Memulai Hobi Kamera Film Instan untuk Keluarga, Berapa Modal yang Dibutuhkan?

Hobi fotografi saya sedang bergelora dan saya ingin istri saya turut merasakannya. Kebetulan dalam waktu dekat ini putri saya akan merayakan ulang tahun pertama dan saya sedang mempertimbangkan untuk membeli kamera film instan.

Lucunya ide ini terlintas saat bermain game Life is Strange, ketika Maxine Caulfield – seorang siswa jurusan fotografi sedang memandang foto-foto yang ditempel dengan gaya acak-acakan namun terlihat artistik.

memulai-hobi-kamera-film-instan-untuk-keluarga-3

Selain itu, desain kamera instan yang stylish dengan berbagai pilihan warna ceria tentunya bakal menarik anak dan istri saya. Hasil fotonya juga lebih unik dibanding kamera smartphone dan tentu saja tercetak langsung. Tetapi, berapa banyak modal yang dibutuhkan?

Memilih Tipe Kamera Instan

memulai-hobi-kamera-film-instan-untuk-keluarga-2
Foto: Fujifilm

Pilihan saya langsung jatuh ke Fujifilm, meski ada pula merek lain seperti Polaroid, Kodak, Leica, dan lainnya. Alasannya sederhana, harganya relatif terjangkau, modelnya banyak, dan kertas filmnya mudah didapat. Pilihannya:

  • Fujifilm Instax Mini 9 – Rp945.000
  • Fujifilm Instax Wide 300 – Rp1.599.000
  • Fujifilm Instax Mini Neo 90 – Rp1.999.000
  • Fujifilm Instax SQ6 – Rp2.049.000
  • Fujifilm Instax SQ10 – Rp3.999.000

Paling terjangkau adalah Fujifilm Instax Mini 9, bentuk dan pilihan warnanya sangat menggemaskan. Kamera ini menggunakan lensa Fujinon 60mm f/12.7 – f/32 dengan output foto seukuran kartu kredit.

memulai-hobi-kamera-film-instan-untuk-keluarga-4
Foto: Fujifilm

Tapi yang paling terbaru adalah Fujifilm Instax SQ6. Desainnya terlihat lebih kekinian dan menghasilkan jepretan dalam rasio aspek 1:1 atau persegi dengan ukuran 2,4×2,4 inci.

Lalu, yang paling canggih adalah Fujifilm Instax SQ10 dengan mengombinasikan digital dan analog. Jadi, hasil foto-fotonya tersimpan di kamera dan tak langsung tercetak.

Harga Kertas Film

Fujifilm-Instax-SQ10
Foto: Fujifilm

Satu pack kertas film berisi 10 lembar, dengan harga Rp95.000 untuk yang persegi panjang, kertas film yang wide Rp125.000, dan persegi Rp150.000.

Terbilang cukup mahal, hasil foto yang diambil akan langsung tercetak dari kamera dan tidak bisa memilih. Jadi, mungkin akan ada beberapa foto yang hasilnya tak sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Ya, namanya juga kamera analog, fitur-fiturnya juga tak secanggih kamera digital. Bahkan, untuk baterainya sendiri menggunakan baterai jenis AA dan tidak bisa diisi ulang. Atau Anda bisa juga menggunakan baterai jenis AA yang bisa di-charge ulang, mirip yang biasa digunakan untuk mainan, tentu saja akan bertambah biaya untuk membeli beterai serta charger-nya.

Verdict

memulai-hobi-kamera-film-instan-untuk-keluarga-5
Foto: Fujifilm

Saya masih ingat betul, bagaimana orang tua menunjukkan album foto-foto kenangan dan hal tersebut sangat berkesan. Kini zaman telah berubah, kita cenderung membagikan foto ke media sosial.

Mungkin saya akan mulai dari model paling basic yaitu Fujifilm Instax Mini 9. Meski modal untuk mencoba kamera Instax lumayan mahal – tapi harus diakui hasil cetaknya sangat unik. Bisa juga saya berubah pikiran, edit saja koleksi foto yang ada dan cetak sendiri dengan biaya lebih terjangkau.

Tapi, memang kalau ‘nostalgia’ adalah alasan utama saya ingin mencetak foto. Namun harus sejalan dengan perkembangan zaman, saya ingin membuat album foto kenangan yang lebih kreatif dan juga ingin menempelnya ke dinding persis seperti game Life is Strange.

