Laowa 85mm F5.6 2x Ultra Macro APO Adalah Lensa Full Frame Macro 2x Terkecil di Dunia

Ketika lockdown di awal pandemi, saya memutuskan untuk mencoba memotret macro untuk menyalurkan hobi fotografi. Selama satu tahun penuh, saya memotret berbagai objek dari serangga, bunga dan tumbuhan, abstrak, hingga konsep foto dengan benda-benda kecil.

Namun saya kepincut ingin mencoba lensa bokeh master dengan aperture besar F0.95, jadi saya tukar tambah dengan lensa macro-nya. Saya memang punya niat untuk upgrade lensa macro tersebut dengan versi yang lebih baik di masa depan.

Selama menggeluti fotografi macro, ada beberapa catatan yang menurut saya penting. Mulai dari alat tempur yang efisien, pilih lensa macro dan bodi kamera mirrorless yang ringkas tetapi punya grip yang cukup nyaman. Karena kita akan membutuhkan bantuan flash eksternal yang dipasang di atas kamera.

Bicara soal lensa macro, Venus Optics adalah pabrikan lensa pihak ketiga yang menawarkan koleksi lensa macro yang cukup lengkap. Baik dari pilihan focal lenght, berbagai ukuran sensor dari Micro Four Thirds (MFT), APS-C, dan full frame, serta tersedia di sistem kamera yang berbeda-beda.

Yang terbaru, Venus Optics telah mengumumkan Laowa 85mm F5.6 2x Ultra Macro APO, lensa macro 2x yang diklaim terkecil di dunia untuk sistem kamera mirrorless full frame. Lensa tersebut berdiameter hanya 53 mm, panjang 81 mm, dan beratnya 259 gram.

Dari segi optik, Laowa 85mm F5.6 2x Ultra Macro APO dibuat dari 13 elemen dalam 9 grup, termasuk tiga elemen extra-low dispersion. Ia menggunakan desain apochromatic (APO) untuk meminimalkan chromatic aberration.

Lensa macro ini memiliki jarak pemfokusan minimum 16,3 cm, memiliki rasio pembesaran 2x, dan menggunakan mekanisme pemfokusan internal sehingga laras depan lensa tidak akan memanjang saat mencari fokus.

Dengan focal length 85mm, artinya kita harus cukup dekat saat memotret foto macro ekstrem seperti serangga. Meski banyak lensa macro tiba dengan aperture F2.8, faktanya untuk mendapatkan depth-of-field-nya yang cukup setidaknya butuh aperture F5.6 ke atas. Di sini alasan kenapa flash eskternal dibutuhkan, untuk menjaga shutter speed agar tidak terlalu rendah.

Selain ukuran lensa yang ringkas, bagian paling menarik ialah harganya. Lensa full frame biasanya dipatok cukup mahal, tetapi harga Laowa 85mm F5.6 2x Ultra Macro APO cukup terjangkau yakni US$449 atau sekitar Rp6,4 jutaan untuk versi Canon RF, Nikon Z, dan Sony E-mount, serta US$499 (Rp7,1 jutaan) untuk versi Leica M.

Sumber: DPreview

Lensa Wide Angle atau Makro? Yang Perlu Diketahui Sebelum Membeli Lensa Laowa

Bicara soal lensa Laowa dari Venus Optics, namanya dikenal luas di kalangan fotografer landscape dan makro sebagai pembuat lensa wide angle atau sudut lebar dan makro yang berkualitas. Dilihat dari portofolio produknya, sangat jelas Venus Optics tidak menargetkan fotografer di level pemula melainkan enthusiast dan profesional.

Sebab lensa-lensa Laowa tidak memiliki fitur autofocus, kontrol fokus dilakukan secara manual. Lalu, meski merupakan produsen lensa pihak ketiga dan berasal dari Tiongkok, harga lensa Laowa tidaklah murah. Namun kualitas optiknya sangat baik, build quality lensanya solid terbuat dari logam, ukurannya compact, dan tetap relatif lebih terjangkau bila dibanding lensa dari pihak pertama.

Tiga fokus utama Venus Optics ialah merancang lensa untuk keperluan landscape, makro, dan cinema. Mereka membuat untuk sistem kamera mirrorless maupun DSLR, untuk berbagai sensor meliputi Micro Four Thirds (MFT), APS-C, full frame, medium format, serta dengan dukungan mounting berbeda termasuk Sony E-Mount, Fujifilm X-Mount, Canon RF, Nikon Z, dan juga L-Mount.

Lantas, apa keunggulan lensa Laowa besutan Venus Optics ini?

Lensa Wide Angle Minim Distorsi

Laowa 15mm F4.5 Zero-D Shift
Laowa 15mm F4.5 Zero-D Shift

Salah satu tantangan memotret dengan lensa wide angle ialah timbulnya efek distorsi perpekstif yang membuat foto terlihat kurang proporsional. Namun sebagai spesialis pembuat lensa sudut lebar, Venus Optics memiliki teknologi khusus untuk meminimalkan distorsi yang disebut Zero-Distortion.

Lini lensa Zero-D Laowa dapat menghasilkan foto sudut lebar yang lebih natural. Beberapa lensa Laowa terbaru dengan teknologi tersebut antara lain Laowa 10mm F2 Zero-D MFT yang menawarkan focal length setara 20mm di full frame, Laowa 15mm F4.5 Zero-D Shift (full frame), dan Laowa 14mm F4 FF RL Zero-D (full frame).

