Sigma Luncurkan Duo Kamera Mirrorless Perdananya, sd Quattro dan sd Quattro H

Nama Sigma selama ini dikenal oleh para fotografer sebagai salah satu produsen lensa terlengkap untuk berbagai merek. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Sigma juga terus bereksperimen dengan kamera buatannya sendiri, utamanya adalah lini Sigma DP Quattro, kamera compact dengan wujud dan jenis sensor tidak umum.

Kini Sigma terus menggenjot inovasi mereka di bidang fotografi lewat duo kamera mirrorless perdananya, sd Quattro dan sd Quattro H. Keduanya sama-sama memakai sensor Foveon yang cukup unik. Unik karena sensor ini pada dasarnya terdiri dari sejumlah lapisan, memungkinkan kamera untuk menangkap gambar dengan warna yang lebih kaya dan resolusi lebih tinggi dibanding teknologi sensor gambar pada umumnya.

Sigma sd Quattro dan sd Quattro H

Sigma sd Quattro dan sd Quattro H punya fisik yang sama persis. Letak perbedaannya hanya pada ukuran sensor yang dipakai: sd Quattro mengemas sensor berukuran APS-C, sedangkan sd Quattro H punya sensor APS-H yang ukurannya sekitar 30 persen lebih besar.

Sensor milik sd Quattro punya resolusi 19,6 megapixel, sedangkan sd Quattro H 25,5 megapixel, masing-masing dengan sistem autofocus hybrid. Namun mengingat teknologi yang dipakai sensor Foveon ini berbeda, masing-masing sensor punya resolusi setara 39 megapixel dan 51 megapixel pada sensor bertipe Bayer yang dipakai oleh hampir semua kamera digital saat ini.

Sigma sd Quattro

Selain penggunaan teknologi sensor yang tidak umum, desain duo sd Quattro ini juga bisa dibilang sedikit aneh. Hand grip-nya lebih pendek ketimbang bagian bodi yang mengemas sensor. Hal ini disebabkan Sigma sengaja merancang keduanya agar kompatibel dengan seluruh lini lensa yang mereka produksi, termasuk halnya lensa untuk kamera DSLR. Alhasil, ‘rumah’ lensanya pun harus dibuat lebih besar.

Di belakang, pengguna akan berjumpa dengan electronic viewfinder beresolusi 2,3 juta dot, dengan sudut pandang mendekati 100 persen, menurut klaim Sigma. Di bawahnya, ada LCD 3 inci dengan resolusi 1,62 juta dot. Uniknya, LCD ini sebenarnya terdiri dari dua layar; layar kecil yang ada di sebelah kanan akan menampilkan pengaturan kamera secara konstan. Semua ini dikemas dalam bodi berbahan magnesium yang tahan air dan debu.

Sigma sd Quattro

Sejauh ini belum ada informasi mengenai harga dan ketersediaannya. Sigma sedang memamerkan keduanya di hadapan pengunjung event CP+ 2016 yang digelar di Yokohama, Jepang.

Sumber: DPReview.

5 Kamera Pilihan untuk Keperluan Vlogging

Sama seperti blogger, semua orang pada dasarnya bisa menjadi vlogger. Mengapa? Karena medium distribusinya adalah internet – biasanya YouTube – dan topik yang dijadikan fokus pun bisa bermacam-macam, bisa seputar teknologi, gadget seperti MKBHD atau SobatHape untuk yang lokal, kuliner, tips perawatan wajah sampai gaming macam PewDiePie.

Kalau senjata utama para blogger adalah laptop, vlogger tentu saja membutuhkan kamera untuk merekam video. Kamera apapun? Ya selama bisa merekam video, kamera itu bisa dipakai untuk vlogging. Pun begitu, untuk bisa menarik minat penonton, tentunya kita perlu menyediakan konten yang berkualitas. Untuk itu, kamera yang dipilih harus bisa menghasilkan video dengan mutu yang terjamin.

Apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kamera untuk vlogging? Utamanya adalah kualitas video dalam resolusi full-HD (1080p) atau lebih, tapi fitur ekstra seperti layar yang bisa diputar menghadap ke depan atau colokan mikrofon juga tidak kalah penting di mata seorang vlogger.

Dalam artikel ini, DS/lifestyle sudah menyiapkan 5 kamera pilihan yang bisa dijadikan senjata andalan saat vlogging. Kelimanya dipilih menyesuaikan budget dan berdasarkan keunggulannya masing-masing. Berikut daftar lengkapnya.