Update: Terdapat penambahan keterangan tentang batera AA yang bisa diisi ulang. 

Menambah Watermark pada Kamera Smartphone

Kegiatan fotografi saat ini makin diminati karena hampir semua smartphone yang dijual memiliki kamera. Walaupun hasilnya belum sebaik kamera DSLR pada umumnya, tetapi semua orang yang tidak memiliki dana lebih untuk membeli Mirrorless atau DSLR bisa berkreasi dengan bebas.

Memiliki sebuah smartphone dengan kamera yang bagus juga akan membuat orang yang melihat hasilnya akan bertanya-tanya, “Gambarnya diambil pake smartphone apa?”

Aplikasi Shot on Free

Sebelumnya, Huawei dengan P9-nya mungkin adalah yang pertama kali menggunakan watermark pada smartphone. Hal ini secara tidak langsung menjawab pertanyaan di atas, bahwa foto yang dilihat tersebut diambil dari smartphone Huawei P9.

Menggunakan watermark yang datang dari aplikasi kamera juga menambah kepercayaan diri sang pengguna dalam menggunakan smartphone-nya. Tentunya, vendor smartphone yang menggunakan watermark sangat percaya bahwa hasilnya bagus.

Akan tetapi, tidak sedikit pula smartphone yang tidak memiliki fasilitas tersebut. Apalagi, gambar yang dihasilkan juga tidak buruk. Selain itu, banyak pula pengguna smartphone yang mahir mengambil angle tertentu sehingga bisa mendapatkan hasil yang cantik pula.

Saat seorang pengguna sudah mahir dalam mengambil gambar, tentunya mereka sendiri pun juga ingin menggunakan watermark.

Tampilan utama

Nah, sekarang pertanyaannya bagaimana caranya supaya mereka yang memiliki smartphone namun tidak memiliki fasilitas watermark supaya bisa memberitahu gambar yang dihasilkan menggunakan smartphone apa. Selain itu, bagaimana caranya agar mereka yang lihai dalam mengambil gambar bisa membuat watermark dengan kreasi mereka sendiri?

Pada platform Android, ada cara yang sangat mudah dalam mengambil gambar dengan menggunakan watermark secara langsung. Aplikasi tersebut bernama “Shot On Free“. Yap, kita gunakan saja yang gratis.

Editing Watermark

Aplikasi ini mampu memberikan watermark pada setiap gambar yang Anda miliki. Anda pun dapat melakukan kreasi tersendiri terhadap gambar watermark dan kata-kata yang ingin ditampilkan.

Versi gratis dari aplikasi ini memang terbatas, namun secara mendasar sudah cukup untuk menjaga hasil foto Anda agar tidak diklaim orang lain. Dan karena gratis, aplikasi ini sudah disusupi cukup banyak iklan. Akan tetapi, aplikasi ini merupakan salah satu yang bisa menghapus kata “Shot On” pada watermark.

Aplikasi ini sudah memberikan beberapa template watermark vendor smartphone seperti Google Pixel, Huawei, Xiaomi, Sony, Motorola, Vivo, dan lain sebagainya.

Pilihan menu

Untuk membuat watermark sendiri, Anda bisa membuatnya dengan menyediakan gambar sendiri yang menggunakan format PNG dengan transparansi 100% untuk background-nya. Setelah itu, masukkan PNG tersebut dari menu Setting dan pilih “Add your own logo-image”.

Untuk membuat gambar Anda memiliki watermark, caranya sangat mudah. Gunakan salah satu template vendor atau scroll saja ke bawah untuk menggunakan default. Lalu, pilih gambar yang ingin ditambahkan watermark. Setelah itu, klik tombol menu yang ada di sebelah kanan atas. Di sana, Anda bisa mengganti logo watermark serta kata-kata yang ada.

Hasil Akhir

Setelah itu, untuk menyimpan gambar, tekanlah tombol download di sebelahnya. Anda diharuskan untuk mengunggu selama 30 detik untuk menonton iklan. Setelah itu, tekan tombol download itu sekali lagi untuk menyimpan gambar. Mudah bukan?

Silahkan mencoba!

Gitzo dan Sony Merilis Tripod dan L-Bracket untuk Kamera Mirrorless Alpha Series

Bagi pengguna kamera mirrorless maupun DSLR, tripod merupakan salah satu aksesori yang wajib dimiliki. Fungsinya untuk membantu Anda mendapatkan komposisi foto yang diinginkan dengan hasil yang tajam.