Karakteristik lain lensa wide angle ialah mampu menciptakan efek kelainan bentuk yang menarik apabila memotret dari jarak dekat, yang dapat dimanfaatkan untuk menonjolkan bentuk subjek atau menambah kedalaman foto landscape. Kuncinya perhatian posisi dan sudut pemotretan, karena sedikit pergeseran dapat mengubah perspektif foto.

Lensa Macro dengan Rasio Pembesaran Maksimum 2:1

Laowa 65mm F2.8 2x Ultra Macro APO
Laowa 65mm F2.8 2x Ultra Macro APO

Kepiawaian Venus Optics dalam membuat lensa makro juga tak perlu diragukan lagi. Definisi klasik lensa makro adalah lensa harus mempunyai rasio pembesaran maksimum setidaknya 1:1, namun lensa Laowa menawarkan rasio reproduksi 2x lipat.

Artinya subjek dapat direproduksi dalam ukuran 2x lebih besar pada sensor gambar kamera, misalnya memotret objek 10mm dapat diproyeksikan ke dalam sensor sebagai foto 20mm. Beberapa lensa terbarunya antara lain Laowa 50mm F2.8 2X Ultra Macro APO untuk MFT, Laowa 65mm F2.8 2x Ultra Macro APO untuk APS-C, dan Laowa 100mm F2.8 2X Ultra Macro APO untuk full frame.

Semakin panjang focal length, kita akan mendapatkan jarak kerja yang lebih jauh sehingga tidak perlu sangat dekat dengan objek. Namun yang unik, Venus Optics juga menawarkan lensa makro sudut lebar seperti Laowa 24mm F14 2x Macro Probe, Laowa 25mm F2.8 2.5-5X Ultra Macro, dan Laowa 15mm F4 1:1 Macro.

Lensa makro sudut lebar memberikan kedalaman bidang yang relatif lebih dalam, lebih mudah mendapatkan ketajaman yang merata. Adapaun tantangan memotret dengan lensa makro ialah pada saat digunakan pada jarak pendek, lensa memiliki kedalaman bidang sempit. Artinya, harus difokuskan dengan sangat hati-hati untuk mendapatkan detail yang diinginkan.

NiSi Umumkan Macro Focusing Rail Untuk Focus Stacking yang Lebih Presisi

Dalam fotografi macro, lensa macro dengan focal length panjang seperti 100mm atau lebih. Lebih nyaman saat digunakan karena bisa menjaga jarak atau tidak harus terlalu dekat dengan objek.

Meski begitu makin panjang focal length, depth of field atau area yang fokus menjadi lebih sempit. Ditambah lagi bila menggunakan nilai aperture yang besar dan jarak pemotretannya dekat. Solusi untuk mendapatkan bidikan macro yang detail, salah satunya bisa menggunakan teknik focus stacking.

Caranya dengan mengambil beberapa bidikan, masing-masing dengan titik fokus yang berbeda dan kemudian menggunakan aplikasi edit foto misalnya Photoshop untuk menggabungkannya. Proses pengambilan gambarnya ini susah-susah gampang dan perlu alat tambahan seperti Macro Focusing Rail.

NiSi (2)

Kabar baiknya, pembuat lensa cinema dan filter – NiSi merilis Macro Focusing Rail NM180. Harganya cukup kompetitif yaitu US$130 atau sekitar Rp1,8 juta dan menawarkan banyak fitur yang memberikan banyak kontrol untuk pemotretan macro termasuk focus stacking yang lebih presisi.

NiSi (1) NiSi (7) NiSi (6)

Macro Focusing Rail NM180 punya rel sepanjang 180mm dan 160mm yang bisa digunakan untuk memudahkan kita mendapatkan fokus yang tepat dengan menggerakan kamera ke depan atau belakang. Berguna juga bila Anda menggunakan lensa telephoto yang panjang. Untuk memudahkan mengatur komposisi, kepalanya bisa diputar 360 derajat.

NiSi (5) NiSi (4) NiSi (3)

Kontruksi body-nya sendiri terbuat dari material berkualitas yaitu CNC machined aluminum dan memiliki quick release clamp dengan plate bawaan yang kompatibel dengan tipe Arca. Bagian bawahnya terdapat lubang sekrup 3/8 inci dan ¼ inci sehingga bisa langsung ditempatkan ke tripod. Bisa juga berdiri sendiri, karena dilengkapi dengan kaki yang bisa di lepas pasang.

Semoga saja, NiSi bisa membawa Macro Focusing Rail NM180 ke Indonesia. Aksesori ini memang dibutuhkan oleh fotografer macro, terutama yang menggunakan lensa macro manual.

Sumber: Petapixel

Perlengkapan Untuk Memulai Macro Still Life Photography

Buat yang hobi fotografi tak melulu harus street hunting atau traveling, apalagi kondisi saat ini sedang pandemi covid-19. Di rumah atau sekitar rumah, kita tetap dapat memotret misalnya foto macro atau macro still life. Pertanyaannya perlengkapan macro apa saja yang dibutuhkan untuk menggeluti dunia macro photography?

