Panasonic Lumix GH5 Bakal Jadi Kamera Mirrorless Pertama yang Bisa Merekam Video 4K 60 fps

Tidak bisa dipungkiri, Panasonic Lumix GH4 merupakan salah satu kamera mirrorless yang paling dicintai oleh kalangan videografer. Bagaimana tidak, saat diperkenalkan di pertengahan tahun 2014, belum banyak kamera mirrorless yang bisa merekam video 4K, apalagi merekamnya langsung ke memory card seperti Lumix GH4.

Dua tahun berselang, Panasonic rupanya telah sibuk menyiapkan suksesornya. Didapuk Lumix GH5, kamera yang sejauh ini masih dalam tahap pengembangan tersebut nantinya bakal menjadi kamera mirrorless pertama yang bisa merekam video 4K 60 fps – untuk sekarang opsi teratas yang ada di mayoritas kamera adalah 4K 30 fps.

Opsi perekaman video 4K 4:2:2 10-bit turut tersedia, demikian pula halnya dengan mode 6K Photo, dimana kamera dapat mengekstrak gambar foto 18 megapixel dari video yang direkam, atau foto 8 megapixel dari video 4K 60 fps.

Apa yang dilakukan Panasonic ini bukanlah pekerjaan mudah. Mereka harus pintar-pintar mengakali bagaimana kamera bisa menggelontorkan panas secara efisien. Hal ini krusial mengingat chip pengolah sinyal digital milik Lumix GH5 akan bekerja secara maksimal dalam menyuguhkan kapabilitas perekaman secanggih itu, dan resikonya tentu saja adalah overheating.

Seperti yang sudah disebutkan, Panasonic Lumix GH5 sejauh ini masih dalam tahap pengembangan. Tidak ada informasi mengenai banderol harga maupun jadwal peluncurannya, yang ada hanyalah sebuah prototipe yang tengah dipamerkan di ajang Photokina di Jerman.

Sumber: DPReview.

Hasselblad Pamerkan Konsep Kamera Medium Format Berdesain Modular

Di saat Fujifilm tengah memamerkan prototipe kamera mirrorless medium format-nya, dedengkot kamera medium format Hasselblad malah ‘bermain-main’ dengan konsep kamera modular bernama V1D 4116 Concept dalam rangka memperingati ulang tahun perusahaan yang ke-75 (1941 – 2016), sehingga muncullah label “4116” pada namanya.

Lewat konsep ini, Hasselblad ingin mencoba merefleksikan pencapaian mereka di masa lalu dengan kemajuan teknologi modern. Desain V1D banyak terinspirasi oleh kamera klasik Hasselblad V yang serba kotak. Pun demikian, kubus aluminium ini bisa diperluas fungsionalitasnya dengan bantuan sejumlah modul.

Hasselblad V1D 4116 Concept tanpa dipasangi modul / Hasselblad
Hasselblad V1D 4116 Concept tanpa dipasangi modul / Hasselblad

Ibaratnya Project Ara tapi untuk kamera; sisi atas, bawah, kiri dan kanan V1D dapat dipasangi sejumlah modul seperti display, viewfinder maupun hand grip. Seandainya diperlukan, pengguna boleh saja memasangkan dua display sekaligus di belakang dan atas V1D.

Desain modular ini juga dapat memanjakan para fotografer kidal, dimana grip-nya yang mengemas tombol shutter bisa diposisikan di sebelah kiri. V1D sederhananya tidak cuma ingin memenuhi kriteria pengguna akan sebuah kamera dengan kualitas gambar terbaik, tetapi juga mengakomodasi perbedaan konfigurasi yang menjadi pilihan masing-masing pengguna.

Display di belakang, viewfinder di atas; atau bisa juga dua display sekaligus di belakang dan atas / Hasselblad
Display di belakang, viewfinder di atas; atau bisa juga dua display sekaligus di belakang dan atas / Hasselblad

Hasselblad menegaskan bahwa V1D baru sebatas konsep dan belum ada prototipe yang bisa didemonstrasikan. Tidak ada yang tahu apakah kamera ini bakal benar-benar direalisasikan menjadi produk final atau tidak, apalagi soal banderol harganya.

