Mini PC Asus PN50 Unggulkan Prosesor AMD Ryzen 4000 U-Series yang Dibekali GPU Terintegrasi

Pasar laptop belakangan ini dibanjiri oleh produk-produk yang ditenagai prosesor AMD Ryzen Mobile 4000 Series. Dalam waktu dekat, sepertinya tren yang serupa juga akan merambah segmen mini PC. Salah satu pelopornya adalah Asus, yang baru saja meluncurkan mini PC seri PN50 berbekal prosesor Ryzen Mobile 4000 Series.

Secara fisik, perangkat ini kelihatan sangat identik dengan seri PN60 yang mengusung prosesor Intel ber-TDP 15 W. Dimensinya sangat mungil di angka 115 x 115 x 49 mm, dan bobotnya hanya berkisar 0,7 kg. Saking kecilnya, perangkat ini datang bersama VESA mount kit sehingga bisa dipasangkan ke belakang monitor.

Namun seperti yang sudah disebutkan, jeroan PN50 mengandalkan platform besutan AMD, spesifiknya lini Ryzen 4000 U-Series yang mengemas GPU terintegrasi. Total ada empat varian PN50 yang bakal ditawarkan, masing-masing dengan rincian prosesor sebagai berikut:

Core/Thread Clock Speed (Base/Boost) Cache GPU GPU Clock Speed
Ryzen 7 4800U 8/16 1,8 GHz / 4,2 GHz 12 MB Vega 8 1.750 MHz
Ryzen 7 4700U 8/8 2 GHz / 4,1 GHz 12 MB Vega 7 1.600 MHz
Ryzen 5 4500U 6/6 2,3 GHz / 4 GHz 11 MB Vega 6 1.500 MHz
Ryzen 3 4300U 4/4 2,7 GHz / 3,7 GHz 6 MB Vega 5 1.400 MHz

Asus PN50

Semua prosesor itu punya TDP cuma 15 W, wajar mengingat AMD merancangnya untuk dipakai di ultrabook. Namun meskipun TDP-nya sama seperti prosesor Intel yang dipakai di seri PN60, keempat prosesor Ryzen ini tentu punya kinerja grafis yang jauh lebih unggul, dan jika memilih varian termahalnya, performa multithreading-nya juga lebih superior berkat jumlah core dan thread yang lebih banyak.

Keempat prosesor itu bisa ditandemkan dengan RAM DDR4-3200 berkapasitas maksimum 64 GB, serta storage tipe SATA 2,5 inci dan M.2 2280 SATA/PCIe sekaligus. Terkait konektivitas, selain mengemas modul Wi-Fi 6 Intel AX200, Asus PN50 dilengkapi sederet port di sisi depan dan belakangnya. Pada bagian depan, ada port USB-C 3.2 Gen 2, port USB-A 3.2 Gen 1, 3-in-1 card reader, beserta jack audio.

Asus PN50

Beralih ke belakang, PN50 mengemas port HDMI 2.0, port USB-C 3.2 Gen 2, port Gigabit Ethernet, sepasang port USB-A 3.2 Gen 1, dan satu port tambahan yang bakal berbeda di setiap kawasan (pilihannya antara DisplayPort 1.4, COM, VGA, atau LAN). Secara total, Asus PN50 bisa disambungkan ke satu layar 8K 60 Hz, atau empat layar 4K 60 Hz via port HDMI, DisplayPort, dan sepasang port USB-C.

Belum diketahui kapan perangkat ini akan Asus bawa ke Indonesia dan berapa harganya. Di Inggris, Asus PN50 dibanderol paling murah £275 (Ryzen 3 4300U), sedangkan yang paling mahal dijual seharga £500 (Ryzen 7 4800U). Perlu dicatat, harga itu belum termasuk RAM dan storage sama sekali.

Sumber: AnandTech.

Chuwi LarkBox Adalah PC Mini Seukuran Kubus Rubik

Stick PC ala Intel Compute Stick bisa dibilang merupakan puncak dari upaya miniaturisasi komputer dalam satu dekade terakhir. Namun meski berukuran sangat kecil, stick PC terkadang bisa sedikit menyulitkan dalam hal penempatan, terutama jika sambungan HDMI monitor terletak di sisi belakang, dan monitornya sendiri diposisikan hampir dempet dengan tembok.