1. Canon PowerShot G7 X

Canon PowerShot G7 X

G7 X bukan sembarang kamera compact. Ia dibekali sensor 1 inci beresolusi 20,2 megapixel, dan yang terpenting, sanggup merekam video dalam resolusi 1080p 60 fps. Namun yang lebih krusial lagi, pengaturan exposure bisa dilakukan secara manual selagi video sedang direkam, mulai dari kecepatan shutter, aperture sampai tingkat sensitivitas ISO.

Anda bahkan juga bisa menetapkan titik fokus dengan menyentuh LCD-nya. LCD-nya sendiri bisa dimiringkan hingga menghadap ke depan sehingga Anda bisa melihat langsung apa yang sedang direkam oleh kamera. G7 X turut dibekali sistem image stabilization dan lensa jagoan, 24 – 100 mm f/1.8-2.8.

Harganya tidak terlalu mahal, sekitar Rp 6,5 juta. Namun kalau Anda mau bersabar, Anda bisa menanti kehadiran G7 X Mark II yang punya bodi lebih ergonomis dan performa lebih kencang.

2. GoPro Hero4 Silver

GoPro Hero4 Silver

Tidak cuma untuk mengabadikan aksi-aksi ekstrem, GoPro Hero4 Silver juga ideal bagi para vlogger. Kualitas hasil rekamannya tak perlu diragukan lagi. Ia bahkan siap merekam dalam resolusi 2,7K 30 fps dan dalam sudut pandang 170 derajat yang amat luas.

Keunggulan lain Hero4 Silver adalah kehadiran LCD di belakang untuk melakukan pengaturan dengan mudah, tidak ketinggalan pula dukungan aksesori mount yang begitu melimpah. Semisal Anda ingin vlogging sembari bersepeda, lakukan saja selagi Hero4 Silver menggantung di atas setang.

Harganya sepadan dengan fitur dan kualitas yang diberikan di kisaran Rp 5,5 juta.

3. Sony RX100 III

Sony RX100 III

Saya tahu, ini memang bukan model yang terbaru. Namun perbedaannya terbesarnya dengan RX100 IV hanyalah pada resolusi dan mode slow-motion, sedangkan harganya terpaut jauh. Kalau yang Anda cari sekedar video 1080p dalam sebuah paket yang begitu ringkas, RX100 III adalah pilihan yang tepat.

Fitur lain yang membuat kamera ini ideal bagi para vlogger adalah LCD yang bisa diputar menghadap ke depan, sama seperti milik G7 X tadi. Pengoperasian secara manual pun juga mungkin dilakukan. Minus terbesar dari kamera ini hanyalah, layarnya bukan layar sentuh.

Selebihnya, dengan modal Rp 11 juta Anda akan mendapat kamera jago foto sekaligus video yang bisa disimpan dengan mudah di dalam saku celana. Travelling sambil vlogging, silakan.

4. Panasonic Lumix G7

Panasonic Lumix G7

Bagi vlogger yang sudah cukup berpengalaman dan ingin meningkatkan kualitas produksinya, Lumix G7 adalah salah satu alternatif terbaik. Tak hanya mampu merekam video dalam resolusi 4K 30 fps, tapi ia juga akan menyimpannya langsung di memory card tanpa memerlukan bantuan perangkat eksternal.

Kualitas hasil rekamannya juga dapat lebih dimaksimalkan lagi dengan memasangkan lensa yang lebih oke, mengingat ia merupakan kamera mirrorless. LCD-nya yang berada di belakang bisa diputar ke depan, dan pengguna juga bebas menentukan titik fokus dengan menyentuh layar.

Selain itu, Lumix G7 turut mengemas colokan mikrofon. Seperti yang kita tahu, video itu bukan soal gambar bergerak saja, tetapi juga suara. Dengan G7, pengguna bisa menyambungkan mikrofon eksternal guna meningkatkan kualitas suara yang ditangkap selagi perekaman berlangsung.

Terkait harganya, ia dibanderol Rp 10,8 juta bersama lensa 14 – 42 mm f/3.5-5.6.

