Sony Umumkan Lensa Kedua di 2021, FE 50mm F1.2 G Master

Setelah mengumumkan lensa Sony FE 35mm F1.4 G Master pada bulan Januari lalu, kini Sony kembali merilis lensa kedua di tahun 2021 yaitu Sony FE 50mm F1.2 G Master. 50mm sendiri merupakan salah satu focal length yang sangat populer, ramah digunakan untuk para pemula tetapi powerful dan serbaguna di tangan profesional.

Untuk kategori premium, sebelumnya Sony sudah memiliki lensa Sony Planar T* FE 50mm F1.4 ZA yang dirilis tahun 2016 dan di Indonesia dibanderol Rp23 juta. Sementara, Sony FE 50mm F1.2 GM rencananya akan tersedia pada bulan Mei dengan harga US$1.999 atau sekitar Rp28,8 jutaan.

Tambahan aperture ekstra 1/2-stop dari F1.4 menjadi F1.2 membuat perbedaan untuk menekan shutter speed pada pemotretan di kondisi cahaya rendah. Sony mengatakan, lensa FE 50mm F1.2 GM ini ideal untuk portrait, wedding, video, dan lainnya.

Dari segi ukuran, desain Sony FE 50mm F1.2 GM cukup ringkas dengan diameter 87mm, panjang 108mm, filter depan 72mm, dan bobot 778 gram. Sebagai lensa premium G Master, lensa ini tentu memiliki build quality yang solid, bodinya terbuat dari material magnesium alloy dan sudah weather-sealing. Termasuk fluorine coating di elemen depan untuk mengusir debu, air, dan sidik jari.

Konstruksi optiknya terdiri dari 14 elemen dalam 10 grup, mencakup tiga elemen extreme aspherical (XA) untuk meminimalkan penyimpangan dan Nano AR II coating untuk membantu mengurangi flare dan ghosting. Selain itu, lensa ini memiliki dua floating focus group yang memungkinkan jarak pemfokusan yang dekat dan digerakkan oleh empat motor linierextreme dynamic‘ yang menjanjikan kecepatan autofocus yang sangat cepat.

Jarak fokus minimum lensa ini 40cm dengan perbesaran maksimum 0,17x dan memiliki diafragma aperture 11 bilah untuk menghasilkan bokeh yang natural. Pada bodi lensa terdapat ring aperture yang bisa clicked atau de-clicked, ring fokus manual, dan ada dua tombol focus hold yang fungsinya bisa disesuaikan.

Sumber: DPreview

Sony ECM-W2BT Adalah Mikrofon Wireless Bebas Kabel Dengan Digital Multi Interface Shoe

Bagi content creator, perangkat kamera, lensa, dan mikrofon eksternal menjadi senjata utama dalam pembuatan konten. Karena bagaimana pun video adalah konten audio visual, jadi hasilnya harus enak dilihat dan didengar.

Untuk konten jenis vlog, umumnya mikrofon shotgun dan wireless menjadi pilihan utama, yang pasti jenis wireless lebih handy dan bisa digunakan dari jarak jauh. Baru-baru ini, Sony telah mengumumkan mikrofon wireless terbarunya yang benar-benar bebas kabel.

Namanya Sony ECM-W2BT, mikrofon wireless ini bisa digunakan tanpa kabel karena menggunakan Digital Audio Interface melalui Multi Interface (MI) Shoe. Artinya, receiver dapat mengirimkan audio dari mikrofon secara langsung melalui MI Shoe tanpa memerlukan kabel eksternal.

Sony belum mengungkapkan daftar kamera yang secara khusus mendukung protokol baru tersebut. Tentu saja, selain lewat MI Shoe, Sony ECM-W2BT juga tetap bisa digunakan dengan kabel menggunakan port mikrofon 3,5mm di kamera.

Sony mengatakan bahwa ECM-W2BT telah didesain ulang sepenuhnya dengan ‘advanced omni-directional mic capsule‘. Jangkauan transmisinya, unit dapat mengirimkan audio berkualitas tinggi hingga pada jarak 200 meter dengan gangguan yang minimal berkat penggunaan codec Qualcomm aptX berlatensi rendah.

Mikrofon ini memiliki tiga mode pengambilan yang berbeda. Meliputi mode MIC yang hanya akan merekam audio dari mikrofon di transmitter, mode MIX yang dapat mengambil audio dari transmitter dan receiver, serta mode RCVR baru yang hanya akan mengambil suara dari unit receiver yang terpasang pada Digital Multi Interface shoe.

Fitur lain ada lampu LINK yang memperjelas saat receiver terhubung ke transmitter mikrofon. Saat dipasangkan dengan kamera mirrorless Sony dengan MI Shoe, baterainya bisa bertahan sampai sembilan jam pemakaian dalam sekali charge.

