T1 Kerja Sama dengan Razer, DAMWON KIA Menangkan LCK Summer 2021

Minggu lalu, DAMWON KIA berhasil membawa pulang trofi League of Legends Champions Korea (LCK) Summer 2021. Dengan ini, mereka berhasil memenangkan LCK tiga kali berturut-turut. Sementara itu, T1 baru saja mengumumkan kerja sama dengan Razer. Dan ESIC memutuskan untuk menjatuhkan hukuman ban dua tahun pada Nicolai “HUNDEN” Petersen, pelatih CS:GO asal Jerman.

T1 Jalin Kerja Sama dengan Razer

Organisasi esports asal Korea Selatan, T1 Entertainment & Sports, baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kerja sama dengan perusahaan aksesori PC, Razer. Sebagai bagian dari kerja sama ini, pemain League of Legends T1, Lee “Faker” Sang-hyeok akan mendesain dan membuat serangkaian produk eksklusif untuk Razer. Selain itu, T1 dan Razer akan berkolaborasi untuk mengadakan giveaways pada para fans, membuka kesempatan bagi para penggemar untuk memenangkan berbagai produk baru dari Razer. Selain itu, Razer juga menyediakan produk mereka untuk para murid dari akademi esports T1.

Faker bakal kerja sama dengan Razer untuk buat mouse eksklusif. | Sumber: Esports Insider

“Saya sangat senang karena T1 dan Faker bisa bekerja sama dengan Razer untuk membuat mouse bermerek Faker pertama. Sekarang adalah waktu yang sangat menarik bagi kami dan kami tidak sabar untuk membuat produk spesial bagi para gamers di seluruh dunia bersama Razer,” kata CEO TI, Joe Marsh, seperti dikutip dari Esports Insider.

Guild Milik David Beckham Masih Tertarik dengan CS:GO

Sejak didirikan pada Juni 2020, Guild Esports, organisasi esports asal Inggris yang juga dimiliki oleh mantan bintang pemain sepak bola, David Beckham, telah membuat tim di VALORANT, Fortnite, FIFA, dan Rocket League. Namun, mereka tidak pernah membuat tim Counter-Strike: Global Offensive. Padahal, mereka telah menjalin kerja sama dengan Duncan “Thorin” Shields pada November 2020. Melalui kerja sama ini, Guild berharap bahwa Thorin bisa memberikan saran tentang cara membuat tim CS:GO.

Dalam wawancara dengan Dexerto, CEO Kal Hourd mengungkapkan bahwa salah satu alasan mengapa mereka belum membuat tim CS:GO adalah karena mereka telah menjadi perusahaan terbuka. Jadi, mereka harus lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Memang, Guild adalah organisasi esports pertama yang masuk ke London Stock Exchange.

“Kami pernah mengungkap ketertarikan kami untuk ikut serta di skena CS:GO. Dan minat itu masih ada. Namun, ada banyak perubahan di ekosistem CS:GO sekarang dan perhatian kami teralihkan ke game lain,” kata Hourd, seperti dikutip dari Dot Esports. Kemungkinan, perubahan yang dimaksud oleh Hourd adalah format pertandingan CS:GO. Sekarang, kebanyakan turnamen CS:GO diadakan secara online dari Eropa dan bukannya diselenggarakan secara offline di hadapan para penonton.

“Kami menjanjikan pemegang saham kami bahwa kami akan membuat keputusan cerdas dan kami tidak akan membuat tim untuk game yang tidak menguntungkan,” ujar Hourd. “Sejauh ini, ada beberapa game yang menarik minat kami dan CS:GO tetap masuk dalam pertimbangan kami.”

Kalahkan T1 di Final, DWG KIA Bawa Pulang Trofi LCK Summer 2021

DAMWON KIA berhasil membawa pulang trofi League of Legends Champions Korea (LCK) Summer Final setelah mengalahkan T1 dengan skor 3-1. Dengan ini, DWG KIA berhasil memenangkan LCK tiga kali berturut-turut. Sebelum ini, mereka memenangkan LCK Summer tahun lalu dan LCK Spring Finals 2021. Tak hanya itu, mereka juga memenangkan League of Legends World Championship 2020. Selain DWG KIA, hanya ada satu organisasi esports lain yang berhasil memenangkan LCK tiga kali berturut-turut, yaitu T1.

Kemenangan DWG KIA tidak hanya menjadi pencapaian bagi tim, tapi juga bagi kepala pelatih DWG KIA, Kim “kkOma” Jeong-gyun. Kemenangan kali ini merupakan gelar LCK ke-10 Kim. Dengan ini, dia berhasil mengalahkan midlaner T1, Lee “Faker” Sang-hyeok untuk mendapatkan pencapaian tersebut. Sebelum menjadi pelatih untuk DWG KIA, Kim juga pernah menjadi pelatih dari T1 pada era 2010-an, seperti yang disebutkan oleh Dot Esports.