5. Sony A7S II

Sony A7S II

Kamera yang terakhir ini benar-benar ditujukan buat videografer maupun vlogger yang sudah masuk dalam taraf profesional. Kelebihan utamanya? Sensor full-frame dengan sensitivitas terhadap cahaya yang begitu tinggi. Saking tingginya, bahkan ia bisa melihat apa yang kita tidak bisa lihat di dalam kegelapan.

Kelebihan lain adalah sistem image stabilization 5-axis yang akan memastikan hasil rekaman benar-benar mulus meski pengguna tidak memakai tripod. Lebih lanjut, A7S II turut dibekali colokan mikrofon dan headphone sekaligus. Jadi selain dapat disambungkan dengan mikrofon eksternal, ia juga bisa ditancapi headphone – berguna untuk memonitor kualitas audio selama perekaman.

Tak ada gading yang tak retak. Kamera seharga Rp 45 juta (body only) ini punya satu kekurangan yang cukup krusial bagi para vlogger: layarnya tidak bisa dimiringkan sampai menghadap ke depan dan bukan merupakan layar sentuh. Kendati demikian, kalau mementingkan kualitas video di atas segalanya, sulit mencari lawan yang lebih unggul darinya.

Itu tadi daftar singkat yang DS/lifestyle susun, Anda punya usulan atau rekomendasi kamera lain yang pas untuk vlogging? Jangan lupa untuk menuliskannya di kolom komentar.

Gambar header: Marques Brownlee via YouTube.

Nikon Umumkan Trio Kamera Compact dengan Jangkauan Zoom Amat Jauh

Baru-baru ini, Nikon meluncurkan lini kamera compact baru yang mereka juluki dengan nama Nikon DL. Kini giliran lini Coolpix yang kedatangan tiga anggota baru, yaitu A900, B500 dan B700. Ketiganya termasuk jenis superzoom, mengandalkan lensa dengan jangkauan zoom yang amat jauh.

Lewat trio ini, Nikon juga memperkenalkan teknologi konektivitas baru yang mereka sebut dengan istilah SnapBridge. SnapBridge pada dasarnya memadukan sambungan Wi-Fi dan Bluetooth LE, memungkinkan kamera untuk terus terhubung dengan smartphone atau tablet tanpa menguras baterai masing-masing perangkat. Dengan begitu, pengguna tak perlu repot-repot mengulangi proses pairing ketika hendak meneruskan hasil foto.

Nikon Coolpix A900

Nikon Coolpix A900

A900 memiliki ukuran yang paling ringkas dari ketiganya. Meski mudah disimpan dalam saku, dirinya dipersenjatai sensor CMOS BSI (backside-illumination) 20 megapixel dan lensa 24 – 840 mm f/3.4-6.9. Jangkauan lensanya ini setara dengan 35x optical zoom.

Nikon menempatkan A900 sebagai kamera travelling yang ideal dalam berbagai kondisi. Ia juga sanggup merekam video dalam resolusi 4K 30 fps. Melengkapi semuanya adalah LCD 3 inci beresolusi 920 ribu dot yang dapat diputar hingga menghadap ke depan untuk dipakai ber-selfie ria.

A900 akan dipasarkan mulai musim semi mendatang seharga $400 dalam dua pilihan warna, yaitu silver dan hitam.

Nikon Coolpix B500

Nikon Coolpix B500

B500 sangat unik karena ia tidak memakai baterai rechargeable, melainkan empat baterai AA yang bisa pengguna ganti kapan saja seperti halnya sebuah senter. Kendati demikian, ia masih mengusung spesifikasi yang cukup mumpuni. Di antaranya sensor CMOS BSI 16 megapixel dan lensa 40x optical zoom (22,5 – 900 mm) f/3.0-6.5.

Ia adalah satu-satunya kamera yang tak dilengkapi opsi perekaman video 4K di sini. Tapi tak masalah, toh resolusinya masih mencapai 1080p 30 fps. LCD-nya bisa dimiringkan, tapi tidak sampai menghadap ke depan. Sebagai bonus, B500 dibekali sistem hybrid VR (vibration reduction) guna mengurangi kemungkinan gambar tampak blur.

Soal harga, Nikon mematok B500 di angka $300, dengan pilihan warna hitam dan merah.

Nikon Coolpix B700

Nikon Coolpix B700

B700 adalah ‘monster’ untuk urusan zoom. Lensanya punya jangkauan yang paling jauh, yaitu 24 – 1.440 mm f/3.3-6.5, setara 60x optical zoom). Lensa ini berpadu apik dengan sensor CMOS BSI 20,3 megapixel yang juga sanggup merekam video dalam resolusi 4K 30 fps.