Sumber: Hasselblad dan DPReview.

Panasonic Perkenalkan Trio Kamera Baru, Masing-Masing Sanggup Merekam Video 4K

Saat pabrikan lain hanya muncul dengan satu atau dua produk, Panasonic mengungkap trio kamera baru sekaligus di ajang Photokina yang berlangsung selama 20 – 25 September ini. Ketiganya adalah Lumix G80, Lumix LX10 dan Lumix FZ2500.

Panasonic Lumix G80

Lumix G80 merupakan suksesor Lumix G7 yang mempunyai gaya desain serupa. Bodinya sama-sama bergaya DSLR, akan tetapi G80 tahan cipratan air dan debu, plus sedikit lebih kokoh berkat pelat depan berbahan magnesium.

Penggunaan material magnesium ini didukung oleh sistem shutter baru yang memanfaatkan mekanisme elektromagnetik, dimana perpaduan keduanya dapat mengurangi hentakan maupun suara yang timbul saat tombol shutter dijepret.

Lumix G80 / Panasonic
Lumix G80 / Panasonic

Sebagian besar spesifikasi dan fitur yang ditawarkan G80 mengingatkan saya akan Lumix GX80 yang dirilis di bulan April lalu. Kemiripannya bermula dari sensor Four Thirds 16 megapixel tanpa low-pass filter, opsi perekaman video 4K, teknologi Depth from Defocus untuk autofocus dan berlanjut sampai sistem image stabilization 5-axis.

Dirinya turut dibekali EVF berpanel OLED 2,36 juta dot, dengan tingkat magnifikasi 0,74x dibandingkan milik Lumix G7 yang hanya 0,7x. Di bawahnya terpasang sebuah layar sentuh 3 inci yang bisa dibuka ke samping dan diputar-putar.

Panasonic Lumix G80 akan dipasarkan mulai Oktober mendatang seharga $899 body only, atau $999 bersama lensa kit 12-60mm f/3.5-5.6 Power O.I.S.

Panasonic Lumix LX15

Seri LX selama ini tidak pernah lebih dari sekadar kamera saku, tapi dengan LX15 Panasonic telah membawanya masuk ke level premium yang selama ini dikuasai oleh Sony RX100. Kuncinya ada pada penggunaan sensor berukuran lebih besar dari standar kamera saku; 1 inci dengan resolusi 20 megapixel – seperti milik Lumix TZ100 – plus lensa 24-72mm f/1.4-2.8.

Lumix LX15 / Panasonic
Lumix LX15 / Panasonic

Lumix LX15 turut dipersenjatai oleh sistem Hybrid OIS+ 5-axis, dimana perekaman video dalam resolusi 1080p akan distabilkan dengan perpaduan sistem electronic dan optical. Perekaman video 4K juga menjadi nilai jual dari LX15, dan ia turut dilengkapi fitur-fitur unik khas Panasonic, seperti misalnya Post Focus dimana pengguna bisa mengatur ulang titik fokus pasca pemotretan.

Tidak ada EVF pada bodi kecil LX15, jadi semua pengoperasian mengandalkan layar sentuh 3 incinya yang bisa dimiringkan 180 derajat untuk memudahkan selfie. Kamera ini rencananya akan masuk ke pasaran mulai bulan November seharga $699.

Panasonic Lumix FZ2000

FZ2000, sesuai dugaan, merupakan penerus dari Lumix FZ1000 yang populer di kalangan videografer. Keunggulan utama FZ2000 ada pada lensa dengan jangkauan zoom yang amat jauh, 20x optical zoom, atau tepatnya 24-480mm f/2.8-4.5. Sensor yang dipakai masih sama, 1 inci dengan resolusi 20 megapixel, plus teknologi autofocus Depth from Defocus.

