Logitech G335 Adalah Headset Gaming Ringkas dengan Harga Relatif Terjangkau

Logitech meluncurkan headset gaming baru, yaitu Logitech G335. Sepintas namanya memang terdengar mirip seperti earphone Logitech G333, akan tetapi ia sebenarnya mengusung desain yang nyaris identik dengan Logitech G733.

Awalnya saya sempat mengira G335 sebagai versi wired dari G733 (yang memang cuma tersedia dalam varian wireless). Namun ternyata ada sejumlah perbedaan lain di samping tipe konektivitasnya itu. Dari segi ukuran misalnya, G335 sedikit lebih kecil daripada G733. Bobotnya juga lebih ringan di angka 240 gram, dan Logitech tidak segan menyebutnya sebagai salah satu headset gaming paling ringan yang tersedia di pasaran.

G335 hadir dalam tiga kombinasi warna yang tampak ekspresif: hitam, putih-biru, dan mint-ungu. Karet headband-nya yang elastis dapat disesuaikan tingkat kelonggarannya, sama seperti G733. Bantalan telinganya sedikit lebih tipis daripada milik G733, tapi sama-sama dilapisi bahan kain yang breathable.

Berbeda dari G733 yang mengemas detachable mic, mikrofon milik G335 tidak dapat dilepas-pasang, tapi bisa di-mute dengan mudah dengan cara dilipat ke atas. Secara teknis, G335 dibekali sepasang driver neodymium berdiameter 40 mm, dengan respon frekuensi 20-20.000 Hz. Pada earcup sebelah kiri, tepatnya di sisi belakang, pengguna bisa menemukan kenop kecil untuk mengatur volume.

Headset ini mengandalkan sambungan kabel 3,5 mm, jadi ia dipastikan kompatibel dengan perangkat apapun yang memiliki colokan audio standar tersebut. Untuk pengguna PC yang memiliki input audio dan mikrofon terpisah, Logitech turut menyertakan aksesori PC splitter pada paket penjualannya.

Di Amerika Serikat, Logitech berencana menjual G335 dengan harga $70. Mereka juga akan menjual strap headband-nya secara terpisah bagi yang ingin mengganti strap bawaannya. Ada delapan pilihan warna strap yang tersedia, masing-masing seharga $10. Kalau melihat selisih harganya yang cukup lumayan dibanding G733 ($130), sudah sewajarnya konsumen mengekspektasikan kinerja yang berbeda dari G335.

Sumber: Logitech.

Riot Adakan Turnamen Wild Rift Global, Fans Apex Legends Bisa Naikkan Total Hadiah ALGS Championship

Minggu lalu, Riot Games mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan Wild Rift Origin Series, turnamen Wild Rift global pertama yang mereka adakan sendiri. Sementara itu, EA mengungkap bahwa fans Apex Legends akan bisa berkontribusi pada total hadiah dari ALGS Championship dengan membeli bundle yang tersedia di game. Selain itu, ada beberapa berita menarik lain terkait turnamen esports.

Riot Games Selenggarakan Turnamen Wild Rift untuk Eropa dan MENA

Riot Games mengumumkan bahwa mereka akan menggelar turnamen League of Legends: Wild Rift. Turnamen yang dinamai Wild Rift Origin Series ini akan jadi turnamen Wild Rift global pertama yang diadakan oleh Riot Games. Kompetisi tersebut akan terbuka untuk tim-tim dari Eropa, Middle East and North Africa (MENA), dan Commonwealth of Independent States (CIS). Total hadiah yang ditawarkan oleh Riot mencapai US$300 ribu, lapor Talk Esports.

Mengadakan Wild Rift Origin Series merupakan bagian dari strategi Riot untuk menyertakan tim dan pemain dari kawasan MENA ke dalam kompetisi esports untuk kawasan Eropa mereka. Pasalnya, untuk bisa ikut serta dalam Origin Series, sebuah tim harus memiliki setidaknya tiga pemain dari Eropa, MENA, atau CIS, menurut The Esports Observer. Pada awal Mei 2021, Riot memang mengungkap, mereka ingin mengembangkan ekosistem esports global dari Wild Rift.

Logitech Bakal Adakan Turnamen Esports untuk Penyandang Disabilitas

Tahun lalu, Logitech dan dua perusahaan anaknya, Beyond Entertainment dan Challonge, bekerja sama dengan AbleGamers Charity, Adaptive Action Sports, dan Mount Sinai untuk menyelenggarakan Logitech G Adaptive Esports Invitational. Turnamen esports itu diadakan khusus untuk para gamers dengan disabilitas. Sesuai namanya, kompetisi esports tersebut hanya bisa diikuti oleh tim-tim yang mendapat undangan. Menurut laporan The Esports Observer, ada enam tim yang terpilih untuk ikut serta dalam turnamen Rocket League 2v2 dengan sistem single-elimination tersebut.

Logitech akan kembali mengadakan turnamen esports untuk penyandang disabilitas.

