OUE Limited Akuisisi 17,2% Saham Multipolar, Ingin Dorong Bisnis Digital di Indonesia

Perusahaan pengembang properti berbasis di Singapura, OUE Limited mengakuisisi 17,2% saham milik PT Multipolar Tbk (MLPL) dengan nilai Rp1 triliun (sekitar $70 juta). Aksi korporasi ini dilakukan untuk mendorong bisnis digitalnya di Indonesia.

Transaksi ini disepakati melalui perjanjian jual-beli atau sale and purchase agreement (SPA). Dalam proses pengajuan di bursa Singapura, OUE akan mencaplok sebanyak 2,5 miliar saham Multipolar di harga Rp400 per lembar saham. Harga ini terbilang premium di kisaran 11,1% dibandingkan harga penutupan per 17 Desember 2021.

“Transaksi ini akan memberikan kesempatan bagi OUE untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi digital yang tengah berkembang pesat di Indonesia, yang mana seluruh portofolio bisnisnya berada di intersection dari sektor teknologi dan consumer,” ungkap OUE Corporate Secretary Kelvin Chua seperti dikutip dari DealStreetAsia.

Untuk mengakuisisi Multipolar, OUE akan membeli saham PT Inti Anugerah Pratama (IAP), perusahaan investasi yang dimiliki Stephen Riady dan James Riady. IAP akan memegang sebesar 8,97 miliar saham Multipolar, mewakili 55,1% dari total saham perusahaan.

Sebagai informasi, Stephen merupakan pengendali saham di OUE Limited, yang merupakan pemilik, pengembang properti dan pengelola real-estate di kawasan Asia. Stephen Riady juga menggenggam 40% saham di IAP, serta menduduki posisi sebagai Executive Chairman dan Group Chief Executive Officer.

Sementara, Multipolar merupakan anak perusahaan konglomerasi raksasa Lippo Group. Sebelumnya, CEO Lippo Karawaci John Riady sempat mengungkap minatnya untuk menempatkan Multipolar di barisan depan untuk mendongkrak bisnis di sektor teknologi dan investasi di grup.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2021, Multipolar berhasil meraup keuntungan sebesar Rp88 miliar, dari kerugian besar Rp675 miliar di periode sama tahun lalu. Namun, perusahaan mencatat penurunan pendapatan dari Rp7,4 triliun dari sebelumnya Rp7,6 triliun.

Rebranding Multipolar

Aksi korporasi di atas mengindikasikan upaya Lippo Group untuk menempa bisnis teknologi dan investasi lebih agresif di tahun depan. Ditambah, kelanjutan dari kemitraan strategis Multipolar usai GoTo mengakuisisi perusahaan jaringan ritel modern PT Matahari Putra Prima (IDX: MPPA) pada Oktober lalu.

Baru-baru ini, Multipolar juga mengumumkan wajah barunya dengan nama “MPC“. Rebranding ini dilakukan sekaligus untuk mempertajam strategi dan fokus perusahaan di sektor ekonomi digital. Group CEO MPC Adrian Suherman mengungkapkan akan menggenjot investasi baru di area futuristik yang berfokus pada empat sektor utama, yaitu ritel, teknologi, kesehatan, dan bank digital di 2022.

Multipolar telah menanamkan investasi strategis di sejumlah startup melalui kendaraan investasi milik Lippo Group, Venturra Capital. Beberapa di antaranya adalah OVO, Sociolla, dan Ruangguru. Hingga saat ini, MPC telah berinvestasi di lebih dari 50 perusahaan teknologi di Indonesia.

Mengacu laporan e-Conomy SEA 2021 yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Co, nilai ekonomi digital Indonesia diprediksi akan mencapai $70 miliar di 2021.

GoTo Mengakuisisi 6,74% Saham Pemilik Jaringan Ritel Hypermart

GoTo resmi mengumumkan akuisisi 6,74% saham milik perusahaan jaringan ritel modern PT Matahari Putra Prima Tbk (IDX: MPPA) melalui PT Multipolar Tbk (IDX: MPLPL). Melalui divestasi saham ini, Multipolar akan mengantongi dana segar sebesar Rp355 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (7/10), Corporate Secretary Matahari Putra Prima Danny Kojongian menyatakan bahwa PT Multipolar Tbk (IDX: MPLPL) selaku pengendali saham Matahari Putra Prima, telah melepas sahamnya kepada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa yang setara 507.142.900 lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp700 per saham. Transaksi ini telah disepakati pada Senin, 4 Oktober 2021.

