Traveloka Masuki Layanan Online Grocery

Traveloka memantapkan langkahnya untuk bertransformasi menjadi “lifestyle super app” sembari menanti industri perjalanan dan pariwisata pulih akibat pandemi Covid-19. Setelah masuk ke layanan food delivery hingga healthtech, startup dengan valuasi ~$3 miliar tersebut kini masuk ke layanan online grocery lewat brand Traveloka Mart. Menu “Mart” saat ini bisa dijumpai di aplikasi.

Fitur tersebut memampukan pengguna Traveloka untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti produk segar dan makanan beku. Untuk mengakomodasi kebutuhan ini, Traveloka telah bermitra dengan beberapa perusahaan peritel besar, termasuk Lotte Mart.

“Mart” jadi menu baru di aplikasi Traveloka

Pengguna dapat mengakses layanan Mart langsung di aplikasi Traveloka dan dapat bertransaksi — di fase awal ini masih bebas ongkir tanpa minimum transaksi pembelian. Ketika masuk ke dalam menu tersebut, saat ini sudah ada beberapa opsi produk yang bisa dipilih pengguna.

Tampilan laman Mart di aplikasi Traveloka

Seperti diketahui, layanan OTA Traveloka terdampak cukup signifikan akibat pembatasan perjalanan sejak Covid-19 terjadi di awal 2020. Agar tetap relevan di masa pandemi, Traveloka mulai fokus untuk memperkuat layanan di kategori keuangan (paylater), gaya hidup, dan hiburan.

Traveloka meluncurkan halaman direktori untuk restoran, Kuliner Traveloka pada 2018. Kemudian, Xperience pada 2019 yang memiliki sekitar 15.000 kegiatan di lebih dari 60 negara, mencakup acara, film, hingga lokakarya. Selain itu, Traveloka juga merambah ke sektor healthtech dengan menghadirkan telekonsultasi dan layanan tes PCR dan antigen.

Pasar online grocery

Sejak dua tahun terakhir, layanan online grocery dan terakhir ada quick commerce termasuk fenomena baru yang mendorong pertumbuhan industri digital di Indonesia. Hal ini salah satunya dipicu oleh lonjakan permintaan belanja bahan pokok secara online di masa pandemi.

Bicara tren quick commerce, layanan ini didefinisikan sebagai layanan pengiriman barang habis pakai dalam rentang waktu 45 menit dengan biaya pengiriman normal. Mengutip laporan RedSeerquick commerce didorong oleh sejumlah faktor, seperti perubahan perilaku konsumen akibat Covid-19 dan perilaku belanja impulsif atau tak terencana. RedSeer memproyeksi pasar quick commerce sebesar $0,3 miliar di 2021 dan akan tumbuh 10-15 kali lipat menjadi $5 miliar dalam lima tahun mendatang.

Di Indonesia, terdapat sejumlah pelaku startup yang memosisikan bisnisnya sejak awal sebagai pelaku online grocery maupun quick commerce, misalnya Sayurbox, HappyFresh, Segari, dan Astro. Namun, ada juga startup e-commerce raksasa yang baru masuk ke layanan ini, seperti GoTo, Shopee, dan Blibli.

Mereka memanfaatkan jaringan logistik yang telah dibangun sejak lama agar dapat mengakomodasi kebutuhan instan ini. Bahkan beberapa di antaranya mengakuisisi perusahaan peritel besar untuk memperkuat jaringan supply chain mereka.

Ada GoTo yang mengakuisisi Matahari Putra Prima (pemilik Hypermart) dan Blibli dengan aksi serupanya terhadap Ranch Market.  Kemudian di awal tahun ini, anak usaha CT Corp, Trans Retail Indonesia bersama Bukalapak dan Growtheum Capital Partners (investor AlloBank) membentuk perusahaan patungan untuk mendirikan AlloFresh.