Selain itu, Sony juga mengumumkan mikrofon lavalier ECM-LV1 yang merupakan pasangan yang cocok untuk ECM-W2BT. Mikrofon lavalier baru ini memiliki fitur omni-directional mic capsule, klip yang dapat diputar 360 derajat, dan windscreen. Untuk harganya, Sony ECM-W2BT dibanderol US$230 atau sekitar Rp3,3 jutaan dan US$30 atau Rp433 ribuan untuk mikrofon lavalier Sony ECM-LV1.

Sumber: DPreview

Ukurannya Imut-Imut, Action Cam Insta360 Go 2 Hadir Bersama Charging Case Multifungsi

Masih ingat dengan Insta360 Go, action cam keluaran tahun 2019 yang saking mungilnya datang bersama charging case ala TWS? Well, Insta360 sekarang sudah punya penerusnya, Go 2, dan ia hadir membawa sejumlah upgrade yang signifikan.

Sebelumnya, mari kita bahas fisiknya terlebih dulu, sebab seperti versi pertamanya, ukurannya yang imut-imut kembali menjadi salah satu nilai jual utamanya. Secara teknis, Go 2 tercatat memiliki dimensi 52,9 x 23,6 x 20,7 mm, sedangkan bobotnya berada di kisaran 26,5 gram.

Beratnya memang sedikit bertambah jika dibandingkan pendahulunya, tapi tidak masalah seandainya jeroan yang diusung memang juga makin kapabel. Go 2 tahan air dengan sertifikasi IPX8, yang berarti ia tetap dapat beroperasi secara normal di dalam air dengan tingkat kedalaman maksimum hingga 4 meter.

Di dalamnya bernaung sensor berukuran 1/2,3 inci yang mampu merekam video dalam resolusi maksimum 2560 x 1440 pixel pada kecepatan 30 fps. Opsi slow-motion juga tersedia di resolusi 1080p 120 fps, dan semuanya ditangkap dalam sudut pandang seluas 120°. Melengkapi semua itu adalah teknologi penstabil gambar FlowState yang sangat efektif meredam guncangan, sama seperti yang terdapat pada Insta360 One X2.

Cara menggunakan Insta360 Go 2 masih belum berubah, logo di bawah lensanya bisa ditekan untuk langsung memulai perekaman. Berhubung ia tidak dilengkapi layar, pengguna perlu mengandalkan aplikasi pendampingnya di smartphone untuk mengakses menu pengaturan. Alternatifnya, pengguna juga bisa memanfaatkan charging case-nya.

Ya, charging case milik Go 2 telah menerima pembaruan yang sangat dramatis. Saat case-nya ini dibuka, Anda bisa melihat sebuah layar kecil beserta sepasang tombol, yang berarti ia bisa dijadikan remote control buat Go 2, baik ketika kameranya sedang terpasang di dalamnya, atau dari kejauhan dengan jarak maksimum 10 meter.

Tidak berhenti sampai di situ saja, Insta360 juga menyematkan sepasang kaki pada bagian bawah case-nya, sehingga case-nya ini juga bisa berperan sebagai tripod ketika dibutuhkan. Dudukan 1/4 inci untuk tripod standar pun juga tersedia di bawah port USB-C miliknya. Dalam sekali pengecasan, baterai Go 2 diklaim bisa tahan sampai 30 menit perekaman, atau sampai 150 menit jika digunakan selagi terpasang pada charging case-nya.

Insta360 Go 2 kabarnya akan segera dipasarkan dengan harga Rp5.399.000. Paket penjualannya mencakup tiga macam aksesori dengan mekanisme mounting berbasis magnet. Nantinya juga akan ada aksesori opsional yang dapat dibeli secara terpisah seperti ND filter maupun mount adapter.

Kamera Phantom TMX Mampu Merekam dengan Kecepatan 1,75 Juta Fps

Produsen kamera berkecepatan tinggi Phantom, Vision Research, kembali meluncurkan seri kamera baru yang cukup menarik. Menarik karena seri yang dinamai Phantom TMX ini adalah kamera pertama mereka yang mengandalkan sensor tipe BSI alias back-side illuminated.

Di kamera yang lebih umum, sensor BSI banyak digunakan karena kemampuannya menyerap lebih banyak cahaya, yang tentu saja bakal berpengaruh langsung terhadap kualitas gambar yang dihasilkan. Untuk kamera high-speed seperti Phantom TMX, kehadiran sensor BSI dapat mewujudkan data throughput yang sangat tinggi, persisnya hingga 75 gigapixel per detik, sehingga frame rate bisa ditingkatkan lebih jauh lagi tanpa mengorbankan kualitas gambar.

Seri Phantom TMX terdiri dari dua model yang berbeda: TMX 7510 dan TMX 6410. TMX 7510 adalah model yang lebih superior, sanggup merekam video dalam resolusi maksimum 1200 x 800 pixel di kecepatan 76.000 fps. TMX 6410 di sisi lain ‘hanya’ mampu merekam di kecepatan 64.940 fps pada resolusi yang sama, sebab throughput-nya memang lebih kecil (64 gigapixel per detik).