1. Lensa Macro

Sony-FE-90mm-F2.8-Macro-G-OSS

Mari mulai dari lensa macro, tiap sistem kamera punya andalan lensa macro yang berbeda. Sebagai contoh Sony punya Sony FE 90mm F2.8 Macro G OSS, Fujifilm dengan Fujifilm XF 80mm F2.8 R LM OIS WR Macro, dan lainnya termasuk lensa macro buatan pihak ketiga. Bagi pengguna kamera mirrorless Sony, saya merekomendasikan lima lensa macro ini.

Hal yang perlu diperhatikan adalah focal length dan harus memiliki rasio perbesaran setidaknya 1:1. Untuk foto still life, 30 atau 50mm masih cukup memadai. Namun untuk foto macro seperti binatang-binatang kecil atau serangga maka sebaiknya memilih focal length di atas 50mm.

Semakin panjang focal length, artinya kita tidak perlu terlalu dekat dengan objek foto. Namun ketajaman/fokus pada foto yang dihasilkan semakin sempit, sehingga perlu menggunakan aperture lebih kecil misalnya F5.6-F8 yang artinya bakal butuh lebih banyak cahaya.

2. Flash Eksternal

Godox-V350s

Penggunaan rentang aperture F5.6-F8 lebih kecil dan rasio pembesaran 1:1 membuat cahaya yang masuk ke sensor berkurang drastis. Sebagai informasi, saya menggunakan kombinasi Sony A6400 dan 7Artisans 60mm F2.8 Macro, bahkan saat matahari bersinar terang saya tetap perlu menggunakan ISO cukup tinggi antara 800-1600. Saya tidak bisa menggunakan shutter speed terlalu rendah karena lensa 7Artisans tidak mendukung SteadyShot.

Maka peran flash eksternal memang sangat dibutuhkan. Sebab macro berkaitan erat dengan detail dan untuk mendapatkan detail yang ideal perlu bantuan cahaya tambahan. Namun bagi yang belum punya flash eksternal, bisa menggunakan flash internal dengan diffuser buatan seperti tisu untuk memperlembut cahaya.

3. Tripod + Macro Focus Rail Slider

Macro-Focus-Rail-Slider

Tripod sangat membantu untuk foto macro atau macro still life, namun jangan bergantung sepenuhnya dengan tripod. Sebab, kita juga harus bereksperimen memotret dengan berbagai sudut dan angle yang berbeda.

Saat menggunakan tripod, kadang kita perlu maju dan mundurkan tripod untuk mendapatkan fokus yang tepat. Hal tersebut tentu sangat merepotkan, solusinya kita bisa menggunakan aksesori tambahan bernama macro focus rail slider, jadi tak perlu menggeser tripod.

4. Bikin Studio Mini + Background 

Studio-Mini

Foto macro still life di rumah juga sangat menantang, still life sendiri objek yang difoto adalah benda mati atau tidak bergerak. Di mana kita bisa membuat konsep, mengatur posisi objek sedemikian rupa, menetapkan background, hingga pencahayaannya secara bebas.

Nah kita juga bisa membuat studio mini sederhana sendiri, misalnya dari kardus bekas. Tutorialnya bisa ditemukan di internet atau membeli studio mini yang sudah jadi pun harganya relatif terjangkau. Lalu, bisa menggunakan kertas A4 sebagai background.

Objeknya sendiri sangat banyak, kalau saya membuat ilustrasi yang masih berhubungan dengan gadget. Namun, saya juga sedang mencoba foto berbagai bahan makanan, cemilan, dan banyak lagi. Itu dia perlengkapan macro yang dibutuhkan dan tetaplah berkarya.

5 Jenis Lensa Kamera di Smartphone, Wide Angle Sampai Telephoto

Saat tren smartphone dengan konfigurasi dual camera muncul ke permukaan, kebanyakan lensa sekunder digunakan untuk menghasilkan kedalaman ruang. Ya, foto portrait dengan efek bokeh ala menggunakan kamera DSLR atau mirrorless dengan lensa ber-aperture besar.

Walaupun hasilnya dulu bisa dibilang mengerikan, maksud saya tidak rapi terutama di sekitar pinggiran subjek tapi bagi saya saat itu sudah sangat mengesankan. Lalu, tak lama lensa wide angle tiba di smartphone, meskipun punya karakteristik efek distorsi yang agak berlebihan.

Bagaimana sekarang? Saat ini kebanyakan smartphone telah dilengkapi dengan dukungan multi kamera dengan berbagai lensa yang berbeda. Mari bahas satu per satu lensa kamera di smartphone.

1. Lensa Wide Standar

Samsung-Galaxy-A71
Samsung Galaxy A71 punya kamera utama 64MP dengan sensor Samsung ISOCELL GW1

Opsi untuk mendapatkan foto dengan kualitas terbaik tentunya melalui kamera utama yang menggunakan lensa wide standar. Karena ukuran sensor gambarnya dan ukuran per pikselnya lebih besar dari kamera sekunder.

Kebanyakan di dominasi sensor besutan Samsung atau Sony beresolusi 48MP dengan teknologi Quad Bayer. Hasil foto optimalnya adalah 12MP dengan piksel 1.6µm atau 48MP jika semua piksel digunakan dengan per piksel 0.8µm. Lalu, ada sensor Samsung dengan resolusi 64MP hingga 108MP, untuk mengetahui lebih lengkap saya sudah membahasnya di artikel berikut; 3 sensor kamera utama di smartphone.

