Mozilla Rilis Marketplace, Bawa Aplikasi Web Selangkah Lebih Jauh

Mozilla ikut bersaing dalam pertarungan aplikasi berbasis web dengan merilis marketplace-nya sendiri. Versi awal dari marketplace yang diberi nama Mozilla Marketplace saat ini memiliki sekitar 200 aplikasi berbasis web yang dapat diinstal dan digunakan di berbagai sistem operasi: Windows, Mac, dan Linux. Beberapa aplikasi yang terkenal seperti Evernote, Springpad, Jolicloud, dan Lord of Ultima dapat ditemukan dalam marketplace tersebut.

Mozilla Marketplace mengingatkan pada Chrome Web Store, namun jika Chrome Web Store menyediakan dan menjadi tempat bagi pengguna untuk mencari aplikasi dan extensions yang berbasis browser, Mozilla Marketplace seolah-olah mengubah aplikasi web menjadi aplikasi desktop.

Seperti ditulis oleh Liliputing, ketika menginstal salah satu aplikasi dalam Mozilla Marketplace ke sebuah komputer Windows, aplikasi tersebut akan tampak pada daftar program yang diinstal di Control Panel. Aplikasi tersebut juga mempunyai shortcut di Start Menu dan bahkan dapat dibuat icon desktop-nya.

Continue reading Mozilla Rilis Marketplace, Bawa Aplikasi Web Selangkah Lebih Jauh

TokoBagus Hadir Dengan Tampilan Baru

TokoBagus.com kini hadir dengan tampilan baru, yang menurut pendapat saya lebih nyaman, bersih dan membuat layanannya lebih menyenangkan untuk digunakan.

Tampilan baru ini juga menampilkan ikon-ikon desain yang cukup menarik, misalnya keterangan ‘Hot’ yang serasi dengan kotak foto produk, untuk daftar produk yang dianggap oleh TokoBagus sebagai produk pilihan. Tampilan ketika melihat profil produk/penjual juga cukup menyenangkan, dengan tampilan mirip kotak yang sering kita lihat di layanan daily deals. Kotak ini berisi keterangan penjual serta button untuk mengirimkan email. Desainnya juga telah diubah dan tentu saja, menurut saya, lebih baik dari sebelumnya.

Di halaman awal, tampilannya juga telah berubah, meski Anda tetap bisa mengakses beberapa fitur yang ada, seperti memilih produk berdasar wilayah pada peta atau melakukan pencarian di kolom search, memilih propinsi atau berdasarkan kategori, namun tampilannya kini lebih ‘rapih’ dan Anda juga bisa memilih kategori berdasarkan ikon barang, menggantikan daftar teks yang membosankan. Untuk halaman iklan sendiri pilihan untuk melihat semua daftar, atau melihat barang baru dan bekas menjadi lebih mudah dengan tersedianya pilihan yang tinggal Anda klik.

Continue reading TokoBagus Hadir Dengan Tampilan Baru

Micro Jobs Site Gobann Launches in Beta

Gobann (read: goban a.k.a fifty thousand) has done a soft launch last Tuesday. The site that presents a marketplace for micro jobs with Rp 50.000 service fee is now available in beta.

Gobann is a place where you can promote yourself to do a kangtao (work, or what people abroad called gig) for Rp 50.000. The job is usually a small work but requires special skills such as designing business cards, translations, or other creative things like “heading” a thread at Kaskus.

On the other hand, you can find a freelancer to do something (demand) with the same fee. For entrepreneur, Gobann can be the right place to find a freelancer for a small job with cheap fee. You can also find creative people and those who have certain skills to do something.

Continue reading Micro Jobs Site Gobann Launches in Beta

Gobann Telah Softlaunch, Kini Hadir dalam Status Beta

Gobann (baca: goban, alias lima puluh ribu) telah melakukan soft launch Selasa kemarin. Situs yang menghadirkan marketplace untuk micro jobs dengan upah 50.000 Rupiah itu kini bisa dinikmati layanannya dengan status beta.

Gobann adalah sebuah tempat dimana Anda bisa mempromosikan diri Anda untuk melakukan suatu kangtao (pekerjaan, kalau di luar negeri di sebut gig) dengan upah 50.000 Rupiah. Pekerjaan tersebut, biasanya merupakan pekerjaan kecil namun membutuhkan keterampilan khusus seperti mendesain kartu nama, melakukan penerjemahan, atau hal-hal kreatif seperti jasa “menyundul” sebuah thread di Kaskus.
Continue reading Gobann Telah Softlaunch, Kini Hadir dalam Status Beta

Haruskah Toko Aplikasi Menghilangkan Sistem Rating Lima Bintang?

Hunter Walk dari YouTube menyajikan argumen bahwa sisitem rating lima bintang yang digunakan oleh toko aplikasi harus ditinggalkan, digantikan dengan pengukuran popularitas yang lebih akurat dan lebih baik. Dalam pandangannya, sistem rating lima bintang adalah subyektif berdasarkan nilai dari pengguna. Sebagai contoh, penilaian pengguna yang memberikan tiga bintang kepada sebuah aplikasi mungkin akan berbeda dengan penilaian orang lain, tetapi penilaian suka atau tidak suka adalah absolut. Tema yang sama ini pernah dibahas oleh MG Sigler pada tahun 2009 , berhubungan dengan YouTube.

Sejalan dengan argumen dari Hunter, Google mengubah sistem rating di YouTube menjadi jempol ke atas atau ke bawah. Pendekatan ini mirip dengan apa yang dilakukan Facebook sejak awal, dengan ikon jempol ke atas untuk menunjukkan suka atau persetujuan atas status update, meski demikian Facebook tidak mengijinkan pilihan negatif atau ikon jempol ke bawah.

