh. Prestasi semacam ini biasanya hanya bisa dijumpai pada lensa-lensa DSLR dengan harga selangit.

Lebih lanjut, lensa ini juga mengemas sembilan bilah aperture yang akan memastikan biasan cahaya tampak bulat sempurna pada rentang f/2.4 – 11. Aspek ini krusial bagi yang gemar menciptakan potret dengan efek blur pada latar serta fokus yang tajam pada subjek.

Sony RX10 III

Jeroan RX10 III tidak banyak berubah dari pendahulunya. Ia masih mengandalkan sensor Exmor RS 1 inci dengan resolusi 20,1 megapixel dan chip DRAM terintegrasi. Dipadukan dengan prosesor BIONZ X, kinerja sensor ini sangatlah cepat, sanggup merekam video dalam kecepatan 960 fps (40x slow motion), serta mengunci fokus dalam hitungan 0,09 detik.

Jangkauan zoom yang jauh beserta kemampuan merekam video 4K menjadikannya senjata yang ideal bagi para videografer. Di samping itu, shutter speed-nya bisa mencapai angka 1/32.000 detik untuk membekukan aksi super-cepat tanpa distorsi, apalagi mengingat ia bisa menjepret foto secara konstan dengan kecepatan 14 fps.

Sony RX10 III

Selain perubahan signifikan pada komponen lensa, Sony turut merevisi sedikit dari desain RX10 III. Grip-nya kini lebih dioptimalkan untuk lensa barunya, memastikan genggaman pengguna tetap stabil dalam berbagai kondisi. Kontrol yang presisi dapat dilakukan lewat tiga lens ring yang berfungsi untuk mengatur fokus, zoom dan aperture, plus sebuah tombol untuk menahan fokus selagi pengguna melakukan framing ulang.

Jendela bidiknya masih mengandalkan panel OLED beresolusi 2,35 juta dot, dan ia turut mengemas konektivitas Wi-Fi, NFC, beserta kompatibilitas dengan deretan aplikasi PlayMemories.

Sony mematok harga $1.500 untuk RX10 III, lebih mahal $200 dibanding pendahulunya. Kamera superzoom ini rencananya bakal dipasarkan mulai bulan Mei mendatang.

Sumber: PR Newswire.

Canon Luncurkan EOS 1300D dengan Fokus Pada Era Media Sosial

Canon baru saja mengumumkan DSLR kelas entry terbarunya, EOS 1300D. Secara garis besar, kamera ini masih sama seperti pendahulunya, yaitu EOS 1200D. Kendati demikian, Canon telah menyematkan sejumlah fitur anyar yang bakal membuatnya menjadi relevan di era media sosial.

Utamanya adalah konektivitas Wi-Fi dan NFC supaya pengguna bisa meneruskan hasil jepretannya ke smartphone, lalu membagikannya ke media sosial dengan cepat. Akan tetapi itu saja belum cukup, EOS 1300D turut mengusung mode pemotretan baru yakni “Food Mode” yang bisa diakses lewat mode dial-nya. Seperti yang sudah bisa ditebak, mode ini akan membantu pengguna mengabadikan santapan lezatnya dengan pengaturan cahaya yang lebih optimal.

Jantung EOS 1300D masih sama persis seperti pendahulunya, yakni sensor CMOS APS-C 18 megapixel, dengan sistem autofocus 9 titik dan kemampuan merekam video 1080p. Pun begitu, Canon telah mengganti prosesornya menjadi DIGIC 4+ yang lebih baru guna meningkatkan kinerjanya secara menyeluruh. Soal sensitivitas, kamera ini punya rentang ISO 100 – 6400, dan bisa diekspansi menjadi 12800.

Canon EOS 1300D

Pembaruan lain yang dibawa EOS 1300D ada pada LCD 3 inci di belakang yang kini mengemas resolusi lebih tajam, tepatnya 920 ribu dot. Selebihnya, EOS 1300D masih mempertahankan formula andal pendahulunya dalam harga yang terjangkau.