Kabar baik untuk pengguna kamera mirrorless besutan Sony, perusahaan pembuat aksesori kamera yakni Gitzo bekerja sama dengan Sony dan mereka memperkenalkan sepasang produk baru. Adalah tripod Traveler α dan L-Bracket α yang dirancang khusus untuk kamera mirrorless full frame Alpha A7 dan A9 series.

gitzo-dan-sony-merilis-tripod-dan-l-bracket-untuk-kamera-mirrorless-alpha-series

Traveler α adalah tripod traveler premium, Gitzo mendesain tampilannya agar serasi dengan kamera Sony. Sebagai teman jalan-jalan, ukuran tripod Traveler α memang tidak besar, bobotnya juga cukup ringan hanya 1,43 kg, namun mampu menampung kapasitas maksimum hingga 10 kg, dengan tinggi maksimum 165 cm, dan saat dilipat 43 cm.

Tripod Traveler α terbuat dari bahan carbon fibre, kaki-kakinya dari tabung Carbon eXact, dan menggunakan sistem G-lock yang memungkinkan Anda mengunci kaki pada ketinggian yang Anda inginkan. Kepala tripodnya juga berbahan carbon fibre dan sistem penguncian yang aman dengan tuas pan dan tilt lock.

Selain tripod, L-bracket atau L-plate juga merupakan aksesori penting untuk membantu Anda mengambil foto atau video dalam orientasi vertikal atau portrait. Menemani tripod Traveler α, Gitzo juga merilis L-Bracket α.

L-plate ini terbuat dari bahan aluminium, Gitzo mengklaim L-Bracket α yang paling ringan di jenisnya dengan berat hanya 77 gram. Karena telah dirancang khusus, L-Bracket α tidak menghalangi saat membuka baterai atau port lainnya.

Dengan L-plate, tripod akan lebih stabil saat memakai lensa yang agak berat, mengubah arah atau posisi kamera lebih mudah, dan sekaligus melindungi bagian bawah kamera yang rentan dari gesekan saat menggunakan tripod.

Mengenai harganya, Gitzo tripod Traveler α dibanderol mahal US$ 999,99 atau sekitar Rp14 jutaan. Sedangkan, Gitzo L-Bracket α dijual US$ 199,99 atau Rp2,8 jutaan.

Sumber: Dpreview

Sony Me-refresh Kamera Saku RX100 V dengan Prosesor Lebih Cepat

Banyak yang beranggapan bahwa kamera saku telah ‘mati’ akibat gempuran antara kamera smartphone dan mirrorless. Meski peminatnya berkurang, namun kamera saku di level premium masih mampu bertahan.

Kemampuan zoom yang jauh merupakan fitur andalan kamera saku, ukurannya yang sama ringkasnya seperti smartphone, serta jauh lebih kecil dan ringan dibanding kamera mirrorless dengan lensanya.

Salah satu perusahaan kamera yang masih membuat kamera saku adalah Sony. Kabar yang terbaru, mereka telah me-refresh kamera saku travel zoom seri RX100 V dengan RX100 VA.

Sony-RX100-V-1

Sony RX100 VA menyertakan prosesor BIONZ X lebih cepat dan firmware baru. Sistem menu telah ditata ulang dengan indikator lebih jelas, dan terdapat tambahan tab baru yakni ‘My Menu’ yang bisa disesuaikan.

Kamera ini menggunakan sensor Exmor RS CMOS tipe 1 inci dengan resolusi 20,1-megapixel. Meski ukurannya kecil, kamera ini juga punya jendela bidik elektronik bertipe pop-up, flash built-in, dan layar yang bisa di putar ke atas hingga 180 derajat.

RX100 VA mampu merekam 24 foto per detik dengan buffer atau memori penampungan sementara saat foto berturut-turut lebih panjang, yaitu 233 foto – sebelumnya hanya 150 foto dalam format JPEG + RAW.

Performa Eye AF turut ditingkatkan, fitur ini sangat membantu untuk foto portrait. Selain itu, subject tracking, refresh rate viewfinder juga meningkat. Tambahan lainnya seperti mode focus area Zone baru, serta peningkatan mode metering, dan fitur white balance.

Sony RX100 VA memiliki nomor model DSC-RX100M5A dan dengan santainya menggantikan model lama di situs resmi Sony. Harga masih sama, yakni US$999.99 atau sekitar Rp14 jutaan di pasar Amerika Serikat.