Dari segi performa, B700 tergolong lumayan berkat kemampuannya memotret secara konstan dalam kecepatan 5 fps dan dukungan format RAW. LCD 3 incinya menganut sistem yang biasa dipakai DSLR, bisa Anda bolak-balik posisinya sesuai kebutuhan, dan ia juga merupakan satu-satunya yang mengemas sebuah electronic viewfinder.

Sama seperti kedua kamera lainnya, B700 akan hadir mulai musim semi tahun ini seharga $500 dalam warna hitam saja.

Action Cam Ricoh WG-M2 Bisa Menyelam Tanpa Casing dan Merekam Video 4K

Pabrikan kamera asal Jepang, Ricoh, sedang semangat-semangatnya meluncurkan produk baru. Setelah DSLR full-frame Pentax K-1, kali ini giliran sebuah action camera yang menjadi sorotan. Bernama Ricoh WG-M2, ia merupakan suksesor dari action cam debutan Ricoh yang dirilis dua tahun silam.

WG-M2 jauh lebih ringkas dibanding pendahulunya. Ukuran dan bobotnya menciut hingga 40 persen, tapi di saat yang sama masih mengedepankan aspek durabilitas. Ia bisa menyelam hingga kedalaman 20 meter, beroperasi di suhu -10 derajat Celsius dan tidak keberatan Anda jatuhkan dari ketinggian dua meter. Semua itu tanpa bantuan casing pelindung sama sekali.

Ricoh WG-M2

WG-M2 juga datang dengan spesifikasi yang jauh lebih menggiurkan. Mengikuti tren, kamera ini sekarang bisa merekam video dalam resolusi 4K 30 fps, 1080p 60 fps atau 720p 120 fps. Yang tak kalah menarik adalah sudut pandang lensanya yang begitu luas, tepatnya 204 derajat.

Foto bisa ia abadikan dalam resolusi 8 megapixel. Bagian atas bodinya didominasi oleh LCD berukuran 1,5 inci, dengan enam tombol pengoperasian di sisi kiri dan kanannya. Tanpa harus terkejut, WG-M2 juga mengemas konektivitas Wi-Fi sehingga pengguna bisa mengoperasikannya dari kejauhan menggunakan smartphone atau tablet.

Ricoh WG-M2

Action cam anyar ini bakal mulai dipasarkan pada bulan April seharga $300. Tentu saja Ricoh juga akan menawarkan sejumlah aksesori opsional untuk meningkatkan fungsionalitasnya. Satu yang cukup menarik adalah sebuah pistol grip yang menancap pada mount tripod di sisi bawahnya.

Sumber: The Verge dan Ricoh.

Nikon Luncurkan Lini Kamera Compact Baru, Nikon DL

Setelah keluar dari zona nyamannya dengan memperkenalkan sebuah action camera di event CES 2016 kemarin, Nikon kini kembali berfokus pada bidang fotografi. Rival terbesar Canon itu baru saja mengumumkan lini kamera compact baru yang terdiri dari tiga perangkat: DL24-85, DL18-50 dan DL24-500.

Jangan heran melihat nama-namanya. Angka-angka tersebut merupakan penanda jenis lensa yang dimiliki oleh masing-masing kamera. Contoh: DL18-50 punya lensa dengan panjang fokal 18 – 50 mm. Mereka ini bukan termasuk kamera mirrorless, jadi lensanya tidak bisa dilepas-pasang.

Meski mengusung lensa dan bodi yang berbeda-beda, ketiganya sama-sama ditenagai oleh sensor CMOS 1 inci beresolusi 20,8 megapixel dan prosesor Expeed 6A. Perpaduan ini juga memungkinkan ketiganya untuk merekam video 4K 30 fps, atau video slow-motion dalam resolusi 1080p 120 fps dan 720p 240 fps.

Nikon DL24-85

Lini Nikon DL juga menjanjikan performa yang cepat. Ketiganya sanggup memotret dalam kecepatan 20 fps dalam mode continuous, atau malah 60 fps kalau titik fokusnya sudah ditetapkan sebelumnya. Autofocus-nya sendiri menganut sistem hybrid, yang mencakup 105 titik phase-detection dan 171 titik contrast-detection.