2. Lensa Wide Angle

ASUS-Zenfone-6
ASUS Zenfone 6 memiliki kamera 13MP dengan lensa ultra wide angle

Fasilitas mode wide angle atau ultra wide angle ini sudah banyak ditemukan di smartphone kelas menengah ke atas. Lensa ini memang banyak manfaatnya, tapi penggunaannya juga cukup menantang.

Kita bisa memasukkan lebih banyak elemen atau orang dalam satu frame. Memuat lebih banyak informasi untuk menyampaikan cerita, dan tentunya sangat ideal untuk memotret foto landscape dan foto arsitektur.

Nah tantangan utama mode wide angle di smartphone adalah efek distorsi, di sini kita dipaksa untuk lebih kreatif dalam menempatkan sudut pandang dan mengatur ulang komposisi. Namun jangan sampai memasukkan elemen lebih banyak daripada yang dibutuhkan yang membuat subjek utama terlihat kurang menonjol.

Resolusi dari kamera dengan lensa wide angle yang ada di smartphone ini cukup beragam. Dari sebatas 5MP, 8MP, 12 atau 13MP, hingga 40MP seperti yang terdapat pada Huawei Mate 30 Pro. Bagi yang mencari kualitas, maka sebaiknya pilih smartphone di kelas flagship.

3. Depth Sensor

Vivo-S1-Pro
Vivo S1 Pro mengusung kamera 2MP sebagai depth sensor

Sekarang untuk mendapatkan foto dengan efek bokeh yang cukup rapi terbilang mudah. Hampir semua smartphone dengan multi kamera menawarkan kamera sekunder dengan lensa khusus ini sebagai depth sensor.

Meski resolusinya hanya sebatas 2MP atau 5MP saja, namun dukungan kecerdasan buatan membuat hasilnya jauh lebih baik. Bahkan, kita bisa mengatur intensitas bokehnya saat mengambil foto dan sesudahnya memotret. Serta, dilengkapi dengan sejumlah efek ala pencahayaan studio.

4. Lensa Telephoto

OPPO-Reno-10x-Zoom
OPPO Reno 10x Zoom punya kamera Periscope 13 MP dengan kemampuan 10x hybrid zoom

Belakangan ini kamera dengan lensa telephoto banyak tertanam pada perangkat flagship. Lensa khusus ini menyuguhkan kemampuan pembesaran dari optical zoom sebanyak 2x, 3x, dan 5x hingga hybrid zoom 10x bahkan digital zoom sampai 50x dan 100x.

Kedengarannya mengesankan bukan? Namun, sebaiknya hindari penggunaan digital zoom karena akan mengurangi kualitas foto secara signifikan. Cukup gunakan fasilitas optical zoom yang disediakan 2x atau 3x untuk memotret secara closeup, misalnya portrait dan foto produk.

Beberapa perangkat yang punya kemampuan zoom banyak antara lain OPPO Reno 10x Zoom, Huawei P30 Pro (penerusnya Huawei P40 series juga sudah dirilis), Huawei Mate 30 Pro, dan Samsung Galaxy S20 Ultra.

5. Macro dan Monokrom

OPPO-Reno3
OPPO Reno3 punya kamera 2MP dengan lensa monokrom

Biasanya untuk foto closeup yang ekstrem membutuhkan aksesori lensa macro tambahan. Namun belakangan banyak smartphone kelas menengah dibekali dengan kamera dengan lensa macro. Meski sejauh ini hasilnya masih belum memuaskan, cenderung kurang tajam karena resolusinya juga sebatas 2MP sampai 5MP saja.

Selain itu, beberapa smartphone juga dibekali kamera dengan lensa monokrom. Huawei pernah menggunakan pada smartphone P series mereka untuk meningkatkan kualitas foto, sementara OPPO menggunakan di sebagian smartphone-nya untuk mendapatkan efek hitam putih yang lebih artistik.

[Review] Lensa 7Artisans 60mm F2.8 Macro, Berkreasi Saat Work From Home

Pandemi virus Corona atau Covid-19 memaksa kita untuk beraktivitas di rumah, termasuk bekerja atau work from home. Serta, membatasi interaksi sosial atau social distancing guna menekan penyebaran Covid-19.

Perubahan rutinitas hidup ini tentunya mempengaruhi para pecinta fotografi, terkhusus pehobi street photography. Yang biasanya bisa berburu foto saat berangkat dan pulang kerja, sekarang kesempatannya terbatas. Lalu, adakah jenis fotografi yang bisa dilakukan di sekitar rumah saja?

Ya, ada – kalian harus mencoba macro photography dan yang kita butuhkan adalah kamera dengan lensa yang tepat. Sekalian bahas sedikit tips macro photography, saya mau review lensa macro terjangkau dari 7Artisans.

Adalah 7Artisans 60mm F2.8 Macro versi Sony E Mount yang saya pasangkan dengan Sony A6400. Lensa manual ini juga tersedia untuk Canon EOS M, Canon EOS RF, Fujifilm X, MFT Olympus dan Panasonic Lumix, Nikon Z, serta Leica L mount. Dibanderol sekitar Rp2,3 jutaan, berikut review 7Artisans 60mm F2.8 Macro selengkapnya.