ESIC Jatuhkan Hukuman Ban 2 Tahun Pada Pelatih Heroic, HUNDEN

Esports Integrity Commission (ESIC) baru saja memberikan hukuman pada pelatih Counter-Strike: Global Offensive asal Denmark, Nicolai “HUNDEN” Petersen. Hukuman yang mereka jatuhkan adalah ban selama dua tahun, dimulai pada 25 Agustus 2021 sampai 24 Agustus 2023. Alasan Petersen dihukum adalah karena dia dianggap telah berbuat curang ketika dia masih bersama tim HEROIC. Dia dituduh memberitahu strategi yang akan digunakan oleh HEROIC pada tim musuh ketika mereka bertanding di Intel Extreme Masters Cologne 2021. Dia membocorkan informasi tersebut melalui Google Drive.

Nicolai “HUNDEN” Petersen. | Sumber: Win.gg

Sebelum menjatuhkan hukuman pada Petersen, ESIC telah melakukan penyelidikan mendalam untuk mengumpulkan bukti. Salah satu bentuk penyelidikan yang ESIC lakukan adalah berdiskusi dengan manajemen tim musuh. Selain itu, mereka juga mengamati konten Google Drive yang dibagikan oleh Petersen. Berdasarkan penyelidikan ESIC, mereka menemukan bahwa strategi yang dibocorkan oleh Petersen tidak diakses oleh tim musuh. Hal itu berarti, integritas IEM Cologne 2021 tetap terjaga. Selain itu, ESIC juga menemukan bahwa Petersen berencana untuk pindah ke tim lawan.

Sementara itu, Petersen mengklaim bahwa ESIC tidak mau mendengarkan pembelaannya sebelum menutup investigasi pada 27 Agustus 2021. Dia juga menuduh bahwa satu-satunya hal yang ESIC lakukan adalah mengancamnya: jika dia berusaha untuk mengajukan banding, maka dia akan mendapatkan hukuman berupa ban selama lima tahun. ESIC membantah tuduhan ini, lapor Esports Insider.

Sumber header: Korea Herald

Turnamen Esports Terpopuler Pada Juli 2021

Pada bulan Juli 2021, ada berbagai kompetisi esports yang digelar. Mulai dari turnamen yang hanya diselenggarakan selama beberapa hari sampai liga yang berlangsung selama beberapa bulan. Karena itu, daftar turnamen esports terpopuler untuk Juli 2021 pun berisi kompetisi bermacam-macam game, termasuk PUBG Mobile, Counter-Strike: Global Offensive, League of Legends, Free Fire, dan Arena of Valor. Berikut lima turnamen esports terpopuler pada Juli 2021 menurut data dari Esports Charts.

5. Arena of Valor World Cup 2021

Arena of Valor World Cup 2021 dimulai pada 19 Juli 2021 dan berakhir pada 18 Juli 2021. Pada puncaknya, jumlah penonton dari turnamen ini mencapai 550 ribu orang, yaitu ketika MAD Team bertemu dengan Team Flash pada 21 Juni 2021. Sementara pada bulan Juli, grand final yang mempertemukan Talon Esports dengan The Most Outstanding Players (MOP) menjadi pertandingan paling populer. Ketika itu, jumlah peak viewers mencapai 521 ribu orang.

Secara keseluruhan AOV World Cup 2021 disiarkan selama 123 jam dan mendapatkan 18,9 juta jam hours watched. Sementara jumlah penonton rata-rata dari turnamen ini mencapai 154 ribu orang. Di YouTube, turnamen tersebut berhasil mendapatkan 67,7 juta views dan 477,7 ribu likes.

Lima tim dan pertandingan terpopuler selama AOV World Cup 2021. | Sumber: Esports Charts

AOV World Cup 2021 disiarkan dalam beberapa bahasa, yaitu Indonesia, Inggris, Spanyol, Mandarin, Thailand, dan Vietnam. Siaran dalam bahasa Vietnam menjadi yang terpopuler pada Juni, dengan peak viewers mencapai 412,8 ribu orang. Sementara di bulan Juli, siaran dengan bahasa Thailand justru menjadi siaran terpopuler, dengan jumlah peak viewers mencapai 219,8 ribu orang. Hal ini tidak aneh, mengingat Talon — yang keluar sebagai juara — berisi pemain asal Thailand.

