Fujifilm X-T2 Resmi Diperkenalkan, Untuk Pertama Kalinya Mengusung Perekaman Video 4K

Tahun 2016 rupanya menjadi tahun sekuel bagi Fujifilm. Setelah merilis Fujifilm X-Pro2 di bulan Januari kemarin, produsen kamera yang berdiri sejak 82 tahun silam tersebut kini memperkenalkan Fujifilm X-T2, yang tidak lain merupakan suksesor dari Fujifilm X-T1.

Apa saja yang baru dari X-T2? Well, dilihat dari luar, sepertinya tidak ada banyak perubahan. Kendati demikian, Fujifilm telah menerapkan sejumlah revisi kecil yang membuat X-T2 semakin matang dibanding pendahulunya.

Pembaruan yang paling utama adalah pemakaian sensor anyar X-Trans CMOS III dengan resolusi 24,3 megapixel. Sensor berukuran APS-C ini sama seperti yang bernaung di dalam bodi X-Pro2, dan ketika disandingkan dengan chip pengolah gambar yang baru pula, hasil fotonya di kondisi low-light dipastikan sangat baik dan minim noise.

Sensitivitasnya terhadap cahaya turut membaik, kini mendukung hingga tingkat ISO 12800. Namun yang lebih mencengangkan lagi, X-T2 menjadi kamera mirrorless pertama Fujifilm yang mengusung opsi perekaman video 4K 30 fps. Yup, sepertinya ini merupakan langkah awal Fuji untuk memperbaiki reputasinya di bidang video.

Tombol pada kenop shutter speed dan ISO milik X-T2 kini cukup diklik satu kali untuk membuka kuncinya, tidak perlu ditahan seperti di X-T1 / Fujifilm
Tombol pada kenop shutter speed dan ISO milik X-T2 kini cukup diklik satu kali untuk membuka kuncinya, tidak perlu ditahan seperti di X-T1 / Fujifilm

Kualitas gambar dan video yang oke didukung oleh performa X-T2 yang kian gegas. Shutter speed maksimumnya kini berada di angka 1/8.000 detik, sedangkan kinerja autofocus-nya dijamin meningkat pesat dibanding pendahulunya, dengan pilihan 325 titik fokus – 91 titik di antaranya merupakan titik fokus phase detection untuk pemotretan objek bergerak.

Kinerja tracking autofocus yang semakin sempurna ini dibarengi oleh electronic viewfinder (EVF) baru yang mempunyai refresh rate 100 fps dalam mode Boost. Resolusi dan tingkat perbersarannya masih sama, yakni 2,36 juta dot dan 0,77x, namun Fujifilm memastikan objek bergerak bisa tersaji di EVF tanpa terhambat sedikitpun, bahkan di kondisi minim cahaya. Melengkapi semua itu adalah tingkat kecerahan maksimum yang meningkat dua kali lipat.

LCD milik X-T2 bisa dimiringkan ke samping kanan, berguna saat hendak mengambil gambar dalam posisi berdiri / Fujifilm
LCD milik X-T2 bisa dimiringkan ke samping kanan, berguna saat hendak mengambil gambar dalam posisi berdiri / Fujifilm

Meski desainnya sepintas terlihat identik seperti X-T1, X-T2 yang sama-sama tahan terhadap cuaca ekstrem ini telah dirancang supaya bisa lebih nyaman di genggaman pengguna. Tidak hanya dengan grip baru yang lebih besar, tetapi juga perbaikan rancangan kenop putar di panel atas serta penambahan joystick di belakang untuk memudahkan pengaturan titik fokus.

LCD 3 incinya pun kini bisa dimiringkan, tidak cuma ke atas atau bawah, tapi juga ke samping kanan – ideal ketika pengguna hendak memotret dalam orientasi portrait. Tepat di sisi kanan, tertanam sepasang slot SD card yang keduanya mendukung model UHS-2 yang berkecepatan tinggi.

Kapan Anda bisa meminang Fujifilm X-T2? Mulai bulan September besok, dengan harga $1.600 untuk bodinya saja, atau $1.900 bersama lensa XF 18-55mm f/2.8-4.

Sumber: Fujifilm.