Minggu lalu, Logitech mengungkap bahwa mereka akan kembali mengadakan turnamen tersebut. Hanya saja, kali ini, mereka juga akan membuat sedikit perubahan. Tahun ini, Logitech akan membuka pendaftaran turnamen ke umum di beberapa kawasan. Sama seperti sebelumnya, Logitech juga akan bekerja sama dengan AbleGamers, Adaptive Action Sports, dan Mount Sinai. Dan kompetisi tahun ini juga masih akan diselenggarakan oleh Beyond di platform turnamen Challonge.

University of Warwick Bakal Buat Pusat Esports Senilai £275 Ribu

University of Warwick mengumumkan rencana mereka untuk membuat pusat esports di kampus. Mereka siap untuk mengeluarkan £275 ribu demi membuat pusat esports tersebut. Diharapkan, keberadaan pusat esports itu akan “mendorong inovasi” dalam kampus. Memang, University of Warwick sendiri memang memiliki tim esports bernama Warwick Esports. Menurut laporan Esports Insider, University of Warwick akan bekerja sama dengan sejumlah rekan regional dan nasional, seperti Coventry & Warwickshire Local Enterprise Partnership (CWLEP), Create Central, dan West Midlands Combined Authority (WMCA).

Warwick University ingin buat pusat esports di kampus.

Fans Bisa Ikut Berkontribusi untuk Total Hadiah ALGS Championship

Minggu lalu, Electronic Arts mengungkap, para fans Apex Legends akan bisa ikut berkontribusi pada total hadiah dalam ALGS Championship dengan membeli item bundle dalam game. Pada awalnya, total hadiah turnamen tersebut adalah US$1 juta. Dengan kontribusi dari fans, angka itu bisa naik hingga US$3 juta.

Item bundle yang bisa dibeli oleh fans telah mulai dijual sejak 18 Mei 2021 lalu. Ada empat bundle yang bisa dibeli oleh para fans, yaitu “Mechameleon”, “Boared to Death”, “Wild Speed”, dan “Silverback”. EA akan menambahkan US$5 ke total hadiah ALGS Championship untuk setiap bundle yang dibeli. Sementara untuk setiap pembelian bundle “Animal Kingdom”, EA akan menambahkan US$20 ke total hadiah ALGS Championship, menurut laporan Esports Insider.

Komunitas the*gameHERs Buat Divisi Khusus Mahasiswi

Komunitas gaming asal Amerika Utara, the*gameHERs baru saja memperkenalkan divisi khusus perempuan di tingkat universitas, yang dinamai the*gameHERs Collegiate Division. Menurut Esports Insider, pendirian komunitas khusus perempuan itu didukung oleh Lenovo Esports, Stay Plugged In (SPIN), eFuse, Geniuses League dari Evil Geniuses, dan lain sebagainya. Komunitas itu dibuat dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa yang ingin membuat komunitas gaming di universitas mereka sehingga mereka bisa saling berkomunikasi dengan satu sama lain. Selain itu, komunitas itu juga menyediakan akses ke sejumlah hal penting, seperti informasi terkait turnamen serta liga esports, mentorship bagi mahasiswa yang tertarik meniti karir di dunia game dan esports, serta channel khusus di server Discord the*gameHERs.

Sasar Gamer Mobile, Logitech Luncurkan Earphone Logitech G333

Portofolio produk brand sebesar Logitech tentu mencakup banyak kategori sekaligus. Namun selama ini ternyata mereka cukup jarang menyentuh kategori earphone, dan itulah mengapa perangkat bernama Logitech G333 berikut ini pantas mencuri perhatian.

Logitech menyebutnya sebagai earphone gaming pertama mereka. Namun kalau kita telusuri, perangkat ini tampak identik seperti Logitech G333 VR yang dirilis bersamaan dengan virtual reality headset Oculus Quest 2. Namanya pun sama persis, namun hilangnya label “VR” pada namanya tentu menandakan target pasar yang lebih luas.

Lewat G333, Logitech pada dasarnya juga ingin menyasar kalangan gamer mobile. Ini bisa dilihat dari kelengkapan aksesori yang disertakan dalam paket penjualannya, yang rupanya juga meliputi sebuah adaptor USB-C untuk konektor 3,5 mm-nya. Jadi untuk konsumen yang smartphone-nya tidak dilengkapi headphone jack, mereka tetap bisa menggunakan G333 dengan bantuan adaptor tersebut.

Secara fisik, G333 datang membawa konstruksi aluminium beserta kabel pipih sepanjang 1,2 meter yang terbuat dari bahan karet TPE (thermoplastic elastomer) yang fleksibel. Pada kabel yang menyambung ke earpiece sebelah kanannya, ada remote control kecil untuk mengatur volume dan playback, sekaligus yang mengemas sebuah mikrofon terintegrasi. Bobotnya secara keseluruhan hanya 19 gram (tidak termasuk adaptor USB-C).