Sumber: DPreview

Lini Kamera Mirrorless Nikon 1 Resmi Dipensiunkan

Rumor mengenai kamera mirrorless full-frame Nikon perlahan semakin menjurus ke arah kenyataan. Setelah bocoran spesifikasinya beredar, sekarang muncul laporan bahwa lini kamera mirrorless Nikon 1 telah di-discontinue, dan ini telah dikonfirmasi langsung oleh Nikon kepada DPReview.

Nikon 1, bagi yang tidak tahu, sudah eksis sejak tahun 2011, dan sampai detik ini terdiri dari 11 kamera dan 12 lensa yang berbeda. Model terakhirnya, Nikon 1 J5, dirilis lebih dari tiga tahun yang lalu, dan ini sejatinya bisa menjadi indikasi bahwa Nikon tak lagi tertarik untuk meneruskannya.

Salah satu alasan mengapa lini Nikon 1 kurang populer dibanding penawaran dari produsen lainnya adalah ukuran sensornya yang kecil; cuma 1 inci, setara dengan kamera saku kelas atas macam Sony RX100. Sensor ini bahkan lebih kecil ketimbang sensor Micro Four Thirds yang digunakan Panasonic dan Olympus, yang sudah termasuk mini jika dibandingkan sensor APS-C.

Ini juga sepertinya yang menjadi alasan mengapa Nikon memutuskan untuk beralih ke sensor full-frame buat kamera mirrorless berikutnya. Mereka tampaknya tidak mau mengulangi kesalahan sebelumnya, dan lagi kamera mirrorless full-frame Sony terbukti laris manis di pasaran terlepas dari harganya yang mahal.

Beberapa model dari lini Nikon 1 masih akan dipasarkan selama stoknya masih ada. Namun seumpama saya sedang berburu kamera mirrorless sekarang, lini Nikon 1 pasti tak akan masuk pertimbangan sama sekali, kecuali diskonnya benar-benar luar biasa miring.

Sumber: DPReview.

Moment Luncurkan Aplikasi Kamera dengan Kontrol Manual Penuh

Moment merupakan pembuat aksesori fotografi, dikenal dengan lensa-lensanya yang berkualitas untuk smartphone.

Mereka menawarkan beberapa jenis lensa yang berbeda, seperti lensa anamorphic, wide, tele portrait, superfish, hingga lensa macro yang mampu menghasilkan foto dan video yang unik.

Untuk meningkatkan pengalaman fotografi mobile, Moment telah mengumumkan aplikasi kamera baru untuk iOS dan Android yang disebut Moment – Pro Camera.

Untuk versi iOS, aplikasi ini bisa diunduh gratis tapi Anda harus membayar US$2,99 atau sekitar Rp40 ribuan untuk membuka mode pro/manual dan menikmati semua fiturnya. Sementara, di Android merupakan versi berbayar dengan harga Rp29 ribu.

Aplikasi ini membawa kontrol manual penuh pada kamera digital ke smartphone, Anda bisa menyesuaikan exposure, ISO, shutter speed, focus, dan white balance secara real-time dengan menggeser slider. Hasil fotonya bisa disimpan dengan beragam format, ada RAW, HEIF, HEVC, TIFF, atau JPEG.

Sementara dalam mode video, nantinya Anda bisa dengan mudah mengubah framerate dan mode video tanpa perlu masuk ke pengaturan aplikasi kamera. Fitur lainnya, ada live histogram, auto video stabilization, dan lainnya.

Bila Anda memiliki smartphone dengan kamera ganda dan menggunakan lensa dari Moment, dengan aplikasi Moment – Pro Camera – Anda bisa memilih modul kamera yang ingin digunakan.

Misalnya pada iPhone dengan dua kamera seperti iPhone X, aplikasi ini memungkinkan Anda memilih kamera wide-angle atau telephoto.

Memang kebanyakan smartphone saat ini sudah dibekali aplikasi kamera bawaan dengan mode pro/manual. Namun aplikasi Moment – Pro Camera menawarkan kontrol penuh dalam pengoperasian yang mudah.

Application Information Will Show Up Here

Sumber: Dpreview

Kamera Atau Teropong Bintang? Nikon Coolpix P1000 Unggulkan Optical Zoom 125x

Sekitar tiga tahun lalu, Nikon meluncurkan Coolpix P900, sebuah kamera superzoom yang sanggup meneropong bulan. Sekarang, Nikon sudah siap merilis penerusnya, Coolpix P1000, dengan kemampuan meneropong yang lebih mencengangkan lagi.

