Venus Optics Menambahkan Opsi Mount Baru untuk Tujuh Lensa Laowa Populer

Seiring waktu, ekosistem lensa sistem kamera mirrorless full frame baru seperti Nikon Z, Canon RF, dan L-mount semakin kuat. Selain ketersediaan lensa native yang semakin beragam, baik dari segi focal length dan variasi harga, dukungan pabrikan lensa pihak ketiga juga penting.

Venus Optics misalnya, mereka terus memperluas lensa-lensa Laowa dalam berbagai mount tambahan. Yang terbaru ada tujuh lensa yang beberapa diantaranya kini tersedia untuk pengguna kamera Nikon Z, Canon RF, L-mount, dan Canon EOS-M.

Mulai dari Laowa 4mm f/2.8 Fisheye yang kini tersedia untuk Nikon Z, terutama pengguna Nikon Z50 dan Nikon Z fc. Lensa ini sangat unik karena dapat menampilkan bidang pandang 210 derajat dan dapat menciptakan perspektif fisheye melingkar pada kamera Micro Four Thirds dan APS-C. Bentuknya ringkas dengan bobot hanya 135 gram, bisa untuk keperluan nge-vlog, panorama 360 derajat, VR imaging, virtual tour, atau diterbangkan dengan drone.

Lanjut ke Laowa 9mm f/2.8 Zero-D untuk Nikon Z, lensa ini menawarkan cakupan ultra wide-angle hingga 113 derajat. Dengan aperture f/2.8 membuatnya sangat cocok untuk bekerja dalam kondisi pencahayaan rendah.

Berkat dua elemen aspherical ditambah tiga elemen extra-low dispersion, Loawa berhasil memperbaiki chromatic aberration, distorsi mendekati nol, dan memiliki ketajaman yang sangat baik dari sudut ke sudut. Dengan dimensi 60x53mm dan bobot 215 gram,mendorong fotografer dan videografer untuk menggunakannya setiap hari dan sangat cocok dipasangkan ke gimbal.

Beralih Laowa Argus 33mm f/0.95 CF APO, sebelumnya lensa APS-C ini sudah tersedia untuk Nikon Z, Canon RF, Sony E, dan Fuji X, sedangkan yang terbaru hadir untuk Canon EOS-M. Berkat desain APO, kualitas gambar yang dihasilkan diklaim lebih jernih dengan chromatic aberration yang terkontrol dengan baik.

Dengan jarak fokus terdekat 35cm, hal ini memungkinkan fotografer untuk menangkap perspektif yang berbeda secara detail. Aperture maksimum f/0.95 mampu menghasilkan bidikan close-up dengan depth of field yang dangkal.

Lanjut ke Laowa 24mm f/14 2X Macro Probe yang kini tersedia untuk Nikon Z dan Canon RF. Lensa full frame ini dirancang untuk pengambilan video macro dari 2:1 hingga infinity dengan sudut pandang ‘Bug Eye’ wide angle. Laras depan lensa tersebut sangat panjang 40cm, tahan air, dan dilengkapi LED ring light di ujung lensa.

Tiga lensa Laowa lainnya di lini Cine, meliputi Laowa 9mm T2.9 Zero-D Cine untuk Nikon Z dan L-mount. Lalu, Laowa 12mm T2.9 Zero-D Cine untuk L-mount dan Laowa 15mm T2.1 Zero-D Cine untuk Nikon Z.

Sumber: DPreview

Harga Nikon Z fc di Indonesia dan Rekomendasi Lensa yang Cocok

Bagi sebagian orang, kamera mirrorless merupakan bagian dari gaya hidup. Mereka sangat menikmati proses saat memotret dan selalu membawa kamera kemanapun pergi. Bagi Anda yang mendambakan pengalaman memotret seperti menggunakan kamera analog, kamera baru dari Nikon ini mengajak para penggemar fotografi bernostalgia.

Ya, Nikon Z fc akhirnya telah tiba di Indonesia. Sudah bisa dipesan secara pre-order, sejak tanggal 20 sampai 31 Agustus 2021. Khusus pembelian secara pre-order, konsumen akan mendapatkan satu baterai ekstra Nikon EN-EL25 senilai Rp1.149.000 dan promo cashback di toko kamera termasuk yang di official store e-commerce.

Harga Nikon Z fc di Indonesia dibanderol Rp13.999.000 untuk body only dan Rp15.999.000 dengan lensa kit Nikkor Z DX 16-50mm F3.5-6.3 VR. Tentunya banyak yang masih penasaran, siapa sebenarnya Nikon Z fc?