Masing-masing earpiece-nya ditenagai oleh dua dynamic driver berdiameter 5,8 mm dan 9,2 mm. Tiap unit driver ini punya tugas yang berbeda, satu untuk menghasilkan suara di frekuensi mid dan high, satu untuk frekuensi low alias bass. Seperti kebanyakan earphone yang dijual di pasaran, G333 juga hadir bersama tiga pasang eartip silikon dengan ukuran yang berbeda-beda (S, M, L).

Di Indonesia, Logitech G333 sekarang sudah dijual secara resmi dengan harga Rp629.000 dan tiga pilihan kombinasi warna: hitam dengan aksen biru, ungu dengan aksen kuning, dan putih dengan aksen ungu muda. Selain adaptor USB-C dan eartip cadangan, paket penjualannya juga mencakup sebuah carrying pouch.

Logitech G Merilis Mouse Gaming Wireless Pro X Superlight, Dibanderol Rp2.299.000

Logitech G telah mengumumkan mouse gaming wireless yang diklaim memiliki bobot paling ringan yang pernah ada, yaitu Logitech G Pro X Superlight. Berat mouse ini hanya 63 gram, hampir 25% lebih ringan dari pendahulunya (Pro Wireless).

Mouse ini dirancang oleh dan untuk gamer profesional eSports. Dengan desain mekanis yang sangat halus dan memiliki PTFE (Polytetrafluoroethylene) atau mouse feet di bagian bawah yang cukup besar dan tanpa aditif, agar gesekan menghasilkan presisi, kecepatan, dan kemampuan manuver yang tinggi.

Pro X Superlight Black & White

Lebih lanjut, Logitech G Pro X Superlight dilengkapi dengan teknologi nirkabel 2,4GHz lightspeed yang membuatnya lebih responsif untuk bermain tanpa kabel. Serta sensor Logitech G HERO 25K pada 25.600 DPI, sensor mouse level sub-mikron pertama di industri yang dapat secara akurat melacak pergerakan pada level sub-mikron – kira-kira 1/50 ketebalan rambut manusia tanpa mengorbankan tingkat akurasi.

Sensor HERO 25K menggunakan sistem manajemen daya pintar menyesuaikan frame rate berdasarkan gerakan mouse, untuk meminimalkan konsumsi daya. Bahkan pada DPI tinggi, HERO 25K bisa 10x lebih hemat daya daripada sensor Logitech G sebelumnya. Masa pakai baterai sendiri lebih lama hingga 70 jam.

Logitech G Pro X Superlight telah diuji di lapangan dan memainkan peran kunci dalam membantu tim ASTRALIS memenangkan Final ESL PRO League Season 12 dan tim G2 eSports dalam memenangkan “2020 League of Legends European Championship“.

PRO X Superlight_In-Situation2

Dengan PRO X SUPERLIGHT kami menggabungkan teknologi inovatif seperti lightspeed dan HERO 25K dengan desain yang super ringan. Diuji dan divalidasi oleh para atlet profesional eSports di seluruh dunia, Pro X Superlight adalah jawaban bagi para gamer yang mencari performa terbaik,” ujar Chris Pate, Portfolio Manager untuk Logitech G Pro Series.

Rencananya Logitech G Pro X Superlight akan mulai tersedia di Indonesia pada bulan Desember 2020 dengan harga Rp2.299.000 dan tersedia dalam dua warna yaitu hitam dan putih. Sementara versi terdahulu, yaitu Pro Wireless Mouse mengalami penurunan harga menjadi Rp1.990.000.

UE Fits Adalah TWS Unik yang Dapat Menyesuaikan Bentuknya dengan Kontur Telinga

Mencari TWS dengan fitting yang sempurna sangatlah sulit dilakukan karena memang bentuk telinga setiap orang berbeda-beda. Sebagian mungkin lebih cocok dengan yang dilengkapi eartip silikon, sebagian lain mungkin malah lebih nyaman dengan yang berbentuk earbud seperti AirPods.

Tidak sedikit juga produsen TWS yang menyertakan semacam sirip atau wingtip sehingga perangkat bisa lebih stabil di telinga dan tidak mudah terlepas selagi digunakan sambil beraktivitas. Namun kembali lagi, tidak semua orang cocok dengan desain seperti ini, dan itulah mengapa fitting selalu menjadi salah satu topik yang sangat penting ketika membahas mengenai TWS.

Di sinilah kemudian Ultimate Ears (UE) mencoba membuat gebrakan. Anak perusahaan Logitech tersebut baru saja memperkenalkan UE Fits, TWS unik yang menawarkan fitting custom untuk setiap konsumen. Istimewanya, konsumen sama sekali tidak perlu mengunjungi seorang audiolog untuk dibuatkan cetakan telinganya.