Desain dan Body Lensa

Saat pertama kali mengeluarkan lensa ini dari kotaknya, saya agak terkejut karena bobotnya cukup berat mencapai 550 gram. Kontruksi body-nya terasa sangat solid karena sebagian besar materialnya terbuat dari logam.

Dimensinya 66x100mm saat tidak digunakan dengan diameter filter 39mm. Ukuran optiknya cukup kecil dan pendek di dalam body lensa yang panjang. Lensa ini punya dua ring untuk fokus dan aperture yang terasa mantap saat diputar.

Dimensinya akan bertambah saat menyesuaikan fokus dan puncak terpanjangnya saat menggunakan rasio perbesaran 1:1. Pada saat menggunakan jarak fokus terdekat tersebut, tabung yang memanjang di bagian depan lensa ini bisa dilepas. 7Artisans 60mm F2.8 Macro mengusung delapan elemen dalam tujuh grup. Memiliki minimum focusing distance 26cm dan rentang aperture f2.8 sampai f16.

Saat terpasang pada Sony A6400, kombinasi keduanya tampak seimbang dan punya kesan profesional. Focal length 60mm sendiri berarti setara 90mm di full frame, ingat sensor APS-C pada kamera mirrorless Sony punya crop factor 1,5x.

Nah ekuivalen 90mm di full frame ini cukup ideal untuk memotret macro. Meski saat menggunakan rasio 1:1 tetap harus maju sangat dekat dengan subjek. Semakin panjang focal length memungkinkan memotret subyek foto yang sensitif seperti kupu-kupu, lebah, dan binatang kecil lainnya dari jarak yang lebih jauh. Namun, akan mempersempit ruang tajamnya atau Depth of Field (DOF).

User Experience

Foto konsep terutama gadget dan street photography adalah dua genre fotografi favorit saya. Pandemi covid-19 terpaksa harus menghentikan kegiatan street hunting dan work from home.

Lalu, apa yang bisa saya foto di rumah? Ya, saya pikir ini saat yang tepat untuk terjun ke macro photography. Setelah melakukan riset, ketemulah 7Artisans 60mm F2.8 Macro.

Faktor seperti harga yang relatif cukup terjangkau. Serta, focal length telephoto menengah (ekuivalen 90mm di full frame) yang ideal untuk foto macro dengan kemampuan rasio perbesaran 1:1 adalah beberapa alasan utama saya memilih lensa ini.

Sebagai lensa dengan fokus manual, artinya kita tidak bisa menghasilkan foto macro secara instan karena tiap-tiap foto perlu sentuhan lebih. Butuh upaya ekstra untuk mendapatkan fokus secara tepat terutama di jarak fokus terdekat, kita perlu maju mundur dan menahan nafas sejenak agar bidikan lebih stabil.

Hampir setiap pagi bila kondisinya cerah saya memulai hari dengan berburu foto makro di taman dekat rumah. Kondisi favorit saya adalah saat malamnya hujan sehingga menyisakan banyak embun di pagi hari dengan matahari bersinar terang.

Saya bisa menghabiskan waktu satu sampai dua jam dan hasil foto dari 7Artisans 60mm F2.8 Macro ini menurut saya sangat fantastis. Bila beberapa aspek berikut ini terpenuhi, kita bisa menangkap banyak detail dan sangat tajam bila fokusnya tepat.

Aspek utama berkaitan dengan cahaya dan aperture. Pada focal length 60mm ini area ruang tajamnya atau Depth of Field (DOF) terbilang sempit terutama pada rasio perbesaran 1:1. Untuk memperoleh detail dan tekstur elemen yang disorot, kita perlu menggunakan aperture setidaknya f5.6 – f8 atau lebih.

Artinya foto macro ini butuh banyak cahaya untuk mendapatkan foto yang tajam dengan ISO kecil. Bantuan cahaya buatan seperti flash akan sangat membantu di sini dan saya menggunakan internal flash tapi dengan diffuser untuk memperlembut cahaya.

Karena lensa ini tanpa dibekali fitur stabilisasi, kita juga tidak bisa menggunakan shutter speed terlalu rendah. Maka bantuan tripod juga dibutuhkan, namun jangan sepenuhnya bergantung pada tripod untuk mendapatkan angle yang lebih bervariasi, kecuali bila ingin merekam video.

Setelah memilih objek yang ingin difoto, kita tentukan dulu rasio pembesarannya dan kita lah yang bergerak maju mundur untuk menangkap fokus dengan memanfaatkan fitur focus peaking. Lalu, ambillah gambar beberapa kali untuk mendapatkan hasil terbaik.

Verdict

Saya telah memotret ratusan foto dengan 7Artisans 60mm F2.8 Macro, tentunya tidak semua hasil tangkapannya bagus, kebanyakan kurang fokus atau kabur. Namun, saya juga mendapatkan cukup banyak foto yang menakjubkan dengan ketajaman yang baik dan bokeh yang mulus.

Menurut saya, lensa ini powerful dan sangat recommended bagi Anda yang ingin mencoba atau serius belajar mendalami macro photography. Mungkin bisa menjadi “batu loncatan” sebelum beralih ke lensa macro yang lebih mahal.

Memotret macro dengan 7Artisans 60mm F2.8 ini terasa mudah dan menyenangkan. Saya akan terus memotret dengan lensa ini selama pandemi Covid-19 untuk menemukan kelebihan dan kurangan lainnya lewat penggunaan yang intensif dan menyuguhkan hasil foto yang lebih beragam.

