Venus Optics Umumkan Lensa Ultra Wide Angle 7.5mm F2 MFT dengan Kontrol Aperture Digital Lewat Kamera

Pada bulan September 2016, Venus Optics memperkenalkan lensa ultra-wide-angle Laowa 7.5mm F2 MFT. Di sistem Micro Four Thirds yang memiliki crop factor 2x, artinya lensa tersebut menawarkan focal length ekuivalen 15mm di sensor full frame.

Kini Venus Optics telah memperbarui Laowa 7.5mm F2 MFT, ini tetap lensa dengan pemfokusan sepenuhnya manual tetapi model terbarunya telah dilengkapi chip CPU dan motor. Sama seperti Laowa 10mm f/2 Zero-D MFT dan 50mm f/2.8 2x Ultra Macro APO, di mana dapat menyediakan metadata dalam EXIF dan memungkinkan mengontrol aperture secara digital melalui kamera.

Laowa 7.5mm F2 MFT memiliki konstruksi optik yang sama seperti pendahulunya, terdiri dari 13 elemen dalam 9 grup. Jumlah bilah pada aperture-nya berkurang dari 7 menjadi 5 yang menurut Venus Optics memungkinkan lensa menghasilkan efek semburat cahaya sun star 10 titik.

Dari segi ukuran, lensa ini hadir dengan dimensi 53×48 mm, bobot 150 gram, dan filter 46mm. Jarak pemfokusan minimumnya 12mm dengan maksimum magnification 0.11:1 yang memungkinkan pengambilan gambar macro.

Menurut Venus Optics, lensa ultra-wide-angle dengan aperture cepat jarang ditemukan di pasaran. Apertur F2 ini menambahkan lebih banyak fleksibilitas, terutama dalam kondisi cahaya redup. Di mana fotografer dapat mempertahankan shutter speed yang lebih cepat dan menekan ISO lebih rendah untuk mencegah terlalu banyak noise.

Selain itu, Laowa 7.5mm F2 MFT juga menghadirkan depth of field yang lebih dangkal untuk memisahkan subjek dari latar belakang saat foto portrait. Laowa 7.5mm F2 MFT dengan kontrol aperture elektronik ini dibanderol dengan harga US$549 atau sekitar Rp7,8 jutaan.

Sumber: PetaPixel

OM Digital Solutions Umumkan Kamera Mirrorless MFT Pertamanya, Olympus PEN E-P7 dan Lensa 8-25mm

OM Digital Solutions telah mengumumkan kamera mirrorless Micro Four Thirds (MFT) pertama mereka sejak mengakuisisi brand Olympus pada awal tahun, yaitu Olympus PEN E-P7. Bila dilihat dari nomor serinya, kamera ini merupakan penerus Olympus PEN E-P5 yang dirilis tahun 2013.

Meski begitu dari segi penampilan, Olympus PEN E-P7 mewarisi desain premium yang khas dari Olympus PEN-F. Bagian depan ada tombol switch color mode, tetapi tanpa dibekali elektronik viewfinder dan memiliki layar flip ke bawah untuk selfie atau vlog.

Bagian inti dari kamera mirrorless ini adalah Live MOS sensor beresolusi 20MP Micro Four Thirds dan prosesor gambar TruePic VIII. Sistem autofocus-nya mengandalkan 121 contrast AF point, lengkap dengan mode Super Spot, Face, Eye Priority.

Seperti kebanyakan kamera MFT, Olympus PEN E-P7 telah dilengkapi fitur 5-axis in-body image stabilization (IBIS) yang menurut rating dari CIPA dapat mengkompenasi goyangan hingga 4,5 stop. Sementara, kemampuan videonya mencapai resolusi 4K pada 24p, 25p, dan 30p dengan bitrate 102 Mbps atau 1080p hingga 60p.