Kalau butuh frame rate yang lebih tinggi lagi, pengguna tentu dapat menurunkan resolusinya. Kecepatan paling tinggi yang bisa dicapai oleh TMX 7510 adalah 1,75 juta fps pada resolusi 1280 x 32 pixel, sedangkan TMX 6410 di 1,5 juta fps, juga pada resolusi yang sama.

Phantom TMX 7510

Secara fisik, sensor yang tertanam memiliki dimensi 23,7 x 14,8 mm, yang berarti masing-masing pixel-nya mempunyai ukuran sebesar 18,5 µm saat merekam dalam resolusi standar. Untuk sensitivitas ISO-nya, angkanya bisa berbeda tergantung apakah pengguna merekam dalam mode monokrom atau berwarna. Di mode monokrom, rentang ISO-nya tercatat di angka 40.000 – 200.000, sedangkan di mode berwarna di angka 12.500 – 62.500.

Layaknya seri Phantom lain, Phantom TMX juga dilengkapi fitur-fitur yang memang dikhususkan untuk perekaman berkecepatan tinggi, termasuk halnya pilihan kapasitas RAM dari 128 GB sampai 512 GB yang dapat dipartisi hingga 511 kali, cocok untuk eksperimen yang berulang. Tidak kalah penting, Phantom TMX juga kompatibel dengan sistem storage CineMag V berkapasitas maksimum 8 TB.

Seperti biasa, Vision Research enggan mengungkap harga dari kamera bikinannya ke publik, sebab memang target pasarnya adalah ranah komersial yang tidak segan menggelontorkan dana hingga puluhan ribu dolar demi sebuah kamera berkecepatan tinggi. Terkait lensa, Phantom TMX dilengkapi dudukan lensa yang interchangeable antara PL, C, M42 dan Canon EOS.

Sumber: DPReview.

[Rekomendasi] Harga Kamera Mirrorless Sony Alpha Terbaru di Indonesia

Sony merupakan salah satu perusahaan pencitraan terbesar di dunia dan kamera mirrorless-nya juga sangat populer di Indonesia. Sistem kamera Sony disebut E-mount dan terdiri dari sensor APS-C serta full frame.

Produk kamera mirrorless Sony sangat bervariasi, mencakup dari yang terjangkau untuk pemula hingga untuk para profesional fotografer dan videografer. Ekosistem lensanya juga sangat kuat, baik jumlah lensa native maupun dukungan lensa pihak ketiga.

Bagi yang tertarik dengan kamera Sony, berikut rekomendasi dan daftar harga kamera mirrorless Sony Alpha terbarunya di Indonesia.

APS-C Pemula

  • Sony A5100 Rp6,5 juta dengan lensa kit 16-50mm
  • Sony A6000 Rp7,5 dengan lensa kit 16-50mm
  • Sony A6100 Rp11 juta dengan lensa kit 16-50mm

Kemampuan kamera smartphone memang terus meningkat, tetapi pengalaman memotretnya jelas berbeda. Bagi yang gemar foto-foto dan ingin belajar fotografi lebih serius, kamera mirrorless Sony yang cocok untuk pemula adalah Sony A5100, Sony A6000, dan penerusnya A6100.

Sony-A5100

Sony A5100 ini memiliki bodi yang sangat ringkas dan kontrol yang sederhana, itu menjadi kelebihan sekaligus kekurangannya tergantung dari sisi mana Anda melihatnya. Namun yang pasti, sensor APS-C 24,3MP dapat menghasilkan jepretan yang berkualitas.

Sementara, Sony A6000 masih menjadi kamera pemula yang sangat populer bahkan setelah penerusnya hadir masih tetap dijual. Sebetulnya peningkatan yang dibawa oleh Sony A6100 sangat banyak dibanding A6000, sebut saja layar yang bisa diputar 180 derajat, jack mikrofon eksternal, sistem autofocus terbaru, hingga perekam video 4K.

Meski Sony A6100 kaya fitur, posisi kamera ini sendiri bisa dibilang ‘kentang’. Harganya mencapai Rp11 jutaan dengan lensa kit, di segmen pemula harga kamera sangat sensitif. Di sisi lain, Sony A6100 terlalu dekat dengan Sony A6400 yang menawarkan fitur video lebih komplit dan bisa didapat Rp15 juta dengan lensa kit.