Meskipun begitu, dari segi hours watched, tim yang paling populer adalah MAD, dengan total hours watched mencapai 5,04 juta jam. Posisi kedua dipegang oleh Saigon Phantom dari Vietnam, yang mendapatkan total hours watched sebanyak 4,66 juta jam. Namun, dari segi peak viewers, Team Flash asal Vietnam yang menjadi tim terpopuler dengan peak viewers sebanyak 247,1 ribu orang. Dan Buriram United Esports (BUE) asal Thailand ada di posisi kedua dengan 191,32 ribu peak viewers.

4. Liga Brasileira de Free Fire 2021 Series A Stage 2

Liga Brasileira de Free Fire (LBFF) 2021 Series A Stage 2 menjadi turnamen esports terpopuler ke-4 pada Juli 2021. Turnamen itu berhasil mendapatkan 11,2 juta jam hours watched dan 168 ribu average viewers. Pada puncaknya, turnamen Free Fire tersebut ditonton oleh sebanyak 598,9 ribu orang. Ronde paling populer dari LBFF 2021 Series A Stage 2 adalah Ronde 3 pada babak final. Empat ronde terpopuler lainnya juga merupakan bagian dari babak final, yaitu Ronde 2, Ronde 4, Ronde 5, dan Ronde 6.

Lima ronde terpopuler dari LBFF 2021 Series A Stage 2. | Sumber: Esports Charts

LBFF 2021 Series A Stage 2 mendapatkan 38,7 juta views di YouTube dan 2,9 juta likes. Mengingat turnamen ini memang dikhususkan untuk kawasan Brasil, tidak heran jika siaran dalam bahasa Portugis menjadi siaran terpopuler. Peak viewers dari siaran berbahasa Portugis mencapai 598,8 ribu orang. Pada akhirnya, LBFF 2021 Series A Stage 2 dimenangkan oleh Keyd, yang membawa pulang US$59 ribu. Sementara posisi ke-2 ditempati oleh Corinthians dan posisi ke-3 diisi oleh Fluxo. Namun, gelar MVP dan Brabo da Galera (pemain terpopuler berdasarkan pemungutan suara fans), jatuh pada Gabriel “Syaz” Vasconcelos dari tim Fluxo.

3. LCK 2021 Summer

League of Legends Champions Korea (LCK) Summer 2021 juga masuk dalam daftar turnamen esports paling populer pada Juni 2021. Ketika itu, liga itu ada di peringkat dua. Namun, pada bulan ini, mereka turun satu peringkat ke peringkat tiga. Pada Juli 2021, peak viewers dari LCK Summer 2021 adalah 559,7 ribu orang. Angka ini lebih rendah dari peak viewers pada Juni 2021, yang mencapai 720,3 ribu orang. Menariknya, pertandingan paling populer pada bulan Juli tetaplah pertandingan antara T1 dan DAMWON Kia, sama seperti pada Juni 2021.

Tim dan pertandingan terpopuler di LCK Summer 2021. | Sumber: Esports Charts

T1 dan DAMWON juga merupakan dua tim terpopuler di LCK Summer 2021. Secara total, T1 mendapatkan 13 juta jam hours watched dan 299,3 ribu peak viewers. Sementara DAMON memiliki 234,2 ribu peak viewers dan 9,43 juta jam hours watched. Menariknya, saat ini, kedua tim itu bukanlah tim terkuat di LCK Summer 2021. Dengan 9 kemenangan dan 6 kekalahan, DAMWON ada di peringkat 4 sementara T1 ada di peringkat 5.

LCK Summer 2021 disiarkan di 11 channels Twitch dan mendapatkan 41,8 juta views serta 144,7 ribu follows. Sementara di YouTube, liga esports tersebut berhasil mendapatkan 13,1 juta views dan 132 ribu likes. LCK Summer 2021 disiarkan dalam delapan bahasa. Tiga bahasa terpopuler adalah Korea, dengan peak viewers sebanyak 405 ribu orang, diikuti oleh Inggris dengan peak viewers sebanyak 163,9 ribu orang, dan Vietnam, dengan peak viewers sebanyak 127,3 ribu orang.

2. IEM Cologne 2021

Dengan total hours watched sebesar 22,1 juta jam, Intel Extrem Masters (IEM) Cologne 2021 berhasil menjadi turnamen esports terpopuler ke-2 pada Juli 2021. Pada puncaknya, ada 843 ribu orang yang menonton turnamen tersebut. Hal ini terjadi pada babak grand final, yang mempertemukan G2 dengan Natus Vincere (NaVi). Kedua tim tersebut juga merupakan dua tim yang paling populer di IEM Cologne 2021, baik dari segi hours watched maupun jumlah penonton rata-rata. Total hours watched dari NaVi mencapai 6,34 juta jam, dengna jumlah penonton rata-rata sebanyak 333,9 ribu orang. Sementara G2 mendapatkan total hours watched sebanyak 5,64 juta jam dan average viewers sebanyak 300,64 ribu orang.