Bentuk yang memanjang dan konektor HDMI itulah sumber masalahnya. Alternatifnya mungkin adalah PC berwujud balok super-kecil seperti perangkat besutan Chuwi berikut ini. Meski tidak terlalu terkenal, Chuwi bukanlah nama asing di industri komputer, sebab perusahaan asal Tiongkok ini dari dulu memang hobi menciptakan beragam PC mini.

Dinamai Chuwi LarkBox, dimensinya (61 x 61 x 43 mm) kurang lebih sama seperti Kubus Rubik meski berbentuk balok, dengan bobot hanya 127 gram. Dengan ukuran sekecil itu, LarkBox sebenarnya mudah saja kita bawa-bawa selagi disimpan di dalam kantong jaket. Namun yang menjadi problem adalah, LarkBox datang bersama power adapter yang ukurannya bahkan lebih besar ketimbang unit komputernya itu sendiri.

Hal menarik lain dari fisiknya adalah, LarkBox dapat digantungkan ke dudukan VESA milik monitor jika mau, memunculkan kesan seakan-akan penggunanya sedang memakai PC all-in-one. Spesifikasinya pun cukup mumpuni berkat pemakaian prosesor quad-core Intel Celeron J4115, GPU terintegrasi Intel UHD Graphics 600 yang mendukung resolusi 4K, RAM LPDDR4 6 GB, dan storage eMMC 128 GB.

Chuwi LarkBox

Satu-satunya kelemahan LarkBox dari segi performa kalau menurut TechRadar yang berkesempatan mencobanya langsung adalah storage eMMC yang lambat. Meski begitu, dengan sedikit upaya ekstra, pengguna sebenarnya bisa membuka casing-nya dan menyematkan M.2 SSD. Terkait panas, LarkBox punya cukup banyak ventilasi sekaligus kipas pendingin, namun sayang kipasnya ini terkadang bisa agak berisik.

Kalau melihat ukurannya, konektivitas LarkBox terbilang cukup lengkap. Selain port USB-C sebagai colokan daya, terdapat sepasang port USB 3.0 biasa, port HDMI 2.0, slot microSD, dan headphone jack 3,5 mm. Wi-Fi AC dan Bluetooth 5.0 turut menjadi penawaran standar.

Chuwi LarkBox saat ini telah dipasarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo dengan harga paling murah 1.201 dolar Hong Kong (± Rp 2,2 juta) selama masa kampanye. Pengiriman produknya sendiri diestimasikan berlangsung mulai Agustus 2020.

Berbobot Cuma 440g, GPD MicroPC Ialah Komputer Saku Untuk Para Profesional

Di tahun 2016, ketika demam notebook berperforma tinggi sedang ada di puncaknya, produsen bernama GPD mengajukan sebuah ide unik: bagaimana jika konsep laptop dan console handheld dipadukan jadi satu produk yang bisa Anda selipkan dalam kantong? Sejak saat itu, terlahir-lah perangkat-perangkat komputasi berukuran mungil – baik yang diracik sebagai netbook serta gaming PC.

Dan lewat produk terbarunya, sang produsen asal Shenzhen itu mencoba untuk memberi dukungan bagi ranah produktif. Belum lama ini, GPD menyingkap MicroPC, sebuah laptop berlayar 6-inci yang didesain khusus buat para profesional. Dengan wujud yang begitu mungil dan berat hanya 440-gram, GPD yakin MicroPC dapat menjadi solusi perangkat komputasi di berbagai skenario: eksplorasi, penambangan, arkeologi, institusi pendidikan, manufaktur, retail hingga militer.

MicroPC 2

MicroPC punya form factor menyerupai saudara-saudaranya, dengan dimensi 153x113x23.5-milimeter – kurang lebih sebesar dompet. Begitu layar diangkat, Anda segera disuguhkan papan ketik QWERTY minimalis yang turut ditunjang backlight putih. GPD menempatkan touchpad di area kanan atas serta rangkaian tombol mouse di sebelah kiri. MicroPC mengusung layar H-IPS buatan Sharp beresolusi 1290x720p yang diproteksi oleh lapisan Corning Gorilla Glass 4.