Menariknya, mekanisme lensa ini berbeda dengan milik FZ1000. Di sini lensanya akan keluar saat kamera dinyalakan, dan tidak akan bergerak maju-mundur saat pengguna melakukan zooming. Semuanya berjalan secara internal seperti di camcorder, dan hasilnya zooming bisa berjalan lebih mulus, krusial untuk skenario videografi.

Lumix FZ2000 / Panasonic
Lumix FZ2000 / Panasonic

Menyinggung soal video, resolusi 4K 30 fps dengan bitrate 100 Mbps adalah opsi maksimum yang bisa dipilih dengan FZ2000. Fitur lain yang akan membuat para videografer tersenyum adalah ND filter terintegrasi, dengan variasi -2EV, -4EV dan -6EV.

Desain Lumix FZ2000 tidak berubah banyak. Pengguna masih akan menjumpai sebuah EVF, tapi kini dengan panel OLED dan tingkat magnifikasi 0,74x, plus sebuah layar sentuh 3 inci yang bisa diarahkan ke samping lalu diputar-putar seperti milik G80 di atas.

Soal harga, Lumix FZ2000 dipatok $1.199 dan akan dipasarkan mulai November mendatang.

Sumber: 1, 2, 3, 4.

Olympus OM-D E-M1 Mark II Tawarkan Performa yang Luar Biasa Cepat untuk Kamera Seukurannya

Sekitar empat tahun sejak memperkenalkan kamera andalannya, OM-D E-M1, Olympus kini sudah siap dengan suksesornya. Berlabel Mark II, perubahannya hampir tidak terlihat dari luar. Meski jeroannya saja yang dirombak, apa yang ditawarkan OM-D E-M1 Mark II amat signifikan dibanding pendahulunya.

Tema utama yang hendak diangkat Olympus lewat OM-D E-M1 Mark II adalah kecepatan. Performanya sangat mencengangkan untuk kamera seukurannya: continuous shooting secepat 60 fps dalam posisi AF Lock, atau 18 fps dalam posisi AF Tracking, dan semua ini disimpan dalam format RAW beresolusi penuh.

Itu tadi menggunakan electronic shutter, tapi kinerjanya tidak kalah fenomenal meski memakai mechanical shutter: 15 fps dalam posisi AF dan AE terkunci, atau 10 fps dengan AF dan AE Tracking menyala. Digabungkan dengan sistem autofocus kelas dewa, kamera ini bisa menjadi incaran para fotografer olahraga maupun satwa liar nantinya.

Wujud Olympus OM-D E-M1 Mark II hampir tidak berubah jika dibandingkan pendahulunya / Olympus
Wujud Olympus OM-D E-M1 Mark II hampir tidak berubah jika dibandingkan pendahulunya / Olympus

Benar saja, total ada 121 titik fokus bertipe cross-type pada OM-D E-M1 Mark II. Sistem ini turut ditemani oleh sebuah prosesor yang secara khusus akan menangani kinerja autofocus, memastikan penguncian fokus berlangsung secepat mungkin dan seakurat mungkin, termasuk halnya dalam mode tracking.

Olympus OM-D E-M1 Mark II mengemas sensor Four Thirds baru beresolusi 20,4 megapixel, didampingi oleh prosesor quad-core TruePic VIII yang diyakini bisa bekerja 3,5 kali lebih kencang ketimbang versi sebelumnya. Kamera turut mendukung fitur High Res Shot 50 megapixel, sedangkan video bisa direkam dalam resolusi 4K dengan bitrate hingga 237 Mbps.

Cukup jarang kita menemui kamera mirrorless dengan layar sentuh yang fully articulated seperti ini / Olympus
Cukup jarang kita menemui kamera mirrorless dengan layar sentuh yang fully articulated seperti ini / Olympus

Image stabilization 5-axis yang dipopulerkan oleh Olympus sendiri tentunya masih tersedia, demikian pula dengan electronic viewfinder yang kini memiliki frame rate 120 fps. Layar sentuh tiga incinya bisa diputar-putar dan dibolak-balik sesuka hati, dan bodinya yang tahan terhadap cuaca ekstrem ini turut mengemas sepasang slot SD card.

