[Manic Monday] Masalah-Masalah Inti Di Era Musik Digital

Industri musik pada intinya melibatkan hanya beberapa ‘pemeran’: pencipta lagu, artis/penyanyi/band, dan pendengar. Profesi dan institusi yang muncul kemudian, seperti perusahaan rekaman, publisher, collecting society, radio, TV, layanan digital – semuanya akhirnya adalah metode dan bisnis yang bertugas untuk membantu yang di atas tadi. Pencipta lagu dan artis/penyanyi/band adalah yang membuat konten, dan pendengar adalah yang mengkonsumsi konten tersebut. ‘Pendengar’ dalam konteks ini bisa mencakup dari pendengar audio, penonton video sampai penikmat pertunjukan langsung.
Continue reading [Manic Monday] Masalah-Masalah Inti Di Era Musik Digital

[Manic Monday] Tantangan Pemasaran Konten Budaya Indonesia

Hari Sabtu malam saya menyempatkan diri menonton pertunjukan Wayang Orang Rock Ekalaya, yang diselenggarakan di gedung Tennis Indoor Senayan. Pertunjukan ini menggabungkan cerita soal Ekalaya dan Drona, guru Pandawa Lima, dengan lagu-lagu rock dalam negeri maupun mancanegara. Secara musikal, artistik panggung sampai jalan cerita, pertunjukan ini menggabungkan berbagai unsur wayang orang dengan budaya musik rock. Di atas kertas, konsep yang sangat menarik dan sangat Indonesia, mengingat bahwa selain wayang memang bagian dari budaya Indonesia, budaya Indonesia modern tak jauh dari musik rock juga.

Continue reading [Manic Monday] Tantangan Pemasaran Konten Budaya Indonesia

[Manic Monday] Dekonstruksi Budaya Pop Melalui Layanan Streaming

Sebelum masa internet, alur budaya modern, atau lebih tepatnya budaya pop, bisa dibilang sangat linier. Ada yang disebut musik ‘masa lalu’, ada yang baru, ada yang progresif, ada yang retro, dan sebagainya. Berbagai genre dan label diusung musik dari seluruh dunia, biasanya untuk mempermudah orang lain mengkomunikasikan soal musik ke orang lain di saat belum bisa didengarkan. Misalnya: papasan dengan teman di jalan, dan cerita soal band bernama Led Zeppelin. Tanpa label dan genre tadi, pasti sulit untuk menjelaskan musik Led Zeppelin seperti apa, apalagi di masa belum ada pemutar musik yang portabel. Sekarang, tinggal memberikan tautan YouTube atau mendengarkan dari HP teman.

Continue reading [Manic Monday] Dekonstruksi Budaya Pop Melalui Layanan Streaming

[Manic Monday] Strategi Produksi Konten Di Era Multilayar

Hari ini, mungkin sudah lumrah untuk kebanyakan orang di daerah urban, dengan koneksi internet yang memadai, untuk menikmati konten dari paling tidak dua layar sekaligus di satu saat. Saat kita berada di meja kerja, mungkin kita sedang berhadapan dengan komputer, tapi partner bisnis kita ngobrolnya via instant messaging di smartphone. Saat kita di rumah, sering sekali kita, sambil menonton film di TV, tetap browsing di HP, laptop atau tablet mengenai film tersebut, atau malah melihat yang lain sama sekali. Di beberapa gedung perkantoran, bahkan ada TV yang menayangkan berita, yang biasanya kita dengarkan sambil tetap melihat HP kita. Kita memang sudah hidup di dunia multilayar.