Sparks

  • Memiliki 1:1 Magnification
  • Build quality solid
  • Hasilnya tajam dan detail bila fokusnya benar
  • Harga relatif terjangkau

Slacks

  • Tidak praktis karena fokus manual
  • Tanpa fitur stabilisasi
  • Bobot cukup berat

[Review] Xenom All-New Hercules HC15S, Jawara Notebook Gaming Lokal

Xenom mewakilkan Indonesia di tengah kencangnya serbuan brand gaming notebook asal Taiwan di pasar lokal. Mereka mencoba mencuri hati konsumen dengan dua aspek yang sulit ditandingi kompetitor luar negeri: keleluasaan kustomisasi hardware, dan tentu saja harga yang masuk akal. Xenom menyediakan lima kategori produk, dan Hercules merupakan tipe paling high-end.

Kemampuan All-New Hercules alias HC15S telah dipamerkan sendiri oleh GM Xenom Rolly Edward di momen pengungkapannya. Di sana, varian baru Hercules dengan mudah menyikat Assassin’s Creed Unity di setting grafis paling tinggi. Anda perlu tahu, Unity ialah contoh game yang tidak dioptimalkan untuk PC. Karena performa Hercules tak jauh dari PC desktop biasa, Xenom tak ragu menyebutnya sebagai ‘desktop PC masa depan‘.

Kurang lebih 10 bulan dari momen itu, akhirnya saya diberikan kesempatan buat menjajalnya secara personal. Dari hasil uji coba selama beberapa minggu, ia memang bukanlah device sempurna – ada kekurangan di sana-sini. Tetapi saya tidak ragu mengatakan bahwa Hercules merupakan produk ideal, dinilai dari konsep dan alasan utama ia dirancang.

Dan di ulasan ini, saya akan menjabarkan alasan mengapa HC15S sanggup menyaingi brand-brand global terkenal.

Design & build quality

Kesederhanaan adalah daya tarik dari Xenom All-New Hercules, dan penampilannya jauh berbeda dari varian Hercules terdahulu. Tidak ada LED menyala di balik panel, hanya ada satu lightbar di sisi bawah-depan. Layer karet matte lembut melapisi lid dan area di sekitar keyboard. Bingkai display dan chassis plastik tampak serasi dengan setup ini, kemudian logo metalik Xenom diletakkan di belakang layar dan bawah display.

Review Xenom HC15S 44

Review Xenom HC15S 42

Dilihat dari belakang, dua heat sink dengan grille horisontal di kanan dan kiri menyerupai bagian supercar. Dan seandainya notebook gaming diibaratkan sebagai kendaraan perang, maka HC15S ialah pesawat siluman.

Review Xenom HC15S 45

Lampu LED juga mengisi backlight keyboard. Tidak ada tombol shortcut kapasitif atau bahkan macro fisik. Tombol power bisa langsung Anda temukan di atas, menyala hijau ketika HC15S aktif. Xenom menjaga produknya tetap simpel, namun saya sangat mengapresiasi penempatan layar sehingga ia tidak membuat Anda bungkuk. Desain ini membuat posisi panel sedikit lebih tinggi.

Review Xenom HC15S 35

Meski ada jarak cukup besar antara layar dan body, engsel mencengkeram dengan mantap. Gap tersebut dimanfaatkan Xenom untuk menempatkan set speaker Onkyo. Karena posisisnya bukan di belakang ataupun di bawah, audio jadi lebih terdengar lebih efektif.

Review Xenom HC15S 30

Penggunaan material logam pada laptop memang dapat memberikan kesan premium, namun build quality HC15S yang dari plastik tak boleh diremehkan. Tubuh All-New Hercules sangat kokoh, tidak ada bagian ‘lunak’ yang mudah menekuk. Saat saya tekan belakang display, LCD tidak terdistorsi. Karena mengedepankan konsep customizable, Anda cuma perlu membuka panel untuk mengakses hardware. Baterai 82Wh-nya juga removable.

Review Xenom HC15S 43

Review Xenom HC15S 41

Notebook 35 persen lebih tipis dibanding model terdahulu, dan berkat tubuh plastik, bobotnya lebih bersahabat dibanding kategori desktop replacement. Menurut saya, HC15S merupakan satu dari sedikit laptop gaming 15-inci ideal dalam penyuguhan faktor mobilitas, walaupun mungkin Anda akan sedikit keberatan jika harus membawanya tiap hari. All-New Hercules mempunyai dimensi 386x262x35,7mm dengan berat 3,4-kilogram sudah termasuk baterai.

Display

Jendala Anda dalam menikmati konten digital adalah sebuah layar IPS LED TrueDisplay 15,6-inci 1920×1080-pixel. Permukaan matte di sana mampu membungkam pantulan sinar yang tidak diinginkan, dan IPS memastikan viewing angle-nya luas – tetap jelas dilihat dari hampir semua sudut. Ia tajam, cerah, kaya warna, dan level saturasinya di atas rata-rata notebook gaming.