Mengenal 5 Jenis Tas Kamera Beserta Kegunaannya

Kamera saku, kamera mirrorless, kamera DSLR; kita tahu bahwa berbagai jenis kamera ini ditujukan untuk konsumen dan kebutuhan yang berbeda. Prinsip yang sama juga berlaku untuk tas kamera, dimana setiap jenisnya punya kegunaan yang berbeda-beda.

Mencari tas kamera memang tidak sulit, namun ada baiknya Anda memahami lebih dulu jenis-jenisnya sebelum membeli. Dalam kesempatan ini, saya akan mencoba menjelaskan mengenai 5 jenis tas kamera yang umum dijumpai beserta kegunaannya masing-masing.

1. Pouch dan Holster

Artisan & Artist GI-MN Camera Pouch / B&H Photo Video
Artisan & Artist GI-MN Camera Pouch / B&H Photo Video

Tas berjenis pouch biasanya dimaksudkan untuk menyimpan kamera saku berkat ukurannya yang ringkas. Holster di sisi lain bisa dianggap sebagai pouch versi besar, ditujukan buat pengguna kamera mirrorless atau DSLR yang hanya membutuhkan satu jenis lensa – yang terpasang pada bodi kamera – ketika berpergian.

Lowepro Toploader Pro 75 AW II Holster / B&H Photo Video
Lowepro Toploader Pro 75 AW II Holster / B&H Photo Video

Baik pouch maupun holster umumnya bisa dikaitkan ke celana atau sabuk, memberikan akses cepat ke kamera ketika Anda diharuskan untuk bereaksi dengan sigap supaya tidak ketinggalan momen dan menyesal beberapa detik kemudian.

2. Tas Selempang atau Messenger Bag

Think Tank Photo Mirrorless Mover 20 / B&H Photo Video
Think Tank Photo Mirrorless Mover 20 / B&H Photo Video

Sering juga disebut dengan istilah shoulder bag, ini merupakan jenis tas kamera yang paling populer. Model ini umumnya dapat menampung sebuah DSLR beserta satu atau lebih lensa tambahan, plus aksesori lain seperti charger atau flashgun. Tas kamera model selempang ini juga menjadi favorit karena sanggup memberikan akses cepat dengan posisinya yang berada di samping.

3. Tas Ransel atau Backpack

Manfrotto Essential DSLR Camera Backpack / B&H Photo Video
Manfrotto Essential DSLR Camera Backpack / B&H Photo Video

Umumnya menjadi pilihan fotografer profesional, backpack dapat mengakomodasi lebih banyak lagi dibanding tas selempang. Selain menjadi rumah DSLR dan beberapa lensa sekaligus, terkadang tas kamera model ransel juga mempunya kompartemen khusus untuk menyimpan laptop atau tablet.

Beberapa model backpack bahkan memiliki pengait untuk tripod. Tipe tas ini ideal bagi yang hendak membawa perlengkapan kameranya dalam jarak jauh, saat hiking atau berkemah di kaki gunung misalnya.

4. Sling Bag

Crumpler Enthusiast Tech Backpack / B&H Photo Video
Crumpler Enthusiast Tech Backpack / B&H Photo Video

Sling Bag bisa menjadi alternatif ketika tas model ransel terkesan terlampau besar, namun tas selempang terasa terlalu kecil. Kapasitasnya cukup lumayan meskipun masih kalah dibanding backpack, dan lagi pengguna tidak disarankan membawa terlalu banyak mengingat sling bag hanya akan disangga oleh satu bahu saja.

Pun begitu, kelebihan sling bag dibanding backpack adalah perihal akses, dimana pengguna tak perlu repot-repot melepas tas untuk mengambil isinya; geser saja ke depan saat hendak mengganti lensa atau mengambil baterai cadangan.

5. Tas Troli atau Rolling Case

Pelican 1650 Case / B&H Photo Video
Pelican 1650 Case / B&H Photo Video

Tidak semua fotografer profesional menggunakannya, namun tas troli menjadi pilihan tepat ketika akan berhadapan dengan medan yang ekstrem, khususnya yang bertipe hard case. Volumenya jangan ditanya; seringkali pengguna bisa menyimpan lebih dari satu DSLR beserta sejumlah lensa, atau bahkan drone sekalipun.

Sumber gambar: B&H Photo Video. Gambar header: Camera bag via Pixabay.