Ia adalah kamera mirroless dengan lensa yang dapat dipertukarkan dan menggunakan sistem kamera terbaru Nikon Z-mount. Namun ukuran sensor yang dipakai bukanlah full frame, melainkan APS-C beresolusi 21MP dengan prosesor gambar Expeed 6 seperti Nikon Z50.

Bagian istimewa dari Nikon Z fc ialah desainnya, bergaya retro mengambil inspirasi dari kamera SLR mereka jaman dulu yakni Nikon F series. Tak cuma mengandalkan penampilan, pengalaman memotret Nikon Z fc juga bakal berbeda berkat kontrol mekanik untuk ISO, shutter speed, dan exposure compensation.

Meski mengusung desain klasik, Nikon tetap memadukan dengan elemen modern seperti layar dengan mekanisme vari-angle dan port USB-C yang memungkinkan pengisian daya langsung ke kamera. Layarnya touchscreen 3 inci dengan resolusi 1,04 juta dot dan di atasnya jendela bidik elektronik dengan panel OLED 2,36 juta dot.

Nikon Z fc dapat memotret beruntun hingga 11 fps dengan full autofocus atau 9 fps untuk Raw 14-bit. Sementara untuk video, kamera ini dapat merekam video hingga resolusi 4K oversampled dari lebar penuh sensornya.

Rekomendasi Lensa

Ekosistem lensa sistem kamera Nikon Z sudah berkembang banyak, di mana beberapa pilihan lensa native dengan harga yang cukup terjangkau sudah tersedia. Sebut saja, Nikkor Z MC 50mm F2.8, Nikkor Z 85mm F1.8 S, Nikkor Z 35mm F1.8 S, dan Nikkor Z 20mm F1.8 S yang harganya masih berkisar di angka belasan juta.

Bila sederet lensa tersebut masih belum masuk budget, pengguna Nikon Z fc juga bisa melirik lensa manual pihak ketiga yang harganya sangat murah. Sebagai contoh, lensa terbaru 7Artisans 35mm F0.95 hanya Rp2.990.000, 7Artisans 55mm F1.4 mark II Rp1.690.000, 7Artisans 35mm F1.2 mark II Rp1.650.000, bahkan TTArtisan 35mm F1.4 hanya Rp1.039.000, lensa tersebut juga tersedia dalam varian Nikon Z mount.

Dengan memasang lensa manual ke bodi Nikon Z fc, selain membuat bentuknya tetap ringkas dan penampilannya selaras. Namun yang lebih penting justru meningkatkan pengalaman memotret, di mana segala pengaturan bisa diatur secara manual sesuai preferensi masing-masing pengguna, dari ISO, shutter speed, aperture, dan juga fokusnya.

OPPO Ungkap Teknologi Pencitraan Baru untuk Smartphone Mendatang, dari Sensor RGBW Hingga Kamera Bawah Layar

Lewat unggahan video baru di channel YouTube resmi OPPO yang bertajuk ‘OPPO Future Imaging Event’. OPPO mengungkap serangkaian terobosan dalam teknologi pencitraan smartphone yang berfokus pada peningkatan sensor, modul, dan algoritma. Termasuk sensor RGBW baru, 85-200mm continuous optical zoom, five-axis OIS, dan kamera bawah layar generasi terbaru yang dilengkapi algoritma kecerdasan buatan.

Acara tersebut dipimpin oleh Simon Liu selaku Director of Imaging dari OPPO. Ia menjelaskan bahwa sensor RGBW OPPO yang baru dikembangkan dengan menambahkan sub-piksel putih (W) ke susunan RGB dan menggunakan algoritma pixel binning 4-in-1. Hasilnya sensor dapat menangkap cahaya 60% lebih banyak dibandingkan sensor generasi sebelumnya dan noise berkurang hingga 35%.

Lebih lanjut, OPPO menggunakan teknologi DTI (Deep Trench Isolation) untuk mengisolasi piksel mengumpulkan cahaya dari satu sama lain dan secara efektif mencegah sub-pixel crosstalk dan meningkatkan kualitas gambar. Di sisi lain, algoritma piksel 4-in-1 akan membantu secara substansial meningkatkan kinerja sensor warna, mencegah masalah ketidakakuratan warna, dan pola moiré.

Tak hanya meningkatkan pengambilan foto pada kondisi cahaya rendah, sensor RGBW juga mampu membuat portrait lebih ekspresif baik untuk foto maupun video dengan penyempurnaan pada kulit, tekstur, dan kontras. Sensor ini akan dirilis secara komersial pada produk OPPO mulai Q4 2021.