Lalu kamera mana yang harus Anda pilih? Jawabannya tergantung kebutuhan. DL24-85 punya fitur eksklusif Super Macro Mode untuk membantu pengguna memotret close-up, sedangkan lensa DL18-50 yang lebih wide sangat ideal dipakai untuk fotografi landscape maupun arsitektur. Keduanya sama-sama punya lensa dengan aperture f/1.8-2.8, jadi kualitas bokeh-nya sudah pasti cukup terjamin.

Nikon DL24-500

DL24-500 berbeda sendiri. Bodinya paling bongsor, tapi lensanya juga paling istimewa dengan jangkauan 21x optical zoom. Ia juga satu-satunya yang mempunyai electronic viewfinder OLED dengan resolusi 2,36 juta dot – dua kamera lainnya hanya punya layar sentuh, tapi DL24-500 juga turut dilengkapi komponen serupa.

DL24-85, DL18-50 dan DL24-500 bakal dipasarkan mulai awal musim panas tahun ini. Masing-masing dihargai $650, $850 dan $1.000.

Sumber: Nikon via Engadget.

Pentax K-1 Ramaikan Persaingan Kamera DSLR Full-Frame

Setelah cukup lama memproduksi kamera DSLR APS-C dan medium format, Pentax kini mulai mengincar ranah baru, yaitu DSLR full-frame. Yup, perusahaan yang diakuisisi oleh Ricoh di tahun 2011 ini sekarang punya rival yang pas untuk Canon 5DS maupun Nikon D810.

Dinamai Pentax K-1, ini merupakan debut Pentax di ranah DSLR full-frame. Oleh karena itu, tidak kaget apabila sensor gambarnya yang menjadi sorotan utama di sini. K-1 mengemas sensor CMOS full-frame beresolusi 36,4 megapixel. Sensitivitasnya mencapai angka ISO 204800, dan absennya filter anti-aliasing memastikan hasil fotonya bebas dari efek moiré.

Pentax K-1

Tak hanya mengemas sensor gambar yang canggih, K-1 juga dibekali sistem image stabilization 5-axis yang sangat efektif untuk mencegah hasil fotonya tampak blur akibat genggaman yang kurang stabil. Bahkan di saat melakukan teknik panning, sistem akan memprediksi ke mana arah kamera digerakkan oleh pengguna, lalu menerapkan kompensasi yang optimal.

Satu-satunya hal yang mungkin akan membuat konsumen sedikit kecewa adalah, opsi perekaman videonya cuma terbatas di resolusi 1080p 30 fps saja, belum 4K. Beruntung hal tersebut bisa ditutupi oleh sistem autofocus yang begitu andal yang mencakup 33 titik – 25 di antaranya merupakan titik cross-type – serta performa burst shooting 4,4 fps.

Pentax K-1

Selain mengandalkan kualitas gambar, K-1 rupanya juga menyimpan sejumlah fitur unik yang hingga kini belum dimiliki rival-rivalnya. Yang pertama adalah LCD 3,2 inci yang sangat fleksibel. Layar ini bisa Anda miringkan secara horizontal, vertikal maupun diagonal – sesuaikan saja dengan kebutuhan. Kalau tidak terbiasa menggunakan LCD, pengguna bisa memanfaatkan viewfinder-nya yang punya sudut pandang hampir 100 persen.

Yang kedua adalah fitur bernama Operation Assist Light. Sesuai namanya, fitur ini dirancang untuk memudahkan pengguna mengoperasikan kamera di kondisi gelap. Sejumlah lampu LED tersebar di beberapa bagian bodi seperti di atas lensa dan di slot memory card. Tujuannya adalah supaya pengguna bisa melepas-pasang lensa atau mengganti memory card dengan mudah ketika lokasi pemotretan memang benar-benar minim cahaya.

Pentax K-1

Semua ini dikemas dalam bodi yang tahan air, tahan debu dan tahan terhadap suhu dingin. Ukurannya juga cukup ringkas untuk ukuran DSLR full-frame, dengan bobot 1 kg lebih sedikit, sudah termasuk baterai.

Buat konsumen setia Pentax yang sudah menanti-nanti kehadiran DSLR full-frame, K-1 bisa dibeli mulai bulan April mendatang seharga $1.800 (body only). Pentax juga akan menawarkan 12 lensa full-frame baru untuk menemani DSLR andalannya tersebut.