APS-C Hybrid Menengah

  • Sony A6400 Rp13 juta body only
  • Sony A6400 Rp15 juta dengan lensa kit 16-50mm
  • Sony A6600 Rp19 juta body only
  • Sony A6600 Rp25 juta dengan lensa kit 18-135mm

Di kelas menengah, Sony juga memiliki kamera mirrorless yang sangat powerful, baik untuk para enthusiast fotografer maupun content creator. Ya, apalagi kalau bukan Sony A6400 dan A6600, keduanya bisa dibilang merupakan kamera hybrid karena mengemas fitur video yang terbilang cukup lengkap.

Sony-A6400-1

Kemampuan para pendahulunya yakni A6300 dan A6500 juga sebetulnya tidak boleh diremehkan, hanya saja ketersediaannya sangat langka di pasaran. Adapun perbedaan utama antara Sony A6400 dan A6600 terletak pada fitur-fitur seperti IBIS, baterai baru tipe NP-FZ1000, dan jack headphone untuk monitor audio yang hanya dimiliki A6600.

Fitur-fitur lainnya identik, termasuk sistem autofocus terbaru dengan real-time tracking dan real-time Eye AF dan layar sentuh yang bisa diputar 180 derajat ke depan untuk kemudahan membuat konten. Serta, kemampuan perekam video 4K yang mendukung S-Log dan HLG untuk fleksibilitas post processing.

Full Frame Profesional

  • Sony A7 Rp13 juta dengan lensa FE 50mm F1.8
  • Sony A7 II Rp18 juta body only
  • Sony A7 III Rp25 juta body only
  • Sony A7C Rp27 juta body only
  • Sony A7R IV Rp42 juta body only
  • Sony A7R III Rp34 juta body only
  • Sony A7S III Rp51 juta body only
  • Sony A9 II Rp63,5 juta body only

Untuk kebutuhan para fotografer dan videografer profesional, Sony memiliki kamera mirrorless full frame yang terbagi menjadi empat kategori yaitu basic, foto, video, dan speed. Mari mulai dari yang basic, bila Anda ingin mencicipi full frame, Sony masih menjual A7 original keluaran tahun 2013 dengan harga Rp13 juta dengan lensa FE 50mm F1.8 dan beberapa waktu yang lalu sempat dijual promo Rp10 juta.

Sony-A7-III

Juga ada Sony A7 mark II keluaran 2014, fitur pembeda utama dari generasi pertama ialah 5-axis in-body image stabilization alias IBIS, sisanya masih identik. Soal kebutuhan foto, keduanya masih sangat dapat diandalkan bahkan untuk keperluan wedding photography, kelemahan kedua kamera ini adalah fitur videonya sangat minim.

Sony A7 mark III keluaran 2018 menjadi pilihan paling ideal untuk kebutuhan profesional secara umum, karena menawarkan peningkatan kualitas foto dan video yang sangat signifikan. Resolusinya tetap 24MP, namun menggunakan sensor BSI (backside-illuminated), sistem autofocus-nya cepat, baterai baru, dan mendukung perekam video 4K.

Sony-A7C

Kini juga ada Sony A7C keluaran 2020, yang membawa bodi seringkas kamera APS-C seri Alpha 6xxx dengan kemampuan yang sama seperti A7 III. Pembeda lain, Sony A7C sudah dilengkapi LCD dengan mekanisme vari-angle yang bisa ditarik ke samping dan diputar 180 derajat untuk keleluasaan mencari angle dan kemudahan membuat konten vlog.

Beralih ke kategori foto, Sony memiliki A7R yang mengunggulkan resolusi tinggi. Model terbaru Sony A7R IV keluaran 2019 menawarkan resolusi 61MP, terbesar di kelasnya. Generasi sebelumnya, A7R III keluaran 2017 membawa resolusi 42MP. Sekedar pembanding, Canon EOS R5 mengusung 45MP, Nikon Z7 II 46MP, dan Panasonic Lumix S1R 47MP.

Lanjut di kategori video, Sony mengandalkan seri A7S. Berbanding terbalik dengan seri A7R yang mengusung resolusi tinggi, seri A7S hanya beresolusi 12MP. Namun justru itu kuncinya, resolusi yang lebih kecil berarti ukuran per pikselnya lebih besar dan lebih sensitif terhadap cahaya.

Nah yang terbaru, Sony A7S III dirilis tahun 2020 dengan fitur utamanya antara lain kemampuan perekaman video 4K hingga 120fps dengan kedalaman 10-bit dan pengambilan sampel warna 4:2:2. Serta, Full HD hingga 240fps dengan full-pixel readout tanpa pixel binning dan mendukung ISO sampai 409.600.

Kategori kamera full frame premium dari Sony mengandalkan kecepatan yaitu seri A9 dan A1. Untuk Sony A9 II, resolusi yang ditawarkan 24MP dan keunggulannya ialah ia mampu menjepret foto tanpa henti. Kecepatan burst shooting A9 II  mencapai 20fps menggunakan shutter elektronik dan 10fps menggunakan shutter mekanisnya.