MicroPC 1

Salah satu hal menarik dari MicroPC adalah bagaimana GPD berupaya menyajikannya sebagai alternatif dari Microsoft Surface Go. Beberapa aspek menjadi komparasi, dan MicroPC memang unggul di beberapa poin, misalnya harga yang lebih terjangkau, opsi sistem operasi berbeda (ada Windows 10 Pro dan Ubuntu Mate 18.10), dan koneksi nirkabel lebih baru (Bluetooth 4.2 vs. 4.1).

MicroPC 4

Ditakar dari penampilan, Surface Go memang lebih tipis dibandingkan MicroPC, namun hal tersebut dimanfaatkan GPD untuk membubuhkan berbagai port fisik krusial seperti LAN, HDMI, tiga buah USB A, serta RS-232 yang mungkin masih dibutuhkan buat keperluan industri. Lalu produsen juga membekalinya dengan sistem pendingin aktif sehingga hardware dapat bekerja lebih maksimal. Tentu saja, produsen tidak melupakan konektivitas modern. MicroPC turut ditopang Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac dan slot card reader Micro SDXC.

MicroPC 3

Berbicara soal hardware, MicroPC diotaki oleh chip Intel Celeron N4100 berisi empat-core dan empat-thread, juga ditunjang GPU Intel UHD Graphics 600, memori RAM LPDDR4 8GB (Surface Go masih memakai LPDRR3), serta medium penyimpanan berbasis SSD M.2 seluas 128GB.

MicroPC kabarnya sudah masuk dalam tahap produksi, dan GPD punya agenda untuk mulai memasarkannya di bulan Mei 2019 ini. Produk bisa Anda pesan sekarang di situs Indie Gogo, dan selama kampanye crowdfunding masih berlangsung, MicroPC bisa dibeli seharga mulai dari US$ 314 – dengan harga retail US$ 414.

Tiga PC Mini Liva Baru Diperkenalkan pada Akhir 2018

Perusahaan motherboard asal Taiwan, ECS, kembali meluncurkan lini komputer mini mereka yang diberi nama Liva. Pada akhir tahun 2018 ini, ada tiga buah komputer yang diperlihatkan. Acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2018 lalu bertempat di Hotel Akmani Jakarta.

IMG_20181212_165004-01_1024x768

Dua jenis PC yang diperkenalkan bernama Liva One Plus dan Liva Z2. Liva One Plus merupakan PC mungil yang menggunakan prosesor desktop Intel generasi ke 8. Uniknya, prosesor pada PC ini bisa diganti, sehingga memungkinkan untuk melakukan upgrade.

IMG_20181212_160818-01_1024x768

Liva One Plus menggunakan memori DDR4 SoDIMM dengan dua slot dan mendukung hingga 32 GB. Ruang penyimpanan yang didukung memiliki dimensi 2.5 inci sehingga bisa digunakan untuk SSD. Komputer ini juga memiliki sebuah slot M.2 untuk SSD. Karena menggunakan CPU Intel generasi ke 8, Liva One Plus mendukung resolusi 4K.

IMG_20181212_165048-01_1024x768

Jenis kedua adalah Liva Z2 series yang terdiri dari dua varian. Liva Z2V merupakan varian yang memiliki konektor D-SUB pada bagian belakangnya. Namun untuk varian Liva Z2, HDMI-nya sudah menggunakan versi 2.0.

IMG_20181212_164846-01_1024x768

Liva Z2 menggunakan prosesor Intel Atom dengan arsitektur paling baru, Gemini Lake. Pilihan prosesor ada pada Intel Pentium N5000 atau Celeron N4000. Kedua komputer ini hanya memakan daya 6 watt saja, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai Home Theater PC atau HTPC.

IMG_20181212_164910-01_1024x767

Ketiga komputer sudah dilengkapi dengan sistem operasi Windows 10. Selain itu, dukungan untuk port USB-C juga telah tersedia pada bagian belakangnya.

Liva menjual PC One Plus dengan harga Rp. 3.500.000. Untuk Liva Z2 Series dijual dengan harga Rp. 2.900.000. Ketiga PC pun juga sudah bisa dibeli langsung pada distributor dan toko komputer yang ada di Jakarta.

Mencoba PC

Sayang memang, pada saat acara berlangsung, ruangan cukup penuh sehingga tidak bisa terlalu lama untuk mencoba PC yang ada. Untungnya, kami bisa mencoba semua komputer yang ada.