OPPO 85-200mm Continuous Optical Zoom

Fasilitas zoom di smartphone memperluas kreativitas saat mencari komposisi, namun rentang zoom optical dari kamera smartphone cukup pendek dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Modul kamera baru 85-200mm continuous optical zoom milik OPPO ini akan memulai babak baru kemampuan zoom di smartphone.

Bahkan di kamera mirrorless di sistem APS-C pun untuk mendapatkan rentang zoom dari 85mm sampai 200mm membutuhkan lensa berukuran besar. Di sini OPPO mengadopsi teknologi lensa G+P (kaca + plastik) untuk pertama kalinya, dengan dua lensa ultra-tipis aspheric glass lenses.

Modul ini memiliki tunnel magnetoresistance sensor (TMR sensor) yang memungkinkan lensa di dalam modul kamera bergerak dengan lebih stabil dan presisi. Motor poros pemandu baru dibuat dengan meningkatkan kemiringan dinamis di mana sistem lensa dapat dipindahkan, sehingga dapat dengan mudah mendukung zoom optik berkelanjutan pada perbesaran yang lebih tinggi. Teknologi ini juga dapat menghindari berbagai kendala umum seperti ketidakakuratan white balance atau bias warna yang ditemui pada sistem zoom konvensional pada perangkat multi-kamera.

Selain itu, pengembangan OPPO terhadap five-axis OIS memungkinkan prosesor sistem menerima data pergerakan dari giroskop, menganalisisnya, dan memecahnya ke masing-masing komponen melalui algoritma. Data kemudian diteruskan ke dua komponen yang dapat dipindahkan, lensa dan sensor, yang masing-masing digerakkan oleh ball-bearing motors dan shape memory alloys.

Saat pergerakannya relatif kecil, gambar akan distabilkan melalui pergeseran lensa OIS mencakup pergeseran horizontal (X) dan vertikal (Y). Namun, ketika amplitudo gerakan relatif besar, pergeseran sensor OIS akan digunakan, yang meliputi pergeseran horizontal (x), pergeseran vertikal (y), dan rolling. Bersama dengan kompensasi algoritma, untuk mencapai stabilisasi dalam lima sumbu gerakan.

Teknologi ini memungkinkan sudut stabilisasi maksimum ±3°, tiga kali lebih besar dari teknologi OIS tradisional pada smartphone, sensor juga dapat bergeser dengan presisi 2μm. Five-axis OIS dapat meningkatkan kinerja kompensasi getaran hingga 65% dan akan dirilis secara komersial pada produk OPPO mulai Q1 2022.

Terakhir, OPPO memperlihatkan solusi kamera bawah layar generasi berikutnya yang akan bekerja pada kerapatan piksel 400 ppi di sekitar area kamera bawah layar. OPPO menggunakan kabel transparan dan desain baru untuk memberikan kualitas tampilan dan pengalaman visual yang lebih halus.

Setiap rangkaian piksel hanya menggerakkan 1 piksel (“1-ke-1”) pada layar dan teknologi kompensasi algoritmik yang tepat, kromatisitas dan kecerahan keseluruhan layar diatur lebih presisi, dengan penyimpangan sekitar 2% dan meningkatkan masa pakai layar hingga 50%.

Institut Penelitian OPPO di Amerika Serikat telah mengembangkan serangkaian algoritma kecerdasan buatan untuk pencitraan, termasuk pengurangan difraksi, anti-kondensasi, HDR, dan AWB untuk mengoptimalkan kualitas pencitraan kamera bawah layar dengan lebih baik.

OPPO Umumkan Teknologi Under-Screen Camera (USC), Tawarkan Pengalaman Layar Penuh

Kamera depan merupakan salah satu fitur penting pada perangkat smartphone, baik untuk mengambil foto dan video selfie, video call dan video conference, hingga untuk sistem keamanan face unlock. Seiring waktu, bezel layar smartphone semakin tipis dan berbagai pabrikan smartphone berbondong-bondong menawarkan pengalaman layar penuh.

Mulai dari penggunaan desain notch dan pop-up camera yang sempat tren beberapa tahun yang lalu. Sementara, smartphone terkini kebanyakan memakai desain punch-hole dan kedepannya kamera depan akan ditempatkan di bawah layar.

Salah satunya dari OPPO, mereka telah meluncurkan teknologi Under-Screen Camera (USC) yang menawarkan pengalaman pengguna akan “layar penuh yang sebenarnya”. Teknologi ini menggabungkan inovasi perangkat keras dengan algoritma Artificial Intelligence OPPO.