Kalau P900 mengandalkan lensa 24-2000mm f/2.8-6.5, P1000 membawanya ke level yang lebih jauh lagi lewat lensa 28-3000mm f/2.8-8. Ya, kalau P900 dengan optical zoom sejauh 83x saja sudah bisa menyuguhkan permukaan bulan, P1000 dengan optical zoom 125x jelas mampu menyajikan detail permukaan bulan yang lebih bagus lagi.

Nikon Coolpix P1000

Seumpama itu masih kurang jauh, fitur Dynamic Fine Zoom bisa dimanfaatkan untuk mencapai panjang fokal 6000mm, meski kualitas gambarnya dipastikan bakal menurun. Masih kurang juga? Manfaatkan saja fitur Digital Zoom untuk mencapai panjang fokal 12000mm, meski kualitas gambarnya pasti bakal turun drastis.

Sama seperti P900, P1000 juga mengemas sensor 1/2,3 inci, dengan resolusi 16 megapixel dan rentang ISO 100-6400. Yang membedakan, P1000 jauh lebih fleksibel karena dapat memotret dalam format RAW. Untuk video, P1000 siap dipakai untuk merekam video 4K 30 fps ataupun 1080p 60 fps.

Nikon Coolpix P1000

Fisik P1000 cenderung bongsor akibat lensanya. Dalam posisi zoom paling jauh, panjangnya mencapai 36 cm, dan bobotnya pun berkisar di angka 1,4 kg. Jendela bidik elektronik beresolusi 2,36 juta dot telah disematkan ke bagian belakang atasnya, sedangkan di bawahnya bernaung LCD 3 inci yang dapat diubah posisinya sesuka hati.

Nikon Coolpix P1000 rencananya baru akan dilepas di pasaran mulai bulan September mendatang. Harganya tidak murah: $1.000 untuk sebuah kamera bak teleskop.

Sumber: DPReview.

Mengenal Kamera Mirrorless Sony dengan Sensor Full Frame

Saat ini kebanyakan perusahaan pembuat kamera mirrorless menggunakan sistem kamera dengan sensor APS-C. Sejauh ini baru Sony yang menyediakan kamera tanpa cermin dalam dua format.

Format APS-C yang bisa ditemui pada A6000 series atau di bawahnya yang ideal untuk kebutuhan hobi dan semi pro. Serta, full frame yang ada pada A7 dan A9 series untuk profesional.

Kelebihan kamera full frame adalah ukuran sensor yang lebih besar dibanding APS-C. Dampaknya hasil foto umumnya lebih baik, dan punya jangkauan fokal lensa yang lebih lebar. Namun, harga perangkat kamera full frame dan lensa-lensa FE dari Sony terbilang mahal.

Setelah sebelumnya membahas kamera mirrorless Sony dengan sensor APS-C, sekarang mari kita lanjutkan mengulas kamera mirrorless Sony dengan sensor full frame.

Sony Alpha A7 Series

Sony-Alpha-A7
Foto: Sony.co.id

Sony meluncurkan kamera full frame pertama yakni Alpha A7 generasi ke-1 pada tahun 2013. Ada tiga varian dengan kemampuan yang berbeda.

Pertama Alpha A7 itu sendiri dengan sensor CMOS 24,3-megapixel yang ideal untuk foto dan video. Saat ini harganya semakin terjangkau, A7 dengan paket lensa FE 50mm f/1.8 bisa ditebus seharga Rp13 juta – harga yang sama dengan Alpha A6300.

Sony-Alpha-A7R
Foto: Sony.co.id

Kedua Alpha A7R dengan sensor CMOS beresolusi tinggi 36,4-megapixel, kamera ini dirancang untuk fotografer profesional. Ideal untuk memotret landscape, produk, fashion, dan kebutuhan lainnya. Saat ini, harga A7R body only berkisar di Rp20 jutaan.

Sony-Alpha-A7S
Foto: Sony.co.id

Ketiga Alpha A7S dengan sensor CMOS 12,2-megapixel dengan sensitivitas ultra tinggi hingga ISO 409.600. Kamera ini sangat piawai mengambil foto dan video di kondisi low-light, sangat ideal untuk fotografi panggung dan malam. Harga A7S untuk body only saat ini masih Rp24 juta.