Olympus tidak mengungkapkan kapan kamera ini akan diluncurkan secara resmi, tapi yang pasti sebelum pergantian tahun. Apa yang dikerjakan Olympus selama 4 tahun sepertinya membuahkan hasil dan perubahan yang cukup drastis – bahkan daya baterainya meningkat 37 persen dan waktu charging yang diperlukan 50 persen lebih singkat.

Sumber: PetaPixel dan DPReview.

Kodak Perkenalkan Action Cam 360 Derajat 4K yang Tahan Air dan Terjangkau

Dirilisnya dua headset VR high-end di tahun ini memicu produsen untuk menyiapkan beragam teknologi pendukung, baik buat menyempurnakan pengalaman user, dan juga diarahkan pada segmen penciptaan konten. Hal terakhir itu bisa Anda lihat dari banyaknya action cam 360 derajat besutan perusahaan fotografi ternama, dan Kodak merupakan salah satu di antaranya.

Kodak memang bukan lagi pemain baru di bidang action cam, sempat mengenalkan PixPro SP360, menawarkan kemampuan pengambilan video FHD 360 derajat di harga terjangkau. Dan di ajang Photokina 2016, perusahaan spesialis imaging Amerika itu menyingkap varian yang lebih canggih. Dinamai PixPro 4KVR360, kamera ini menghidangkan kapabilitas merekam video spherical utuh di resolusi 4K, ditambah fitur anti-percikan air.

PixPro 4KVR360 memiliki wujud mungil, dan meskipun Kodak belum menginformasikan rincian ukuran dan berat, action cam tersebut tidak lebih besar dari kepalan tangan Anda. Produk mengusung tubuh berbentuk balok dengan dua modul lensa di sisinya. Modul kamera di depan lebih besar dari di belakang, lalu layar LCD serta seluruh tombol fisik buat mengakses fungsi-fungsi PixPro 4KVR360 – start, sync, menu, power – dapat Anda temukan di body.

Kodak PixPro 4KVR360 1

Lensa di kamera depan mampu ‘melihat’ di jarak seluas 235 derajat, dan melaluinya, Anda bisa mengabadikan video ultra-HD 16:9 standar. Ketika seluruh lensa bekerja, PixPro 4KVR360 sanggup merekam video 360 spherical. PixPro 4KVR360 dipersenjatai dua sensor BSI CMOS 20-megapixel, lalu kedua lensa mempunyai aperture f/2.4 dan dibantu sistem stabilization elektronik.

Meski istilah 4K sering dipakai buat mendeskripsikan ukuran delapan megapixel dengan rasio satu banding satu, dan bukan 4K standar, kehadiran lensa serta sensor ganda tentu memastikan kualitas video jadi jauh lebih baik dibanding action cam satu lensa biasa. PixPro 4KVR360 turut ditopang fitur stitching in-camera dengan pengurangan pada resolusi – 3840×1920 di 15 frame rate per detik. File beresolusi penuh dapat diciptakan via software editor eksternal.

Untuk sekarang, Kodak belum mendemonstrasikan langsung kebolehan PixPro 4KVR360, dan baru menampilkan mock-up-nya saja di Photokina. Kodak sendiri menjanjikan ketahanan yang mumpuni dari terpaan sinar matahari – warna putih tubuh action cam membantunya meminimalisir akumulasi panas. Kemudian 4KVR360 kabarnya juga dibekali tubuh berstruktur splash-proof, menunjang kegiatan outdoor walau tidak sepenuhnya anti-air.

Rencananya, PixPro 4KVR360 akan dilepas dipasaran di bulan Januari tahun depan. Kodak belum menentukan harganya, tapi ada kemungkinan ditawarkan di kisaran US$ 500 saja.

Sumber: Dpreview, Pocket-Lint, Digital Trends.