IMG_20181212_160712-01_1024x768

Liva Z2 yang menggunakan prosesor Celeron N4000 pun kami coba. Sesuai dengan arsitekturnya, kami memang menemukan beberapa kali lag saat membuka browser Edge dengan tab yang banyak. Hal ini memang lumrah terjadi pada komputer dengan prosesor Atom. Akan tetapi, saat menggunakannya, komputer ini cukup responsif.

Untuk Liva One Plus memang terasa sangat responsif. Pembukaan banyak tab pada browser juga tidak terasa lag. Tentu saja, karena menggunakan prosesor Intel Core generasi ke 8, membuat komputer tersebut kencang.

Bobot kedua komputer juga ringan sehingga mudah untuk dibawa kemana saja. Dengan harga yang ada, membuat komputer ini cukup terjangkau saat dijadikan alat bekerja pada perkantoran atau untuk sebuah HTPC.

Intel Bekerja Sama dengan Streamlabs untuk Menawarkan Hardware Khusus Live Streaming

10 tahun lalu, siapa yang menyangka live streaming bisa dijadikan profesi dengan upah berlimpah? Sekarang, coba Anda lihat Richard Tyler Blevins, atau yang lebih dikenal dengan nickname Ninja. Pemuda 27 tahun itu menghasilkan lebih dari $500 ribu per bulan hanya bermain Fortnite.

Namun yang seringkali tidak diperhatikan adalah bagaimana orang-orang seperti Ninja ini harus konsisten berkreasi hingga mencapai titik kesuksesannya. Yang namanya pekerjaan tentu harus ditekuni, dan untuk itu Anda memerlukan alat bantu yang tepat. Kira-kira begitu pemikiran di balik kemitraan antara Intel dan developer software live streaming, Streamlabs.

Keduanya merancang program agar para kreator konten bisa lebih mudah mendapatkan solusi live streaming yang ideal dari sejumlah produsen hardware. Mitra-mitra yang digandeng sejauh ini meliputi Shuttle, Simply NUC, maupun yang lebih tenar seperti Zotac dan Acer. Solusi yang mereka tawarkan masing-masing agak berbeda, tapi tujuannya sama, yakni memudahkan pekerjaan para kreator konten.

Shuttle misalnya, menawarkan paket lengkap yang terdiri dari sebuah mini PC berbekal prosesor Intel Core i5 seri U, webcam, headset, mikrofon, keyboard beserta mouse. Mini PC-nya bukanlah untuk gaming, melainkan didedikasikan secara khusus untuk mengolah video yang direkam dan menyiarkannya secara langsung dalam resolusi 1080p 60 fps.

Konsumen masih perlu menyediakan gaming PC-nya sendiri, akan tetapi setup semacam ini dipercaya dapat menyajikan sesi gaming sekaligus live streaming tanpa cacat. Live streaming, seperti yang kita tahu, membutuhkan daya komputasi multi-threading yang cukup besar, sehingga kehadiran PC kedua khusus untuk tugas ini pastinya bisa membantu para kreator konten.

Tanpa adanya program seperti ini, kita semua sebenarnya sudah bisa menciptakan setup live streaming yang ideal, tapi Intel dan Streamlabs ingin menjadikan prosesnya jauh lebih mudah. Anggap saja buah dari program ini sebagai ekuivalen PC branded, tapi untuk konteks live streaming ketimbang gaming dan workstation.

Sumber: VentureBeat.

Apple Umumkan MacBook Air dan Mac Mini Generasi Terbaru

MacBook Air boleh memulai tren laptop tipis nan premium, tapi penampakannya sudah tergolong usang setelah melihat laptop lain seperti Dell XPS 13 atau malah HP Spectre Folio. Lebih parah lagi, beberapa tahun terakhir Apple cuma sebatas menerapkan penyegaran spesifikasi tanpa ubahan desain yang berarti.

Tahun ini berbeda. Apple baru saja mengumumkan MacBook Air generasi baru bersamaan dengan iPad Pro generasi ketiga. Gaya desainnya masih mirip, tapi semuanya berubah ketika Anda membukanya; bezel masif yang mengitari layarnya sudah tiada, digantikan oleh bezel tipis berwarna hitam ala MacBook Pro.

Retina MacBook Air

Bezel-nya memang bukan yang paling tipis, tapi setidaknya tidak sampai berdampak pada penempatan webcam di posisi yang kurang ideal. Dampak positifnya, volume MacBook Air menyusut 17 persen dibandingkan generasi sebelumnya meski ukuran layarnya masih sama di angka 13,3 inci.