Mengintegrasikan sistem baru pada kamera depan bawah layar menggantikan kamera depan tradisional untuk memberikan tampilan layar yang luas dan pengalaman imersif. Namun tetap menawarkan kinerja kamera depan yang dapat diandalkan.

OPPO telah memecahkan berbagai tantangan teknis yang ditemui sejak awal pengembangannya, seperti inkonsistensi layar pada area kamera depan, kualitas gambar, dan permasalahan dengan kualitas produk itu sendiri. Pada teknologi Under-Screen Camera, OPPO memperkenalkan beberapa inovasi baru pada desain dan algoritma AI.

Mulai dari inovasi pada piksel Geometri sebagai solusi baru untuk mengecilkan ukuran setiap piksel tanpa mengurangi jumlah piksel dengan memastikan tampilan kualitas tinggi pada kepadatan 400 ppi bahkan di sekitar area kamera. OPPO juga mengganti kabel layar tradisional dengan kabel transparan yang dibuat melalui proses manufaktur presisi tinggi, lebar kabel dapat dikurangi hingga 50%, dan kualitas tampilannya jauh lebih halus.

Berbeda dengan standar industri saat ini yang menggunakan sirkuit 1 piksel untuk menggerakkan 2 piksel (1-ke-2) di area layar di atas kamera. OPPO memperkenalkan fitur baru dengan menggunakan teknologi layar eksklusif, di mana pada setiap rangkaian piksel hanya menggerakkan 1 piksel (1-ke-1).

Ketika dikombinasikan dengan teknologi kompensasi algoritmik yang tepat, memungkinkan kromatisitas dan kecerahan keseluruhan layar dengan tepat, dan hanya memiliki penyimpangan sebesar 2%. Untuk penggunaan seperti membaca buku digital atau melihat peta navigasi, teknologi ini memungkinkan tampilan huruf dalam ukuran kecil lebih akurat dan detail tekstur warna yang lebih baik.

Dengan pengenalan sirkuit piksel 1-ke-1 dan algoritma pengoptimalan khusus, solusi USC OPPO merupakan generasi baru yang mampu memberikan kompensasi tampilan terbaik di area sekitar kamera di bawah layar. Serta, dapat meningkatkan masa pakai layar hingga 50%.

Berkaitan dengan kamera, para pengembang OPPO dari U.S. Research Institutes, telah mengembangkan serangkaian algoritma AI, termasuk pengurangan difraksi, HDR, dan Auto White Balance untuk mengurangi beberapa efek yang biasa ditemukan pada kamera di bawah layar, terutama gambar buram dan berpendar. OPPO membuat pengurangan difraksi berbasis AI dengan menggunakan puluhan ribu gambar untuk mengontrol masalah yang disebabkan oleh difraksi pada sumber cahaya.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Huawei P50 Pro Menempati Peringkat Pertama di DxOMark, Kamera Tele Memperoleh Nilai Tinggi

Smartphone flagship Huawei P50 dan P50 Pro secara resmi diperkenalkan pada tanggal 29 Juli lalu. Seperti pendahulunya, Huawei P50 Pro pun langsung bertengger di posisi teratas pada peringkat DxOMark dengan skor 144 poin dan menyalip Xiaomi Mi 11 Ultra dengan 143 poin.

Kamera Huawei P50 Pro ini masih mengusung label Leica dan menggunakan multispectral color temperature sensor untuk mengoptimalkan white balance dan color rendering. Skor 144 poin tersebut didapat setelah menguji empat unit kamera belakang Huawei P50 Pro, dengan kamera utama 50MP (output 12,5MP) menggunakan lensa 23mm f/1.8 dilengkapi OIS.

Tentu saja, tiga kamera sekunder yang menyertainya pun tak abal-abal. Ada 13MP dengan lensa ultrawide 13mm f/2.2, 64MP (output 16MP) dengan lensa telephoto 90mm f/3.5 dilengkapi OIS, dan sensor monochrome 40MP dengan lensa 26mm f/1.6.

Menurut DxOMark, kamera Huawei P50 Pro memiliki kualitas foto yang luar biasa di semua kondisi dengan nilai 149 poin. Untuk pengujian zoom, capaian 107 poin juga membuatnya menjadi tolak ukur dan menjadi smartphone dengan kemampuan zoom terbaik terutama tele yang meraih nilai 140 poin dengan kemampuan 4x optical zoom dan 200x digital zoom, sedangkan wide-nya hanya 57 poin.