Selain pengumuman PEN E-P7, OM Digital Solutions juga memperkenalkan lensa kelas atas terbarunya, M.Zuiko Digital ED 8-25mm F4 Pro. Lensa ini menawarkan bidang pandang setara ultra-wide angle 16mm yang dapat diperbesar hingga 50mm dan aperture F8 di kamera bersensor full frame.

Lensa ini terdiri dari 16 elemen dalam 10 grup, mencakup elemen khusus seperti Super ED, ED, dan EDA. Untuk menekan berbagai jenis aberasi termasuk aberasi kromatik guna menghasilkan foto beresolusi tinggi yang tajam di seluruh rentang zoom. Sementara, elemen DSA secara signifikan dapat mengurangi aberasi sagittal comatic.

Selain itu, ZERO Coating dan bentuk lensa yang dioptimalkan membantu menekan ghost dan flaring ketika memotret dalam kondisi backlit. Bodi lensa juga tahan percikan dan debu yang setara dengan sertifikasi IPX1 sehingga dapat digunakan di lingkungan berat seperti saat turun hujan.

Untuk ketersediannya, Olympus PEN E-P7 akan tersedia pada bulan Juni dalam kombinasi warna hitam perak dan putih perak. Harganya dibanderol 799€ (sekitar Rp13,7 jutaan) untuk body only dan 899€ (Rp15,4 jutaan) dengan lensa kit M.Zuiko Digital ED 14-42mm F3.5-5.6 EZ. Sementara, lensa M.Zuiko Digital ED 8-25mm F4 Pro dibanderol US$1.099 (Rp15,6 jutaan).

Sumber: DPreview

Sony Indonesia Hadirkan FX3, Kamera Cinema Line Paling Ringkas Dirancang Untuk Handheld Shooting

Sony telah resmi meluncurkan kamera FX3 (model ILME-FX3) di Indonesia. Kamera paling ringkas dari rangkaian Cinema Line ini dirancang untuk memberikan pengalaman sinematik yang sangat cocok digunakan oleh para kreator muda yang menekuni genre dokumenter, musik, dan komersial.

Cinema Line merupakan rangkaian kamera yang memiliki tampilan filmis yang dikembangkan dari pengalaman panjang Sony dalam produksi sinema digital. Mencakup kamera sinema digital VENICE yang sangat diakui untuk produksi film dan film serial di industri, kamera profesional FX9 dan FX6.

Sony FX3 hadir sebagai kamera paling ringkas pada rangkaian Cinema Line, posisinya berada di antara Sony A7S III dan FX6, dengan harga yang jauh lebih terjangkau dari FX6. Berbeda dengan saudaranya yang hadir dengan desain kotak, FX3 mengadopsi desain seperti lini kamera Alpha.

Industri perfilman kini semakin berkembang, begitu juga dengan kebutuhan para kreator untuk menghasilkan karya. Melihat kebutuhan dan perkembangan tersebut, kami berupaya untuk terus mendukung industri perfilman dunia dengan menghadirkan perangkat dengan teknologi terdepan melalui spesifikasi tingkat tinggi yang kami hadirkan dalam kamera full-frame FX3. Kami tidak sabar melihat para kreator bereksplorasi mewujudkan imajinasi visual mereka dan menghasilkan karya yang luar biasa,” ujar Kazuteru Makiyama, President Director PT Sony Indonesia.

Sony FX3 akan segera tersedia di Indonesia pada bulan Juni 2021 dengan harga Rp59.999.000. Pembelian secara pre-order dapat dilakukan mulai tanggal 30 April – 30 Mei 2021 di seluruh Sony Authorized Dealer. Khusus pembelian dalam masa pre-order, konsumen akan mendapatkan paket spesial senilai hingga Rp8.800.000 berupa satu buah kartu memori 160GB CFexpress Type-A dan dua buah baterai NP-FZ100.

Fitur dan Spesifikasi Kamera Cinema Line Full-Frame FX3

Sony FX3 mengusung sensor CMOS Exmor R back-illuminated full-frame dengan resolusi 10,2MP dan mesin pengolahan gambar BIONZ XR yang menawarkan sensitivitas tinggi dengan noise rendah. Rentang ISO standar dari kamera ini adalah 80 hingga 102.400 (dapat ditingkatkan hingga 409.600 saat merekam film) dan memiliki dynamic range lebar 15+ stop.