Sony Alpha A7 II Series

Sony-Alpha-A7-II
Foto: Sony.co.id

Seperti generasi pertama, Sony juga merilis tiga varian. Kita mulai dari Alpha A7 II, kamera full frame pertama dengan fitur peredam getar 5-axis image stabilization dan autofocus lebih cepat dibanding pendahulunya. Sensor gambar yang digunakan masih sama, CMOS 24,3-megapixel. Harga A7 II sekarang Rp18 juta dengan pilihan lensa FE 50mm f/1.8 atau lensa Kit FE 28-70mm.

Sony-Alpha-A7R-II
Foto: Sony.co.id

Berikutnya Alpha A7R II, dibekali resolusi lebih tinggi yakni sensor BSI-CMOS 42,4-megapixel yang tentunya mampu menghasilkan foto sangat tajam karena tidak ada low pass filter. Fitur 5-axis image stabilization juga dibenamkan, harga A7R II body only saat ini pada Rp30 juta.

Sony-Alpha-A7S-II
Foto: Sony.co.id

Kemudian Alpha A7S II, kamera ini dirancang untuk videografer profesional. Mampu merekam video 4K dalam format full frame dalam kondisi temaram sekalipun. Fitur baru seperti 5-axis image stabilization juga dibenamkan, sementara sensor gambarnya masih sama CMOS 12-megapixel. Kalau untuk harga A7S II, saat ini masih sekitar Rp40 jutaan.

Sony Alpha A7 III Series

Sony-Alpha-A7-III
Foto: Sony.co.id

Pada Alpha A7 series generasi ke-3 atau yang teranyar, baru muncul Alpha A7 III dan A7R III. Sementara untuk A7S III masih belum diluncurkan, tapi rumornya bakal dirilis tahun ini.

Alpha A7 III tentu membawa banyak peningkatan, tapi yang baru adalah dual slot SD dan daya tahan baterai yang lebih lama hingga 700 jepretan. Sensor gambarnya masih sama, CMOS 24,2-megapixel dan fitur 5-axis image stabilization di body-nya. Harga A7 III untuk body only berkisar Rp28 jutaan.

Sony-Alpha-A7R-III
Foto: Sony.co.id

Beralih ke Alpha A7R III, kamera ini masih menggunakan sensor gambar seperti pendahulunya, CMOS 42,4-megapixel. Namun dengan pemrosesan gambar LSI dan BIONZ X yang lebih cepat. Harga A7R III tembus sampai Rp45 juta.

Sony Alpha A9 Series

Sony-Alpha-A9
Foto: Sony.co.id

Alpha A9 dirancang untuk fotografer profesional terutama photojournalistic, misalnya fotografer olahraga. Sony mengklaim, Alpha A9 sanggup menyuguhkan performa setara atau melampaui DSLR.

Rahasinya adalah sensor CMOS full-frame Exmor RS baru bertipe stacked 24,2-megapixel dan prosesor BIONZ X baru. Alpha A9 sanggup menjepret hingga 362 gambar JPEG atau 241 gambar RAW tanpa henti dalam kecepatan 20 fps. Saat ini harga Alpha A9 body only tembus Rp60 jutaan.

Itulah kamera mirrorless Sony dengan sensor full frame, paling terjangkau adalah A7 generasi pertama Rp13 juta dengan paket lensa prime serbaguna FE 50mm f/1.8. Namun, yang paling saya rekomendasikan adalah A7 generasi ke-2, harganya tidak jauh yakni Rp18 juta dan sudah memiliki fitur 5-axis image stabilization serta autofocus lebih cepat.

Referensi: Infofotografi

Nikon Dikabarkan Segera Luncurkan Dua Kamera Mirrorless Full-Frame Sekaligus

Kita semua yang mengikuti perkembangan industri kamera tahu betul bahwa Canon dan Nikon, terlepas dari statusnya sebagai dua produsen DSLR terbesar, tertinggal di segmen mirrorless. Terakhir diberitakan pada bulan September tahun lalu, Nikon sedang menyiapkan kamera mirrorless baru. Bukan sembarang mirrorless, tapi yang bersensor full-frame.

Jelas sekali Nikon membidik Sony sebagai incarannya, yang hingga kini memang masih mendominasi segmen kamera mirrorless full-frame. Beberapa bulan berselang, belum ada kabar lagi terkait rencana Nikon ini, hingga akhirnya situs Nikon Rumors buka suara mengenai rumor terbarunya.