Tim-tim dan pertandingan paling populer selama IEM Cologne 2021. | Sumber: Esports Charts

Di YouTube, IEM Cologne 2021 mendapatkan 1,5 juta views dengan 38 ribu likes. Sementara di Twitch, turnamen yang disiarkan di 21 channels itu berhasil mendapatkan 46,9 juta views dan 436,6 ribu follows. Sepanjang turnamen, jumlah penonton rata-rata dari IEM Cologne 2021 mencapai 235 ribu orang. Sementara total waktu siaran dari turnamen itu mencapai 94 jam.

IEM Cologne 2021 disiarkan dalam beberapa belasan bahasa. Siaran dalam bahasa Inggris menjadi siaran terpopuler dengan peak viewers sebanyak 351 ribu orang. Sementara itu, bahasa terpopuler kedua adalah Rusia (263 ribu peak viewers), diikuti oleh siaran dalam bahasa Portugis (118,6 ribu peak viewers).

1. PUBG Mobile World Invitational 2021

PUBG Mobile World Invitational 2021 berhasil menjadi turnamen esports paling populer pada Juli 2021 dengan total hours watched sebanyak 13,5 juta jam. Pada puncaknya, kompetisi itu ditonton oleh 1 juta orang. Sementara jumlah penonton rata-rata sepanjang turnamen mencapai 399,5 ribu orang. Ronde 2 pada hari pertama menjadi ronde paling populer. Saat itu, jumlah peak viewers mencapai 1.04 juta orang.

Siaran dari PUBG Mobile World Invitational 2021 ditayangkan dalam lebih dari 20 bahasa. Siaran dalam bahasa Indonesia menjadi siaran terpopuler. Pada puncaknya, ada 564,8 ribu orang yang menonton siaran berbahasa Indonesia. Bahasa Inggris menjadi bahasa terpopuler ke-2, dengan peak viewers sebanyak 399,6 ribu orang dan bahasa Malaysia ada di posisi ke-3 dengan peak viewers sebanyak 81,9 ribu orang.

Lima ronde paling ramai dari PUBG Mobile World Invitational 2021. | Sumber: Esports Charts

PUBG Mobile World Invitational 2021 disiarkan di 29 channels Twitch dan mendapatkan 3,7 juta views serta 8,7 ribu follows. Sementara di YouTube, kompetisi yang disiarkan selama 34 jam itu berhasil mendapatkan 17,1 juta views dan 569,1 ribu views. Selain Twitch dan YouTube, kompetisi PUBG Mobile ini juga disiarkan di Nimo TV, Facebook, TikTok, Trovo, serta VK Live. Dari semua platform tersebut, Nimo TV menjadi platform paling populer dengan peak viewers sebanyak 649,2 ribu orang. YouTube ada di posisi kedua dengan peak viewers sebanyak 286,9 ribu orang, diikuti oleh Facebook dengan peak viewers sebanyak 133,3 ribu orang.

*Disclosure: Esports Charts adalah Partner dari Hybrid.co.id.

Observer LCK: Tugas Observer Layaknya Cameraman dan Sutradara

Di tengah pandemi, konten esports semakin diminati. Namun, untuk dapat mengemas pertandingan esports menjadi video yang menarik, diperlukan orang-orang yang paham tentang bagian paling menarik dari sebuah pertandingan. Orang-orang tersebut disebut “observer“. Tugas seorang observer serupa dengan tugas cameraman dalam olahraga tradisional, yaitu mencari bagian yang menarik untuk ditampilkan. Pada saat yang sama, para observer juga harus bisa mengambil keputusan layaknya sutradara program.

Ialah Lee “Jonnastrong” Jin-sae, observer utama dari League of Legends Champions Korea (LCK). Dia telah menjadi seorang observer selama tujuh tahun. Dia bercerita, pada awalnya, dia sempat mencoba untuk menjadi pemain League of Legends profesional. Hanya saja, setiap kali dia mencoba untuk bertanding di tingkat profesional, dia menjadi sangat tegang. Jadi, dia merasa, dia tak cocok untuk menjadi pemain profesional.

“Suatu hari, saya datang ke program bernama ‘Private Lesson’. Mereka menyarankan saya untuk menjadi observer karena salah satu observer mereka keluar. Saya beruntung,” kata Lee pada Inven Global. “Saya sangat suka dengan game sejak saya masih kecil. Dan saya ingin bekerja di dunia gaming. Saya suka menonton esports dan saya pernah menonton LCK secara langsung. Jadi, saya mengambil tawaran untuk menjadi observer karena saya pikir, saya akan bisa menonton para pemain profesional sepuasnya.”

observer LCK
Sejak kecil, Lee “Jonnastrong” Jin-sae memang senang bermain game. | Sumber: Inven Global

Lee bercerita, sebelum menjadi observer untuk LCK, dia bekerja sebagai observer dari turnamen Challengers Korea. Sayangnya, turnamen tersebut lalu diambil alih oleh AfreecaTV. Dia lalu masuk ke dalam tim produksi. Di sana, dia sempat mengemban berbagai tugas. Dia bahkan sempat memimpin sebuah tim. “Namun, tujuan saya bergabung dengan perusahaan adalah karena saya ingin menjadi observer dari kompetisi profesional,” katanya.