Sementara, Sony A1 adalah lini baru kamera mirrorless Sony yang sangat spesial, karena merupakan kombinasi terbaik dari lini yang ada mencakup A9, A7R, dan A7S. Resolusinya 50MP, namun Sony A1 dapat memotret beruntun (continuous shooting) tanpa blackout atau jeda hingga 30fps dan mendukung perekaman video 8K yang ditangkap hingga 10-bit 4:2:0 menggunakan format XAVC HS.

 

Laowa Umumkan 5 Lensa, 3 Full Frame, 1 APS-C, dan 1 MFT dengan Aperture F/0.95

Sebelumnya saya pernah membahas hal-hal penting mengenai lensa Laowa dari Venus Optics. Mereka dikenal sebagai pembuat lensa wide angle dan macro ekstrem berkualitas, namun lensa Laowa terbaru yang dirilis tahun 2021 ini akan sedikit berbeda.

Venus Optics telah mengumumkan lima lensa terbarunya pada ajang pameran kamera CP+ di Jepang. Meliputi Laowa 25mm f/0.95 untuk sensor Micro four Thirds, 33mm f/0.95 APO untuk APS-C, serta lensa full frame 35mm f/0.95, 45mm f/0.95, dan Laowa FF II 12-24mm f/5.6 C-Dreamer Ultra Wide Zoom.

Ya, empat dari lima lensa Laowa memiliki focal length agak panjang dan menawarkan aperture besar f/0.95 yang berarti ideal untuk foto portrait dengan bokeh yang apik. Kisaran focal length tersebut juga serba guna, cocok untuk pengambilan gambar aktivitas harian dan street photography.

1. Laowa 25mm f/0.95 MFT

lao25mmF0.95_03

Lensa fix manual Laowa 25 f/0.95 dirancang untuk kamera mirrorless dengan sensor Micro Four Thirds (MFT). Saat terpasang pada kamera Panasonic Lumix dan Olympus misalnya, berarti Laowa 25 f/0.95 menawarkan focal length 50mm ekuivalen di full frame.

Adapun untuk spesifikasinya, Laowa 25 f/0.95 memiliki 14 elemen dalam 8 grup. Mencakup satu elemen lensa aspherical, satu elemen khusus low-dispersion, dan tiga elemen high-refractive.

Selain itu, Laowa 25 f/0.95 memiliki diafragma aperture 9 bilah, jarak fokus minimumnya 25cm dengan perbesaran maksimum 0,17x, dan filter berukuran 62mm. Dimensinya 71x86mm dengan bobot 570 gram.

2. Laowa 33mm f/0.95 APO APS-C

lao.CF33mm0.95_04

Beralih ke Laowa 33mm f/0.95, lensa ini dirancang untuk kamera mirrorless bersensor APS-C dan tersedia untuk Sony E, Fujifilm X, Nikon Z, dan Canon EF-M. Saat dipasang di kamera Sony Alpha, Laowa 33mm f/0.95 menawarkan focal length 49,5mm atau 50mm ekuivalen di full frame.

Lensa ini dibuat dari 14 elemen dalam 9 grup, termasuk satu elemen lensa aspherical, satu elemen khusus low-dispersion, dan tiga elemen high-refractive. Lensa ini berdimensi 71,5x83mm dan berbobot 590 gram, memiliki diafragma aperture 9 bilah, jarak fokus minimum 35cm dengan perbesaran maksimum 0,125x, dan diameter filter 62mm.

3. Laowa FF II Argus 35mm f/0.95

lao35mm.f095_02

Lensa full frame Laowa 35mm f/0.95 ini tersedia untuk sistem kamera Sony E, Nikon Z, dan Canon RF. 35mm sendiri merupakan focal lenght klasik, karena ruang pandangnya dekat dengan perspektif mata manusia. Termasuk serba guna, karena bila butuh lebar tinggal mundur beberapa langkah.

Untuk spesifikasinya cukup identik dengan dua lensa di atas, 14 elemen dalam 9 grup, termasuk satu elemen lensa aspherical, satu elemen khusus low-dispersion, dan empat elemen high-refractive.
Soal bokeh, lensa full frame tentu menawarkan depth of field lebih tipis pada f/0.95 dan ditambah memiliki diafragma aperture 15 bilah sehingga bokehnya lebih bulat. Jarak fokus minimumnya 50cm dengan perbesaran maksimum 0,1x, dan filter 72mm.

4. Loawa FF II 45mm f/0.95

lao45mm0.95_03

Seperti Laowa 35mm f/0.95, Loawa FF II 45mm f/0.95 juga tersedia untuk sistem kamera mirrorless Sony E, Nikon Z, dan Canon RF. 45mm juga tergolong tele menengah yang ideal untuk foto portrait dan rentang focal length ini sering disebut lensa wajib bagi fotografer pemula yang ingin menambah jam terbang memotret.