Dilaporkan bahwa Nikon tengah bersiap meluncurkan dua kamera mirrorless sekaligus, dan keduanya semestinya mengusung sensor full-frame. Perbedaannya, yang satu mengemas resolusi antara 24 – 25 megapixel, sedangkan satunya 45 – 48 megapixel. Anggap saja ini seperti cara Sony membedakan antara model a7 dan a7R, meski bisa saja pendekatan yang diambil Nikon berbeda.

Secara fisik, dimensi kedua kamera ini dirumorkan mirip seperti lini Sony a7, yang berarti jauh lebih ringkas ketimbang deretan DSLR full-frame Nikon. Kendati demikian, Nikon dikabarkan juga memprioritaskan faktor ergonomi, di mana hand grip kedua kamera ini seharusnya lebih nyaman digenggam ketimbang milik Sony.

Ilustrasi perbandingan dimensi kamera mirrorless terbaru Nikon dengan DSLR Nikon D850 / PetaPixel
Ilustrasi perbandingan dimensi kamera mirrorless terbaru Nikon dengan DSLR Nikon D850 / PetaPixel

Kemampuan merekam video 4K, burst shooting secepat 9 fps dan sistem image stabilization 5-axis juga bakal menjadi fitur-fitur unggulan kedua kamera baru ini. Perihal kontrol, panel belakangnya bakal dihuni oleh viewfinder elektronik beresolusi 3,6 juta dot, sekali lagi sekelas dengan penawaran Sony.

Kedua kamera dikabarkan juga akan menggunakan dudukan lensa baru, yang sempat bocor pengajuan hak patennya. Rumor lengkapnya juga mengatakan bahwa Nikon sudah menyiapkan tiga lensa guna menemani kedua kamera mirrorless barunya, yakni lensa 24-70mm, 35mm dan 50mm.

Kalau benar, kabarnya dua kamera ini bakal diumumkan secara resmi menjelang akhir bulan Juli ini juga. Harganya diperkirakan berada di kisaran $4.000 untuk model 45 megapixel, sedangkan model 25 megapixel di bawah $3.000. Harga tersebut sudah termasuk lensa 24-70mm untuk masing-masing kamera.

Semoga saja rumor ini banyak benarnya, dan yang paling penting menurut saya adalah jadwal perilisannya jangan sampai meleset jauh, sebab sudah waktunya Nikon melawan secara serius di persaingan kamera mirrorless yang semakin hari semakin memanas.

Sumber: Nikon Rumors via PetaPixel.

5 Kamera Mirrorless Sony dengan Sensor APS-C

Bicara soal kamera mirrorless, banyak pemain di dalamnya – Sony satu diantaranya. Pabrikan asal Jepang itu mengusung dua sistem yakni APS-C dengan lensa berlabel E dan full frame dengan lensa FE.

Kelebihan dari kamera mirrorless Sony dengan sistem APS-C adalah harganya relatif lebih murah, pun demikian dengan lensa-lensa E-nya. Namun, dengan hasil foto yang baik bahkan untuk memenuhi kebutuhan profesional.

Berikut adalah pembahasan singkat, lima kamera mirrorless Sony dengan sensor APS-C. Mana yang paling cocok untuk Anda?

1. Sony Alpha A5000 – Rp5 Juta

kamera-mirrorless-sony-dengan-sensor-aps-c-1
Foto: Sony.co.id

Untuk Anda yang belum pernah punya kamera digital, Sony Alpha A5000 sangat ideal dijadikan sebagai kamera mirrorless pertama. Bentuknya ringkas dan cara pakainya simple tanpa banyak tombol di body-nya.

Layar LCD 3 inci dapat diputar 180 derajat, untuk mempermudah vlogging dan selfie. Hasil fotonya juga bisa langsung ditransfer ke smartphone.

Alpha A5000 menggunakan sensor CMOS 20,1-megapixel dan prosesor Bionz X. Kamera ini sudah cukup ideal untuk Anda yang ingin belajar fotografi tanpa perlu merogoh kocek dalam-dalam.

Kelemahan yang kerap dirasakan oleh para pengguna Alpha A5000 adalah kinerja autofocus-nya yang relatif lambat di dalam ruangan.

2. Sony Alpha A5100 – Rp6 Juta

kamera-mirrorless-sony-dengan-sensor-aps-c-2
Foto: Sony.co.id

Bila Alpha A5000 ideal untuk belajar memotret foto, kemampuan A5100 lebih dititik beratkan pada perekaman videonya.