Ada cara lain untuk menjelaskan popularitas sebuah aplikasi, beberapa diantaranya dijelaskan di tulisan Hunter, termasuk di dalamnya adalah co-instalation, segmentasi pasar, penggunaan nyata, dan social graph. Anda bisa membaca penjelasan rinci di blog Hunter.

Continue reading Haruskah Toko Aplikasi Menghilangkan Sistem Rating Lima Bintang?

Should Application Stores Drop The Five Star Rating System?

YouTube’s Hunter Walk presents an argument that the five star rating system used by application stores should be left behind, replaced by more accurate, more reliable measures of popularity. In his view, the five-star system is subjective to the values of those who give them. Your judgment for a three star app may mean differently to someone else’s, but a like or dislike is almost absolute. The same subject was raised back in 2009 by MG Siegler with regards to YouTube.

It certainly serves Walk’s argument that Google changed YouTube’s rating system in favor of thumb up and thumb down. This is similar to the approach that Facebook has taken since the very beginning with its thumb up icon for liking or expressing approval to a status update although Facebook has never allowed a negative vote or a thumb down.

There are also other ways to determine an app’s popularity, some of which are presented in Walk’s blog post. These include co-installation, market segmentation, actual usage, and social graph, as he explained further in his post.

Continue reading Should Application Stores Drop The Five Star Rating System?

Windows Phone Marketplace Kini Buka di Indonesia dan Empat Negara Lain

Microsoft telah melebarkan jangkuan Windows Phone Marketplace ke lima negara tambahan terhitung hari ini, sebelum peluncuran Nokia Lumia pada tanggal 17 Februari yang akan datang. Kelima negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Peru, Filipina dan Argentina. Bulan lalu, Microsoft menambahkan enam negara ke App Hub agar para pengembang aplikasi dapat mendaftarkan aplikasi mereka untuk didistribusikan di negara-negara tersebut.

Di antara enam negara yang diperkenalkan ke App Hub, Cina menjadi negara satu-satunya yang tidak termasuk dalam ekspansi ini namun para pengembang tetap diperkenankan untuk mendaftarkan aplikasi mereka. Apa yang menghambat penambahan Cina ke dalam daftar Marketplace masih belum diketahui namun dapat diperkirakan bahwa Microsoft masih menangani keperluan legalitas agar dapat mendistribusikan aplikasi pengembang ke konsumen Cina.

Continue reading Windows Phone Marketplace Kini Buka di Indonesia dan Empat Negara Lain

Windows Phone Marketplace Expands to Indonesia and Four Other Countries

Ahead of the public launch of Lumia in Indonesia on February 17, Microsoft’s Windows Phone Marketplace has expanded to five additional countries including Indonesia as of today. Just last month, the Redmond giant added six countries to the App Hub so developers could prepare their apps for distribution in those countries. The five countries are Indonesia, Malaysia, Peru, The Philippines, and Argentina, bringing the number of Marketplace availability to 40 countries.

Among the six countries recently introduced to the App Hub, China is the only one not included in this expansion but developers are still welcomed to submit their applications. What is holding back China is unclear although one could speculate that Microsoft may still be working on the legalities and paperworks in order to allow developers to make their apps available to Chinese consumers.

Continue reading Windows Phone Marketplace Expands to Indonesia and Four Other Countries

Bersamaan dengan Dirilisnya Bisnis Go Online oleh Google, Para Pelaku E-commerce Mendirikan Sebuah Asosiasi

Pada hari Rabu minggu kemarin, Google bersama dengan sejumlah mitra di Indonesia baik dari sektor swasta dan pemerintah, meluncurkan sebuah inisiatif untuk membawa 100.000 usaha/perusahaan kecil dan menengah di Indonesia ke ranah online sebelum akhir tahun 2012.

Dinamakan Bisnis Lokal Go Online, inisiatif ini didorong oleh kurangnya adopsi internet oleh perusahaan-perusahaan Indonesia meski lebih dari 40 juta orang Indonesia telah memiliki akses Internet. Karena mayoritas pengguna internet di Indonesia menghabiskan waktu mereka di jaringan sosial, ini bisa menjadi peluang bagi bisnis lokal untuk membawa kehadiran mereka secara online dan meningkatkan kesadaran serta kepercayaan untuk mendapatkan konsumen dan berinteraksi dengan mereka.

Meskipun Google merupakan inisiator utama program ini, dukungan juga hadir dari tiga kementerian pemerintah, KADIN, PANDI, penyedia layanan internet Melsa dan Bakrie Connectivity, Multiply, serta Aptikom – asosiasi perguruan tinggi ilmu komputer dan informatika.

Continue reading Bersamaan dengan Dirilisnya Bisnis Go Online oleh Google, Para Pelaku E-commerce Mendirikan Sebuah Asosiasi

As Google launched Bisnis Go Online, E-commerce Players Band Together to Set Up an Association

On Wednesday, Google, along with a number of Indonesian partners in both the private and government sectors, launched an initiative to bring 100,000 Indonesian small and medium businesses/enterprises online by the end of 2012.

Dubbed Bisnis Lokal Go Online, the move is spurred by the lack of adoption of the Internet by Indonesian companies despite having more than 40 million individuals logging time on the Internet. As the majority of these people spend their time on social networks, it’s up to local businesses to bring their presence online and improve awareness as well as trust to get consumers to interact with them.

While Google is the primary driver of this program, it is also being backed by three government ministries, the Indonesian Chamber of Commerce, PANDI, the Indonesian Internet domain agency, Internet providers Melsa and Bakrie Connectivity, Multiply, as well as Aptikom, the higher education association of computer science and informatics.

Continue reading As Google launched Bisnis Go Online, E-commerce Players Band Together to Set Up an Association