Berbekal Teknologi Robotik, Kamera Idolcam Janjikan Hasil Selfie Terbaik

Meskipun self-portrait sudah dilakukan lebih dari seabad silam, kepopularitasan ‘seflie‘ baru meroket dengan kehadiran kamera di smartphone. Dan di era modern ini, kemampuan selfie seringkali menjadi salah satu faktor pertimbangan calon konsumen saat ingin membeli handset baru. Bagi produsen, kegemaran ini turut menyumbang angka penjualan yang signifikan.

Sudah ada berbagai macam device selfie dengan beragam rentang harga, namun tim AeriCam dari San Francisco mencoba menuangkan keahlian mereka dalam menggarap produk unik. Developer drone dan stabilizer kamera yang biasa berkerja buat Hollywood itu memperkenalkan Idolcam, kamera saku robotik, menjanjikan hasil foto pribadi istimewa, seolah-olah Anda memiliki kru fotografer/videographer sendiri.

Tak seperti produk-produk AeriCam sebelumnya, Idolcam lebih diorientasikan ke konsumen umum. Developer mendeskripsikannya sebagai ‘kamera kecil ber-steroid’. Di gambar render 3D, Idolcam memiliki wujud yang tidak biasa, namun ukurannya tetap mungil sehingga bisa dimasukkan dalam saku. Perangkat tersebut juga dapat menjadi ekstensi smartphone Anda dengan menyambungkannya secara wireless, bekerja hingga jarak 12 meter.

Idolcam 2
Anda bisa mengustomisasi pencahayaan Idolcam.

Idolcam dibekali gimbal stabilizer tiga-poros, dipadu keleluasan gonta-ganti lensa layaknya kamera profesional, ditambah lagi sistem pencahayaan mandiri. Lalu di mana kemampuan robotiknya? Sistem gyro 3-axis di sana ditenagai komputer yang didukung gyroscope 6-axis and accelerometer 6-axis, sehingga kamera bisa bergerak sangat cepat. Dengan begini, tidak ada lagi hasil blur ataupun terdistorsi.

Sejauh ini, detail mengenai Idolcam masih terbilang minim. AeriCam hanya bilang bahwa kreasi mereka sudah meliputi segala fitur di action cam GoPro 4 Silver plus gimbal 3X . Idolcam mampu merekam video di resolusi 4K dengan 24fps dan mengabadikan foto still sebesar 12-megapixel. Menariknya lagi, perangkat bisa dipasangkan ke beragam jenis lighting untuk menangani skenario berbeda, contohnya: buat foto grup, self-portrait, hingga lighting ring.

AeriCam paham kegiatan pengambilan foto dan video tidak hanya dilakukan di lokasi-lokasi aman. Mereka merancang Idolcam agar bisa menemani Anda di berbagai aktivitas outdoor, bahkan dapat dipasangkan ke mainan mobil remote control serta drone quad-copter. Pastikan saja Anda menggunakan tipe lensa yang tepat, ada opsi 20mm (bundel standar), 24mm dan 35mm. Di waktu ke depan, developer menjanjikan lebih banyak pilihan lensa.

Rencananya, AeriCam akan memulai kampanye crowdfunding Idolcam di Indie Gogo tidak lama lagi. Saya duga, info rinci mengenai spesifikasi dan harga juga akan diungkap di sana.

Sumber: AeriCam.

Snow!, Aplikasi Pesan Seru Pesaing Snapchat

Snapchat kaya akan fitur efek wajah, filter dan animasi yang menjadikan foto atau video terlihat lebih seru lagi lucu. Karena keragaman itulah ia begitu digilai oleh kalangan remaja. Facebook menangkap radar itu dan mulai mengembangkan fitur serupa untuk melakukan intersep, ditandai dengan pembelian startup Masquerade beberapa bulan yang lalu.

Tapi, Snapchat tampaknya bukan hanya bakal digempur oleh Facebook seorang. Ada satu lagi pemain baru, yang juga menonjolkan fitur serupa. Ia adalah Snow!, aplikasi kamera berbasis Android dan iOS yang juga berfungsi sebagai aplikasi pesan instan karena menawarkan keseruan dalam berkomunikasi.