Dalam hal perekaman video, sayangnya dengan nilai 116 poin Huawei P50 Pro tidak berhasil melampaui Xiaomi Mi 11 Ultra tetapi hanya selisih satu poin saja. Menurut DxOMark, sistem autofocus Huawei P50 Pro saat merekam video bekerja dengan sangat baik. Lebih detail mengenai kemampuan kamera Huawei P50 Pro dapat mengunjungi situs DxOMark.

Sumber: GSMArena

 

6 Fitur Kamera OPPO Reno6 Ini Wajib Anda Eksplorasi

OPPO mengadopsi teknik ‘fotografi komputasi‘ dengan memaksimalkan algoritma AI untuk meningkatkan kemampuan kamera perangkat Reno series. Pada Reno6, OPPO tidak hanya menggunakannya dalam fotografi tetapi juga ke ranah videografi.

Berkat fotografi komputasional, Reno6 dapat menghasilkan video dengan efek ‘bokeh sinematik’ dengan fitur barunya Bokeh Flare Portrait Video. Namun itu hanya satu dari sekian banyak fitur kamera istimewa yang tersedia di Reno6, setidaknya enam fitur berikut wajib Anda eksplorasi lebih jauh.

1. Bokeh Flare Portrait Video

Mari mulai dari Bokeh Flare Portrait, fitur ini bisa diakses di menu style pada mode portrait, tersedia untuk foto dan video menggunakan kamera depan maupun belakang. Skenario terbaiknya ialah di malam hari dengan latar belakang gemerlap lampu kota. Kualitas bokehnya mengesankan, mendekati bokeh yang dicapai menggunakan kamera mirrorless atau DSLR dengan lensa aperture besar.

Ukuran dan kecerahan lampu bokeh juga akan berubah berdasarkan pergerakan kamera dan perubahan kedalaman (jarak). OPPO menggunakan algoritma AI untuk menunjukkan dengan tepat sumber cahaya asli pada latar belakang dan menciptakan titik cahaya bokeh pada berbagai tingkatan kedalaman.

2. AI Highlight Video

Beralih ke AI Highlight Video, fitur ini akan mendeteksi cahaya sekitar dan meningkatkan kualitas video dengan menerapkan algoritma khusus. AI Highlight Video dapat diakses pada mode video normal di kamera depan dan belakang.

Ketika merekam video dengan cahaya latar belakang yang kuat atau backlight misalnya mengambil video portrait saat sunrise/sunset, biasanya subjek akan terlihat gelap. Namun dengan algoritma HDR Live, subjek dan keindahan latar belakang bisa terlihat sama jelasnya.

Sementara, ketika merekam video dalam kondisi pencahayaan minim cahaya, giliran algoritma Ultra Night Video yang diaktifkan. Tujuannya untuk meningkatkan kecerahan, sambil menjaga noise, dan mengembalikan warna asli.

3. AI Mixed Portrait

Mengedit foto dengan efek double exposure bukanlah hal yang sulit, namun lain cerita untuk video. Dengan AI Mixed Portrait, kita bisa menggabungkan dua video menjadi satu yakni video portrait dan video latar belakang misalnya landscape tanpa perlu editing yang rumit. Ada dua mode artistik yang tersedia, blend dan silhouette yang bisa dipilih sesuai preferensi.

4. Dual-View Video

Fitur keren berikutnya ada Dual-View Video, yang dapat menangkap video dari kamera depan dan belakang secara bersamaan sehingga tidak ada momen yang terlewatkan. Ada tiga template yang tersedia, split yang membagi video menjadi dua sama rata, serta round (lingkaran kecil) dan oblong (persegi kecil) yang posisinya bisa diatur suka-suka.

5. AI Color Portrait

Terkadang warna-warni yang berada di latar belakang bisa mengganggu penampilan subjek. Lewat AI Color Portrait, kita bisa lebih menonjolkan subjek dengan membuat latar belakang menjadi hitam putih dan menampilkan subjek dengan warna yang lengkap. Fitur ini berlaku untuk pengambilan foto dan video, baik kamera depan maupun belakang. Terdapat di mode portrait dan video, pada menu style.

6. AI Monochrome Video

Mirip seperti AI Color Portrait, bedanya AI Monochrome Video dapat mempertahankan warna-warna tertentu saja selama pembuatan video yaitu warna RGB. Sebagai contoh, kita bisa menonjolkan warna merah saja, maka semua warna lain yang ada di dalam frame akan dijadikan hitam putih.