Kepada DailySocial beberapa waktu lalu, Co-founder dan CEO Astro Vincent Tjendra menilai tantangan utama membangun bisnis ini adalah membangun kebiasaan masyarakat. Pasalnya, banyak orang yang lebih memilih berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional. Menurutnya, salah satu kunci untuk mengatasi hal ini adalah membangun titik (hub) penyimpanan produk sehingga memungkinkan pengirimannya ke lokasi terdekat pengguna.

Application Information Will Show Up Here

Menjadi Superapp Gaya Hidup, Kini Traveloka Punya Fitur Telemedis hingga Investasi

Traveloka kini telah berubah menjadi superapp yang memfokuskan pada pemenuhan gaya hidup. Sesuai dengan jargon yang digunakan, superapp identik dengan sebuah aplikasi yang menggabungkan berbagai jenis layanan dalam satu platform. Selain mengembangkan sendiri, biasanya mereka juga melakukan kemitraan strategis dengan startup atau perusahaan lain.

Hadir sebagai layanan online travel agency, varian produk Traveloka kini diperluas dengan kehadiran berbagai kategori baru. Teranyar, mereka masuk juga di bidang healthtech dengan menghadirkan sejumlah layanan, termasuk telemedis alias jasa konsultasi dokter secara virtual. Untuk layanan ini, mereka memiliki entitas bisnis tersendiri yang bernaung di PT Nawanusa Medika Teknologi.

Fitur telemedis merupakan satu dari beberapa layanan yang terdapat pada menu “Health” di aplikasi Traveloka. Selain itu ada layanan medical check-up, perawatan gigi, dan fasilitas kesehatan lainnya – sebagian besar Traveloka berperan sebagai perantara untuk registrasi pasien, booking, dan pembayaran.

Tampilan laman awal fitur telemedis Traveloka
Tampilan laman awal fitur telemedis Traveloka

Selain kesehatan, layanan baru bermunculan di kategori finansial. Teranyar, mereka kini miliki layanan investasi emas, bekerja sama dengan Pegadaian. Selain itu, fitur marketplace asuransi (insurtech) di dalamnya juga terus diperluas dengan menjangkau lebih banyak produk. Lagi-lagi, dasarnya adalah ambisi mereka untuk menjadi aplikasi super yang memenuhi tuntutan gaya hidup masyarakat masa kini.

Strategi bertahan di tengah pandemi

Berbagai pembatasan yang dilakukan di banyak negara untuk menghentikan persebaran Covid-19 tentu berdampak langsung pada industri akomodasi dan transportasi, tak terkecuali OTA. Menurut data, di tahun 2020 terjadi penurunan nilai pasar hingga 20%. Tahun 2019 bisnis OTA berhasil membukukan nilai $744,7 miliar, sementara di tahun 2020 menurun jadi $595,8 miliar.

Pun demikian di Indonesia, PPKM yang digencarkan pemerintah membatasi penggunaan berbagai transportasi publik, seperti kereta, pesawat, dan lain-lain. Bahkan ada larangan untuk melakukan tradisi mudik – sampai memangkas hari libur untuk mengurangi mobilitas masyarakat. Sementara momen-momen tersebut biasanya menjadi “panen raya” bagi penyedia platform OTA.

“Tidak dapat dipungkiri bahwa Traveloka sangat terpengaruh dengan pandemi Covid-19. Bisnis kami berada di titik terendah yang belum pernah terjadi sejak kami pertama kali berdiri. Namun, kami selalu percaya bahwa Traveloka akan bangkit kembali dengan adanya penyesuaian strategi bisnis secara cepat,” ujar Co-founder & CEO Ferry Unardi ketika mengumumkan perolehan pendanaan baru $250 juta atau setara 3,6 triliun Rupiah pada Juli 2020 lalu.

Bertahan melalui aktivitas dan finansial

Tahun lalu, ketika kegiatan perjalanan harus dibatasi Traveloka memilih untuk mengoptimalkan fitur Xperience yang berada di aplikasi. Mereka menyajikan berbagai aktivitas online, mulai dari tur virtual, workshop, hingga kelas online. Beberapa waktu kemudian, mereka mantap masuki bisnis food delivery dengan TravelokaEats – bermodal direktori lokasi makan yang ada di basis datanya, kemudian diperkuat dengan merekrut mitra-mitra untuk pemesanan dan pengantaran. Selain itu, mereka juga sudah memiliki infrastruktur mendasar lainnya, yakni: fintech.