Nikon Ungkap Dua Action Cam Baru, KeyMission 170 dan KeyMission 80

Usai memperkenalkan action cam perdananya di bulan Januari kemarin, Nikon kembali mengungkap dua action cam baru yang tengah dipamerkan di ajang Photokina di Jerman. Dijuluki KeyMission 170 dan KeyMission 80, namanya mengacu pada field-of-view atau jangkauan sudut pandang masing-masing kamera.

Seperti yang kita ketahui, KeyMission 360 menawarkan field-of-view 360 derajat dengan berbekal sepasang sensor dan lensa. KeyMission 170 di sisi lain ‘cuma’ menawarkan field-of-view 170 derajat, sedangkan KeyMission 80, well, ya 80 derajat.

Sama seperti KeyMission 360, KeyMission 170 juga mampu merekam video dalam resolusi 4K. Ia dibekali dengan sensor CMOS 1/2,3 inci beresolusi 12 megapixel dan lensa f/2.8, plus sistem electronic image stabilization seperti yang ditawarkan GoPro Hero5, hanya saja di sini fitur ini cuma bisa aktif saat merekam dalam resolusi 1080p ke bawah.

Bodi Nikon KeyMission 170 tahan air hingga kedalaman 10 meter tanpa casing / Nikon
Bodi Nikon KeyMission 170 tahan air hingga kedalaman 10 meter tanpa casing / Nikon

Juga serupa dengan GoPro Hero5 adalah bodi yang tahan air hingga kedalaman 10 meter tanpa perlu dibalut casing. Sebagai tambahan, Nikon KeyMission 170 juga shockproof hingga ketinggian maksimum 2 meter.

Bagian belakangnya dihuni oleh sebuah LCD, sayangnya bukan panel sentuh. KeyMission 170 turut dilengkapi fitur SnapBridge seperti yang ditawarkan DSLR Nikon D3400, yang pada dasarnya memanfaatkan konektivitas Bluetooth Low Energy untuk memindah gambar ke smartphone secara otomatis.

Nikon KeyMission 80 punya desain yang unik, diposisikan sebagai kamera wearable / Nikon
Nikon KeyMission 80 punya desain yang unik, diposisikan sebagai kamera wearable / Nikon

KeyMission 80 di sisi lain diposisikan sebagai kamera wearable berkat dimensinya yang ringkas. Wujudnya sepintas kelihatan seperti perangkat voice recorder, dan ia memang dirancang untuk mengambil gambar dalam orientasi vertikal alias portrait. Sama seperti KeyMission 170, ia turut dibekali fitur SnapBridge.

KeyMission 80 ditenagai oleh sensor 1/2,3 inci beresolusi 12 megapixel yang dapat merekam video dengan resolusi maksimum 1080p. Uniknya, tepat di atas layar sentuhnya di belakang terdapat “kamera selfie” beresolusi 4,9 megapixel. Bodinya tahan air hingga kedalaman 1 meter, dan shockproof dari ketinggian 1,5 meter.

Dua action cam ini akan dipasarkan bersamaan dengan KeyMission 360 mulai bulan Oktober mendatang. Banderol harganya masing-masing seperti berikut: KeyMission 360 $500, KeyMission 170 $400 dan KeyMission 80 $280.

Sumber: DPReview.

Sony A99 II Andalkan Sensor Full-Frame 42,4 Megapixel dan Sistem 4D Focus

Beberapa tahun belakangan ini Sony terbilang sibuk mendalami ranah mirrorless dengan meluncurkan deretan model bersensor full-frame. Sejatinya mirrorless dan DSLR sekarang sudah seimbang soal kualitas gambar, tapi soal kinerja dan performa autofocus, sejauh ini masih dibutuhkan bodi bongsor untuk menampung segala komponen yang diperlukan.

Itulah mengapa Sony memperkenalkan A99 II dengan bodi bergaya DSLR. Ukuran besar ini memungkinkan Sony untuk menyematkan sejumlah fitur yang mustahil – untuk sekarang – ditanamkan ke seri A7 yang berwujud ringkas, utamanya adalah sistem 4D Focus.