Ia punya sistem fast hybrid AF dengan 179 titik yang mampu mengikuti subjek yang bergerak.  Layar LCD 3 inci-nya sudah menggunakan panel sentuh, mendukung fokus sentuh, dan dapat ditekuk 180 derajat.

Desain fisiknya memang identik dengan Alpha A5000, tapi A5100 menggunakan sensor CMOS 24-megapixel dan prosesor BionZ-X.

Kelemahan pada Alpha A5000 sudah diatasi pada A5100 yakni kinerja autofocus yang meningkat. Namun Alpha A5100 masih tidak memiliki hotshoe, jadi Anda tidak memasang akesori tambahan seperti mic dan flash.

3. Sony Alpha A6000 – Rp8 Juta

kamera-mirrorless-sony-dengan-sensor-aps-c-3
Foto: Sony.co.id

Untuk keperluan yang lebih serius, Sony Alpha A6000 adalah jawabannya. Dari lima kamera mirrorless Sony dengan sistem APS-C yang di bahas pada artikel ini, Alpha A6000 adalah yang paling populer dan kemampuannya melampaui harganya.

Desain fisiknya sudah berbeda dengan Alpha A5000 dan A5100, punya viewfinder, hotshoe, dan tombol kontrol lebih lengkap. Selain itu, sistem autofocus-nya juga sudah sangat cepat dengan 179 titik phase detection sampai ke ujung gambar.

Kamera ini menggunakan sensor CMOS 24-megapixel dan prosesor BionZ-X. Kelemahan Alpha A6000 adalah absennya external mic jack.

Sebagai informasi, harga body only untuk Alpha A6000 dibanderol Rp6,5 juta. Menurut saya, lensa yang paling ideal untuk mendampinginya adalah Sony 35mm f/1.8 OSS – karena menyuguhkan sudut pandang yang lebih luas dan hasil yang tajam.

4. Sony Alpha A6300 – Rp13 Juta

kamera-mirrorless-sony-dengan-sensor-aps-c-4
Foto: Sony.co.id

Sebagai penerus, kelemahan Alpha A6000 sudah dibenahi pada A6300. Namun bukan dari segi desain, karena keduanya punya fisik yang identik.

Pertama sistem autofocus-nya, bila A6000 memiliki 179 titik – A6300 punya 425 titik fokus. Kedua, perekaman videonya – A6300 mampu merekam video format 4K dengan bitrate sampai 100 Mbps.

Selain itu, kamera ini juga dilengkapi dengan external mic jack. Fitur ini sangat penting bagi vlogger/videografer untuk meningkatkan kualitas audio. Untuk resolusi fotonya masih 24-megapixel (CMOS APS-C) dan prosesor BionZ-X.

Kelemahannya mungkin terletak dibanderol harganya, sebagai informasi di rentang harga yang sama kita sudah bisa mendapatkan kamera full frame Sony Alpha A7.

Kembali lagi ke kebutuhan Anda, bila condong ke video – memilih A6300 lebih tepat tapi bila condong ke foto – A7 jawabannya.

5. Sony Alpha A6500 – Rp22 Juta

kamera-mirrorless-sony-dengan-sensor-aps-c-5
Foto: Sony.co.id

Sony Alpha A6500 merupakan kamera Sony dengan sensor APS-C paling canggih dengan autofocus paling kencang. Harganya bahkan lebih mahal dibanding kamera full frame Sony Alpha A7 generasi ke-2, apa yang membuatnya istimewa?

Adalah fitur peredam getaran 5 axis stabilization yang bekerja pada lensa apapun yang dipasangkan ke kamera. Fitur lainnya seperti touch focus, kemampuan memotret kontinu hingga 307 foto, dan banyak lagi.

Alpha A6500 nyaris sempurna untuk foto dan video, kamera ini mampu merekam video kualitas 4K dalam format Super 35mm dan video 1080p dengan bitrate 100Mbps, lengkap dengan format video S-Log3.

Alpha A6300 menggunakan sensor Exmor CMOS APS-C 24,2-megapixel dengan processor LSI yang membantu prosesor gambar utama Bionz X.

Kelemahannya mungkin pada harganya, dengan rentang harga tersebut saya pribadi lebih memilih kamera full frame Sony Alpha A7 generasi ke-2 – tapi kembali lagi ke kebutuhan Anda itu apa.

Referensi: Infofotografi