Efek wajah dapat diterapkan secara real-time ke video
Efek wajah dapat diterapkan secara real-time ke video

Snow! mempunyai berbagai macam efek wajah yang dapat diaplikasi ke video secara real time, misalnya efek hidung dan kumis kucing, lengkap dengan riasan mata dan telinga. Atau membuat animasi GIF yang kemudian dikirimkan ke teman untuk seru-seruan.

Snow! juga telah menyiapkan berbagai pilihan filter dan stiker untuk membuat hasil jepretan selfie menjadi lebih apik. Semua itu dihadirkan secara gratis!

Di bagian interface utamanya, Snow! mempunyai satu panel bernama Live yang berisikan daftar video terbaru yang disusun secara kronologis. Video-video yang terpampang hanya dapat diputar sekali oleh teman, setelah lewat dari 24 jam, video dan foto akan dihapus secara otomatis seiring dengan munculnya entri baru.

Application Information Will Show Up Here

 

Sumber berita PhoneArena.

Hasselblad X1D, Kamera Mirrorless Medium Format Pertama di Dunia

Tidak banyak orang mengenal kamera medium format. Kamera jenis ini biasanya punya bodi amat bongsor, performa lamban dan harga selangit. Hal ini pun menyebabkan tidak semua fotografer profesional merasa perlu memilikinya. Mereka yang memilih kamera medium format biasanya hanya terpaku pada satu aspek, yaitu kualitas gambar.

Ukuran sensor medium format sangat masif, bahkan jauh lebih besar ketimbang sensor full-frame yang kerap kita jumpai pada DSLR kelas atas. Umumnya dibarengi oleh resolusi yang sangat tinggi, sensor medium format sanggup menangkap gambar dengan detail yang sangat tajam dan dynamic range yang amat luas.

Di ranah medium format, Hasselblad merupakan nama yang paling dikenal. Brand asal Swedia ini sudah tiga perempat abad memproduksi kamera medium format, dan di pertengahan tahun 2016 ini mereka memutuskan untuk melakukan inovasi besar-besaran. Buah pemikirannya? Kamera mirrorless medium format pertama di dunia.

Hasselblad X1D mengemas sensor medium format beresolusi 50 megapixel / Hasselblad
Hasselblad X1D mengemas sensor medium format beresolusi 50 megapixel / Hasselblad

Dijuluki Hasselblad X1D, ia merupakan satu-satunya kamera mirrorless yang mengemas sensor medium format sejauh ini. Sensor ekstra besar tersebut dibungkus dalam kemasan yang lebih kecil dari DSLR, dengan bobot hanya separuh kamera medium format pada umumnya (725 gram).

Elegan dan premium adalah dua kata sifat yang tepat untuk menggambarkan fisik X1D. Hasselblad bahkan tak segan membubuhkan label “Handmade in Sweden” pada bodi X1D yang tahan terhadap cuaca ekstrem tersebut. Kontrolnya pun termasuk lengkap, dengan kenop putar di atas hand grip dan satu lagi di panel belakang.

Sisi belakangnya sendiri didominasi oleh layar sentuh 3 inci beresolusi 920 ribu dot, didampingi oleh electronic viewfinder (EVF) beresolusi 2,36 juta dot. Tepat di atas EVF tersebut, tertanam hotshoe yang kompatibel dengan beragam aksesori untuk kamera besutan Nikon. Di bagian samping, pengguna akan menjumpai slot SD card ganda, port mini HDMI serta port USB-C.

Pengoperasian bisa dilakukan via layar sentuh dan tampilan yang simpel / Hasselblad
Pengoperasian bisa dilakukan via layar sentuh dan tampilan yang simpel / Hasselblad

Namun tentu saja hal terpenting yang patut disorot dari X1D adalah kinerjanya dalam menciptakan gambar berkualitas. Sensor medium format miliknya punya resolusi 50 megapixel, dengan rentang ISO 100 – 25600 dan dynamic range mencapai 14 stop. Gampangnya, hasil jepretan X1D tak kalah dibanding Hasselblad H6D yang berukuran jauh lebih besar dan berharga tiga kali lipat.

Agar hasil fotonya optimal dan tajam dari ujung ke ujung, Hasselblad telah merancang dua lensa anyar, yakni 45 mm f/3.5 dan 90 mm f/4.5. Keduanya memakai mount yang berbeda dari lini lensa H System bikinan Hasselblad, akan tetapi pengguna tetap bisa memakai lensa-lensa tersebut dengan bantuan adapter.