Canon EOS 1300D rencananya akan mulai dipasarkan pada bulan April mendatang. Ia dibundel bersama lensa kit EF-S 18-55mm f/3.5-5.6 IS II seharga $550, atau sekitar 7,2 juta rupiah.

Sumber: DPReview.

Kamera Saku Terbaru Sony Punya Lensa Zoom yang Amat Jauh dan Electronic Viewfinder

Sony baru saja meluncurkan kamera saku yang cukup menarik perhatian, yakni Cyber-shot DSC-HX80. Menarik karena ia merupakan kamera termungil yang dilengkapi dengan kemampuan optical zoom yang sangat jauh, tepatnya 30x atau 24 – 720 mm.

Lensa zoom ini dikemas dalam bodi yang amat ringkas, bahkan lebih kecil ketimbang lini RX100, menjadikannya mudah disimpan di dalam saku kemeja. Meski demikian, spesifikasi yang ditawarkan cukup wah jika dibandingkan rival-rivalnya yang seukuran.

Sony HX80 ditenagai oleh sensor Exmor R 18,2 megapixel dan prosesor BIONZ X yang akan memastikan kualitas gambar maupun video 1080p yang ditangkap tetap bagus di segala kondisi. Sony tidak lupa membekalinya dengan sistem image stabilization 5-axis supaya hasil jepretannya tidak mudah blur akibat genggaman pengguna yang kurang stabil.

Sony HX80

Panel belakangnya didominasi oleh layar 3 inci beresolusi 921 ribu dot yang bisa diputar ke depan untuk keperluan selfie. Lebih menarik lagi, HX80 juga mengemas sebuah electronic viewfinder berpanel OLED dengan mekanisme pop-up seperti milik RX100. Menemani EVF tersebut adalah sebuah pop-up flash di bagian tengah panel atasnya.

Pengguna bisa meneruskan hasil jepretannya dengan mudah via Wi-Fi dan NFC. Kamera ini juga kompatibel dengan sejumlah aplikasi PlayMemories yang dirancang untuk meningkatkan fungsionalitas kamera.

Sony akan mulai memasarkan HX80 pada bulan April mendatang. Harganya cukup terjangkau di angka $350.

Sumber: Sony.

Sony Luncurkan Kamera Pengawas dengan Kemampuan Merekam Video 4K dalam Kegelapan

Video yang direkam kamera pengawas atau CCTV biasanya beresolusi rendah. Tapi tidak masalah karena fungsi utamanya adalah mengawasi keadaan suatu lokasi, terutama di malam hari dimana jumlah yang menjaga biasanya tidak sebanyak pada saat jam kerja.

Namun anggapan kita terhadap kamera pengawas seperti di atas bakal berubah berkat produk terbaru Sony, yaitu Sony SNC-VB770. Kamera pengawas ini istimewa karena kemampuannya merekam dalam resolusi 4K 30 fps serta dapat ‘melihat’ di kegelapan. Tidak seperti CCTV inframerah yang hanya bisa merekam dalam satu warna di tempat gelap, SNC-VB770 akan mengabadikan semuanya secara berwarna.

Kamera ini dibekali oleh sensor full-frame 12,2 megapixel – sepertinya sama persis dengan yang tertanam di Sony A7S II. Sensor ini sangat sensitif terhadap cahaya. Begitu sensitifnya, ia bisa ‘melihat’ meski tingkat kecerahan hanya sebatas 0,004 lux. Sebagai pembanding, 0,002 lux adalah tingkat kecerahan saat bulan sedang ‘malu-malu’ bersinar di langit.

Fitur crop 4x pada Sony SNC-VB770

Resolusi 4K juga memungkinkan pengguna kamera ini untuk meng-crop empat bagian spesifik dalam video, lalu menampilkannya sebagai empat video terpisah dalam resolusi VGA (640 x 480 pixel) guna memudahkan pengawasan. Kamera ini dapat dikendalikan menggunakan smartphone via sambungan Wi-Fi, sedangkan foto maupun video yang diambilnya bisa dikirim lewat koneksi LAN.