AI Monochrome Video hanya tersedia di kamera belakang dan dapat diakses mode video. Lalu, pilih style sky blue untuk menonjolkan warna biru, forest green untuk menampilkan warna hijau, dan crimson untuk mempertahankan warna merah.

Masih ada banyak lagi, fitur kamera OPPO Reno6 yang harus Anda jelajahi sendiri. Termasuk slo-mo, time-lapse, expert, extra HD, Pano, text scanner, macro, sticker, hingga SOLOOP template.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

 

Sony Umumkan Alpha ZV-E10, Versi Advanced dari ZV-1 untuk Content Creator

Sejak perkenalan Sony A6400 di awal tahun 2019, Sony mulai fokus menghadirkan perangkat yang dioptimalkan untuk para content creator. Pada tahun 2020, Sony memperkenalkan ZV-1 yang menghadirkan kemudahan dalam membuat konten.

Sony ZV-1 sendiri merupakan kamera compact premium bersensor 1 inci turunan RX100 series. Namun telah dirancang sepenuhnya untuk keperluan vlogging dengan layar vari-angle, serta dilengkapi hot shoe dan port mikrofon untuk memasang mikrofon eksternal.

Sebelumnya bila ZV-1 tidak dapat memenuhi kebutuhan Anda, maka opsi terdekat yang bisa dipilih ialah A6100, A6400, dan A6600. Kabar baiknya, Sony telah memperkenalkan perangkat baru yang posisinya di tengah antara ZV-1 dan trio A6xxx series yang disebut Alpha ZV-E10.

Bila dilihat namanya, Alpha ZV-E10 tampaknya versi yang lebih advanced dari ZV-1. Ia adalah kamera mirrorless dengan lensa yang dapat ditukar bersensor CMOS Exmor APS-C 24MP yang sama seperti A6xxx series. Kalau dilihat dari desain, menurut saya mungkin bisa disebut sebagai penerus dari A5100.

Alpha ZV-E10 juga mewarisi fitur khusus video yang telah diakui dan disukai dari ZV-1. Termasuk ‘Background Defocus‘ yang dapat beralih antara latar belakang buram (bokeh) dan tajam dengan mulus. Serta, mode ‘Product Showcase Setting‘ yang memungkinkan kamera mengalihkan fokus dari wajah subjek ke objek yang disorot secara otomatis.

Kami sangat antusias memperkenalkan Alpha ZV-E10, kamera dengan lensa yang dapat ditukar terbaru dari Sony, untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dari para kreator. Kamera terbaru Alpha ZV-E10 merupakan alat yang ideal untuk para kreator foto dan video yang ingin bertransisi ke pengaturan yang lebih canggih, karena menggabungkan keserbagunaan dan kualitas gambar luar biasa dari kamera dengan lensa yang dapat ditukar yang didukung oleh sensor lebih besar dengan fitur ramah pengguna yang dirancang khusus untuk foto dan video, ” ujar Kazuteru Makiyama, President Director PT Sony Indonesia.

Desain dan Fitur Sony Alpha ZV-E10

Alpha ZV-E10 mengusung desain video-first dalam bentuk yang ringkas dan ringan dengan bobot 343 gram. Dilihat dari panel atas, tampilannya cukup mirip terutama posisi mikrofon dan hot shoe.

Posisi tombolnya mengalami penyesuaian, tombol on/off diganti tuas dan tombol rana berpindah ke grip yang sedikit lebih besar dari milik ZV-1. Bagian belakang terdapat layar vari-angle bukaan samping 3 inci 920k dot yang memberikan fleksibilitas saat vlogging dan pengambilan gambar dari sudut tinggi atau rendah.

Untuk perekaman videonya, Alpha ZV-E10 mendukung hingga resolusi video 4K melalui pixel readout penuh tanpa pixel binning dengan Codec XAVC S dan bitrate 100Mbps. Juga Slow Motion 1080p 120fps dan turut didukung picture style seperti hybrid Log-Gamma (HDR), S-Gamut3.Cine, S-Log3, S-Gamut3, dan S-Log3. Lengkap dengan stabilisasi gambar elektronik dengan Mode Aktif yang menghadirkan perekaman video stabil, bahkan pada saat berjalan dan pengambilan gambar dengan tangan.

Berkat Fast Hybrid AF dan Real-time Eye AF untuk video, serta Real-time Tracking, Alpha ZV-E10 dapat melacak wajah dan mata subjek untuk pemfokusan otomatis yang cepat dan tepat. Pengguna juga dapat menyesuaikan pengaturan AF kamera, seperti AF Transition Speed dan AF Subject Shift Sensitivity untuk memilih antara pemfokusan cepat atau lambat.