Untuk menciptakan tampilan sinematik tanpa pasca-produksi, FX3 dilengkapi profil tampilan S-Cinetone yang terinspirasi dari colour science kamera sinema digital VENICE yang juga digunakan pada kamera Cinema Line FX9 dan FX6. S-Cinetone menghadirkan mid-tone natural, warna lembut, dan highlight halus yang penting untuk tampilan sinematik. Juga didukung perekaman 4K hingga 120 frame per detik untuk slow-motion yang halus hingga 5x dengan autofokus.

Lebih lanjut, FX3 mendukung perekaman internal dalam format XAVC S dan XAVC S-I dalam 4K (QFHD) serta FHD dan format XAVC HS (MPEG-H HEVC/H.265, hanya 4K). Output video 4K 60p dalam format 10-bit 4:2:2 atau 16-bit RAW dapat dikeluarkan ke perangkat eksternal melalui jack HDMI Type-A pada FX3.

Agar dapat merekam terus menerus, FX3 menggabungkan kipas untuk pendinginan aktif dengan pembuangan panas efektif untuk memungkinkan perekaman 4K 60p tanpa gangguan dan penghentian termal. Bodinya tahan debu dan kelembapan, dengan casis magnesium alloy yang tahan lama dan  mendukung pengisian daya secara cepat USB PD (Power Delivery).

Selama perekaman film, Sony FX3 menawarkan Fast Hybrid autofocus (AF) dengan menggunakan sistem focal plane phase-detection 627 titik. Lengkap dengan Touch Tracking (Real-time Tracking) di mana hanya dengan menyentuh subjek yang diinginkan pada layar monitor, fokus otomatis dan pelacakan pada subjek tersebut akan memulai.

FX3 memiliki 5-axis optical in-body image stabilization yang sangat efektif untuk pengambilan gambar secara handheld. Stabilisasi gambar dalam bodi artinya stabilisasi efektif dapat tercapai dengan berbagai lensa, termasuk lensa E-mount yang tidak memiliki stabilisasi sendiri. Menariknya lagi, kamera FX3 merekam metadata stabilisasi gambar yang dilakukan dengan penyesuaian lebih mudah saat pasca-produksi menggunakan Catalyst Browse/Prepare.

Kamera ini juga dilengkapi fitur konektivitas canggih dengan fungsionalitas LAN nirkabel berkecepatan tinggi (band 2.4 GHz atau 5 GHz) dan koneksi kabel LAN melalui adaptor USB-ke-Ethernet yang kompatibel. FX3 ini juga mendukung pengambilan gambar jarak jauh dari PC dengan aplikasi Imaging Edge Desktop “Remote” melalui WiFi atau koneksi Superspeed USB 5Gbps melalui terminal USB Type-C.

Dengan bodi ringkas, kamera Cinema Line ini sangat ideal untuk melakukan perekaman menggunakan genggaman tangan (handheld shooting), gimbal, dan pemasangan pada drone. Beratnya hanya 715 gram termasuk baterai dan kartu memori. Bodi kamera ini memiliki tinggi 77,8 mm dengan lebar 129,7 mm dan kedalaman 84,5 mm – tanpa tonjolan.

Pada sekitar bodinya terdapat 5 thread hole (1/4-20 UNC) untuk memasang aksesori yang kompatibel dengan mudah. Unit pegangan XLR yang sudah tersedia dapat terpasang dengan aman ke bodi kamera melalui Multi Interface Shoe tanpa memerlukan alat khusus juga telah dilengkapi dengan 3 thread hole tambahan untuk aksesoris: dua di bagian atas dan satu di bagian ujung.