“Upaya lain yang kami lakukan adalah untuk menemukan cara baru agar bisa memberikan layanan kepada pengguna menyesuaikan perubahan customer saat ini. Salah satunya adalah ekspansi layanan lokal dan layanan fintech,” kata President Traveloka Caesar Indra dalam sebuah kesempatan.

Untuk layanan fintech, saat ini Traveloka tengah gencar dengan produk paylater mereka. Selain di ekosistem aplikasi milik sendiri, produk pembayaran tersebut kini mulai diaplikasikan ke platform lain seperti e-commerce. Selain itu, beberapa fitur seperti Instant Debit dan Co-Brand Credit Card juga menjadi andalan – dinilai lebih cocok untuk menunjang gaya hidup kekinian. Sementara untuk uang elektronik mereka memilih bermitra dengan UANGKU milik PT Smartfren Telecom Tbk.

Ekosistem layanan

Per hari ini (30/11), setidaknya ada 46 fitur layanan yang bisa diakses melalui aplikasi Traveloka. Jika dikelompokkan lebih lanjut, saat ini Traveloka mengakomodasi beberapa kategori layanan, meliputi transportasi, akomodasi, perlengkapan, aktivitas, pembayaran, tagihan, asuransi, investasi, makanan, dan lain-lain. Kendati demikian, nuansa yang dihadirkan dalam aplikasi memang masih menonjolkan sebagai sebuah OTA – fitur-fitur baru di luar travel dan akomodasi belum terlalu ditonjolkan.

Ekosistem layanan di aplikasi Traveloka / DailySocial.id
Ekosistem layanan di aplikasi Traveloka / DailySocial.id

Peluasan ekosistem layanan ini jelas menjadi bagian dari strategi agar Traveloka tetap bisa mendapatkan traksi maksimal, karena pada dasarnya pandemi belum sepenuhnya hilang. Terlebih beberapa aksi strategis akan digalakkan, salah satunya mengenai rencana go-public.

Sebelumnya berhembus kabar Traveloka akan membuat kesepakatan dengan Bridgetown Holdings Ltd. untuk SPAC. Namun baru-baru ini, tersiar informasi bahwa dewan direksi Traveloka memutuskan untuk tidak melanjutkan langkah tersebut. Alasannya kurang lebih sama dengan MNC, karena antusiasme SPAC telah berkurang seiring tingginya frekuensi di pasar. Perusahaan kemungkinan akan menjajaki proses IPO tradisional, tetap di bursa AS, menurut sumber Bloomberg.

Di sisi lain, Traveloka juga menggencarkan investasinya ke startup lain – yang dinilai akan memiliki potensi untuk bersinerginya. Tercatat sepanjang 2021 mereka telah berinvestasi ke Member.id, Sirclo, dan PouchNATION.

Menjadi lifestyle superapp memang pilihan yang cukup relevan, karena secara fundamental sebagai OTA ekosistem layanan yang sudah ada ditujukan [salah satunya] untuk pemenuhan gaya hidup. Maka tugas selanjutnya adalah memperluas cakupan fitur agar mampu menghadirkan pelayanan secara menyeluruh.

Application Information Will Show Up Here

President Traveloka Bercerita tentang Transformasi Layanan Menjadi “Lifestyle Superapp”

Traveloka didirikan tahun 2012 lalu oleh Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert. Platform tersebut pada awalnya hanya fokus kepada pemesanan dan pembelian tiket pesawat dan hotel atau yang dikenal dengan online travel agent (OTA), saat ini telah bertransformasi menjadi lifestyle superapp.