Sebagai gantinya, UE Fits memanfaatkan teknologi yang mereka juluki dengan istilah Lightform. Jadi setiap unit UE Fits datang membawa eartip berisi gel yang dapat mengikuti kontur telinga. Gel tersebut kemudian bakal mengeras setelah menerima pancaran sinar LED berwarna ungu. Setelah mengeras, bentuknya akan terus bertahan seperti itu (permanen), dan jadilah konsumen mendapatkan fitting custom tanpa campur tangan seorang audiolog.

UE bilang prosesnya hanya memerlukan waktu kurang dari 60 detik, dan reputasi UE selama inilah yang pada dasarnya jadi taruhan terkait seberapa efektif teknologi Lightform yang sudah mereka patenkan itu. Buat yang tidak tahu, UE memang sudah memproduksi custom in-ear monitor buat musisi-musisi tenar sejak tahun 1995, jauh sebelum mereka dikenal sebagai produsen speaker Bluetooth kenamaan seperti sekarang.

Karena bentuknya benar-benar pas dengan telinga masing-masing pengguna, UE Fits jelas sangat kapabel mengisolasi suara secara pasif. Buat yang memprioritaskan fitur active noise cancellation (ANC), sayangnya UE Fits bukan untuk Anda.

Masing-masing earpiece-nya mengemas driver 10 mm dan sepasang mikrofon. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini sanggup bertahan sampai 8 jam pemakaian, atau sampai 20 jam kalau dipadukan dengan charging case-nya. Proses charging-nya pun juga cepat; 10 menit charging sudah cukup untuk menenagai perangkat selama 1 jam penggunaan.

Rencananya, UE Fits bakal segera dipasarkan di Amerika Serikat seharga $249. Harga yang cukup lumayan untuk TWS yang tidak dilengkapi (ANC), tapi sekali lagi nilai jual yang ingin ditonjolkan di sini adalah fitting yang sempurna, yang semestinya jauh lebih esensial bagi sebagian besar konsumen.

Sumber: Logitech.

Mouse Gaming Wireless, Gimmick atau Penting?

Dengan kemajuan teknologi yang kian cepat, mouse gaming memang jadi kebutuhan pokok buat para gamer PC. Fitur dan teknologi yang disuguhkan oleh mouse gaming sudah begitu canggih dan sangat berguna untuk bermain game.

Meski begitu, memang tak semua fitur yang ditawarkan oleh peripheral gaming itu penting. Tak sedikit juga fitur yang jadi sekadar gimmick dari embel-embel produk gaming. RGB… Uhuk…

Gimmick di sini sebenarnya bukan berarti tidak ada fungsinya juga namun ia tak bisa dianggap krusial.

Di mouse gaming, muncul juga tren baru yang menyuguhkan koneksi nirkabel — alias wireless. Kali ini, kita akan mencari tahu apakah gaming mouse wireless itu gimmick atau memang krusial bagi para gamer.

Dari awal saya akan katakan bahwa koneksi nirkabel itu sebenarnya bisa jadi gimmick jika tidak didukung dengan teknologi lainnya atau dengan implementasi ala kadarnya. Lalu, fitur-fitur apa saja yang dapat membuat gaming mouse wireless jadi relevan untuk dibawa pulang? Mari kita bahas satu persatu.

 

Daya Tahan Baterai

Dengan menghilangkan kabel yang bisa digunakan untuk menghantarkan daya, mouse gaming wireless jadi harus menggunakan baterai sebagai suplai dayanya. Tanpa daya tahan baterai yang baik, percuma juga sebenarnya teknologi nirkabel yang diusung. Pasalnya, Anda jadi repot berulang kali mengisi daya ataupun jadi terpaksa lebih sering menggunakan kabel saat bermain.

Via: Logitech
Via: Logitech

Jika di laptop dan ponsel, daya tahan baterai ditentukan dari efisiensi daya jeroan-jeroannya, mouse wireless pun demikian. Namun berhubung mouse memang tak sekompleks ponsel ataupun laptop, sensor yang digunakan mouse tersebut menjadi penentu utama daya tahan baterainya.

Sensor HERO besutan Logitech, yang dikembangkan selama bertahun-tahun, misalnya mampu memberikan terobosan dalam hal rasio performa dan kebutuhan daya sehingga mampu menghasilkan generasi mouse gaming yang berperforma tinggi tanpa mengorbankan daya tahan baterai. HERO 25K menjanjikan sistem pengaturan daya yang cerdas terus menerus untuk mengatur frame rate berdasarkan pergerakan mouse untuk meminimalisir konsumsi daya. Bahkan di setting DPI tinggi, HERO 10x lebih efisien ketimbang sensor Logitech G generasi sebelumnya.

Via: Logitech
Via: Logitech

Logitech G903 Lightspeed, misalnya, yang sudah dibekali dengan sensor HERO 25K diklaim mampu menawarkan daya tahan baterai dari 140 jam (dengan lampu) sampai 180 jam (tanpa lampu). Saudaranya, G604 Lightspeed yang menyuguhkan dua jenis koneksi nirkabel, juga menjanjikan daya tahan baterai yang mengagumkan. Dengan mode Lightspeed, G604 diklaim mampu bertahan hingga 240 jam. Sedangkan dengan Bluetooth, ia bisa bertahan sampai 5,5 bulan.