“Jadi, saya memberitahu perusahaan bahwa saya ingin menjadi observer LCK. Ketika itu, salah satu produser kami pindah ke SPOTV Games untuk LCK. Saya bahkan sempat menelponnya untuk menanyakan apakah mereka memerlukan observer,” ujar Lee. “Saya sempat berpikir untuk keluar karena saya pikir, tidak etis jika saya menjadi observer LCK sambil bekerja di perusahaan lain. Namun, AfreecaTV menahan saya. Mereka membiarkan saya untuk menjadi observer LCK ketika saya bekerja dengan mereka.”

“Ketika produksi konten LCK dialihkan ke Riot Games, saya dengar saya juga akan ikut pindah. Salah satu staf memberitahukan hal itu pada saya. Saya sangat senang karena saya akan bisa menjadi observer LCK sepenuhnya,” ujar Lee.

Sebagai observer, Lee tidak bekerja sendiri. Ada dua orang lain yang membantunya. Salah satunya bertugas untuk mengedit video dan bertanggung jawab dalam produksi video replay dan highlight. Seorang lainnya adalah seorang sub observer, yang bertugas membantu Lee ketika siaran langsung. Terkadang, dia juga bertanggung jawab atas konten replay.

“Di LoL Park, ruang produksi dan ruang observer terpisah oleh tembok, jadi kami menggunakan interphone. Tapi, ketika saya tengah memerhatikan jalannya pertandingan, saya menggunakan kedua tangan saya. Jadi, berkomunikasi agak sulit. Di saat seperti itu, sang sub observer akan berfungsi untuk menghubungkan tim observer dan tim produksi. Sementara tugas observer utama seperti saya adalah untuk menentukan konten yang ditampilkan ke fans,” jelas Lee.

observer LCK
Lee menjelaskan betapa sibuknya seorang observer saat pertandingan berlangsung. | Sumber: Inven Global

Lee mengungkap, ada banyak hal yang harus dia lakukan saat siaran LCK tengah berlangsung, mulai dari mendengarkan komentar para caster, berkomunikasi dengan sub observer, dan menonton jalannya pertandingan. “Saat beberapa situasi penting terjadi di satu waktu, saya akan meminta sub observer untuk mengabari saya langsung. Jika situasinya sangat mendesak, saya terkadang mengecek layar sub observer sendiri,” kata Lee. “Waktu untuk memutar replay juga harus dibahas dengan tim ruang produksi.”

Lee bercerita, tim di ruang produksi biasnaya akan memberikan saran tentang bagaiman cara menampilkan caption, memutar video replay, atau menampilkan video sudut pandang seorang pemain. Setelah itu, Lee sebagai observer akan menentukan kapan waktu yang tepat untuk memutar video tersebut. Salah satu masalah yang biasa terjadi adalah komunikasi. “Karena kami menggunakan interphone, komunikasi tidak selalu mulus,” aku Lee. “Terkadang, ada pertarungan besar yang terjadi ketika kami sedang memutar replay.”

Namun, Lee mengakui, meskipun tim observer dan tim produksi ada di ruangan yang sama, hal itu juga akan menyebabkan masalah. “Saya harus mendengarkan komentar caster, jadi saya biasanya memasang video dengan volume kencang. Dan saya juga cerewet ketika saya tengah memantau jalannya pertandingan,” ujarnya.

Dalam game penuh strategi seperti League of Legends, tak semua penonton akan memahami mengapa para pemain melakukan hal yang mereka lakukan. Karena itu, ketika para pemain memiliki sebuah rencana, Lee ingin menampilkan tahap-tahap perencanaan pada para penonton.

“Saya menonton begitu banyak pertandingan sehingga saya bisa mengetahui kebiasaan para pemain,” kata Lee. “Misalnya, ketika seorang mid laner mencoba untuk melakukan push sebelum roaming, saya mencoba untuk menampilkan video sejak sang mid laner melakukan push. Setelah itu, saya akan menampilkan top lane yang hendak menggempur musuh sebelum kembali ke mid laner yang tengah menunju ke top lane untuk membantu.”

Lee mengungkap, dia ingin membantu para penonton mengerti apa yang terjadi dalam pertandingan dengan menampilkan satu per satu keputusan yang diambil oleh para pemain. Hal ini juga akan memudahkan para caster untuk menjelaskan apa yang terjadi selama pertandingan.