Dirancang tanpa kompromi dalam hal kontrol dan pengoperasian profesional. Tombol yang sering digunakan dalam perekaman film seperti penyesuaian ISO, iris, white balance terletak di grip dan di atas bodi. Selain itu, ada 140 fungsi yang dapat ditetapkan ke 15 tombol kustom.

Selain itu, lampu perekaman (tally) tersedia di bagian depan atas dan belakang kamera, sehingga kita dapat dengan mudah membedakan saat kamera dalam kondisi menyala. Monitor LCD panel sentuh vari-angle bukaan samping memungkinkan pengoperasian mudah dan cocok untuk pemasangan pada gimbal, pada sudut yang sulit, pengoperasian handheld dan masih banyak lagi.

Atomos Umumkan Ninja V+ dan Stream, Tawarkan Kapabilitas 8K 30fps ProRes Raw

Atomos telah mengumumkan dua perangkat monitor/recorder baru yaitu Ninja V+ dan Ninja Stream. Serta, pembaruan besar untuk Ninja V dengan firmware berbayar pertamanya seharga US$99 atau sekitar Rp1,4 jutaan yang rencananya akan dirilis pada bulan Mei 2021.

Ninja V sendiri dirilis pada tahun 2018, sejak itu Atomos secara konsisten merilis pembaruan gratis agar kompatibel dengan kamera baru. Lewat firmware berbayar ini Atomos meningkatkannya dengan memberi dukungan codec H.265 (HEVC). Berkat codec baru, monitor HDR 5 inci 1000 nit ini memungkinkan merekam footage 4K 60fps 10-bit 4:2:2 full ‘i’ frame dan juga 8-bit dengan opsi kecepatan data bervariasi.

Ninja V+ dan Ninja Stream

Butuh tiga tahun bagi Otomos untuk merilis penerus Ninja V. Dari segi desain, keduanya berbagi form factor yang sama. Bedanya bezel Ninja V+ dipoles dengan warna stealth grey. Tentu saja, perubahan besar terletak pada bagian dalamnya untuk merekam video dengan kualitas setinggi mungkin.

Keunggulan Ninja V+ dibanding pendahulunya adalah kemampuannya merekam video hingga resolusi 8K 30fps dan 4K 120fps secara terus menerus di format Apple ProRes RAW pada sistem kamera yang kompatibel. Ninja V+ secara bawaan juga sudah mendukung codec H.265 (HEVC) tanpa perlu melakukan upgrade berbayar.

Atomos belum mengungkap daftar lengkap kamera yang kompatibel dengan Ninja V+, pada press release-nya Atomos menyebut Canon EOS R5 untuk perekaman 8K 30fps. Sedangkan untuk dukungan 4K 120fps akan datang ke Z CAM E2 dan E2-M4.

Untuk mendukung pengguna SDI, Atomos juga memperkenalkan Ninja V+ Pro Kit yang dilengkapi dengan aksesori tambahan seperti adapter AtomX SDI. Dengan ini memungkinkan perekaman 4K 120fps ProRes RAW dari output SDI RAW pada Sony FX9 dan FX6.

Geser ke Ninja Stream, Atomos bilang bahwa monitor/recorder ini dirancang khusus untuk mengatasi tantangan produksi pada pembatasan jarak sosial seperti saat pandemi saat ini. Ninja Stream menawarkan perekaman ProRes dan H.264/5 proxy secara simultan dengan nama file dan timecode bersama, sambil mengirim feed video ke Ninja lain, smart device, atau platform berbasis web secara bersamaan.

Untuk detail spesifikasinya, monitor/recorder HDR 5 inci 4K dengan kecerahan maksimum 1.000 nit ini telah dilengkapi konektivitas WiFi, Ethernet, dan port USB-C. Feed video dari Ninja Stream dapat dibagikan dengan orang lain melalui WiFi atau melalui Ethernet 1Gbe hingga 300 meter tanpa perlu PC untuk transfer data dan live streaming.