Hasselblad X1D datang bersama dua lensa baru guna memastikan hasil fotonya optimal / Hasselblad
Hasselblad X1D datang bersama dua lensa baru guna memastikan hasil fotonya optimal / Hasselblad

Tujuan Hasselblad menciptakan X1D bukan sekadar untuk pamer semata, tetapi mereka memang merasa tergerak untuk membawa keunggulan kamera medium format ke kalangan konsumen yang lebih luas. Membuat versi mirrorless merupakan langkah yang tepat, namun mereka masih harus menekan harganya semaksimal mungkin.

Untuk itulah mereka berencana memasarkan Hasselblad X1D seharga $8.995 body only, $11.290 bersama lensa 45 mm f/3.5, atau $13.985 dengan kedua lensa barunya sekaligus. Sebagai perbandingan, Sony A7R II yang mengusung sensor full-frame dijajakan seharga $3.200 body only.

Sumber: PetaPixel dan Hasselblad.

Pentax K-70 Tawarkan Fitur Kelas Atas dalam Harga Entry Level

Usai memperkenalkan DSLR full-frame perdananya pada bulan Februari kemarin, Pentax kini kembali ke kategori entry level dengan memperkenalkan Pentax K-70. Kamera ini boleh dibilang kelas entry, akan tetapi fitur-fitur yang diusungnya banyak dipinjam dari lini teratas Pentax selama ini.

Jantung K-70 terisi oleh sensor APS-C beresolusi 24 megapixel, dengan kemampuan merekam video 1080p 30 fps. Didampingi oleh prosesor pengolah gambar PRIME MII, sensor ini sangat sensitif terhadap cahaya, dengan tingkat ISO maksimum 102.400. Pentax pun tidak ragu menyatakan bahwa hasil fotonya di kondisi low-light tetap minim noise dan cukup detail.

Performa turut mendapat perhatian khusus di sini. Selain sistem autofocus phase-detection 11 titik – 9 di antaranya merupakan cross-type – K-70 turut dilengkapi sistem AF contrast-detection. Sistem hybrid ini juga bisa diaktifkan dalam mode live view, menjadikannya sebagai DSLR pertama Pentax yang bisa melakukan hal ini.

Bodi Pentax K-70 tahan terhadap cuaca ekstrem / Ricoh
Bodi Pentax K-70 tahan terhadap cuaca ekstrem / Ricoh

Bagi yang gemar membekukan aksi-aksi cepat, shutter speed maksimum K-70 berada di angka 1/6.000 detik. Hal ini turut didukung oleh kemampuan burst shooting-nya yang mencapai angka 6 fps. Pentax tak lupa memastikan kalau algoritma tracking autofocus-nya cukup bisa diandalkan.

Fitur high-end lain yang diusung K-70 adalah image stabilization dalam bodi serta simulasi low-pass filter. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan kamera untuk menangkap gambar yang lebih mendetail karena tidak ada low-pass filter, namun di saat yang sama tetap bebas moiré saat simulasi low-pass filter diaktifkan.

Lebih lanjut, K-70 turut dilengkapi oleh fitur Pixel Shift Resolution, dimana kamera akan menangkap empat gambar yang sama selagi menggeser posisi sensor satu pixel pada setiap gambar, lalu menggabungkan semuanya menjadi satu file beresolusi tinggi dan sangat mendetail.

LCD milik Pentax K-70 bisa ditarik ke samping lalu diputar-putar posisinya / Ricoh
LCD milik Pentax K-70 bisa ditarik ke samping lalu diputar-putar posisinya / Ricoh

Soal fisik, bodi K-70 telah dirancang agar tahan terhadap cuaca ekstrem, entah itu guyuran hujan maupun suhu dingin yang mencapai minus 10 derajat Celsius. Panel belakangnya didominasi oleh sebuah layar 3 inci beresolusi 921 ribu dot yang dapat ditarik ke samping untuk diputar-putar posisinya sesuai kebutuhan.

Pentax K-70 rencananya akan dipasarkan mulai awal bulan Juli seharga $650. Oh ya, kamera ini juga mengemas konektivitas Wi-Fi guna memenuhi standar terkini.

Sumber: DPReview.