Continue reading [Manic Monday] Strategi Produksi Konten Di Era Multilayar

[Manic Monday] Sentuhan Manusia Dalam Era Hiburan Digital

Minggu lalu saya menulis tentang perbandingan industri musik di Indonesia maupun di Vietnam. Perbedaan yang paling mencolok adalah tidak adanya major label, sehingga struktur industri yang biasanya ada dari perputaran lagu baru dan lama, siklus promosi dan media, bahkan distribusi musik sekalipun, dilakukan dengan berbeda. Aliran uang pun berbeda karena di negara lain umumnya infrastruktur distribusi rekaman musik itu sudah ada (seperti toko kaset dan CD) dan alur distribusinya dari perusahaan rekaman, gudang, distributor, hingga toko. Di Vietnam, toko khusus kaset dan CD tidak ada  — kalaupun sebelumnya ada, isinya barang-barang bajakan dan sudah lama hilang.

Continue reading [Manic Monday] Sentuhan Manusia Dalam Era Hiburan Digital

[Manic Monday] Melihat Industri Musik Indonesia Dengan Berkaca Ke Vietnam

Dalam perjalanan karir saya, saya sempat bekerja di dunia hiburan di Vietnam. Perusahaan saya bergerak di bidang TV, film dan bioskop, tapi karena salah satu proyek TVnya adalah MTV Vietnam. Peluncuran MTV di Vietnam ini membuat saya harus mempelajari industri musik Vietnam secara lebih seksama, karena sebelumnya saya berkonsentrasi di industri film dan bioskop Vietnam. Dan dibandingkan dengan pengalaman industri musik saya di Indonesia, saya temukan banyak hal yang berbeda.
Continue reading [Manic Monday] Melihat Industri Musik Indonesia Dengan Berkaca Ke Vietnam

[Manic Monday] Thank You Aquarius Mahakam

This morning I stopped by Aquarius Mahakam. The fence to the parking area was still partly closed with only one car parked, because they will only be open at 10. A security guard was sweeping the parking area from dry leaves and litter. I asked him: “Sir, I hear the store’s closing?” He turned, gave be a slight, bitter smile and answered “Yes, so they say.” “Until when will it be open?” “End of the month,” he answered. I moved on as I had to rush to the office.
Continue reading [Manic Monday] Thank You Aquarius Mahakam

[Manic Monday] Terima Kasih, Aquarius Mahakam

Pagi ini saya mampir ke Aquarius Mahakam. Pagar depan halaman parkir masih sebagian tertutup, hanya ada satu mobil parkir, karena memang baru akan buka jam 10. Ada satu orang satpam sedang menyapu halaman parkir dari daun-daun dan sampah yang tergeletak. Saya bertanya padanya: “Pak, denger-denger mau tutup ya?” Sang satpam menoleh dengan senyum sedikit getir dan menjawab, “Iya, katanya begitu.” “Sampai kapan Pak, bukanya?” Beliau menjawab, “Akhir bulan sih.” Saya pun berlalu, karena harus bergegas ke kantor.
Continue reading [Manic Monday] Terima Kasih, Aquarius Mahakam

[Manic Monday] Reaching For ‘Magic’

Science fiction author Arthur C. Clarke, once said that ‘any sufficiently advanced technology is indistinguishable from magic‘. Even today, the technology we hold in our hands, the cellular phone, is nothing short of magical if we are unfamiliar with its inner workings. A flat box that can be used to talk to people in other towns, and can be used to read about any information we desire, just by asking.

Continue reading [Manic Monday] Reaching For ‘Magic’

[Manic Monday] Mencapai ‘Keajaiban’

Seorang penulis fiksi sains, Arthur C. Clarke, pernah mengatakan bahwa ‘teknologi yang dianggap cukup canggih akan tidak bisa dibedakan dengan keajaiban.‘ Hari ini pun, teknologi yang kita gunakan dalam genggaman kita, yaitu telepon selular, merupakan sesuatu yang mungkin terasa ajaib apabila kita tidak mengerti prinsip bekerjanya. Sebuah kotak pipih yang bisa digunakan untuk berbicara dengan orang di kota lain, dan bisa untuk membaca informasi apapun yang kita kehendaki, hanya dengan meminta.

(null)