Loawa FF II 45mm f/0.95 terdiri dari 13 elemen dalam 9 grup, termasuk satu elemen lensa aspherical, satu elemen khusus low-dispersion, dan satu elemen high-refractive. Jarak fokus minimumnya 50cm dengan perbesaran 0,12x, filter 72mm, dan memiliki diafragma aperture 15 bilah.

5. Laowa FF II 12-24mm f/5.6 C-Dreamer Ultra Wide Zoom

lao.1224_02

Ini adalah lensa ultra wide zoom dengan focal length 12-24mm yang menawarkan fleksibilitas dan aperture konstan f/5.6. Lensa full frame ini dirancang untuk sistem kamera Leica M, Sony E, Nikon Z, dan Canon RF.

Untuk spesifikasi, lensa ini terdiri dari 15 elemen dalam 11 grup, termasuk dua elemen lensa aspherical dan tiga elemen khusus low-dispersion. Jarak fokus minimumnya 15mm dengan perbesaran 0,4x, dan memiliki aperture 5 bilah.

Fujifilm GFX 100S, X-E4, dan 3 Lensa Terbarunya Resmi Hadir di Indonesia

Fujifilm akhirnya secara resmi meluncurkan lima produk terbarunya di Indonesia, yang pertama kali diperkenalkan di acara Summit Global 2021 pada 27 Januari 2021. Terdiri dari dua kamera baru, Fujifilm GFX 100S dan X-E4. Serta, tiga lensa meliputi GF 80mm F1.7 R WR, XF 27mm F2.8 R WR, dan XF 70-300 F4-5.6 R LM OIS WR.

Fujifilm GFX 100S Rp92.999.000

Lewat GFX 100S, babak baru kamera large format Fujifilm dimulai. Karena dibanding pendahulunya GFX 100, GFX 100S dikemas dalam bodi lebih ringkas dan dibanderol lebih terjangkau.

Takashi Miyako, GM Strategi Planner FFID menjelaskan bahwa kamera medium format sistem GFX keempat Fujifilm ini dirancang untuk memberikan mobilitas dan portabilitas dengan. Ukurannya mirip dengan kebanyakan kamera full frame.

Sebagai informasi, GFX 100 memiliki dimensi 156x144x75 mm dengan bobot 1.320 gram. Sedangkan, bodi Fujifilm GFX 100S berukuran lebih ringkas dan ringan, 150x104x87 mm dengan bobot 900 gram.

Meski lebih kecil, GFX 100S tetap mewarisi sensor BSI CMOS berukuran medium format 44×33 mm dengan resolusi 102MP yang sama. Serta, sudah ditenagai prosesor gambar terbaru CPU quad-core X-processor 4.

Sensor medium format sendiri berukuran 1,7 kali lebih besar dari full frame. Artinya lebih peka terhadap cahaya, depth of field lebih dangkal, dynamic range lebih lebar, dan reproduksi warna lebih sesuai dengan dukungan true colors 16 bit untuk warna yang kaya dan gradasi yang halus.

Fitur eksklusif yang saat ini hanya tersedia di GFX 100S adalah memiliki mode film simulation baru bernama Nostalgic Neg. Film simulation ini mengingatkan pada era fotografi warna baru Amerika yang populer di tahun 1970-an, dengan karakteristik menambahkan warna kuning di bagian highlight, warna merahnya cenderung ke orange (vermillion red), warna biru cenderung ke arah kehijauan, serta menambahkan saturasi dan detail di bagian shadow.

Di Indonesia, harga Fujifilm GFX 100S body only dibanderol Rp92.999.000 dan dapat dipesan secara pre-order dari tanggal 25 Februari – 31 Maret 2021 dengan free gift senilai Rp3 juta. Juga ada program trade-in bonus Rp5 juta rupiah. Sementara, lensa Fujifilm GF 80mm F1.7 R WR yang menawarkan focal lenght setara dengan 63mm di full frame ini dibanderol Rp35.999.000.

GFX-100S

Fujifilm X-E4 Rp13.499.000

Fujifilm X-E4 merupakan generasi keempat dari X-E series yang menghadirkan desain klasik bergaya rangefinder dalam bodi yang ringkas. Berdimensi 121x73x33 mm dan bobot hanya 364 gram, kamera ini dirancang serata mungkin agar lebih mudah masuk ke dalam saku jaket dan tas kecil.

Dibanding pendahulunya, X-E4 tampil lebih stylish dan tidak lagi kaku seperti X-E3, sekilas desainnya cukup mirip dengan X100V. Di pelat atas, masih terdapat dial shutter speed, exposure compensation, tombol shutter beserta tuas on/off, dan tombol Q.