 

Akurasi adalah Kunci

Selain daya tahan baterai, mouse gaming Anda juga tidak ada gunanya jika tak mampu menawarkan akurasi tingkat tinggi.

Faktanya, game-game kompetitif apapun genrenya membutuhkan akurasi yang mumpuni. FPS mungkin memang terlihat jelas butuh akurasi tinggi karena memang hidup dan mati akan sangat bergantung pada kemampuan aiming Anda. Namun MOBA di PC, seperti LoL dan Dota 2, juga sebenarnya butuh akurasi yang dapat diandalkan. Last-hit, juking, ataupun mengarahkan skillshot, semuanya butuh akurasi mouse dan kecepatan reflek Anda. Tanpa keduanya, Anda tak hanya akan kalah di banyak pertandingan tapi juga bahkan akan dimaki-maki rekan satu tim.

Battle Royale, yang sebenarnya bisa dibilang genre shooter, juga pasti butuh akurasi. Keberuntungan Anda saat looting dan mendapatkan rifle tak akan ada manfaatnya jika Anda tak bisa membidik dengan baik.

Berhubung artikel ini disponsori Logitech, jadi contohnya akan kembali menggunakan sensor HERO (wkwakakwkwa… ). Sensor HERO 25K menyuguhkan maksimum tracking speed 400+ IPS, 25600 DPI, dan 0 smoothing/acceleration.

Menurut Logitech, dengan 25600 DPI, inilah sensor pertama di level sub-micron — terobosan yang sebelumnya hanya ada di perangkat medical imaging. Upgrade ini juga merefleksikan potensi yang sesungguhnya dari arsitektur HERO dan performa sensornya. Dengan spesifikasi tadi, sensor ini dapat memberikan akurasi tertinggi tanpa menggunakan smoothing ataupun manipulasi pergerakan apapun.

Mungkin ada dari Anda yang akan mengatakan bahwa sensitivitas mouse itu juga tak perlu setinggi langit. Saya juga setuju sebenarnya. Spesifikasi angka sensitivitas itu memang tak bisa serta merta dijadikan tolak ukur baik atau buruk — tak seperti spek lain macam kecepatan prosesor, kapasitas storage, ataupun bandwith jaringan.

Namun begitu, semakin tinggi sensitivitas semakin banyak pula opsi yang Anda miliki di berbagai kondisi. Misalnya, saya sendiri menggunakan mouse di 5050 DPI dengan setting pointer speed rendah di Mouse Properties bawaan Windows — saat sedang tidak bermain game karena saya menggunakan 2 monitor beresolusi 1920×1080.

Via: Logitech
Screenshot Pointer Speed

Di beberapa game, saya juga mengeset tingkat sensitivitas sampai mentok kiri alias paling rendah karena tidak sedikit game yang memberikan mouse acceleration/smoothing secara otomatis. Dengan batasan DPI yang tinggi, saya bisa lebih bebas mengatur sensitivitas — bisa lewat Windows, in-game, ataupun lewat setting mouse-nya.

Dengan batasan DPI yang tinggi, Anda juga mungkin tak perlu khawatir saat ingin mengupgrade monitor ke resolusi yang lebih tinggi — apalagi mengingat dari mulai kelas menengah ke atas seri RTX 3000 ditujukan untuk bermain game di resolusi di atas 1080p.

Selain itu, mouse nirkabel juga sebenarnya bisa berguna untuk kebutuhan akurasi. Kenapa? Karena Anda tak perlu lagi berurusan dengan kabel yang bisa jadi mengganggu pergerakan tangan. Anda memang bisa menggunakan mouse bungee sebagai solusi manajemen kabel mouse namun Anda berarti harus membeli perangkat baru lagi.

Jika Anda bermain game di laptop, tentunya mouse nirkabel juga lebih krusial. Selain akan menghilangkan masalah kaki tersandung karena kabel mouse yang menjuntai, Anda juga tak perlu ruang lebih untuk menaruh mouse bungee.

 

Kecepatan Respon Nirkabel

Kecepatan respon dari mouse nirkabel yang dianggap lebih rendah mungkin memang jadi salah satu alasan kenapa sebagian besar gamer masih lebih memilih mouse gaming dengan kabel. Namun, semua mouse gaming dari Logitech juga dilengkapi dengan teknologi Lightspeed.

Logitech bahkan mengatakan kecepatan data transfer mouse wireless mereka juga bisa mengalahkan kecepatan data transfer menggunakan kabel. Para pemain esports profesional papan atas seperti Shox (CS:GO) ataupun Bjergsen (LoL) juga diklaim menggunakan mouse wireless Logitech setiap hari dan di setiap turnamen.

