Pemerintah Malaysia, Bank Pembangunan Islam, dan MAVCAP segera resmikan Islamic Venture Capital

Dunia startup semakin diperhatikan beberapa pemerintahan karena dinilai termasuk hal yang mendorong perkembangan ekonomi suatu negara. Untuk mendorong pertumbuhan startup di negara-negara Islam, Pemerintah Malaysia bekerja sama dengan Malaysia Venture Capital Management Bhd (MAVCAP) dan Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank – IDB) sedang memfinalisasi rencana pendirian Islamic Venture Capital.

Kesepakatan yang terjalin antara Pemerintah Malaysia, MAVCAP, dan IDB dikabarkan akan ditandatangani di Jakarta bulan ini dengan harapan dana kelolaan senilai $100 juta (lebih dari 1,3 triliun Rupiah).

“Tim kami dari Kementerian Keuangan dan MAVCAP saat ini sedang berada di kantor pusat IDB di Jeddah untuk mendiskusikan keputusan terakhir untuk detil MoU. Kami mencari dana awal senilai $100 juta, ” ujar Sekretaris Menteri Keuangan Malaysia Tan Sri Irwan Serigar Abdullah.

Rencananya Islamic Venture Capital ini akan membantu startup Islami yang berada di wilayah Asia Tenggara dan Malaysia. Startup Islami adalah startup yang bergerak di layanan atau produk yang sesuai dengan hukum syariah Islam, contohnya Aladdin Street dan Zilzar, layanan e-commerce di Malaysia yang mengkhususkan diri menjual produk-produk bersertifikat halal.

Ke depannya, Islamic Venture Capital tidak hanya memberikan bantuan berupa dana, tetapi juga akan berbagi informasi dan pengetahuan dengan beberapa pihak terkait pengembangan ekosistem startup di negara tersebut.

Sebelumnya sudah ada Venture Capital Bank (VC Bank) di kawasan Timur Tengah, yang berpusat di Bahrain dan berdiri sejak tahun 2005, yang mengusung semangat serupa.

“Pembentukan Islamic Venture Capital ini  juga memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan per kapita negara,” imbuh Irwan.

Gobi Partner dan MAVCAP Hadirkan SuperSeed Fund, Usung $14,5 juta untuk Startup Asia Tenggara

Kemitraan antara Gobi Partner dengan Malaysia Venture Capital Management Berhard (MAVCAP) mengusung Gobi MAVCAP ASEAN SuperSeed Fund, yakni pendanaan senilai $14,5 juta (sekitar Rp 188,5 miliar) yang akan didedikasikan untuk seed-stage startup di Asia Tenggara. Ini merupakan kolaborasi kedua mereka setelah pada bulan September tahun lalu juga bersatu meluncurkan $50 juta untuk investasi seri A bagi startup di Asia Tenggara dan Tiongkok.

SuperSeed Fund akan fokus pada empat bidang, yakni e-commerce, financial technology (fintech), mobile dan produk startup yang menargetkan konsumen Muslim, untuk memperkuat basis pasar di Indonesia dan Malaysia, yang ditahui mayoritas masyarakat beragama Islam. Indonesia, Malaysia dan Singapura sekaligus akan menjadi salah satu target singgah utama SuperSeed Fund, dikarenakan memiliki populasi besar dan dukungan pemerintah.

Sebelumnya sebanyak lima startup telah mendapat kucuran pendanaan SuperSeed tersebut, di antaranya Nuren Group, Offpeak, RecomN, Triip.me dan YouthsToday. SuperSeed Fund ini dikelola langsung oleh Co-founder and Managing Partner Gobi Thomas G. Tsao, Partner Gobi di Singapura Kay-Mok Ku, dan CEO MAVCAP Jamaludin Bujang.