Sumber: DPreview

[Review] TTArtisan 50mm F1.2, Racun Asyik Buat Penggemar Fotografi

TTArtisan 50mm F1.2 menjadi lensa 50mm ketiga yang saya pasang di kamera mirrorless APS-C. Sebelumnya pengalaman pertama jatuh pada Sony E 50mm F1.8 OSS, berpasangan dengan kamera entry-level legendaris Sony A6000. 

Saat itu, saya belum genap satu tahun sejak mulai lebih serius belajar fotografi dan masih mengandalkan mode auto. Hasilnya mengejutkan sekaligus mengerikan karena ‘auto bokeh’, banyak informasi yang hilang pada foto dan sedikit wajah orang yang blur akibat kurangnya kontrol dan pemahaman akan pengaturan aperture yang ideal. 

Tahun 2019 skill fotografi saya mulai terbentuk dan saya mendapatkan Sigma 56mm F1.4 DC DN yang merupakan lensa jagoan Sigma di segmen APS-C. Berpadu dengan Sony A6400, kombinasi keduanya bisa dibilang salah satu yang terbaik untuk kamera mirrorless APS-C di kelas tengah. Ringkas, cepat, dan sangat cekatan untuk menangkap momen. 

Review-TTArtisan-50mm-3

Tahun 2020 saya mulai bermain-main dengan lensa manual yakni 7Artisans 35mm F1.2. Meski begitu, saya masih belum bisa sepenuhnya move on dari lensa 50mm dan akhirnya saya menukarnya dengan TTArtisan 50mm F1.2.

Dibanderol dengan harga Rp1.499.000, apakah kualitas lensa ini mampu melampaui harga jualnya? Berikut review TTArtisan 50mm F1.2 selengkapnya. 

Daya Tarik 50mm 

Review-TTArtisan-50mm-4

TTArtisan 50mm F1.2 tersedia dalam beberapa dudukan kamera yang berbeda, termasuk untuk Sony E, Canon EF-M, Fujifilm X, dan kamera dengan sensor Micro Four Thirds (MFT). Saya menggunakan versi Sony E-mount dengan ekuivalen 75mm di full frame

Focal length 75mm ini termasuk tele menengah, saya jatuh hati karena perspektif yang dihasilkan. Kebetulan genre fotografi yang saya geluti cocok, pertama untuk foto produk terutama gadget. Di mana memotret berbagai angle dan sudut pengambilan gambar terasa tetap proporsional. 

Tentu saja, lensa 50mm sangat dahsyat untuk foto portrait. Sudut pandang yang ditawarkan memang yang tidak terlalu luas, namun latar belakang yang blur alias bokeh yang tercipta saat menggunakan aperture besar benar-benar sangat cantik dan berkesan artistik. 

F1.2 dengan jarak fokus minimum 50cm
F1.2 dengan jarak fokus minimum 50cm

Untuk foto portrait menggunakan lensa manual, tips dari saya ialah tentukan jarak fokusnya. Misalnya closeup mengambil area kepala saja dulu, setelah cukup putar cincin fokus untuk mendapatkan kepala dengan bahu, setengah badan, dan sebagainya. 

Berkat bentuknya yang ringkas, TTArtisan 50mm F1.2 juga ideal untuk diajak traveling dan hunting street photography. Misalnya merekam aktivitas orang-orang alias human interest

Desain dan Spesifikasi

Review-TTArtisan-50mm-5

Lensa dan dudukannya terbuat dari logam, build quality-nya bagus dan terasa sangat solid. Beratnya mencapai 336 gram dan filter depannya berukuran 52mm, TTArtisan menyediakan lensa hood 52mm-nya yang bisa dibeli secara terpisah seharga Rp99.000. 

Pada bodi lensa terdapat ring kontrol aperture dan pemfokusan manual. Menariknya pergeseran aperture-nya menimbulkan bunyi klik, yang mana menjadi nilai lebih bagi fotografer karena kontrol aperture-nya menjadi lebih presisi, tetapi mungkin menjadi kekurangan bagi videografer. 