Sumber: PetaPixel dan DPReview.

Dukung Kreasi Konten Virtual Reality, Samsung Singkap Kamera Gear 360

Seperti di CES 2016, virtual reality kembali menjadi salah satu tema besar di Mobile World Congress tahun ini. Hal tersebut bisa kita lihat dari sejumlah konferensi pers sebelum ajang dimulai. Setelah menggandeng Oculus VR dalam peracikan headset Gear VR, Samsung kini mencoba memberikan jawaban atas kelemahan di ranah itu: masih kurangnya jumlah konten.

Bersamaan dengan pengungkapan Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge, Samsung turut mengumumkan Gear 360. Dari nama, mungkin fungsi device sudah dapat ditebak, ia adalah kamera untuk menciptakan video 360 derajat. Device diramu untuk melengkapi ekosistem produk virtual reality berbasis perangkat bergerak dari sisi pembuatan konten. Dan Samsung bilang, ia akan ‘memberi definisi baru bagi smartphone‘.

Dengan tubuh bulat dan stand tripod, Samsung Gear 360 terlihat seperti campuran makhluk bermata satu lucu dan turret di game Portal. Namun sebetulnya, kamera memiliki sepasang ‘mata’, berupa lensa fish-eye f/2.0, diletakkan di sisi yang berlawanan. Ukurannya lebih kecil dari bola baseball tapi tidak sepenuhnya bundar, berbobot hanya 153-gram sehingga mudah dibawa-bawa.

Samsung Gear 360 02

Karena dirancang sebagai produk outdoor, Gear 360 telah lulus sertifikasi IP53. Artinya ia sanggup menahan rintik-rintik air hujan serta terpaan debu; namun tetap tidak bisa tercemplung ke dalam kolam. Samsung menyediakan sebuah layar kecil di sisi atas perangkat, tepat di sebelah tombol record. Terdapat pula slot ekspansi memori sampai 128GB, baterai removable 1.350mAh serta port microUSB.

Samsung Gear 360 merekam video seluas 195 derajat dari kedua lensa bersama-sama, kemudian menyulamnya jadi satu. Sensor beresolusi tinggi di device sanggup mengabadikan video 3840×1920-pixel atau menjepret foto 30-megapixel. Samsung mempunyai alasan mengapa mereka memilih level resolusi tersebut dan tidak terpancing untuk menyajikan 4K: supaya kualitasnya memuaskan tanpa membuat harganya melambung tinggi.

Samsung Gear 360 03

Kamera 360 tersebut bisa disambungkan ke Galaxy S7 atau S7 Edge lewat Bluetooth, dan saat tersinkronisasi, Anda dapat melihat gambar live langsung dari layar smartphone serta memakainya sebagai remote control. Penyatuan sendiri dilakukan oleh Galaxy S7, jadi prosesnya memakan waktu. Begitu selesai, tiap video bisa disimpan langsung ke handset; sebelum Anda mengunggahnya ke YouTube atau situs-situs sosial media.

Gear 360 dijadwalkan untuk dirilis pada triwulan kedua 2016 di ‘wilayah-wilayah’ tertentu, dan Samsung belum menyingkap harganya. Untuk memuluskan langkah mereka ke pasar virtual reality, Samsung menjanjikan headset Gear VR gratis bagi mereka yang mem-pre-order Galaxy S7 dan S7 Edge.

Via CNET. Sumber: Samsung.

Canon Luncurkan Dua Kamera Compact Baru: PowerShot G7 X Mark II dan SX720 HS

Canon baru saja meluncurkan dua kamera compact baru yang tergabung dalam lini PowerShot besutannya: G7 X Mark II dan SX720 HS. Keduanya sama-sama ditujukan buat pengguma umum maupun sebagai kamera cadangan para fotografer profesional.

Canon PowerShot G7 X Mark II

Canon PowerShot G7 X Mark II

Melihat namanya, kelihatan jelas kalau kamera ini merupakan suksesor dari G7 X yang dirilis di tahun 2014. Perubahan fisiknya tidak terlalu banyak, namun penambahan sebuah hand grip tentunya dapat meningkatkan ergonomi kamera ini secara keseluruhan.