Menurut Lee, untuk menjadi observer, seseorang tak harus memiliki rank tinggi dalam game. Tugas utama seorang observer adalah untuk menyajikan konten yang mudah dimengerti oleh penonton. Misalnya, dengan tidak mengganti sudut pandang terus menerus atau menunjukkan status bar. Karena hal ini bisa membuat para penonton bingung.

“Hal penting lainnya adalah membantu para caster. Mereka akan mengomentari konten yang ditayangkan oleh sang observer,” ujar Lee. “Jadi, Anda sebaiknya menampilkan apa yang diminta oleh sang caster. Terakhir, sebagai observer, Anda juga harus menampilkan sebanyak mungkin momen-momen terbaik para pemain.”

Sumber header: Inven Global

Anggota Super Junior Kim Hee-Chul Tanamkan Modal di Tim Esports

Artis asal Korea Selatan, Kim Hee-Chul berencana untuk menanamkan investasi di BRION E-Sports, menurut laporan INVEN. Selain Hee-Chul, juga ada tiga atlet lain yang berencana untuk berinvestasi di BRION E-Sports. Ketiga atlet tersebut adalah dua atlet basket Park Yong-taik dan Kim Tae-kyun serta atlet tembak Jin-Jong-oh. Hee-Chul merupakan anggota dari boyband Korea Selatan, Super Junior. Sementara Jong-oh adalah atlet tembak yang berhasil memenangkan empat medali empas dalam Olimpiade Musim Panas pada 2008-2016.

Kucuran dana segar ini akan digunakan oleh BRION E-Sports untuk ikut serta dalam League of Legends Champions Korea (LCK). Liga League of Legends untuk Korea Selatan itu akan mulai menggunakan model franchise pada tahun depan, sama seperti liga League of Legends di Amerika Utara, Eropa, dan Tiongkok.

Super Junior esports
Kim Hee-Chul (kiri) dan Faker (kanan). | Sumber: MBC via Esports Observer

Jadi, tim-tim yang ingin ikut serta dalam LCK harus membayar sejumlah uang. Bagi tim yang telah ikut dalam LCK, mereka harus membayarkan 10 miliar won (sekitar Rp118 miliar). Sementara untuk tim yang sama sekali baru, mereka harus membayar sekitar 12-15 miliar won (sekitar Rp141-177 miliar), menurut laporan The Esports Observer.

Selain memberikan bantuan dalam bentuk modal, empat selebritas ini juga akan memberikan bantuan lain pada BRION E-Sports. Kim Hee-Chul, Park Yong-taik, dan Kim Tae-kyun akan berbagi pengetahuan mereka tentang cara berkomunikasi yang baik dan menjaga hubungan dengan para fans. Sementara Jin-Jong-oh akan menyediakan dukungan berupa psikolog olahraga. Memang, meski terlihat hanya bermain di depan PC, para atlet esports sebenarnya menghadapi tekanan mental yang sama beratnya dengan atlet olahraga tradisional. Keberadaan psikolog terbukti dapat membantu tim esports untuk memberikan performa yang lebih baik.

Kim Hee-Chul bukanlah selebritas pertama yang tertarik untuk masuk ke dunia esports. Tahun lalu, Kiari Kendrell Cephus, rapper yang dikenal dengan nama Offset, juga menanamkan investasi ke organisasi esports FaZe Clan. Selain artis, atlet olahraga tradisional juga terlihat berminat untuk menjajaki industri esports. Salah saatunya adalah Gareth Bale, pesepak bola asal Wales, yang membuat tim esports bernama Elleven Esports.

Riot Adakan League of Legends Mid-Season Cup, Tawarkan Hadiah Rp9 Miliar

Riot Games Korea akan menyelenggarakan turnamen Mid-Season Cup (MSC) sebagai pengganti dari Mid-Season Invitational yang harus dibatalkan akibat pandemi virus corona. Kompetisi tersebut akan diadakan selama 4 hari, dimulai pada 28 Mei 2020 sampai 31 Mei 2020. Total hadiah yang ditawarkan mencapai US$600 ribu (sekitar Rp9 miliar).

MSC akan mempertemukan 4 tim terbaik di League of Legends Champions Korea dengan 4 tim teratas di League of Legends Pro League di Tiongkok. Empat tim yang mewakili Korea Selatan adalah T1, Gen.G, DragonX, dan DAMWON Gaming. Sementara 4 tim asal Tiongkok adalah JD Gaming, yang baru saja keluar sebagai juara dari LPL, Top Esports, Invictus Gaming, dan FunPlus Phoenix, yang memenangkan League of Legends World Championship pada tahun lalu.