SNC-VB770 menganut sistem mirrorless dimana lensanya bisa dilepas-pasang. Ia kompatibel dengan seluruh lensa yang termasuk dalam lini E-mount buatan Sony maupun pabrikan lain macam Carl-Zeiss.

Soal harga, sepertinya ini merupakan salah satu kamera pengawas termahal yang pernah ada. Sony mematoknya seharga 850 ribu yen, atau sekitar Rp 98 juta, tanpa lensa. Belum ada informasi apakah Sony bakal memasarkannya di luar Jepang.

Sumber: Engadget.

Sigma Luncurkan Duo Kamera Mirrorless Perdananya, sd Quattro dan sd Quattro H

Nama Sigma selama ini dikenal oleh para fotografer sebagai salah satu produsen lensa terlengkap untuk berbagai merek. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Sigma juga terus bereksperimen dengan kamera buatannya sendiri, utamanya adalah lini Sigma DP Quattro, kamera compact dengan wujud dan jenis sensor tidak umum.

Kini Sigma terus menggenjot inovasi mereka di bidang fotografi lewat duo kamera mirrorless perdananya, sd Quattro dan sd Quattro H. Keduanya sama-sama memakai sensor Foveon yang cukup unik. Unik karena sensor ini pada dasarnya terdiri dari sejumlah lapisan, memungkinkan kamera untuk menangkap gambar dengan warna yang lebih kaya dan resolusi lebih tinggi dibanding teknologi sensor gambar pada umumnya.

Sigma sd Quattro dan sd Quattro H

Sigma sd Quattro dan sd Quattro H punya fisik yang sama persis. Letak perbedaannya hanya pada ukuran sensor yang dipakai: sd Quattro mengemas sensor berukuran APS-C, sedangkan sd Quattro H punya sensor APS-H yang ukurannya sekitar 30 persen lebih besar.

Sensor milik sd Quattro punya resolusi 19,6 megapixel, sedangkan sd Quattro H 25,5 megapixel, masing-masing dengan sistem autofocus hybrid. Namun mengingat teknologi yang dipakai sensor Foveon ini berbeda, masing-masing sensor punya resolusi setara 39 megapixel dan 51 megapixel pada sensor bertipe Bayer yang dipakai oleh hampir semua kamera digital saat ini.

Sigma sd Quattro

Selain penggunaan teknologi sensor yang tidak umum, desain duo sd Quattro ini juga bisa dibilang sedikit aneh. Hand grip-nya lebih pendek ketimbang bagian bodi yang mengemas sensor. Hal ini disebabkan Sigma sengaja merancang keduanya agar kompatibel dengan seluruh lini lensa yang mereka produksi, termasuk halnya lensa untuk kamera DSLR. Alhasil, ‘rumah’ lensanya pun harus dibuat lebih besar.

Di belakang, pengguna akan berjumpa dengan electronic viewfinder beresolusi 2,3 juta dot, dengan sudut pandang mendekati 100 persen, menurut klaim Sigma. Di bawahnya, ada LCD 3 inci dengan resolusi 1,62 juta dot. Uniknya, LCD ini sebenarnya terdiri dari dua layar; layar kecil yang ada di sebelah kanan akan menampilkan pengaturan kamera secara konstan. Semua ini dikemas dalam bodi berbahan magnesium yang tahan air dan debu.

Sigma sd Quattro

Sejauh ini belum ada informasi mengenai harga dan ketersediaannya. Sigma sedang memamerkan keduanya di hadapan pengunjung event CP+ 2016 yang digelar di Yokohama, Jepang.

Sumber: DPReview.