G7 X Mark II masih mempertahankan predikat kamera compact premium yang diusung pendahulunya berkat sensor CMOS 1 inci beresolusi 20,1 megapixel. Ukuran bidang sensor ini jauh lebih besar ketimbang yang dimiliki kamera saku pada umumnya, sanggup menghasilkan gambar yang lebih jernih dan detail pada kondisi minim cahaya.

Sensor ini ditemani oleh prosesor anyar DIGIC 7 yang menjanjikan performa lebih cepat, utamanya dalam hal tracking autofocus pada subjek yang bergerak dan kecepatan pemotretan dalam format RAW di angka 8 fps. Sensitivitasnya terhadap cahaya cukup tinggi di angka ISO 12800 (dapat dinaikkan lagi menjadi 25600), dan video bisa ia rekam dalam resolusi maksimum 1080p 60 fps.

Canon PowerShot G7 X Mark II

Melengkapi semua ini adalah lensa 24 – 100 mm f/1.8 – 2.8 yang dilengkapi sistem image stabilization. Lensa ini juga menjanjikan hasil foto dengan bokeh (biasan titik-titik cahaya) yang berkualitas berkat pemakaian 9 bilah aperture. Tidak ketinggalan juga layar sentuh 3 inci yang bisa dipakai untuk ber-selfie ria dan konektivitas NFC serta Wi-Fi untuk memudahkan proses transfer foto dan video ke perangkat mobile.

Canon PowerShot G7 X Mark II rencananya akan dipasarkan mulai Mei 2016 dengan harga $700.

Canon PowerSHot SX720 HS

Canon PowerShot SX720 HS

Suksesor SX710 HS ini masih diposisikan sebagai kamera superzoom dengan fisik yang ringkas. Kamera ini mengandalkan sensor CMOS 20,3 megapixel dan prosesor DIGIC 6 sebagai pengolah gambarnya, sekaligus memberikan kemampuan merekam video dalam resolusi 1080p 60 fps.

Namun yang menjadi unggulan SX720 HS adalah lensa baru dengan jangkauan zoom amat jauh, tepatnya 24 – 960 mm, atau 40x optical zoom. Agar foto yang dijepret dari jarak jauh tidak kelihatan blur, Canon turut menyematkan sistem image stabilization pada lensa ini.

Canon PowerShot SX720 HS

Sama seperti G7 X Mark II, kamera ini turut dilengkapi dengan konektivitas NFC dan Wi-Fi. Panel belakangnya didominasi oleh LCD 3 inci – sayangnya bukan layar sentuh dan tidak bisa dimiringkan.

Penjualan Canon PowerShot SX720 HS akan dimulai pada bulan Maret mendatang dengan banderol harga $380.

Sumber: Canon via Engadget.

Makin Serius Hadapi Tren Selfie, Panasonic Merilis Lumix GF8

Selfie terus memegang peran penting dalam keseharian umat manusia generasi terkini. Hal ini bisa dibuktikan dari semakin banyaknya populasi kamera mirrorless yang mengedepankan fitur selfie.

Panasonic adalah salah satu pabrikan kamera yang getol dengan ide ini. Tahun lalu, pionir kamera mirrorless tersebut meluncurkan Lumix GF7, yang merupakan kamera mirrorless kelas entry dengan misi utama mengakomodasi hasrat selfie para konsumen. Di tahun 2016 ini, mereka sudah siap dengan penerusnya, yakni Lumix GF8.

Panasonic Lumix GF8 pada dasarnya merupakan Lumix GF7 dengan ilmu selfie yang semakin lengkap. Spesifikasi dasarnya tidak berubah banyak, masih mencakup sensor Micro Four Thirds 16 megapixel dengan sensitivitas ISO 200 – 25.600 dan kemampuan merekam video beresolusi 1080p 60 fps.

Panasonic Lumix GF8

Fisiknya kurang lebih sama, namun kini tampak lebih chic berkat empat pilihan warna baru, yaitu silver, coklat, pink dan oranye. Di saat yang sama, Lumix GF8 turut mengemas tombol shutter kedua yang berada di sebelah kiri, yang berarti Anda bebas mengambil selfie menggunakan tangan kanan atau kiri.

Sebagai kamera selfie sejati, tentu saja LCD-nya dapat diputar hingga 180 derajat menghadap ke depan. Saat layar sentuh 3 inci ini diputar, kamera akan mengaktifkan mode Self Shot secara otomatis. Dalam mode ini, pengguna bisa mengaplikasikan sederet fitur untuk menyempurnakan hasil selfie, seperti misalnya Soft Skin, Defocusing dan bahkan efek Slimming – pastinya akan terdengar sangat menggiurkan di telinga konsumen perempuan.