Layarnya ini juga ikut dirombak. Resolusinya kini meningkat drastis menjadi 2560 x 1600 pixel. Sasisnya masih terbuat dari bahan aluminium utuh, tapi lebih tipis di angka 1,56 cm pada titik paling tebalnya, dan bobotnya juga lebih ringan di angka 1,25 kg. Terlepas dari itu, Apple mengklaim speaker MacBook Air baru dapat menghasilkan volume 25 persen lebih keras dan bass dua kali lebih mantap.

Retina MacBook Air

Penyegaran spesifikasi tentu tidak dilupakan. Apple menyematkan prosesor dual-core Intel Core i5 generasi kedelapan, ditemani oleh RAM 8 GB atau 16 GB, serta pilihan SSD berkapasitas 128 GB sampai 1,5 TB. Baterai yang tertanam memiliki kapasitas 50,3 Wh, diklaim tahan untuk penggunaan selama 12 jam (browsing).

Satu hal yang saya sayangkan sebagai pengguna MacBook Air lama adalah, bodi yang semakin tipis berarti keyboard-nya juga ikut menipis. Apple membenamkan switch keyboard yang sama seperti pada MacBook Pro generasi terbaru, yang kalau berdasarkan pengalaman saya mencoba, lebih tidak nyaman dipakai untuk mengetik ketimbang keyboard milik MacBook Air lawas.

Beruntung trackpad-nya kini jadi lebih besar dan telah mendukung Force Touch. Tidak ketinggalan juga adalah sensor sidik jari yang terintegrasi pada tombol power. Sistem Touch ID ini ditopang oleh chip khusus Apple T2 Security Chip yang ternyata juga bertugas memberikan proteksi digital ekstra pada komponen lainnya, seperti misalnya enkripsi data pada SSD-nya.

Retina MacBook Air

Juga sedikit disayangkan adalah hilangnya konektor MagSafe untuk charging, digantikan sepenuhnya oleh sepasang port USB-C. Untungnya port ini mendukung standar Thunderbolt 3, yang berarti kompatibilitasnya dengan berbagai aksesori seperti display dan GPU eksternal cukup terjamin.

Secara keseluruhan, MacBook Air generasi baru ini dapat disimpulkan sebagai MacBook Pro tanpa Touch Bar dan dengan desain yang agak berbeda. Apple berencana memasarkannya mulai 7 November dengan banderol mulai $1.199 untuk konfigurasi terendahnya.

Mac Mini generasi keempat

Mac Mini 4th Gen

Di samping MacBook Air, komputer usang lain yang juga Apple perbarui adalah Mac Mini. Pengumuman ini agak mengejutkan mengingat Mac Mini terakhir di-update pada tahun 2014, dan jarak sejauh itu berarti lompatan performa generasi terbarunya ini amat signifikan.

Pilihan prosesor yang ditawarkan mencakup Intel Core i3-8100 (4-core), Core i5-8500B (6-core) dan Core i7-8700B (6-core), lengkap dengan pilihan RAM DDR4 8 GB sampai 64 GB. Soal storage, SSD tipe PCIe yang terbenam bisa dikonfigurasikan dari kapasitas 128 GB sampai 2 TB.

Mac Mini 4th Gen

Sayang semua komponen tersebut duduk manis di dalam sasis aluminium yang tidak berubah. Dimensinya masih sama persis seperti generasi sebelumnya, dengan panjang sisi 19,7 cm dan ketebalan 3,6 cm, serta bobot 1,3 kg. Tidak bisa dibilang mini lagi untuk standar 2018.

Semua port-nya masih diposisikan di belakang, yang meliputi port Gigabit Ethernet, empat port USB-C (Thunderbolt 3), HDMI 2.0, dua port USB 3.0 biasa dan jack headphone. Apple tak lupa menyematkan Bluetooth 5.0 pada Mac Mini generasi terbaru ini, dan Apple T2 Security Chip turut hadir sebagai pengaman digital ekstra.

Mac Mini 4th Gen

Jadwal perilisan yang ditunjuk untuk Mac Mini sama seperti MacBook Air tadi, sedangkan harganya dipatok mulai $799.

Sumber: Apple 1, 2.