Matahari Putra Prima adalah anak usaha Lippo Group yang merupakan salah satu jaringan peritel modern terbesar di Indonesia. Beberapa gerai yang dimilikinya antara lain Hypermart, Foodmart Supermarket, Primo Supermarket, hingga Boston Health and Beauty. Saat ini Hypermarket memiliki 200 gerai yang tersebar di 72 kota di Indonesia.

Dalam pernyataan resminya, CEO Matahari Putra Prima Elliot Dickson mengatakan, pihaknya tengah memperkuat permodalan untuk mendorong pangsa pasar Hypermart dan mendukung investasinya di omnichannel. Adapun, Multipolar dan GoTo akan turut terlibat dalam peningkatan modal Matahari Putra Prima.

“Hypermart memanfaatkan situasi pandemi ini untuk memacu layanan e-groceries, di mana ada peningkatan hingga empat kali lipat selama setahun terakhir. Saat ini kami ingin mendorong posisi Hypermart sebagai pemimpin di pasar ritel omnichannel,” tutur Dickson.

Menyinergikan kapabilitas ekosistem GoTo

Survei NielsenIQ menyebutkan Hypermart menguasai 25% pangsa pasar supermarket dan hypermarket di Indonesia. Melalui aksi korporasi tersebut, kedua belah pihak dalam saling memperkuat posisinya di omnichannel, baik Hypermart maupun GoTo melalui GoMart.

GoTo dapat memanfaatkan pula kapabilitas ekosistem layanan terkait untuk memperkuat sinerginya dengan Hypermart, yakni lewat basis kuat pada layanan transportasi (GoRide & GoCar) dan kurir instan (GoSend).

Di samping itu, strategi Matahari Putra Prima untuk fokus terhadap layanan pemesanan produk segar dan kebutuhan sehari-hari berbasis omnichannel merupakan upaya melanjutkan realisasi kinerja positifnya di 2020.

Mengacu pada Annual Report 2020, bisnis online Hypermart memberikan kontribusi signifikan sebesar 4%-5% terhadap total penjualan tahun sebelumnya yang hanya 0,1%. Di 2021, pihaknya membidik pertumbuhan kontribusi sebesar 8%-10%.

Kinerja gerai online dan mitra O2O Hypermart / Sumber: Annual Report 2020
Kinerja gerai online dan mitra O2O Hypermart / Sumber: Annual Report MPPA 2020

Sejak pandemi, Matahari Putra Prima mulai melakukan transisi dengan masuk ke layanan grocery secara O2O. Di awal, perusahaan memperkenalkan layanan Hypermart Online dan Chat& Shop. Selain itu, Hypermart juga berkolaborasi dengan pemain O2O besar, seperti Shopee dan Tokopedia. Hypermart juga menambah opsi pembayaran lebih banyak, mulai dari OVO, ShopeePay, QRIS, dan mobile banking.

Per 2020, sebanyak 103 gerai Hypermart telah aktif terhubung dengan Hypermart Online, kemudian 125 gerai untuk Chat & Shop, 97 toko virtual di Grab Mart, 45 toko virtual di Shopee, dan 23 toko virtual di Tokopedia.

Aksi korporasi sejenis juga tengah dirampungkan oleh marketplace Blibli dengan pemilik gerai ritel Ranch Market. Berdasarkan keterbukaan informasi BEI beberapa waktu lalu, PT Global Digital Niaga yang menaungi Blibli melakukan penandatanganan Perjanjian Pengikat Pembelian Saham (PPPS) untuk mengakuisisi saham mayoritas PT Supra Boga Lestari sebanyak 797.888.628 saham atau setara 51% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.

Strategi ini juga memberikan sinyal bahwa Blibli tengah berupaya memperkuat layanan grocery miliknya, yakni BlibliMart. Berdasarkan laporan Blibli di 2020, perusahaan mengalami peningkatan transaksi bahan pokok harian hingga tiga kali lipat selama pandemi.