Sistem ini memadukan sensor phase-detection autofocus (PDAF) terpisah yang mengemas 79 titik dengan 399 titik fokus di sensor gambar guna menghasilkan 79 titik “Hybrid Cross AF” yang sangat cepat sekaligus presisi. Begitu istimewanya, sistem ini bahkan diklaim bisa mengunci fokus meski kondisi pencahayaan sangat minim (hingga -4 EV).

A99 II adalah kamera pertama Sony yang mengemas teknologi 4D Focus / Sony
A99 II adalah kamera pertama Sony yang mengemas teknologi 4D Focus / Sony

Kegesitannya belum berhenti sampai di situ saja, Sony A99 II sanggup memotret dalam mode continuous dengan kecepatan 12 fps meski fitur AF tracking sedang menyala. Pengguna juga bisa mengaktifkan live view dalam mode continuous, tapi kecepatannya sedikit menurun menjadi 8 fps.

Sensor gambarnya merupakan jenis full-frame beresolusi 42,4 megapixel tanpa low-pass filter – kemungkinan besar sama seperti yang dimiliki A7R II – dengan sensitivitas ISO 50 – 102.400 dan ditemani image stabilizer 5-axis. Video dapat ia rekam dalam resolusi 4K dengan bitrate 100 Mbps menggunakan codec XAVC S, dan tanpa memakai metode pixel binning demi menghasilkan kualitas yang terbaik.

Sony A99 II pada dasarnya merupakan A7R II dengan kinerja autofocus yang sangat istimewa / Sony
Sony A99 II pada dasarnya merupakan A7R II dengan kinerja autofocus yang sangat istimewa / Sony

Secara desain, sepintas A99 II sangat identik dengan pendahulunya. Pada kenyataannya, ukurannya 8 persen lebih kecil, dan hand grip-nya telah didesain ulang supaya bisa lebih nyaman dalam genggaman. Demikian pula dengan shutter unit-nya, yang diklaim sanggup beroperasi dengan baik hingga lebih dari 300.000 kali jepret.

A99 II tidak lupa mengemas electronic viewfinder (EVF) berpanel OLED dengan tingkat magnifikasi 0,78x, plus sebuah LCD berukuran 3 inci yang bisa dimiringkan ke tiga arah, dengan tampilan menu yang sudah disederhanakan. Menutup semua itu adalah slot SD card ganda.

Sony A99 II dapat dibeli mulai November mendatang seharga $3.200 untuk bodinya saja. Melihat harga dan performa yang ditawarkan, jelas sekali bahwa target pasar Sony kali ini adalah kalangan profesional, terutama para photojournalist maupun fotografer olahraga.

Sumber: DPReview.

GoPro Perkenalkan Hero5 Black dan Hero5 Session

Resmi sudah, GoPro Hero4 Black bukan lagi action cam terbaik. Titelnya sudah direbut oleh Hero5 Black yang diumumkan GoPro baru-baru ini. Sebagai suksesor sekaligus action cam flagship GoPro, Hero5 Black mengusung pembaruan yang sangat signifikan dibanding pendahulunya.

Desainnya masih serupa, tapi Hero5 Black tampak lebih simpel dengan jumlah tombol yang lebih sedikit. Sebagai gantinya, pengoperasian kini bisa mengandalkan layar sentuh 2 inci di belakangnya. Oh tapi yang paling menarik, Hero5 Black tahan air hingga kedalaman 10 meter tanpa bantuan casing sama sekali.

GoPro Hero5 Black kini dilengkapi layar sentuh 2 inci dengan interface yang amat simpel / GoPro
GoPro Hero5 Black kini dilengkapi layar sentuh 2 inci dengan interface yang amat simpel / GoPro

Jeroan Hero5 Black turut dirombak. Resolusi video maksimum yang bisa direkam masih sama di angka 4K 30 fps, akan tetapi Hero5 Black kini mendukung mode wide dynamic range. Foto beresolusi 12 megapixel kini juga bisa diambil dalam format RAW, menjadikan Hero5 Black semakin menarik di telinga kalangan profesional.