Intel NUC Generasi Baru Kabarnya Akan Menanggalkan Teknologi AMD

Intel Next Unit of Computing bisa dibilang sebagai produk yang memercik kepopularitasan mini PC. Sejak diperkenalkan di 2012, NUC telah mengalami setidaknya delapan kali regenerasi. Versi terbarunya, diberi codename Hades Canyon, mengusung komposisi hardware yang unik. Walaupun diotaki oleh Kaby Lake-G, Intel memilih GPU berbasis teknologi AMD Vega.

Namun berdasarkan informasi terbaru, Intel kemungkinan akan menanggalkan teknologi AMD di NUC generasi selanjutnya. Bocoran tersebut, diungkap oleh Fanless Tech, mengungkapkan bahwa NUC ‘Beam Canyon’ itu terbagi menjadi lima model, dua varian berdiri setinggi 3,6-sentimeter, lalu tiga model lain memiliki tinggi 5-sentimeter – memungkinkannya menjadi rumah bagi unit hard drive 2,5-inci atau SSD.

Untuk sekarang, belum diketahui kapan Beam Canyon akan dirilis dan berapa harganya. Namun melihat dari susunan hardware yang terungkap, ada kemungkinan Intel meraciknya sebagai perangkat kelas mainstream. Di Hades Canyon, decal tengkorak dimaksudkan buat merepresentasikan garangnya kinerja mini PC tersebut dan tak sedikit pengguna kelas antusias terlihat puas dengan performa gaming-nya.

Sebagai ganti dari chip grafis AMD Radeon, Intel akan mengusung teknologi integrated Iris Plus Graphics 655. Ada tiga jenis prosesor yang mempersenjatai NUC anyar itu, yakni Core i7-8559U, i5-8259U dan i3-8109U. Mereka adalah bagian dari chip Intel 8th-gen gelombang ketiga yang dirilis di bulan Apil – menyusul prosesor buat laptop ultra-thin di bulan Agustus 2017 dan versi desktop-nya.

Ketiga prosesor tersebut mengonsumsi tenaga sebesar 28-Watt, yang berarti lebih besar dari chip NUC terdahulu di 15-Watt. Komponen grafis Intel Iris Plus Graphics 655 di sana mempunyai kecepatan dasar di 300MHz, tapi varian Core i7 memiliki kecepatan maksimal tertinggi, mencapai 1.200MHz.

Di antara lima model NUC Bean Canyon, varian NUCi5BEK dan NUC8i3BEK (yang lebih kecil) tidak mendukung memori Intel Optane yang dapat mendongkrak kecepatan hard disk secara signifikan, dan cuma dibekali port SATA. Sedangkan NUC8i7BEH, NUC8i5BEH dan NUC8i3BE dibekali drive bay buat tempat HDD atau SSD. Semua Bean Canyon tersebut disuguhkan sebagai PC barebone, jadi Anda harus membeli memori dan storage secara terpisah.

Bean Canyon bisa menjadi alternatif dari Hades Canyon yang Intel luncurkan awal tahun ini. Melihat hardware bersenjata Radeon RX Vega M GH dan memori HBM2-nya, Hades Canyon memang bukan ditargetkan untuk konsumen mainstream. Indikasi lain adalah harganya. Hades Canyon dibanderol di US$ 900, sekali lagi belum termasuk memori dan unit penyimpanan.

Dengan begitu, ada indikasi kuat NUC Bean Canyon dijajakan di bawah angka itu, cocok bagi Anda yang sedang mencari PC mungil berkinerja tinggi untuk bekerja, tanpa harus mengeluarkan tambahan biaya buat membeli ‘kemampuan gaming-nya’.

Via Digital Trends.

MI Adalah Mini PC yang Bisa Bekerja Sebagai Perangkat Bergerak

Ada alat penunjang aktivitas produktif ideal untuk individu berbeda: PC desktop tetap kita temui di sejumlah area perkantoran, namun banyak orang juga memanfaatkan laptop sampai smartphone jika mereka dituntut untuk bekerja secara mobile. Masing-masing produk ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, biasanya terkait input kendali, layar serta konektivitas.