Soal audio, Alpha ZV-E10 juga dilengkapi Directional 3-Capsule Mic internal dan wind screen untuk mengurangi kebisingan angin secara signifikan. Didukung dengan interface audio Digital melalui Multi Interface (MI) Shoe Cap dan jack mikrofon untuk menghubungkan mikrofon eksternal.

Baterai pada Alpha ZV-E10 diklaim dapat bertahan hingga 125 menit perekaman video atau 440 jepretan. Saat pengambilan gambar di dalam ruangan, catu daya AC seperti AC-PW20AM opsional dapat mengisi daya, sehingga pengguna dapat terus merekam tanpa mengkhawatirkan konsumsi baterai. Daya juga dapat disuplai melalui konektor USB Type-C.

Sony Alpha ZV-E10 dipastikan akan tersedia di Indonesia dalam waktu dekat dengan warna hitam dan putih. Harga globalnya berkisar US$700 atau sekitar Rp10,1 jutaan untuk body only atau US$800 atau Rp11,5 jutaan dengan lensa power zoom 16-50mm F3.5-5.6.

3 Lensa APS-C Baru Minggu Ini dari 7Artisans, Tamron, dan Pergear

Pada minggu ini, tercatat ada tiga lensa APS-C baru yang menarik untuk dibahas dari produsen yang berbeda. Meliputi 7Artisans dengan lensa 7.5mm F2 fisheye, Tamron dengan lensa superzoom 18-300mm F3.5-6.3 Di III-A2 VC VXD, dan Pergear dengan lensa 60mm F2.8 Ultra-Macro.

Mari mulai dari 7Artisans 7.5mm F2 fisheye yang dibanderol US$149 atau sekitar Rp2,1 jutaan. Lensa yang dapat mengambil gambar dengan skala lebih luas ini tersedia untuk sistem kamera mirrorless Canon EOS-M, Canon RF, Fujifilm X, Leica L, Micro Four Thirds (MFT), Nikon Z, dan Sony E-mount.

Sekilas untuk spesifikasinya, 7Artisans 7.5mm F2 fisheye dibuat dari 11 elemen dalam 8 grup, termasuk diantaranya dua elemen low-dispersion dan tiga elemen high-refractive index. Memiliki jarak fokus minimum 12,5cm, menggunakan aperture diafragma 7 bilah, dan rentang aperture F2 hingga F11.

Beralih ke Tamron 18-300mm F3.5-6.3 Di III-A2 VC VXD, lensa zoom telephoto all-in-one serbaguna ini akan tersedia untuk sistem kamera Sony E-mount dan Fujifilm X. Serta, menawarkan rentang zoom yang setara dengan 27-450mm di full frame.

Saat ini, Tamron belum mengungkap harga dan rencananya diharapkan akan tersedia pada akhir tahun mendatang. Lebih lanjut, distabilkan secara optik menggunakan linear focus motor VXD (Voice-coil eXtreme-torque Drive), memiliki jarak fokus minimum 6 inci dengan rasio perbesaran maksimum 1:2, dan menawarkan rasio zoom 16,6x.

Lanjut ke Pergear 60mm F2.8 Ultra-Macro, lensa macro ini menawarkan rasio pembesaran 2x dan bidang pandang setara 90mm di full frame. Tersedia untuk sistem kamera Fujifilm X, MFT, Nikon Z, dan Sony E-mount dengan harga US$229 atau sekitar Rp3,3 jutaan.

Pergear 60mm F2.8 Ultra-Macro dibuat dari 11 elemen dalam 8 grup. Menggunakan diafragma aperture 10 bilah dan memiliki jarak fokus minimum 19,1mm. Bodinya punya diameter 68mm dengan panjang 118mm dan bobotnya sekitar 600 gram.

Sumber: DPreview 1, 2, dan 3

Elgato Facecam Adalah Webcam Premium Buat Para Streamer dan Kreator Konten

Elgato terus memantapkan posisinya sebagai penyedia perlengkapan streaming dan kreasi konten. Saking niche-nya dagangan Elgato, mereka bahkan juga punya mouse pad yang bisa merangkap peran sebagai green screen. Pun begitu, anak perusahaan Corsair tersebut selama ini rupanya belum pernah punya satu ‘senjata’ terpenting para streamer, yaitu kamera/webcam.