Bila dipasang dengan lensa XF 27mm F2.8 R WR yang baru, ukuran X-E4 masih sangat ringkas dan menawarkan focal length ekuivalen 40,5mm. LCD layar sentuh 3 inci yang beresolusi 1,63 juta dot-nya kini bisa ditarik dan ditekuk hingga 180 derajat ke depan untuk kemudahaan pengambilan foto maupun video dari berbagai macam sudut. Jendela bidik elektronik-nya punya cup bulat dengan panel OLED beresolusi 2,36 juta dot dengan magnification 0.62x.

Bagian dalam, Fujifilm X-E4 mengemas sensor BSI-CMOS 4 26MP tanpa IBIS dan digerakkan prosesor gambar quad-core X-Processor 4 yang menyuguhkan performa autofocus yang sama dengan flagship X-T4. Kamera dapat memotret beruntung 20fps dengan electronic shutter dan 8fps dengan mechanical shutter. Dilengkapi 18 film simulation, termasuk yang terbaru ETERNA Bleach Bypass dan Classic Negative.

Untuk perekam videonya, X-E4 sanggup menangkap footage 4K DCI atau 4K UHD hingga 30fps 4: 2: 0 8-bit dan juga mendukung 4K 30P 4:2:2 10-bit melalui port HDMI-nya. Selain itu, pada resolusi 1080p kamera dapat merekam video frame rate tinggi hingga 240fps.

Fuji-X-E4

Harga Fujifilm X-E4 body only di Indonesia dibanderol Rp13.499.000 dan Rp16.499.000 dengan 16.499.000. Pemesanan pre-order dibuka sejak 25 Februari sampai 7 Maret dengan bonus Rp2,5 juta. Lensa XF 27mm F2.8 R WR juga dijual terpisah dengan harga Rp6.199.000 dan Rp12.499.000 untuk lensa XF 70-300 F4-5.6 R LM OIS WR.

Sigma Umumkan Lensa Zoom 28-70mm F2.8 DG DN Contemporary Untuk L dan E-mount

Sigma telah mengumumkan lensa zoom standar 28-70mm F2.8 DG DN Contemporary untuk sistem kamera Leica L-mount dan Sony E-mount. Dirancang untuk kamera mirrorless full frame, kisaran panjang fokus 28mm hingga 70mm ini sangat serbaguna, baik untuk still maupun video.

Panjang fokus 28mm ini cukup lebar, misalnya berguna untuk mengambil gambar long shot, memotret landscape, kegiatan vlog, dan banyak lagi. Sedangkan, panjang fokus telephoto menengah 70mm cukup ideal untuk foto portrait atau mengambil detail alias close up. Rentang dari 28mm ke 70mm juga menawarkan karateristik panjang fokus yang berbeda, berguna untuk mendapatkan lebih banyak variasi shot.

Selain itu, kelebihan Sigma 28-70mm F2.8 DG DN Contemporary adalah memiliki aperture cukup besar F2.8 dan konstan. Dalam video aperture konstan sangat penting , karena memungkinkan zoom in atau zoom out tanpa mengubah nilai exposure.

Saat produksi, nilai aperture F2.8 juga sangat menolong saat di kondisi kurang cahaya, depth-of-field atau area gambar yang tampak dalam fokus pas, tidak terlalu tebal maupun tipis. Bila dikombinasikan dengan panjang fokus 70mm juga dapat menghasilkan bokeh yang indah.

Sigma mengatakan bahwa 28-70mm F2.8 DG DN Contemporary ini didesain berdasarkan 24-70mm F2.8 DG DN Art, namun dengan bodi lebih ringkas, harga lebih terjangkau, dan diklaim memiliki kualitas gambarnya sebanding. Ukuran lensa ini punya panjang 102mm, beratnya 470 gram, dan filternya berukuran 67mm.

Lebih lanjut, 28-70mm F2.8 DG DN terdiri dari 16 elemen dalam 12 grup, termasuk dua elemen FLD, dua SLD, dan tiga aspherical. Serta, lapisan Super Multi-Layer dan Nano Porous untuk mengurangi flare dan ghosting. Jarak fokus minimumnya 19cm dengan perbesaran maksimum 0,2x.

Sigma 5

Lensa zoom standar terbaru Sigma 28-70mm F2.8 DG DN akan dijual dengan harga US$899 atau sekitar Rp12,6 jutaan dan akan tersedia pada pertengahan Maret. Kebanyakan lensa zoom dengan aperture F2.8 memang rata-rata harganya di atas Rp10 juta.

Sumber: DPreview

Webcam Terbaru Razer Didesain untuk Kebutuhan Video Conferencing Sekaligus Streaming

Tren bekerja dan belajar dari rumah yang terus berkelanjutan merupakan kabar baik bagi produsen webcam. Begitu baiknya, bahkan brand seperti Razer pun sekarang juga ikut berjualan webcam.

Dijuluki Kiyo Pro, webcam ini Razer rancang untuk kebutuhan video conferencing sekaligus streaming. Kalau namanya terdengar familier, itu karena Razer pernah meluncurkan webcam bernama Kiyo di tahun 2017, jauh sebelum work from home jadi kebiasaan baru bagi kita.