Berbicara soal pemain papan atas, belakangan Shroud, pro player yang berubah jadi streamer juga bekerja sama dengan Logitech dan menggunakan mouse Logitech. Buat yang belum tahu, untuk ukuran seorang streamer, Shroud punya skill aiming yang jauuuuuh di atas dibanding streamer lainnya (karena memang ia sebelumnya bintang CS:GO dari Cloud9).

 

Bodi dan Fisik

Terakhir, aspek yang tak kalah penting adalah soal bodi dan fisik mouse.

Faktanya, ukuran tangan manusia itu berbeda-beda. Ada yang bertangan kecil, sedang, ataupun besar. Kebiasaan kita menggenggam mouse juga berbeda-beda.

Ada gamer yang suka dengan mouse ambidextrous tapi ada juga yang suka dengan mouse ergonomis. Ada yang suka mouse berat tapi ada juga yang lebih suka ringan.

Via: Logitech
Via: Logitech

Secanggih apapun mouse, kabel ataupun nirkabel, kenyamanan merupakan faktor penting juga yang akan berpengaruh pada kemampuan aiming.

Maka dari itu, Logitech juga menawarkan berbagai bentuk dan ukuran mouse. Jika Anda lebih suka yang ambidextrous, ada Logitech Pro Wireless dan Logitech G903 Lightspeed. Dari keduanya, anda juga bisa memilih bentuk seperti apa yang lebih cocok dengan selera dan kebutuhan. Jika Anda lebih suka mouse dengan lebih banyak tombol, G903 Lightspeed lebih cocok untuk Anda. Sebaliknya, jika Anda ingin mouse yang bentuknya lebih sederhana dengan tombol lebih sedikit, Logitech Pro Wireless yang bisa Anda pinang.

Via: Logitech
Via: Logitech

Di sisi lain, Logitech G703 juga menawarkan pemberat tambahan bagi Anda yang lebih peduli dengan bobot mouse. Buat Anda yang lebih suka banyak tombol, ada juga G604 Lightspeed yang ditujukan untuk gamer MOBA, MMO, dan Battle Royal dengan menyuguhkan 15 programmable button.

 

Penutup

Jika kita kembali ke pertanyaan utama kita apakah mouse gaming wireless itu gimmick atau tidak, jawabannya tergantung juga dari fitur dan teknologi mouse tersebut.

Terakhir, mengukur performa mobil itu tidak hanya dari kecepatan maksimalnya saja. Akselerasi dari 0-100, kemampuan berbelok di tikungan tajam, kenyamanan berkendara, kendali di jalan, torsi, daya tarik, ataupun efisiensi bahan bakar juga penting untuk dipertimbangkan. Jadi, untuk mengukur performa sebuah sensor mouse gaming itu juga dilihat dari soal presisi, akurasi, efisiensi, filtering, smoothing, ataupun akselerasi.

Disclosure: Artikel ini disponsori oleh Logitech Indonesia

Logitech MX Anywhere 3 Warisi Scroll Wheel Inovatif Milik MX Master 3

Logitech punya mouse wireless baru: MX Anywhere 3. Sesuai namanya, ia merupakan penerus langsung dari MX Anywhere 2S yang dirilis tiga tahun lalu, dan bersamanya datang sejumlah pembaruan yang cukup signifikan.

Pembaruan yang paling utama bisa kita dapati pada scroll wheel-nya, yang kini sepenuhnya terbuat dari bahan stainless steel, sama persis seperti milik MX Master 3. Kebetulan sistem elektromagnetis yang menyokongnya pun sama, yang berarti scroll wheel milik MX Anywhere 3 juga dapat berganti mode secara otomatis antara bergerigi atau bergulir tanpa henti, menyesuaikan dengan seberapa cepat jari pengguna mengoperasikannya.

Logitech tidak lupa menekankan bahwa scroll wheel ini juga sangat senyap. Satu hal yang mungkin bisa dilihat sebagai downgrade adalah, scroll wheel-nya tak lagi bisa diklik ke kiri atau kanan (tilt); kemungkinan besar karena harus menyediakan ruang yang lebih luas untuk sistem elektromagnetisnya.

Dari segi kinerja, MX Anywhere 3 tidak menawarkan perubahan mengingat sensor yang digunakan masih sama, yang memiliki sensitivitas maksimum 4.000 DPI dan dapat beroperasi di hampir segala permukaan, termasuk halnya kaca. Daya tahan baterainya juga masih sama, sampai 70 jam pemakaian dalam sekali charge.

Yang berbeda adalah konektornya, yang sekarang sudah berganti menjadi USB-C. Bukan cuma lebih praktis, USB-C turut menghadirkan peningkatan kecepatan pengisian daya yang amat drastis. Menurut Logitech, MX Anywhere 3 sudah bisa beroperasi sampai 3 jam meski baru dicolok selama 1 menit, dan perangkat tetap bisa digunakan selagi tersambung kabel.