Untuk pertama kalinya bagi GoPro, Hero5 Black mengemas sistem image stabilization. Sayang hanya sebatas electronic saja, bukan optical image stabilization seperti yang ditawarkan action cam terbaru Sony. Juga menjalani debut bersama Hero5 Black adalah fitur perintah suara yang bisa dimanfaatkan untuk memulai perekaman, mengambil foto atau menandai momen tertentu di tengah-tengah perekaman, mirip seperti yang ditawarkan Garmin Virb Ultra 30.

Bersamaan dengan Hero5 Black, GoPro juga mengumumkan Hero5 Session, suksesor dari action cam mini yang GoPro luncurkan tahun lalu. Secara fisik Hero5 Session identik dengan pendahulunya, tapi spesifikasi dan fiturnya sudah di-upgrade menjadi sekelas Hero5 Black.

Upgrade ini mencakup opsi perekaman video 4K 30 fps, electronic image stabilization, fitur perintah suara maupun ketahanan air tanpa bantuan casing. Yang tidak ada hanyalah dukungan format RAW dan mode wide dynamic range. Lebih lanjut, resolusi foto yang bisa dijepret juga cuma 10 megapixel.

Desain dan dimensi GoPro Hero5 Session tidak berubah dibanding pendahulunya, tapi spesifikasinya meningkat drastis / GoPro
Desain dan dimensi GoPro Hero5 Session tidak berubah dibanding pendahulunya, tapi spesifikasinya meningkat drastis / GoPro

Dalam kesempatan yang sama, CEO GoPro, Nick Woodman, turut memperkenalkan sebuah layanan baru bernama GoPro Plus. GoPro Plus pada dasarnya merupakan layanan berlangganan berbasis cloud untuk memudahkan proses menyimpan, menyunting atau membagikan video.

Cara kerjanya cukup simpel: saat action cam Hero5 Anda charge, foto dan video yang telah diambil akan otomatis diunggah ke GoPro Plus, dan dari situ pengguna tinggal menyuntingnya menggunakan smartphone atau laptop. GoPro Plus juga menawarkan perk lain seperti akses ke koleksi musik berlisensi maupun potongan harga sebesar 20 persen untuk mount dan aksesori yang dijual di situs GoPro.

Baik GoPro Hero5 Black maupun Hero5 Session akan dipasarkan mulai 2 Oktober mendatang. Banderol harganya masing-masing dipatok $399 dan $299. Oh ya, penting juga untuk diketahui, deretan aksesori yang dibuat untuk lini action cam Hero4 juga kompatibel dengan Hero5.

Sumber: CNET.

Olympus Perkenalkan Kamera Micro Four Thirds Baru yang Stylish Serta Terjangkau

Desas-desus mengenai penerus kamera mirrorless Pen E-PL7 sudah terdengar berbulan-bulan lalu. Saat itu, kabarnya kamera anyar tersebut cocok bagi mereka yang beranggapan bahwa model Pen-F terlalu besar dan mahal. Perangkat sengaja disiapkan buat memperkuat lineup Micro Four Thirds di lini entry-level, tapi tidak berarti produk ini low-end atau murahan.

Beberapa saat lalu, perusahaan spesialis produk optik dan reprografi asal Jepang itu resmi memperkenalkan Pen E-PL8 di event Photokina di Cologne, Jerman. Pen E-PL8 akan menggantikan E-PL 7, diramu sebagai ‘jembatan’ bagi para pemula serta mereka yang biasa menggunakan kamera smartphone untuk beralih ke sistem interchangeable camera lens. Dan dari sisi penampilan, ia terlihat sangat cantik.

Wujud Pen E-PL8 bisa diibaratkan seperti versi kecil Pen-F, yang pada dasarnya merupakan versi modern dari kamera 35mm legendaris Olympus. Keluarga Pen memang terkenal dengan desain khas yang stylish – bisa berperan jadi aksesori fashion. Untuk E-PL8, produsen memoles lagi sisi estetikanya, dapat kita lihat dari perhatian Olympus terhadap case dan bagian strap, tanpa melupakan aspek fungsi. Ada pilihan lapisan ‘kulit’ berwarna putih, hitam dan coklat, dipasangkan di tubuh perak matte.