“Itu membuat kami tidak hanya menjadi pemain pemula di pasar, tetapi juga salah satu perusahaan modal ventura Tiongkok pertama yang memperluas ke pasar Asia Tenggara. Sejak saat itu, kami telah melihat pertumbuhan signifikan di wilayah ini (Asia Tenggara). Ketika kami pertama kali memasuki Asia Tenggara, para startup umumnya tidak bisa menerima institutional funding kecuali mereka sudah profit,” ujar Kay-Mok Ku kepada Techcrunch.

Khusus untuk pasar Indonesia, Kay-Mok Ku mencontohkan awalnya para startup sulit untuk mengamankan pendanaan, karena banyak investor yang masih terpaku di Tiongkok, India dan Singapura, saat ini keadaan telah berubah. Banyak venture capital yang mulai memperhitungkan pasar Indonesia, terutama untuk basis bisnis e-commerce, apalagi bakal ada potensi startup unicorn dari Indonesia lahir di segmen ini.

Penjajakan Kerja Sama Indonesia dan Malaysia untuk Investasi Startup di Sektor Teknologi

Kemarin (23/2) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menggelar pertemuan dengan Malaysia Venture Capital Management Berhad (Mavcap) di Jakarta untuk menjajaki peluang kerja sama antara Malaysia dan Indonesia dalam investasi di industri startup teknologi. Diharapkan akan ada lebih banyak lagi kolaborasi dan investasi di masa depan yang bisa memberi manfaat untuk Indonesia, Malaysia, dan negara-negara ASEAN pada umumnya dalam membangun negara digital.

Pintu untuk membawa Indonesia sebagai negara digital terbesar di Asia Tenggara di tahun 2020 mulai dibuka lebar oleh pemerintah. Melalui networking event yang berlangsung di JW Marriot, Jakarta, kemarin, pemerintah Indonesia melalui Kadin tengah menjajaki kerja sama dengan Malaysia melalui Mavcap untuk investasi startup yang bergerak di bidang teknlogi.

Ini adalah langkah masuk akal yang diambil oleh Indonesia mengingat telah bergulirnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang tak mungkin bisa dijalani sendirian di tengah pertumbuhan teknologi yang pesat. Apalagi mengingat besarnya potensi yang dimiliki Indonesia dan Malaysia, baik itu dari segi jumlah penduduk di ASEAN ataupun startup yang lahir. Lihat saja bagaimana Grab dan Go-Jek berhasil jadi buah bibir di berbagai media.

Sebelumnya Indonesia juga telah melakukan revisi terhadap aturan investasi langsung dari pihak asing yang masuk ke Indonesia. Lewat revisi tersebut, investor asing berhasil mendapat restu untuk bisa memiliki 100 persen perusahaan e-commerce Indonesia. Tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani juga optimis menyampaikan bahwa saat ini adalah saat yang paling tepat bagi Indonesia untuk menjadi negara digital terbesar di asia, mengingat Indonesia adalah negara yang memiliki populasi besar di ASEAN.

Pun begitu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menekankan bahwa meski investor asing kini lebih leluasa masuk ke Indonesia, yang paling penting dan dibutuhkan Indonesia saat ini adalah transfer pengetahuan menjalankan sebuah startup.

“Mereka [Malaysia dan juga investor asing] boleh saja masuk karena aturan kita [Indonesia] sudah lebih terbuka, tetapi kami juga berharap bukan uangnya saja yang masuk. […] Apa yang dibutuhkan oleh negara [Indonesia] itu bukan cuma uang, tetapi juga know-how [transfer knowledge]. Itulah sebabnya mengapa kami [sekarang] mengundang inkubator [juga investor asing] untuk datang ke Indonesia,” ujar Rudiantara.

Dalam acara networking event tersebut juga ada sesi pitching dari startup yang mewakili Indonesia, Malaysia, dan Tiongkok. Networking event ini sendiri mendapat dukungan dari Convergence Ventures dan Gobi Partners.

Dari Indonesia ada Mainspring (Babe), YesBoss, Female Daily Network, dan Qraved. Sedangkan dari Malaysia ada Hermo, Offpeak, dan NIDA Rooms. Dan dari Tiongkok ada Camera 360 yang juga merupakan portofolio Gobi Partners.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here