Action Cam Ricoh WG-M2 Bisa Menyelam Tanpa Casing dan Merekam Video 4K

Pabrikan kamera asal Jepang, Ricoh, sedang semangat-semangatnya meluncurkan produk baru. Setelah DSLR full-frame Pentax K-1, kali ini giliran sebuah action camera yang menjadi sorotan. Bernama Ricoh WG-M2, ia merupakan suksesor dari action cam debutan Ricoh yang dirilis dua tahun silam.

WG-M2 jauh lebih ringkas dibanding pendahulunya. Ukuran dan bobotnya menciut hingga 40 persen, tapi di saat yang sama masih mengedepankan aspek durabilitas. Ia bisa menyelam hingga kedalaman 20 meter, beroperasi di suhu -10 derajat Celsius dan tidak keberatan Anda jatuhkan dari ketinggian dua meter. Semua itu tanpa bantuan casing pelindung sama sekali.

Ricoh WG-M2

WG-M2 juga datang dengan spesifikasi yang jauh lebih menggiurkan. Mengikuti tren, kamera ini sekarang bisa merekam video dalam resolusi 4K 30 fps, 1080p 60 fps atau 720p 120 fps. Yang tak kalah menarik adalah sudut pandang lensanya yang begitu luas, tepatnya 204 derajat.

Foto bisa ia abadikan dalam resolusi 8 megapixel. Bagian atas bodinya didominasi oleh LCD berukuran 1,5 inci, dengan enam tombol pengoperasian di sisi kiri dan kanannya. Tanpa harus terkejut, WG-M2 juga mengemas konektivitas Wi-Fi sehingga pengguna bisa mengoperasikannya dari kejauhan menggunakan smartphone atau tablet.

Ricoh WG-M2

Action cam anyar ini bakal mulai dipasarkan pada bulan April seharga $300. Tentu saja Ricoh juga akan menawarkan sejumlah aksesori opsional untuk meningkatkan fungsionalitasnya. Satu yang cukup menarik adalah sebuah pistol grip yang menancap pada mount tripod di sisi bawahnya.

Sumber: The Verge dan Ricoh.

Nikon Luncurkan Lini Kamera Compact Baru, Nikon DL

Setelah keluar dari zona nyamannya dengan memperkenalkan sebuah action camera di event CES 2016 kemarin, Nikon kini kembali berfokus pada bidang fotografi. Rival terbesar Canon itu baru saja mengumumkan lini kamera compact baru yang terdiri dari tiga perangkat: DL24-85, DL18-50 dan DL24-500.

Jangan heran melihat nama-namanya. Angka-angka tersebut merupakan penanda jenis lensa yang dimiliki oleh masing-masing kamera. Contoh: DL18-50 punya lensa dengan panjang fokal 18 – 50 mm. Mereka ini bukan termasuk kamera mirrorless, jadi lensanya tidak bisa dilepas-pasang.

Meski mengusung lensa dan bodi yang berbeda-beda, ketiganya sama-sama ditenagai oleh sensor CMOS 1 inci beresolusi 20,8 megapixel dan prosesor Expeed 6A. Perpaduan ini juga memungkinkan ketiganya untuk merekam video 4K 30 fps, atau video slow-motion dalam resolusi 1080p 120 fps dan 720p 240 fps.

Nikon DL24-85

Lini Nikon DL juga menjanjikan performa yang cepat. Ketiganya sanggup memotret dalam kecepatan 20 fps dalam mode continuous, atau malah 60 fps kalau titik fokusnya sudah ditetapkan sebelumnya. Autofocus-nya sendiri menganut sistem hybrid, yang mencakup 105 titik phase-detection dan 171 titik contrast-detection.

Lalu kamera mana yang harus Anda pilih? Jawabannya tergantung kebutuhan. DL24-85 punya fitur eksklusif Super Macro Mode untuk membantu pengguna memotret close-up, sedangkan lensa DL18-50 yang lebih wide sangat ideal dipakai untuk fotografi landscape maupun arsitektur. Keduanya sama-sama punya lensa dengan aperture f/1.8-2.8, jadi kualitas bokeh-nya sudah pasti cukup terjamin.