Apa Itu Kamera Mirrorless dan Apa Saja Kelebihannya

Dalam beberapa tahun terakhir, industri kamera ‘dihantui’ oleh istilah mirrorless. Tidak sedikit fotografer profesional yang memutuskan untuk memensiunkan kamera DSLR-nya dan beralih ke mirrorless. Sejumlah pabrikan, termasuk Fujifilm yang populer di era kamera analog, kini juga ikut menekuni bidang mirrorless dan meraih sukses.

Namun sebelum kita membahas mengenai kelebihan-kelebihannya, ada baiknya kita memahami lebih dulu apa itu kamera mirrorless. Artikel ini dimaksudkan untuk menjawab rasa ingin tahu Anda terhadap kamera mirrorless.

Apa itu kamera mirrorless

Salah satu kamera mirrorless besutan Olympus dalam posisi lensa dilepas / Wikipedia
Salah satu kamera mirrorless besutan Olympus dalam posisi lensa dilepas / Wikipedia

Secara harfiah, kamera mirrorless berarti kamera tanpa cermin. Namun kalau mengacu pada makna ini, berarti semua kamera non-SLR atau non-DSLR adalah kamera mirrorless, termasuk kamera saku maupun kamera prosumer.

Istilah mirrorless lebih tepatnya mengacu pada mirrorless interchangeable lens camera (MILC), yaitu kamera yang lensanya bisa dilepas-pasang atau diganti, tetapi tidak dilengkapi cermin seperti DSLR. Absennya cermin ini secara langsung berdampak pada ukuran kamera mirrorless yang umumnya jauh lebih ringkas ketimbang DSLR.

Pemahaman ini pun berujung pada istilah lain dari kamera mirrorless, yaitu compact system camera (CSC), yang menggambarkan kelebihan kamera mirrorless: bodi ringkas, tapi merupakan sebuah sistem karena lensanya bisa digonta-ganti.

Karena tidak memiliki cermin, kamera mirrorless pun otomatis tidak mempunyai optical viewfinder seperti DSLR – terkecuali sejumlah model seperti Fujifilm X-Pro2. Komponen ini digantikan oleh electronic viewfinder (EVF) yang semakin tahun semakin matang teknologinya; sanggup menampilkan gambar tanpa lag dan dalam resolusi tinggi.

Kemunculan kategori mirrorless sendiri diawali oleh Epson R-D1 di tahun 2004. Namun sebelum Panasonic Lumix DMC-G1 diperkenalkan di tahun 2008, kategori mirrorless masih belum terlalu populer. Sesudahnya, kita pun sampai ke titik dimana kamera mirrorless bisa dibilang lebih populer ketimbang DSLR seperti sekarang ini.

Kelebihan-kelebihan kamera mirrorless

Sony A6300 merupakan salah satu kamera mirrorless dengan performa autofocus tercepat saat ini / Sony
Sony A6300 merupakan salah satu kamera mirrorless dengan performa autofocus tercepat saat ini / Sony

Seperti yang telah disebutkan, kelebihan utama kamera mirrorless adalah ukurannya ringkas dan bobotnya jauh lebih ringan, akan tetapi lensanya bisa diganti sesuai kebutuhan layaknya DSLR. Lebih lanjut, kualitas gambarnya pun tidak kalah karena umumnya mengemas sensor berukuran cukup besar; sejumlah model, seperti Sony A7R II, bahkan mengusung sensor full-frame yang biasanya hanya bisa kita jumpai pada DSLR seharga puluhan juta.

Performa kamera mirrorless terkini pun sudah sangat mendekati kamera DSLR. Demikian pula dengan kontrol manual yang lengkap. Satu-satunya aspek yang masih bisa dibilang lebih lemah daripada DSLR adalah continuous autofocus. Itulah mengapa fotografer olahraga biasanya masih lebih memilih DSLR dibanding mirrorless.

Secara keseluruhan, kamera mirrorless tidak bisa lagi dipandang enteng dalam industri fotografi dan videografi. Kematangan teknologi beserta kelengkapan ekosistem lensa yang ditawarkan oleh sejumlah merek pada akhirnya mampu merebut hati pengguna, baik kalangan profesional maupun konsumen secara umum.

Gambar header: Fujifilm X-M1 via Pexels.