Bicara soal sambungan, MX Anywhere 3 bisa dihubungkan ke tiga perangkat yang berbeda sekaligus; dua via Bluetooth, satu via dongle USB. Secara fisik, MX Anywhere 3 tetap mempertahankan desain ambidextrous milik pendahulunya, namun kini dengan lapisan karet bertekstur di samping kiri dan kanan sehingga bisa terasa lebih mantap saat digenggam. Dimensinya pun tidak banyak berubah, dan bobotnya tetap sangat ringan di angka 99 gram.

Logitech MX Anywhere 3 saat ini telah dipasarkan seharga $80. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, putih, dan pink. Logitech juga menawarkan varian khusus yang lebih dioptimalkan untuk platform macOS dan iPadOS.

Sumber: Logitech.

Logitech Luncurkan Program Pelatihan Esport Bertajuk Playmaster

Meski sudah berkecimpung cukup lama di industri esport, Logitech rupanya masih ingin membentangkan sayapnya lebih lebar lagi. Baru-baru ini, mereka meluncurkan Playmaster, sebuah program pelatihan esport yang dirancang untuk membantu pemain menilai sekaligus meningkatkan kemampuannya di beberapa game kompetitif.

Di awal peluncuran dan fase beta Playmaster, game yang didukung sejauh ini baru CS:GO. Logitech cukup yakin mereka yang mengikuti program ini bisa meningkatkan teknik tracking, perceiving, spraying, peeking, maupun flicking mereka dalam game.

Keyakinan mereka didasari oleh riset selama empat tahun yang mereka lakukan bersama sejumlah pemain kelas dunia dan beberapa universitas ternama, termasuk halnya Lero Esports Science Research Lab di University of Limerick. Kurikulum yang mereka siapkan ditujukan untuk mengidentifikasi komponen-komponen penting yang pengaruhnya paling signifikan terhadap gameplay.

Bagaimana cara kerja Playmaster? Pertama-tama, pemain akan mengikuti kuis berdurasi sekitar 30 menit untuk memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam bermain, serta membandingkan performanya dengan rata-rata yang dicatatkan para pengguna lain, atau malah dengan pemain-pemain terbaik di kancah internasional.

Sesudahnya, Playmaster akan menyuguhkan kurikulum yang spesifik dan benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pemain. Kalau memang kekurangan terbesar pemain adalah terkait mendeteksi musuh atau memanajemen recoil, maka materi pelatihannya akan lebih banyak difokuskan pada area tersebut.

Logitech Playmaster

Selama mengikuti program, kita tentu bisa memonitor progres masing-masing secara cukup merinci. Logitech percaya Playmaster bisa memberikan dampak positif terhadap pemain dari segala tingkatan, baik yang masih masuk kategori amatir maupun yang sudah berkarier secara profesional.

Playmaster saat ini sudah bisa diakses secara gratis dengan mendaftarkan akun di situsnya. Logitech belum bilang kapan program untuk game lainnya bakal tersedia, tapi kalau boleh menebak, kemungkinan program berikutnya ditujukan buat para pemain Dota 2 atau League of Legends.

Sejauh ini juga belum ada indikasi apakah ke depannya Logitech bakal memonetisasikan Playmaster. Bisa jadi nantinya Playmaster bakal dijadikan layanan berlangganan seperti GamerzClass, tapi mungkin sekarang masih terlalu dini untuk itu.

Kalaupun Anda tidak berminat mengikuti program pelatihannya sampai habis, tidak ada salahnya mencoba Playmaster hanya untuk melihat sejauh apa skill bermain CS:GO Anda jika dibandingkan dengan pemain-pemain lain di luar sana.

Sumber: Logitech.

Logitech Luncurkan G733 Gaming Headset Beserta Seri G Color Collection yang Menyegarkan

Memang ada banyak faktor dalam memilih gaming gear. Menurut beberapa sosok esports Indonesia, yang sempat membahas ini bersama tim redaksi Hybrid, teknologi dan kenyamanan mungkin adalah dua terpenting di dalam sebuah gaming gear. Namun selain dua hal tersebut, bentuk dan tampilan sepertinya juga jadi hal lain yang tak kalah penting.

Melihat adanya kebutuhan akan gaming gear yang tampil gaya, Logitech mencoba menjawab hal tersebut lewat koleksi baru yang disebut sebagai Logitech G Color Collection. Koleksi ini menampilkan G733 Lightspeed Wireless Gaming Headset sebagai daya tarik utama, yang dilengkapi dengan G203 dan G305 Gaming Mice, serta G915 TKL Gaming Keyboard.

Selain G733 Lightspeed Wireless Gaming headset, produk lain yang masuk dalam lini tersebut mungkin bukan yang terbaru. Tapi dengan polesan warna baru yang mencolok, beberapa seri lama tersebut seakan menjadi segar kembali. Mengutip rilis dari blog Logitech, ada 4 pilihan warna dalam Logitech G Color Collection, White, Blue, Lilac Purple, dan Black. Bukan cuma warna yang menjadi daya tarik utama dari koleksi ini, kustomisasi juga menjadi hal lain yang ditonjolkan, terutama untuk headset G733.