Nikon DL24-500

DL24-500 berbeda sendiri. Bodinya paling bongsor, tapi lensanya juga paling istimewa dengan jangkauan 21x optical zoom. Ia juga satu-satunya yang mempunyai electronic viewfinder OLED dengan resolusi 2,36 juta dot – dua kamera lainnya hanya punya layar sentuh, tapi DL24-500 juga turut dilengkapi komponen serupa.

DL24-85, DL18-50 dan DL24-500 bakal dipasarkan mulai awal musim panas tahun ini. Masing-masing dihargai $650, $850 dan $1.000.

Sumber: Nikon via Engadget.

Pentax K-1 Ramaikan Persaingan Kamera DSLR Full-Frame

Setelah cukup lama memproduksi kamera DSLR APS-C dan medium format, Pentax kini mulai mengincar ranah baru, yaitu DSLR full-frame. Yup, perusahaan yang diakuisisi oleh Ricoh di tahun 2011 ini sekarang punya rival yang pas untuk Canon 5DS maupun Nikon D810.

Dinamai Pentax K-1, ini merupakan debut Pentax di ranah DSLR full-frame. Oleh karena itu, tidak kaget apabila sensor gambarnya yang menjadi sorotan utama di sini. K-1 mengemas sensor CMOS full-frame beresolusi 36,4 megapixel. Sensitivitasnya mencapai angka ISO 204800, dan absennya filter anti-aliasing memastikan hasil fotonya bebas dari efek moiré.

Pentax K-1

Tak hanya mengemas sensor gambar yang canggih, K-1 juga dibekali sistem image stabilization 5-axis yang sangat efektif untuk mencegah hasil fotonya tampak blur akibat genggaman yang kurang stabil. Bahkan di saat melakukan teknik panning, sistem akan memprediksi ke mana arah kamera digerakkan oleh pengguna, lalu menerapkan kompensasi yang optimal.

Satu-satunya hal yang mungkin akan membuat konsumen sedikit kecewa adalah, opsi perekaman videonya cuma terbatas di resolusi 1080p 30 fps saja, belum 4K. Beruntung hal tersebut bisa ditutupi oleh sistem autofocus yang begitu andal yang mencakup 33 titik – 25 di antaranya merupakan titik cross-type – serta performa burst shooting 4,4 fps.

Pentax K-1

Selain mengandalkan kualitas gambar, K-1 rupanya juga menyimpan sejumlah fitur unik yang hingga kini belum dimiliki rival-rivalnya. Yang pertama adalah LCD 3,2 inci yang sangat fleksibel. Layar ini bisa Anda miringkan secara horizontal, vertikal maupun diagonal – sesuaikan saja dengan kebutuhan. Kalau tidak terbiasa menggunakan LCD, pengguna bisa memanfaatkan viewfinder-nya yang punya sudut pandang hampir 100 persen.

Yang kedua adalah fitur bernama Operation Assist Light. Sesuai namanya, fitur ini dirancang untuk memudahkan pengguna mengoperasikan kamera di kondisi gelap. Sejumlah lampu LED tersebar di beberapa bagian bodi seperti di atas lensa dan di slot memory card. Tujuannya adalah supaya pengguna bisa melepas-pasang lensa atau mengganti memory card dengan mudah ketika lokasi pemotretan memang benar-benar minim cahaya.

Pentax K-1

Semua ini dikemas dalam bodi yang tahan air, tahan debu dan tahan terhadap suhu dingin. Ukurannya juga cukup ringkas untuk ukuran DSLR full-frame, dengan bobot 1 kg lebih sedikit, sudah termasuk baterai.

Buat konsumen setia Pentax yang sudah menanti-nanti kehadiran DSLR full-frame, K-1 bisa dibeli mulai bulan April mendatang seharga $1.800 (body only). Pentax juga akan menawarkan 12 lensa full-frame baru untuk menemani DSLR andalannya tersebut.

Sumber: PetaPixel dan DPReview.