Perangkat bernama Elgato Facecam berikut ini adalah alternatif buat para streamer yang belum memiliki setup kamera high-end, atau bagi para pekerja WFH yang sekadar membutuhkan webcam baru dengan kualitas gambar yang jauh lebih prima ketimbang yang mereka gunakan sekarang.

Facecam dibekali sensor backside-illuminated CMOS Sony Starvis yang ditandemkan dengan lensa 24mm f/2.4 dengan delapan elemen. Kamera ini siap menghasilkan output video yang uncompressed dalam resolusi 1080p 60 fps, dengan sudut pandang paling luas 82°. Elgato pun tidak lupa menyematkan heatsink sekaligus ventilasi udara pada sisi belakang Facecam demi memastikan perangkat tidak kepanasan meski digunakan secara nonstop.

Facecam mengandalkan sambungan USB-C. Selain dijepitkan ke monitor, perangkat juga dapat dipasangkan di atas tripod standar. Meski bersifat plug-and-play, Facecam juga bisa diutak-atik lebih lanjut menggunakan sebuah aplikasi pendamping, dan semua pengaturan yang ditetapkan bakal langsung tersimpan dalam memori internal Facecam.

Yang mungkin terkesan mengecewakan adalah fakta bahwa Facecam tidak dilengkapi mikrofon sama sekali. Kemungkinan Elgato berasumsi konsumennya pasti lebih sreg menggunakan mikrofon eksternal atau bawaan headset, apalagi mengingat Elgato sendiri memang menjual mikrofon USB, lengkap beserta sederet aksesorinya.

Terlepas dari itu, hal ini mungkin bisa jadi dealbreaker buat sebagian orang, apalagi mengingat banderolnya mencapai $200. Di saat yang sama, beberapa produk pesaingnya yang dijual di kelas harga ini, macam Logitech StreamCam dan Razer Kiyo Pro, hadir membawa mikrofon terintegrasi. Rival sepadan Elgato Facecam yang sama-sama tidak dilengkapi mikrofon internal adalah Dell UltraSharp, tapi perangkat itu menawarkan resolusi 4K 30 fps di harga yang sama.

Sumber: Corsair.

Yongnuo YN455, Kamera Mirrorless MFT 20MP Bersistem Operasi Android

Smartphone terus menggerogoti pasar kamera digital entry-level. Meski sensor gambar yang dipakai oleh produsen smartphone berukuran relatif kecil, namun kemampuan dalam mengambil foto dan video terus mengalami peningkatan berkat canggihnya pemrosesan gambar berbasis AI. Apakah memungkinkan produsen kamera mengadopsi sistem operasi mobile?

Yongnuo, produsen kamera dan aksesori fotografi asal Tiongkok ini telah mencoba beberapa kali merilis kamera mirrorless Micro Four Thirds (MFT) dengan sistem operasi Android. Upaya terbarunya, mereka telah mengumukan Yongnuo YN455 yang juga menggunakan sensor MFT dan OS Android.

Tak seperti pendahulunya yang punya bodi cukup ringkas, Yongnuo YN455 datang dengan grip yang besar sehingga lebih aman dan nyaman dalam cengkraman tangan dengan bobot 670 gram. Ukuran layarnya lumayan besar, 5 inci dan dapat flip ke atas 180 derajat yang berguna untuk nge-vlog, sayangnya Yongnuo tidak menyematkan hot shoe yang berguna untuk menempatkan mikforon eksternal.

Di dalam kamera terdapat sensor Micro Four Thirds beresolusi 20MP, namun Yongnuo masih belum mengungkap detail versi Android dan model chipset Qualcomm Snapdragon dengan CPU octa-core 2,2GHz yang digunakan. Performanya didukung oleh RAM 6GB dan penyimpanan internal 64GB yang bisa diperluas dengan menyisipkan microSD hingga 256GB, bukan SD Card.

Kemampuan perekam videonya mendukung hingga 4K 30fps. Fitur lain dari Yongnuo YN455 mencakup headphone dan microphone jack 3.5mm, port dual USB-C, konektivitas WiFi dan Bluetooth, GPS, serta baterai 4.400 mAh yang bisa dilepas pasang.

Harga Yongnuo YN455 dibanderol 3.888 Yuan China atau sekitar US$600. Belum diketahui apakah nantinya fotografer di seluruh dunia dapat membelinya seperti lensa Yongnuo yang tersedia cukup luas secara global. Sebagai tambahan, produsen lensa ZEISS juga memiliki kamera mirrorless dengan sistem operasi Android yakni ZEISS ZX1 yang dibanderol mencapai US$6.000 dengan sensor full frame beresolusi 37,4MP.

Sumber: PetaPixel