Olympus Pen E-PL8 1

Olympus tahu konsumen sering kali menggunakan Pen mereka buat mengambil self-portrait. Maka dari itu penciptanya kembali menyajikan keleluasaan dalam memutar layar LCD touchscreen 3-incinya 180 derajat ke bawah, dan 90 derajat ke atas, ditambah sejumlah penyempurnaan agar proses selfie dan perekaman video jadi lebih mudah.

Olympus Pen E-PL8 dibekali sensor CMOS Four Thirds 16,1-megapixel, dipadu sistem image stabilization tiga-poros, unit baterai 8,5Wh, serta kemampuan continuous shooting 8fps dan menyajikan 81 titik autofocus. Spesifikasi tersebut memang tidak jauh berbeda dengan Pen E-PL7. Kamera turut mewarisi kesanggupakan memproses JPEG (cropping, penyesuaian bayangan, koreksi red-eye) dan file Raw.

Khusus buat Raw, prosesnya lebih detail, menawarkan Anda kebebasan untuk mengganti parameter gambar saat mengambil gambar, contohnya highlight dan bayangan atau membubuhkan beragam filter – seperti di E-M10 II. Menemani Pen E-PL8, Olympus turut menyingkap lensa-lensa baru untuk mendukung kamera Micro Four Thirds mereka: sebuah 25mm f1.2 seharga US$ 1.200, lensa 12-100mm f4 plus image stabilization dengan harga US$ 1.300, dan lensa macro 30mm f3.5 seharga US$ 300.

Pen E-PL8 sendiri ditawarkan di harga yang terjangkau, cuma separuh Pen-F, yaitu US$ 550 (hanya body) dan US$ 650 (dengan lensa kit 14-42mm). Produk akan tersedia di bulan Oktober 2016

Via The Verge. Sumber: DPreview.

Leica Sofort Siap Saingi Fujifilm Instax di Ranah Kamera Instan

Cukup mengejutkan dari Leica, pabrikan asal Jerman yang biasa memproduksi kamera high-end tersebut baru-baru ini mengumumkan sebuah kamera instan. Dijuluki Leica Sofort, cara kerjanya mirip seperti Fujifilm Instax. Dan pada kenyataannya, Sofort menggunakan format yang sama seperti Instax.

Desainnya cukup menarik dan orisinil; kotak, ringkas serta tersedia dalam tiga pilihan warna, yaitu putih, oranye dan mint. Sofort dibekali sebuah optical viewfinder untuk semakin menumbuhkan aura klasik yang diusungnya, plus sebuah LED flash seandainya dibutuhkan di kondisi yang minim cahaya.

Leica ingin memastikan bahwa Sofort dapat digunakan dengan mudah. Selain mode pemotretan manual, terdapat sejumlah mode otomatis yang telah dioptimalkan untuk skenario-skenario tertentu, misalnya “Macro”, “Party and People”, “Sport and Action”, “Double Exposure”, dan tentu saja, “Selfie”.

Leica Sofort tersedia dalam tiga pilihan warna: putih, mint dan oranye / Leica
Leica Sofort tersedia dalam tiga pilihan warna: putih, mint dan oranye / Leica

Bersamaan dengan Sofort, Leica juga akan memasarkan filmnya sendiri yang tersedia dalam opsi hitam-putih atau berwarna, masing-masing dihargai €14 dan €12 untuk paket berisi 10 lembar. Mengingat Sofort menggunakan format milik Instax, pengguna juga bisa memakai film keluaran Fujifilm.

Hal yang paling mengejutkan adalah perihal banderol harganya. Di saat kita memprediksi harga selangit, ternyata Leica Sofort hanya dipatok $300 saja. Harga ini tentunya masih lebih mahal ketimbang model tertinggi Fujifilm Instax, tapi memang logo dot merah Leica tampaknya masih menjadi indikator premium dari kamera instan ini.

Sumber: Engadget dan Leica.