Lebih lanjut, GF8 juga dibekali fitur Beauty Retouch untuk memoles penampilan wajah pengguna menjadi lebih atraktif lagi, mulai dari membersihkan tekstur kulit, memutihkan gigi atau memberi makeup tertentu pada wajah. Dipadukan dengan efek Slimming tadi, tentunya GF8 akan semakin menarik perhatian konsumen perempuan.

Panasonic Lumix GF8

Konektivitas Wi-Fi bisa dipastikan ikut tersedia di sini. Panasonic bahkan tak segan memberikan bonus penyimpanan 100 GB di Google Drive bagi para konsumen. Bonus ini valid selama dua tahun sejak pertama kali diaktifkan.

Panasonic belum mengungkapkan harga dan ketersediaan Lumix GF8, namun kemungkinan besar tidak jauh berbeda dari GF7 yang dihargai $599 pada saat dirilis. Kalau melihat gambarnya, kemungkinan besar lensa kit yang disertakan juga sama, yakni 12 – 32 mm f/3.5-5.6.

Sumber: DPReview.

Sony A6300 Diklaim Sebagai Kamera Mirrorless dengan Sistem Autofocus Tercepat dan Tercanggih

Setelah sekitar satu tahun lebih, Sony akhirnya memperkenalkan penerus dari A6000, kamera mirrorless APS-C andalannya. Dijuluki Sony A6300, kamera ini masih mengusung misi yang sama seperti pendahulunya, yakni mengejar performa dan ketangkasan kamera DSLR.

Saya sendiri sempat mencoba A6000 cukup lama, dan kamera tersebut tergolong sebagai kamera mirrorless yang paling cekatan soal mengunci fokus objek bergerak. Kini A6300 diklaim jauh lebih cekatan lagi, menerapkan sistem autofocus hybrid yang begitu canggih.

Utamanya adalah penambahan jumlah titik fokus phase-detection menjadi 425 titik. Hal ini berarti hampir seluruh bingkai bisa dijangkau oleh sistem autofocus-nya, dan karena jumlah titiknya bertambah drastis, hasilnya akan lebih akurat.

Sony A6300

Sony mengklaim A6300 hanya perlu 0,05 detik untuk mengunci fokus pada objek. Tapi yang lebih berkesan adalah kemampuannya memotret dalam kecepatan 11 fps dalam posisi autofocus menyala. Bahkan dalam posisi live view aktif, kamera masih bisa memotret dalam kecepatan 8 fps.

Performa setingkat DSLR ini turut dibarengi oleh pemakaian sensor APS-C baru beresolusi 24,2 megapixel. Rentang ISO-nya 100 – 51.200, dan ia tentu saja sanggup merekam video dalam resolusi 4K dengan memaksimalkan penampang sensor secara menyeluruh, alias tanpa metode pixel binning.

Dari segi fisik, perubahannya tidak begitu dramatis. A6300 masih menganut desain yang minimalis sekaligus ergonomis berkat hand grip berukuran besar. Panel atasnya cuma mengemas sepasang kenop, satu untuk berganti mode, dan satu lagi bisa diset untuk mengatur shutter speed, aperture maupun exposure compensation.

Sony A6300

Panel belakangnya telah ditanami electronic viewfinder (EVF) berpanel OLED dengan resolusi 2,4 juta titik. EVF ini juga sanggup menampilkan gambar dalam kecepatan 120 fps sehingga seluruh aksi yang hendak diabadikan akan tampak mulus tanpa lag sedikitpun.

Di bawahnya, pengguna akan disambut oleh sebuah LCD 3 inci. Sayangnya sekali lagii LCD ini tak dilengkapi panel sentuh. Bodi A6300 secara keseluruhan juga tidak weatherproof – Anda sama sekali tidak disarankan memakainya selagi hujan deras.

Terlepas dari itu, Sony A6300 masih sangat menggiurkan berkat kinerja autofocus-nya, apalagi setelah melihat video demonstrasinya di bawah ini. Sony berencana melepas A6300 ke pasaran mulai bulan Maret mendatang seharga $1.000 (body only) atau $1.150 bersama lensa kit 16 – 50 mm f/3.5.

Sumber: DPReview.