Mid-season cup
T1 menjadi salah satu perwakilan Korea Selatan di Mid-Season Cup. | Sumber: Inven Global

Mengingat pandemi virus corona masih belum berakhir, MSC akan diadakan dengan format online. Turnamen akan diselnggarakan di server Korea. Riot akan mengusahakan agar ping dari server tidak lebih dari 30-40 m/s. Untuk mencapai hal ini, mereka menggunakan tool dari pihak ketiga.

Riot Games Korea telah memberikan tool yang diperlukan untuk tim-tim Korea Selatan yang akan berlaga di MSC. Tujuannya, agar para pemain bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ping 30-40 m/s karena biasanya, mereka bertanding dengan ping yang lebih rendah. Selain masalah teknis, Riot Games juga berusaha untuk mengantisipasi masalah lain yang muncul, seperti kecurangan. Riot mengatakan, mereka akan memastikan tidak ada pemain yang berbuat curang untuk menjaga integritas pertandingan dalam MSC.

“MSC adalah kompetisi penting yang mempertaruhkan hadiah dalam jumlah besar. Kami akan berusaha keras untuk menjaga integritas dari kompetisi tersebut,” kata perwakilan dari Riot Games pada Inven Global. “Karena kami menaikkan ping server secara artifisial, tidak tertutup kemungkinan akan ada masalah yang muncul pada server. Jika ada masalah yang muncul, kemungkinan, penyelenggaraan turnamen akan terhambat. Dalam kasus terburuk, turnamen akan dibatalkan. Namun, kami akan bekerja keras untuk memastikan para fans esports League of Legends bisa menonton pertandingan yang menarik. Karena itu, kini kami melakukan berbagai tes untuk menguji MSC.”

League of Legends Champions Korea Kembali Dimulai, Pertandingan Diadakan Secara Online

League of Legends Champions Korea (LCK) akan kembali diadakan pada 25 Maret 2020 setelah ditangguhkan pada 3 Maret 2020 karena virus Corona. Di halaman Facebook resminya, LCK mengungkap bahwa pertandingan akan diselenggarakan secara online, sama seperti liga League of Legends di Tiongkok, Eropa, dan Amerika Utara.

Mengingat LCK sempat terhenti selama tiga minggu, tim LCK harus membuat penyesuaian pada jadwal pertandingan untuk memastikan ada jeda antara liga ini dengan turnamen esports lainnya. Karena itu, LCK akan memadatkan jadwal pertandingan. Pertandingan akan diadakan pada lima hari dalam satu minggu. Setiap harinya, akan ada dua sampai tiga pertandingan yang diadakan.

LCK juga mengubah jadwal pertandingan para tim. Tujuannya, untuk memastikan tidak ada tim yang berlaga lebih dari satu kali dalam satu hari. Mereka juga berusaha untuk menghindari keadaan dimana satu tim harus bertanding dalam beberapa hari berturut-turut.

LCK kembali diadakan.
LCK akan diadakan secara online. | Sumber: Riot Games via Dot Esports

Saat ini, LCK sudah berlangsung setidaknya setengah musim. Gen.G duduk di peringkat satu dengan 8 kemenangan dan 1 kekalahan, diikuti oleh DragonX dan T1 yang sama-sama mendapatkan 7 kemenangan dan 2 kekalahan, menurut laporan VP Esports. Tim yang keluar sebagai juara dari LCK Spring Split ini akan maju ke Mid-Season Invitational, yang dijadwalkan untuk diadakan pada Juli 2020. Sementara itu, LCK diperkirakan akan berakhir pada 16 April 2020.

LCK mulai digelar pada Februari. Ketika itu, tim manajemen telah mulai mengantisipasi wabah virus Corona dengan mengadakan pertandingan di studio tanpa penonton. Hanay sejumlah wartawan yang diizinkan untuk datang. Para jurnalis tersebut juga diminta untuk menggunakan masker. Semua mikrofon juga ditutup demi melindungi para pemain. Pada 2 Maret, LCK resmi ditunda karena pandemik virus Corona yang memburuk di Korea Selatan.

Pandemik virus Corona memberikan dampak besar pada industri game dan esports. Di satu sisi, karena masyarakat diminta untuk tidak keluar dari rumah, jumlah pemain game dan penonton streaming game meningkat pesat. Di sisi lain, kekhawatiran virus Corona menyebabkan berbagai turnamen esports dan peluncuran game tertunda. Selain itu, jika wabah virus Corona terus berlanjut, ini akan menyulitkan organisasi esports.