Review Xenom HC15S 36

Sedikit mengutak-atik display settings, saya menemukan bahwa Anda bisa memanfaatkan Dynamic Super Resolution di HC15S. Fitur tersebut me-render game di resolusi lebih tinggi (2715×1527), kemudian mengecilkannya kembali supaya sesuai dengan monitor. Alhasil, kita mendapatkan grafis berkualitas 4K di panel full-HD.

Review Xenom HC15S 27

Sayangnya ada masalah di display. Ketika layar menyala dalam keadaan gelap (misalnya saat peralihan sebelum loading screen), distribusi warna terlihat tidak merata. Warna lebih terang di zona-zona pinggir.

Review Xenom HC15S 32

Keyboard, touchpad & palm rest

Hercules menyajikan keyboard lengkap, tanpa ada pengecilan ukuran pada numpad. Meskipun Xenom tidak menggandeng tim spesialis periferal gaming, papan ketik ini terbilang fleksibel. Mengejutkannya, keyboard anti-ghosting itu terasa nyaman baik waktu digunakan buat bermain ataupun mengetik. Sebetulnya jarak antar tuts sangat berdekatan, tapi karena rongga gap sulit dijamah jari, peletakan tuts (huruf, angka dan kursor) 0,9×0,9mm-nya cocok di tangan saya.

Review Xenom HC15S 38

Review Xenom HC15S 25

Sisi kiri touchpad 6,2×10,65cm sejajar dengan sisi kiri tombol spasi. Posisinya memang timpang sebelah, menyisakan ruang palm rest yang lapang di area tangan kanan. Touchpad-nya multi-gesture dipadu fungsi scrolling. Teksur halusnya menjaga gerakan kursor mouse akurat, lalu kedua tombol juga empuk.

Review Xenom HC15S 37

Tatakan telapak tangan terasa lembut dan sedikit hangat (akan kita bahas lebih detail di gaming experience). Tapi saya sedikit cemas minyak dan keringat akan menggerus permukaan karet doff-nya.

Review Xenom HC15S 26

Connectivity

Dengan membeli All-New Hercules, Anda harus bersedia merangkul sistem distribusi digital. Notebook tidak mempunyai optical disk drive, kompensasinya adalah segi konektivitas yang luas: terdapat dua port USB 3.0, sebuah port USB 3.1 Thunderbolt 3.0, 6-in-1 card reader, eSATA dan LAN di kiri; headphone jack, microphone jack, line-in jack, S/PDIF output jack dan satu lagi USB 3.0 di kanan; serta satu port HDMI 1.4a dan sepasang DisplayPort 1.2.

Gaming experience

Selama pemakaian, All-New Hercules jarang sekali mengecewakan. Xenom sengaja meminimalisir overlay software sehingga tidak mengganggu gamer – sebuah janji anti-bloatware dari produsen. Sisi negatifnya, tanpa petunjuk tertulis, saya hampir tidak sadar kita bisa membuka app Flexikey via kombinasi tombol ‘Fn’ dan ‘/’.

Di sana Anda bisa mengkustomisasi macro, mengaktifkan fitur Statisitcs (merekam frekuensi tekanan pada tombol, serta mengatur warna dan pola cahaya backlight (breath, cycle, flash, tempo, dance, dan lain-lain) dan lightbar. Setup bisa disimpan terpisah di profile berbeda.

Review Xenom HC15S 24

Kendala-kendala ‘standar’ notebook gaming turut muncul di HC15S. Sewaktu digunakan di waktu lama di ruang terbuka tanpa AC, temperatur akan naik. Berdasarkan pemantauan saya, panas berpusat di wilayah keyboard ke atas, merambat ke palm rest. Namun temperatur tidak melewati batasan-batasan yang mengkhawatirkan.

Seperti laptop gaming lain, unit baterai (8-cell smart Lithium-Ion 82Wh) hanyalah komponen ‘wajib’. Anda direkomendasikan buat selalu menyambungkan HC15S ke sumber listrik agar permainan berjalan maksimal.

Review Xenom HC15S 28

Kehadiran sepasang speaker Onkyo 2-watt plus Sound Blaster X-Fi 5 ialah kejutan menyenangkan. Karena diarahkan ke wajah pengguna, output terdengar jelas dan lantang. Kekurangannya bisa ditebak: terletak pada bass yang kurang menendang. Jika Anda sangat kompetitif dan selalu ingin mendengar suara langkah lawan di game multiplayer, menggunakan headphone gaming tambahan sangat disarankan.

Review Xenom HC15S 34

Review Xenom HC15S 39

Oh satu lagi, saat bermain game, touchpad harus dimatikan. Seringkali gerakan tangan kiri teregistrasi sebagai input. Awalnya saya memaklumkan hal ini, hingga suatu ketika di Fallout 4 secara tidak sengaja saya menembakkan nuklir portable tepat di bawah kaki sendiri.

Hardware

Inilah spesifikasi dan susunan hardware berdasarkan Speccy dan PC Mark 8:

Review Xenom HC15S 03

Review Xenom HC15S 08

Gaming performance

Sebelum menganalisis video game, ada baiknya Anda melihat hasil benchmark All-New Hercules. Saya memakai software 3D Mark 8, Unigine Valley 1.0 dan Heaven 4.0.