Fitur unggulan Kiyo Pro adalah Adaptive Light Sensor, yang dapat mendeteksi kondisi pencahayaan di ruangan secara otomatis, lalu menyesuaikan sendiri parameter gambarnya sampai ke titik yang paling optimal. Sederhananya, kualitas gambar yang dihasilkan bakal konsisten meski kondisi cahaya di sekitar berubah-ubah.

Secara teknis, Kiyo Pro mengemas sensor berukuran 1/2,8 inci yang mampu mengambil gambar dalam resolusi maksimum 1080p 60 fps. Ia juga dilengkapi mode HDR yang akan meningkatkan dynamic range secara signifikan, tapi sebagai gantinya frame rate akan diturunkan menjadi 30 fps. Selain itu, Kiyo Pro turut dibekali mikrofon dengan pickup pattern omni-directional.

Untuk lensanya, Kiyo Pro menawarkan tiga opsi field of view — 103°, 90°, atau 80° — sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Jadi ketika sedang streaming, pengguna bisa memilih perspektif yang paling luas, sedangkan ketika sedang mengikuti rapat, pengguna dapat memilih field of view 80° untuk tampilan yang lebih terfokus. Razer pun tidak lupa melapisi lensanya dengan kaca Gorilla Glass 3 sebagai proteksi ekstra.

Terkait mounting, Kiyo Pro tergolong cukup fleksibel karena dapat dengan mudah diposisikan langsung di atas meja, di atas monitor, atau di atas tripod. Saat sedang tidak dipakai, pengguna bisa menutup lensanya dengan cover yang termasuk dalam paket penjualan seandainya perlu jaminan ekstra akan privasinya.

Rencananya, Razer Kiyo Pro bakal mulai dijual di Indonesia pada bulan Maret dengan harga Rp3.299.000. Kehadiran webcam ini semakin melengkapi penawaran Razer di kategori non-gaming setelah sebelumnya mereka memperkenalkan keyboard dan mouse Razer Pro Click dan Pro Type, maupun laptop Razer Book 13.

Samsung Umumkan Sensor Gambar ISOCELL GN2 50MP, Pertama dengan Teknologi Dual Pixel Pro

Samsung telah mengumumkan sensor gambar terbarunya, ISOCELL GN2. Penerus ISOCELL G1 ini tetap mengusung resolusi 50MP, namun dengan ukuran piksel lebih besar, konsumsi daya lebih efisien, dan dilengkapi teknologi PDAF baru yang disebut Dual Pixel Pro.

Ukuran sensor Samsung ISOCELL GN2 ini ialah 1/1,12 inci dengan ukuran per piksel 1,4μm dan menjadi yang terbesar di smartphone. Sebelumnya sensor kamera terbesar dimiliki oleh flagship Huawei, P40 dan Mate 40 series yakni Ultra Vision Wide 50MP yang berukuran 1/1,28 inci dengan piksel 1,22µm dan sebagai pembanding sensor ISOCELL HM3 yang tersemat di Galaxy S21 Ultra berukuran 1/1,33 inci.

Dengan teknologi four-pixel-binning yang menggabungkan empat piksel menjadi satu piksel, sensor ISOCELL GN2 dapat menghasilkan foto 12,5MP dengan sensitivitas tinggi berkat piksel besar 2,8μm. Bila membutuhkan resolusi lebih tinggi, sensor ini menyediakan mode 100MP yang menggunakan algoritma cerdas re-mosaic dengan cara membuat tiga layer individu dari frame 50MP dalam warna green, red, dan blue. Lalu, ditingkatkan dan digabungkan untuk menghasilkan satu foto beresolusi 100MP.

ISOCELL GN2 juga merupakan sensor gambar pertama Samsung dengan teknologi PDAF teerbaru, Dual Pixel Pro. Solusi ini menggunakan dua fotodioda dalam setiap piksel dari sensor gambar dan menggunakan seratus juta agen pendeteksi fase untuk pemfokusan otomatis yang lebih cepat bahkan di kondisi minim cahaya dan saat memotret subjek yang bergerak.

Selain itu, Dual Pixel Pro juga memiliki pemfokusan semua arah yaitu piksel red dan blue secara vertikal, serta piksel green secara diagonal. Piksel yang dipisahkan secara diagonal ini membandingkan perbedaan fase antara bagian atas dan bawah piksel selain perbedaan fase di sisi kiri dan kanan.

Fitur lainnya termasuk Smart ISO Pro untuk meningkatkan kualitas foto HDR di kondisi pencahayaan dengan kontras tinggi. Juga mendukung perekaman video dengan frame rate tinggi 1080p pada 480fps dan video 4K pada 120fps.

Sumber: GSMArena