Gaji Rata-Rata Atlet Esports Korea Selatan Tembus Rp2 Miliar Per Tahun

Sebelum dunia esports berkembang jadi seramai sekarang, orang-orang mungkin heran melihat ada yang bisa menjadikan game sebagai mata pencaharian. Apalagi meraih penghasilan miliaran per tahunnya. Namun seiring waktu berjalan hal ini menjadi semakin lumrah. Apalagi di Korea Selatan, salah satu negara yang memiliki perkembangan esports terpesat di dunia. Gaji di atas US$100.000 (Rp1,4 miliar) bukan lagi hal yang aneh bagi atlet-atlet esports di sana.

Industri esports di Korea Selatan telah berkembang sebesar 50% dari tahun 2014 ke tahun 2017. Negara ini memiliki liga bernama League of Legends Champions Korea (LCK), sebuah liga primer yang sekaligus berfungsi sebagai jalur kualifikasi menuju League of Legends World Championships. LCK dikenal sangat populer dan kompetitif, bisa disebut “liga Inggris-nya dunia esports”. Jadi wajar bila liga ini juga diisi oleh tim-tim ternama, dengan atlet-atlet terbaik, dan bayaran-bayaran termahal.

Inven Global mencatat bahwa LCK di tahun 2018 adalah liga termahal, di mana tim-tim esports menggelontorkan 68,2% dana mereka. Dari segi jumlah atlet profesional, LCK kalah dengan PUBG Korea League (PKL) dan Overwatch Contenders, tapi LCK masih merupakan liga tertinggi, sekaligus pusat dari industri esports Korea Selatan.

Distribusi Atlet Esports Korea Selatan
Distribusi atlet esports Korea Selatan | Sumber: Inven Global

Menurut survei yang dilakukan terhadap 82 atlet LCK di tahun 2018, gaji rata-rata pemain di liga ini adalah sekitar 170 juta Won per tahun (sekitar Rp2,1 miliar). Karena ini adalah angka rata-rata, tentu saja distribusinya tidak merata. Sekitar 50% dari pemain-pemain itu memiliki gaji di bawah 100 juta Won, dengan pendapatan terendah menyentuh angka 20 -50 juta Won (37,2%). Sementara itu ada pemain-pemain dengan gaji di atas 500 juta Won, jumlahnya tidak sampai 5% dari keseluruhan.

Perlu diperhatikan bahwa gaji bukanlah satu-satunya sumber pemasukan para gamer profesional. Sebagian besar pemain memiliki pendapatan sampingan dari hadiah turnamen, streaming, broadcasting, dan lain-lain. Ada juga pemain yang mendapatkan sponsorship pribadi, namun jumlahnya cukup kecil (8,9%). Pendapatan sampingan ini bisa berkisar antara 20 juta hingga 200 juta Won tiap tahunnya.

Gaji Rata-Rata Atlet Esports Korea Selatan
Gaji rata-rata atlet esports Korea Selatan | Sumber: Inven Global

Dalam dunia olahraga konvensional, atlet-atlet terkenal biasa mendapat kontrak endorsement dari brand olahraga terkenal dunia, seperti Adidas atau Nike. Sayangnya kesempatan tersebut masih belum banyak ditemukan di dunia esports. Di tahun 2019 ini partisipasi brand olahraga diharapkan bisa meningkat, apalagi kini hubungan antara esports dan liga-liga olahraga konvensional sudah semakin erat.

Menurut data Inven Global, LCK adalah liga yang didominasi oleh pemain-pemain muda. Rata-rata usia pemain di tahun 2017 adalah 20,8 tahun, dengan usia termuda 17 tahun dan usia tertua 26 tahun. Salah satu penyebab tidak ada pemain yang lebih tua adalah karena kepercayaan bahwa kemampuan atlet esports akan menurut ketika usianya memasuki 20an akhir. Hal ini sudah dibantah oleh pemain-pemain profesional negara lain, namun di Korea Selatan dampaknya masih cukup terasa.

Distribusi Usia Atlet Esports Korea Selatan
Distribusi usia atlet esports Korea Selatan | Sumber: Inven Global

Usia yang begitu muda artinya pengalaman para atlet di dunia profesional juga cukup rendah. Lebih dari setengah atlet LCK hanya punya pengalaman di bawah 3 tahun. Jumlah pemain yang berkarier hingga 4 atau 5 tahun sangat rendah, di bawah 4% dari keseluruhan. Itu pun mereka biasanya sudah kesulitan untuk mempertahankan kariernya.

Rentang usia yang terlampau pendek ini merupakan masalah tersendiri yang harus dipikirkan dengan serius oleh para pegiat industri esports. Untuk menunjang ekosistem industri esports yang sustainable, harus ada cara supaya para atlet bisa berkarier dengan jangka waktu lebih panjang. Jangan sampai profesi atlet esports—yang terbilang masih cukup baru—kemudian mendapat stigma negatif tambahan karena risiko kehilangan pekerjaan yang besar.

Sumber: Inven Global, KT Rolster