Dalam acara Tech in Asia Conference 2021, President Traveloka Caesar Indra menyebutkan, meskipun sejak lama telah memosisikan perusahaan sebagai lifestyle superapp beberapa waktu lalu, namun saat ini Traveloka telah meresmikan aplikasi mereka lebih dari sekadar platform OTA.

“Transformasi ini saya lihat menjadi relevan dengan makin banyaknya ragam layanan dan produk yang kami hadirkan. Bukan hanya fokus kepada travel saja namun juga ke finansial hingga layanan dan produk gaya hidup.”

Berawal sebagai pemain yang mendominasi di sektor travel kemudian mulai merambah menjadi end to end solution untuk pengguna dan kebutuhan gaya hidup mereka, Traveloka hingga saat ini masih fokus kepada core bisnis mereka yaitu travel, layanan lokal, dan finansial.

Ke depannya perusahaan berencana untuk terus menambah layanan yang dibutuhkan oleh pengguna. Memanfaatkan data dan insight yang mereka miliki, kerja sama lebih luas dengan institusi finansial dan lainnya juga akan menjadi fokus dari Traveloka.

Adaptasi perusahaan saat pandemi

Secara khusus Traveloka saat ini memiliki tiga ekosistem layanan. Di antaranya adalah travel dan akomodasi, Xperience, dan fintech. Setelah diluncurkan tahun 2015 layanan paylater milik mereka yang bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi pengguna melakukan pembelian, menjadi salah satu unggulan produk fintech milik Traveloka.

Saat pandemi ketika perusahaan harus melakukan adaptasi terhadap perubahan gaya hidup dari pengguna, pilihan layanan buy now, stay later juga telah menjadi kekuatan perusahaan untuk tetap bisa menjalankan bisnis sekaligus membantu mitra hotel untuk bisa terus beroperasi.

Sementara untuk layanan Xperience yang di dalamnya terdapat Eats, Traveloka saat pandemi juga menghadirkan layanan baru yaitu Order Now serta referensi review dan direktori produk untuk restoran yang tergabung menjadi mitra. Tercatat saat ini ada sekitar 18 ribu restoran yang telah terdaftar dalam platform.

Inovasi lain yang diklaim telah berhasil dilakukan oleh Traveloka adalah, menjadikan platform sebagai pilihan bagi pengguna untuk melakukan Covid-19 testing. Bekerja sama dengan pemerintah Traveloka telah menangani pemesanan testing di sekitar 600 testing center di 130 kota melalui aplikasi.

Effort lain yang kami lakukan adalah untuk menemukan cara baru agar bisa memberikan layanan kepada pengguna menyesuaikan perubahan customer saat ini. Salah satunya adalah ekspansi layanan lokal dan layanan fintech,” kata Caesar.

Rencana bisnis dan IPO Traveloka

Meskipun pandemi belum usai, namun Traveloka optimis kegiatan traveling domestik hingga internasional secara perlahan akan pulih kembali. Dilihat dari mulai dilonggarkannya travel restriction di beberapa negara. Dalam hal ini Traveloka bersama dengan pemerintah Indonesia dan negara lainnya, mulai menggencarkan kegiatan awareness dan edukasi untuk mempermudah kegiatan traveling saat pandemi.

“Kami optimis Indonesia yang merupakan pasar travel terbesar dan didukung dengan pertumbuhan populasi middle class saat ini, masih banyak di antara mereka yang belum pernah melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Semoga dalam waktu dekat dengan mulai dilonggarkannya kegiatan tersebut bisa berjalan normal kembali,” kata Caesar.

Disinggung seperti apa rencana IPO perusahaan ke depannya, Caesar enggan untuk menjelaskan lebih lanjut. Seperti yang diberitakan sebelumnya Co-Founder & CEO Traveloka Ferry Unardi mengatakan, setelah melewati masa tersulitnya di awal Covid-19, tahun ini menjadi waktu yang tepat bagi perusahaan untuk go public. Ia meyakini kondisi perusahaan sudah siap dan pasar juga dinilai akan menyambut baik.

Application Information Will Show Up Here