LG Action Cam LTE Adalah Pesaing GoPro dengan Kemampuan Live Streaming via LTE

Siap-siap GoPro, kalian bakal kedatangan pesaing baru, kali ini dari raksasa teknologi asal Korea Selatan, LG. Baru-baru ini, LG mengumumkan LG Action Cam LTE, sebuah kamera berbodi ringkas nan tahan banting yang sanggup merekam video 4K, lalu menyiarkannya secara langsung via jaringan LTE.

Desainnya tidak berbelit-belit, hanya berwujud balok dengan dimensi 35 x 35 x 78 mm dan bobot 95 gram, serta sisi depan yang didominasi oleh lensa. Di balik lensa tersebut bernaung sensor 1/2,3 inci beresolusi 12,3 megapixel, siap merekam video 4K 30 fps, 1080p 60 fps maupun 720p 120 fps.

Tidak seperti GoPro maupun action cam lain di pasaran yang hanya mengandalkan konektivitas Wi-Fi atau Bluetooth, LG Action Cam LTE juga mengemas konektivitas seluler, yang berarti pengguna bisa melakukan live streaming tanpa harus tersambung ke smartphone. Catatan penting: kualitas video live streaming-nya hanya terbatas di resolusi 720p 30 fps.

Kehadiran konektivitas 3G/LTE ini juga memungkinkannya untuk digunakan sebagai kamera CCTV maupun kamera dashboard. Semua gambar dan video akan disimpan di dalam kartu microSD, dimana Action Cam LTE telah mendukung hingga kapasitas 2 TB.

Tanpa bantuan casing, LG Action Cam LTE sudah terlindungi dari debu maupun cipratan air / LG
Tanpa bantuan casing, LG Action Cam LTE sudah terlindungi dari debu maupun cipratan air / LG

Soal ketahanan fisik, LG Action Cam LTE telah mengantongi sertifikat IP67, yang berarti ia terlindungi penuh dari debu atau pasir, serta dapat diajak menyelam di kedalaman 1 meter selama 30 menit. Nantinya LG juga akan menyediakan casing anti-air opsional yang memungkinkan perangkat untuk diajak menyelam lebih lama dan lebih dalam lagi.

Tidak kalah penting adalah sejumlah mount opsional, sehingga kamera bisa dipasangkan di atas helm, setang sepeda, mobil dan objek lainnya. Baterainya tergolong awet untuk ukuran action cam, sanggup merekam video 1080p selama 4 jam nonstop.

Sejauh ini LG belum mengungkapkan banderol harga dari Action Cam LTE. Perangkat ini akan dipasarkan di Korea Selatan terlebih dulu mulai bulan depan, lalu menyusul ke kawasan lainnya – sayangnya Asia sama sekali tidak disebutkan dalam siaran persnya.

Sumber: LG.

Tanpa LCD, Leica M-D Adalah Kamera Digital Berjiwa Analog

Pabrikan kamera ternama Leica baru-baru ini meluncurkan sebuah produk yang akan membuat konsumen agak terheran-heran, yakni sebuah kamera digital tanpa LCD. Ya, Anda tidak salah baca, kamera mirrorless bernama lengkap Leica M-D (Typ 262) sama sekali tidak mengemas layar pada panel belakangnya.

Sebagai gantinya, bagian belakangnya hanya dihuni oleh sebuah kenop pengatur ISO, sebuah viewfinder di kiri atas dan sebuah kenop putar di kanan atas. Tanpa LCD, otomatis kamera ini pun juga tidak memiliki sistem menu sama sekali.

Lalu apa tujuan Leica sebenarnya? Well, mereka pada dasarnya ingin menghidupkan kembali seni fotografi analog, dimana kreativitas pengguna sama sekali tidak akan terganggu oleh hasil jepretannya. Di sini pengguna hanya akan berfokus pada komposisi selagi menyesuaikan parameter kunci macam shutter speed, aperture, ISO dan tentu saja titik fokus.

Leica M-D mengusung kontrol manual yang lengkap / Leica
Leica M-D mengusung kontrol manual yang lengkap / Leica

Namun sebagai pengusung label Leica, tentu saja kamera ini masih mengedepankan kualitas gambar di atas segalanya. Ia dibekali sensor CMOS full-frame beresolusi 24 megapixel, akan tetapi pengguna hanya bisa mengambil gambar dalam format RAW DNG, tanpa opsi JPEG sama sekali. Lebih lanjut, kamera ini bahkan tidak bisa merekam video, jadi benar-benar didedikasikan untuk fotografi.