Selain warna koleksi ini yang cerah dan mencolok, G733 dalam Logitech G Color Collection juga dapat dikustomisasi, sehingga Anda bisa tampil beda, terutama bagi para game streamer yang ingin tampil mencolok di hadapan para penonton. Bagian yang bisa dikustomisasi termasuk head band straps, dan juga mic covers.

Pada versi Logitech G Color Collection, Anda bisa mengganti warna head band dari headset G733. Jadi, walaupun Anda menggunakan headset berwarna hitam, tali head band masih bisa dikustomisasi dengan warna lain. Head band straps untuk G733 hadir dengan 5 pilihan warna dan pola, yaitu Black Glitch, Purple Glitch, Lime Glitch, Mint Glitch, dan Orange Vector.

Sumber: Logitech Official
Sumber: Logitech Official

Mic cover juga jadi gimmick penampilan lain yang tak kalah menarik, dan tentunya mencolok. Headset, baik gaming atau tidak, biasanya hanya menggunakan busa berbentuk bulat hitam untuk menyaring suara di bagian mic. Logitech G Color Collection, menghadirkan koleksi mic cover tambahan yang penampilannya mungkin bisa membuat orang yang melihatnya jadi tergelitik. Mic cover Logitech G Color Collection tak cuma punya variasi warna, tapi juga variasi bentuk, mulai dari gestur jempol ‘like’, bintang, kumis, hati, sampai bibir bergincu.

Mengutip Kompas.com, G733 Lightspeed akan dibanderol seharga 2,4 juta rupiah, dan akan tersedia mulai 7 September 2020 mendatang di Indonesia. Bagi Anda yang merasa bosan dengan peripheral yang warnanya begitu-gitu saja, G733 Lightspeed, dan seri Logitech G Color Collection mungkin bisa masuk ke dalam daftar belanja Anda nantinya.

Logitech G923 Siap Sajikan Pengalaman Sim Racing yang Lebih Realistis dari Sebelumnya

Penggemar sejati game balap tentu paham mengapa gamepad saja tidak cukup untuk memenuhi hasrat kebut-kebutan virtual mereka. Dalam menekuni hobi sim racing, mereka biasanya memulai dengan membeli racing wheel beserta pedalnya, dan sering kali pilihannya jatuh pada bikinan Logitech (atau Thrustmaster).

Logitech sendiri baru saja meluncurkan racing wheel dan pedal baru, yakni G923. Secara fisik, bagian setir maupun pedalnya kelihatan identik dengan Logitech G29 maupun G920 dari beberapa tahun sebelumnya. Tentu saja G923 hadir dalam dua versi yang berbeda; satu untuk Xbox, satu untuk PlayStation, tapi keduanya sama-sama bisa digunakan di PC.

Yang baru dari G923 justru tersembunyi di dalam, yakni sistem force feedback generasi anyar yang Logitech juluki dengan istilah “TrueForce”. Secara garis besar, TrueForce dirancang untuk menyajikan sensasi yang lebih realistis sekaligus pengalaman keseluruhan yang lebih immersive.

Dibandingkan dengan sistem generasi sebelumnya, yang Logitech bilang tidak bisa berbuat banyak karena harus terbatasi oleh kapabilitas USB generasi lawas beserta prosesor single-core, TrueForce membawa banyak perubahan. Yang paling utama adalah kemampuannya untuk mengakses langsung physics engine sekaligus audio engine milik masing-masing game balap, melakukan kalkulasi secara real-time hingga sebanyak 4.000 kali per detik, sebelum akhirnya diterjemahkan menjadi feedback yang realistis.

Singkat cerita, G923 bukan sekadar bergetar atau diam begitu saja. Dari getaran halus yang ditimbulkan oleh mesin, sampai sensasi ban mobil yang kehilangan cengkeramannya, semuanya bisa dirasakan oleh para pengguna G923. Logitech bahkan tidak segan menyamakan perpindahan dari teknologi force feedback lama ke TrueForce seperti beralih dari TV lawas ke TV beresolusi HD.

Berhubung TrueForce berhubungan langsung dengan engine game, itu berarti setiap game harus di-update terlebih dulu oleh masing-masing pengembangnya agar kompatibel. Sejauh ini, game yang sudah siap memanfaatkan TrueForce adalah GRID, Assetto Corsa Competizione, dan Gran Turismo Sport. Judul lain seperti iRacing, F1 2020, dan Dirt Rally 2.0 baru akan menyusul pada bulan September.

Di Amerika Serikat, Logitech G923 saat ini telah dipasarkan seharga $400, cukup terjangkau bila dibandingkan dengan racing wheel bikinan brand seperti Fanatec atau AccuForce.

Sumber: Logitech dan The Verge.