Ada banyak desain menarik diajukan oleh produsen hardware buat menunjang produktivitas, dari mulai menawarkan notebook convertible hingga hybrid dari laptop dan smartphone. Kali ini, tim dari Hong Kong mencoba mengombinasikan konsep nettop (atau PC miniatur) dan all-in-one. Hasilnya adalah MI, sebuah perangkat yang diklaim sebagai PC saku paling bertenaga di dunia.

MI punya penampilan minimalis seperti mini PC pada umumnya, dengan dimensi 135x90x16-milimeter dan bobot hanya 230-gram. Berkat desain mungil ini, MI bukan hanya bisa dimasukkan dalam tas, tapi juga dapat diselipkan dalam kantong. Yang membuat MI istimewa ialah kehadiran layar sentuh serta kemampuannya beroperasi mandiri tanpa memerlukan periferal tambahan.

Mi 1

Konstruksi tubuh MI terbuat dari bahan aluminium, lalu layar sentuh seluas 5-incinya menyuguhkan resolusi 1280x720p. Di sisi muka, Anda akan menemukan dua tombol fisik: satu adalah tombol power dan satu lagi merupakan switch OS – bisa diganti antara Windows 10 atau Android 5.1. Produsen menjelaskan bagaimana MI sangat ideal buat dibawa-bawa saat liburan, belanja, atau ketika memberikan presentasi. Mereka juga menyertai perangkat bersama cover yang juga berperan sebagai stand.

Mi 3

Lantas apa bedanya MI dengan smartphone?

Aspek andalan pertama MI ialah dukungan hardware berperforma tinggi (di kelasnya). Mini PC ini diotaki oleh prosesor Intel Atom x7-Z8750 2,56GHz, serta dibekali RAM 8GB dan unit penyimpanan SSD berkapasitas 128GB, memungkinkannya menjalankan berbagai aplikasi hiburan dan olah data berbasis platform Windows 10. Selain itu, MI juga didukung oleh Bluetooth 4.2 dan Wi-Fi dual-band.

Mi 2

Faktor unggulan kedua ialah topangan dari bermacam-macam konektivitas fisik. Dari gambar yang dipublikasikan, saya bisa melihat tiga port USB 2.0, satu USB 3.0, USB type-C, HDMI, card reader, port audio 3,5mm, serta port LAN. Berkat luasnya konektivitas, kita dapat mudah menyambungkan mouse, keyboard bahkan monitor.

Mi 5

Terlepas dari fleksibilitas pemakaian dan dukungan hardware cukup mumpuni, MI dijajakan di harga yang sangat atraktif. Versi retail rencananya dibanderol seharga US$ 300 saja. Namun saat ini, produk bisa dipesan di Indie Gogo cukup dengan mengeluarkan uang separuhnya.

Harga dan kelengkapan fiturnya ituyang membuat MI layak jadi pertimbangan jika Anda sedang mencari mini PC.

Simpan Hardware High-End, Mini PC MSI Trident 3 Arctic Tangani VR Gaming Dengan Lebih Efektif

November silam, MSI kembali menjadi pusat perhatian lewat penyingkapan PC mungil bervolume 4,7-liter yang sanggup menangani permainan-permainan virtual reality: Trident. Perangkat ini memperoleh apresiasi dari media, berhasil memenangkan penghargaan IF Design, dan turut memperoleh upgrade prosesor Intel Kaby Lake saat tersedia di Januari kemarin.

Dan di penghujung Maret ini, sang produsen hardware dan Taiwan mengumumkan ‘edisi terbatas’ dari Trident generasi ketiga, Trident 3 Arctic. Mini PC tersebut diramu sebagai alternatif dari versi biasa, kali ini memiliki casing putih yang tampil lebih serasi dengan furnitur di ruang keluarga. Meski penampilan Trident 3 Arctic tidak ‘seagresif’ saudaranya, ia siap melahap berbagai game blockbuster terbaru.

MSI Trident 3 Arctic 3

MSI Trident 3 Arctic mempunyai lekukan-lekukan serupa model standar dengan arahan desain tajam asimetris. Tubuh berdimensi 353,73×251,35×97,56-milimeternya memastikan Trident 3 Arctic bisa Anda taruh di dekat HDTV kesayangan, disembunyikan dalam rak, atau sekedar membuat meja kerja (atau zona gaming) Anda jadi lebih rapi. Device bisa diposisikan secara horisontal atau berdiri dengan bantuan stand.