Menimbang segalanya, tentu saja Leica M-D bukan untuk semua orang, apalagi mengingat banderol harganya berkisar $6.000. Contoh hasil jepretannya bisa Anda simak di bawah ini; selengkapnya silakan langsung mengunjungi blog Leica.

Contoh hasil foto Leica M-D / Leica
Contoh hasil foto Leica M-D / Leica
Contoh hasil foto Leica M-D / Leica
Contoh hasil foto Leica M-D / Leica

Sumber: Leica dan The Verge.

Bersensor Masif, Hasselblad H6D Siap Jepret Foto 100 Megapixel

Selama 75 tahun berkiprah, nama Hasselblad selalu dikaitkan dengan fotografi medium format berkat kamera-kameranya yang besar, mahal, tapi sanggup menghasilkan gambar dengan tingkat detail luar biasa. Dunia pun mengakui reputasi perusahaan asal Swedia ini, salah satunya adalah ketika Buzz Aldrin memotret Neil Armstrong sedang menjejakkan kakinya pertama kali di Bulan.

Kini Hasselblad kembali membuktikan jati dirinya sebagai maestro fotografi. Mereka belum lama ini memperkenalkan kamera medium format baru, Hasselblad H6D, yang bisa dibilang sebagai produk tercanggihnya sejauh ini.

H6D datang dalam dua varian. Satu dibekali sensor CMOS 50 megapixel, sedangkan satunya mengemas sensor 100 megapixel. Resolusi tentu saja bukanlah penentu segalanya; ukuran fisik sensornya yang bahkan lebih besar ketimbang sensor full-frame menjadi jaminan atas tingkat detail yang bisa dihasilkan, apalagi didukung oleh deretan lensa super-tajam besutan Hasselblad.

Contoh hasil foto Hasselblad H6D / Hasselblad
Contoh hasil foto Hasselblad H6D / Hasselblad
Foto di atas setelah di-crop 100 persen
Foto di atas setelah di-crop 100 persen

Namun dilihat dari segi angka saja, 100 megapixel itu benar-benar masif, tepatnya 11.600 x 8.700 pixel. Seandainya hasil foto ingin Anda crop 100 persen, tetap saja masih sangat ideal untuk dicetak menjadi baliho seukuran rumah, dan ketajaman detailnya dijamin tidak berkurang sedikitpun.

Dari segi performa, mungkin DSLR kelas menengah saja bisa memotret lebih cepat ketimbang H6D. Tapi itu memang bukan fokus Hasselblad. Mereka benar-benar memprioritaskan kualitas gambar di atas segalanya, terutama mengingat dynamic range-nya bisa mencapai 15 stop guna mempertahankan sebanyak mungkin detail pada area shadow dan highlight.

Sisi belakang Hasselblad H6D dihuni oleh layar sentuh 3 inci beresolusi tinggi / Hasselblad
Sisi belakang Hasselblad H6D dihuni oleh layar sentuh 3 inci beresolusi tinggi / Hasselblad

Kendati demikian, Hasselblad tak lupa menyematkan sejumlah fitur yang paling tidak bisa memudahkan proses pengambilan gambar, seperti salah satunya sistem autofocus yang bisa mengunci fokus pada suatu titik dan terus mempertahankannya selagi fotografer mengatur ulang komposisinya.

Sejumlah fitur yang mendefinisikan kamera modern turut hadir pada H6D. Di antaranya adalah perekaman video 4K, layar sentuh berukuran 3 inci, konektivitas Wi-Fi, USB 3.0 dan slot kartu memori ganda (CF maupun SD card).

Lalu untuk siapa sebenarnya kamera ini? Hmm, pastinya bukan semua orang, bahkan fotografer profesional pun mungkin belum tentu membutuhkannya. Namun seandainya Anda mau menggunakan kamera yang bisa memberikan kualitas gambar terbaik dari yang terbaik, well, Hasselblad H6D bisa didapat seharga $27.000 untuk versi 50 megapixel, atau $33.000 untuk versi 100 megapixel, dan ini sama sekali belum termasuk lensa.

Sumber: The Verge dan Hasselblad.