Di bawah adalah setting yang saya gunakan dan hasil terbaik di Valley:

Review Xenom HC15S 04

Review Xenom HC15S 05

Dan ini nilai di Heaven:

Review Xenom HC15S 06

Review Xenom HC15S 07

Terakhir ialah skor di 3D Mark 8:

Review Xenom HC15S 09

Hasil di atas menunjukkan angka istimewa, tapi apa artinya teori tanpa praktek? Buat tes gaming, saya memanfaatkan empat permainan: Dragon’s Dogma Dark Arisen, The Witness, Rainbow Six: Siege dan Fallout 4, dibantu Fraps. Pembahasan saya mulai dari judul yang paling ‘ringan’ terlebih dahulu.

HC15S sama sekali tidak kesulitan menyikat Dragon’s Dogma Dark Arisen. Slider grafis saya tempatkan semuanya di sebelah kanan, kemudian saya tambahkan file modifikasi ENB Series supaya visualnya tampil lebih baik lagi. Walau demikian, frame rate tidak pernah bergeming dari 60. Semua efek tersuguh seperti yang diinginkan developer-nya, lalu perputaran siang dan malam tidak memengaruhi performa. Nikmati screenshot-nya di bawah:

Review Xenom HC15S 10

Review Xenom HC15S 11

Review Xenom HC15S 13

Review Xenom HC15S 12

Sejujurnya, Dragon’s Dogma merupakan game port berusia tiga tahun. Bagaimana kesanggupan All-New Hercules menghadapi paling baru? Saya beralih ke The Witness, dan game hanya ada tiga pilihan kualitas grafis. Lagi-lagi, di tingkat paling tinggi, The Witness selalu tersaji di 60 frame rate per detik.

Review Xenom HC15S 14

Review Xenom HC15S 15

Review Xenom HC15S 16

Rainbow Six Siege adalah wakil dari genre shooter kompetitif blockbuster, dan saya gunakan setting grafis default di resolusi 1080p. Baik di singleplayer ataupun multiplayer, Xenom HC15S mengangani Siege semulus sutra, di 60 fps – di luar ekspektasi saya sebelumnya.

Sedikit catatan: ada kendala ketika saya memasang resolusi 2715×1527 di Windows, menyebabkan cursor mouse tidak sinkron di dalam permainan. Mengembalikan resolusi ke full-HD menyelesaikan problem ini.

Review Xenom HC15S 17

Review Xenom HC15S 18

Review Xenom HC15S 19

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan peminjaman unit review HC15S, dan memakainya untuk menikmati Fallout 4 selama beberapa belas jam. Di tingkatan ultra 1080p (anti-aliasing TAA, anisotropic filtering 16-samples, depth of field bokeh, ambient occlusion SSAO, dan godrays high), angka 60 selalu muncul di pinggir layar, menunjukkan frame rate yang saya dapatkan. Ia baru bergeser ke 59 ketika kamera digerakkan, lalu kembali ke 60.

Review Xenom HC15S 20

Review Xenom HC15S 21

Review Xenom HC15S 22

Review Xenom HC15S 23

Satu hal yang sangat terasa di permainan open-world ini: loading screen berjalan singkat, jauh meninggalkan ROG G752VT.

Verdict

HC15S memang bukanlah notebook gaming paling cantik, paling canggih, ataupun menyodorkan inovasi baru; namun ia berhasil merepresentasikan visi Xenom, yaitu menawarkan produk paling ideal bagi gamer PC ‘nomaden’. Produsen menyingkirkan gimmick, dan fokus pada faktor terpenting dan tujuan utama laptop diciptakan: gaming.

Dari perspektif performa versus harga, ia merupakan salah satu notebook 15-inci terbaik. Uang yang Anda keluarkan benar-benar hanya dialokasikan ke hobi tersebut, dan pengguna tidak juga digerecoki oleh software-software tambahan. Dan jika kita tanya pada diri sendiri, pernak-pernik semisal warna-warni lampu LED sebenarnya tidak akan membuat kita bermain lebih baik.

Meski saya berkata demikian, tidak semata-mata All-New Hercules HC15S ialah produk yang murah. Xenom membanderolnya di kisaran Rp 40 jutaan, tergantung dari hardware pilihan Anda.

Review Xenom HC15S 33

Tak Hanya Canggih, Mouse Thermaltake Ventus X Pastikan Tangan Tetap Sejuk

Sesi gaming intens, apalagi dalam permainan kompetitif, kadang memberikan efek kurang nyaman di tubuh. Setelah selesai, mungkin Anda baru sadar beberapa hal: posisi duduk sudah berubah dan telapak tangan yang menggenggam mouse bersimbah keringat. Buat masalah terakhir ini, pencipta sistem pendingin PC asal Taiwan Thermaltake punya jalan keluarnya. Continue reading Tak Hanya Canggih, Mouse Thermaltake Ventus X Pastikan Tangan Tetap Sejuk

Logitech Ungkap G302 Daedalus Prime, Mouse Khusus Gamer MOBA Profesional

Meskipun periferal khusus para atlet eSport sudah banyak sekali tersedia di pasar, hanya ada sedikit dari mereka yang difokuskan demi mendukung permainan MOBA sebagai genre paling populer di bumi. Jikalau ada, harganya kurang terjangkau dan mungkin modelnya juga kurang cocok bagi sebagian orang. Logitech mengerti, konsumen membutuhkan opsi lebih banyak. Continue reading Logitech Ungkap G302 Daedalus Prime, Mouse Khusus Gamer MOBA Profesional