MSI Trident 3 Arctic 1

Selanjutnya, Anda bisa mengustomisasi sistem pencahayaan LED Trident 3 Arctic sesuai mood karena MSI telah melengkapinya dengan fitur Mystic Light. Konfigurasi bisa dilakukan lewat software Gaming Center atau app mobile.

MSI mengerti pentingnya kemudahan akses ke port-port, dan itu alasannya Anda bisa menemukan mereka di sisi depan. Di sana ada dua port audio (in dan out), satu USB 3.1 type-C, dua USB 3.1 gen-1 (salah satunya didukung fitur super charger), serta slot HDMI. Lalu di bagian belakang terdapat satu lagi port audio, LAN, satu USB 3.1, empat USB 2.0, HDMI dan interface MSI VR Link.

MSI Trident 3 Arctic 2

Bersemayam dalam wujudnya yang ‘jinak’, kartu grafis ITX MSI GeForce GTX 1070 Gaming dan prosesor Intel Core i7-7700 siap mengolah game-game bervisual berat serta menunjang penggunaan HMD VR seperti Oculus Rift dan HTC Vive; dipadu RAM DDR4 hingga 32GB serta penyimpanan berbasis SSD M.2 SATA PCIe. MSI tak lupa membekali Trident 3 Arctic dengan solusi VR one click: melalui satu sentuhan, PC langsung dioptimalkan buat virtual reality.

Selain itu, MSI turut membubuhkan sistem pendingin Silent Storm Cooling 2 demi menjaga komponen-komponen internal tetap sejuk dengan cara memisahkan zona hardware penghasil panas, dan memfokuskan proses pendinginan di sana.

MSI belum menginformasikan berapa harga dari Trident 3 Arctic. Mereka hanya mengungkapkan rencana buat meluncurkannya di Amerika pada awal April, lalu menyusul di Eropa di akhir April 2017.

Sumber: MSI.

Asus Racik Perangkat SBC yang Lebih Ngebut dari Raspberry Pi 3

Pabrikan komputer asal Taiwan, Asus, baru saja memperkenalkan perangkat single-board computer (SBC) racikannya yang mereka sebut sebagai Asus Tinker Board.

Wujudnya memang mirip Raspberry Pi, namun perangkat SBC racikan Asus ini memiliki spesifikasi yang sedikit lebih bertenaga karena disokong oleh prosesor yang lebih ngebut dengan dukungan modul grafis yang mampu menayangkan gambar berkualitas 4K.

Asus Tinker Board diotaki dengan prosesor quad-core ARM Cortex-A17 RK3288 besutan Rockchip, ia juga memiliki dukungan modul grafis ARM Mali-T764 serta ditopang oleh RAM sebesar 2GB dan slot kartu memory microSD untuk media penyimpanannya.

Sebagai sebuah perangkat SBC, Asus Tinker Board juga telah hadir dengan sejumlah fitur seperti dukungan WiFi 802.11b/g/n, koneksi Bluetooth 4.0 dan memiliki port Ethernet 10/100/1000, tak lupa port USB 2.0 dan port HDMI output juga hadir pada perangkat mungil ini. Selain itu tersedia juga slot ekspansi 40-pin yang bisa digunakan untuk menambahkan modul tambahan bagi pengguna yang membutuhkannya.

Dengan dimensi yang hanya 3.4 inci x 2.1 inci, perangkat SBC besutan Asus ini memiliki ukuran dan bentuk yang mirip dengan Raspberry Pi 3, namun hal yang membedakan adalah software yang didukungnya.

Jika Raspberry Pi hanya mendukung varian distro Linux Debian, namun perangkat SBC racikan Asus ini selain bisa menjalankan Debian dan Kodi, sang produsen juga menyatakan bahwa produk SBC racikannya telah mendukung lebih banyak sistem operasi termasuk sistem operasi buatan Asus sendiri yang telah ditujukan untuk perangkat SBC ini.

Dengan spesifikasi dan kemampuannya yang sedikit lebih bertenaga, tak heran jika pihak Asus telah membanderol modul ini dengan harga yang sedikit lebih mahal dibanding Raspberry Pi, yakni £55 atau setara dengan Rp. 915 ribu-an untuk tiap unitnya, sementara untuk perangkat Raspberry Pi ditawarkan dengan harga £34 atau setara dengan Rp. 565 ribu-an perunitnya.

Sumber dan Gambar Header: Liliputing