Review-TTArtisan-50mm-6

Bokeh indah yang dihasilkan lensa ini berkat penggunaan diafragma 10-blade dan memiliki rentang dari F1.2 hingga F16. Selain bokeh, keunggulan aperture besar ialah low light guna menekan ISO agar tidak terlalu tinggi. Sebagai informasi, asupan cahaya F1.2 lebih banyak 1,4 kali dari F1,4, 2,8 kali dari F2, dan 5,5 kali dari F2.8. 

Selain itu, bentuk ring kontrol pemfokusan manual cukup menonjol sehingga cukup mudah diputar dan grip-nya bukanlah karet melainkan logam berusuk yang bergaris. Proses pencarian fokus relatif presisi dan ring dapat diputar sekitar 120 derajat dari 50cm untuk jarak fokus minimum hingga tak terhingga. 

Untuk spesifikasi, TTArtisan 50mm F1.2 terdiri dari tujuh elemen dalam lima grup. Optiknya dibuat oleh DJ OPTICAL dengan desain Sonnar yang sudah diperbarui. Harus diakui, secara optik memang cukup sederhana dan bagaimanapun pada titik harga ini jangan menaruh ekspektasi terlalu tinggi. 

Maksud saya, bila pekerjaan Anda menuntut kinerja optik yang tinggi jelas lensa ini bukan pilihan yang tepat. Sebaliknya kita juga tidak boleh meremehkan kapabilitas lensa 50mm klasik ini. 

Dari sisi ketajaman, saat terbuka lebar f1.2 hasilnya lumayan tajam untuk foto portrait pada jarak dekat. Ada vignetting tetapi tidak banyak dan lensa dapat menangani flare dengan cukup baik. 

Putar ke f2 atau f2.8, angka ini cukup ideal untuk portrait jarak dekat dan menengah. Detailnya cukup dan lebih kontras dengan rendering warna yang tidak terlalu kuat yang bagus untuk warna kulit. Ketajaman optimalnya dicapai pada f5.6-f8, yang serbaguna untuk jenis pemotretan lainnya.

Verdict

Review-TTArtisan-50mm-7

Ada cukup banyak pilihan lensa 50mm di tiap sistem kamera, bisa dibilang kita tidak kekurangan pilihan baik lensa native maupun buatan pihak ketiga dengan kisaran harga bervariasi. Harga murah menjadi daya tarik utama TTArtisan 50mm F1.2 dengan build quality, kualitas gambar yang layak dengan bokeh yang menawan, dan punya ring aperture yang klik. 

Tentu saja saya harus menekankan bahwa ini adalah lensa dengan fokus manual, yang mana sisi baiknya sangat bagus untuk melatih kreativitas, baik untuk pemula maupun yang berpengalaman. Namun bagi sebagian orang, kehilangan fitur autofocus menjadi kerugian besar. Jadi, saya pikir lebih cocok dijadikan sebagai lensa sekunder. 

Menurut saya, TTArtisan 50mm F1.2 merupakan lensa yang sangat menyenangkan untuk dimainkan pada kamera mirrorless APS-C. Kompetitor terdekatnya ialah 7Artisans 55mm F1.4 keluaran 2017 yang berada di rentang harga yang sama, namun saya pikir sudah saatnya 7Artisans memperbarui lensa tersebut. 

Sparks

  • Harga terjangkau dengan aperture besar F1.2
  • Ring kontrol aperture klik
  • Ring kontrol pemfokusan presisi
  • Bulid quality kokoh dari logam 

Slacks

  • Lensa manual
  • Secara optik, desainnya sederhana

 

Sony A1, Lensa FE 50mm F1.2 G Master, dan Tiga Lensa Seri G Resmi Hadir di Indonesia

Sony telah meluncurkan kamera dan empat lensa full frame terbarunya di Indonesia. Meliputi mirrorless flagship Alpha 1, lensa FE 50mm F1.2 G Master (SEL50F12GM), serta tiga lensa seri G dengan desain ringkas yakni FE 50mm F2.5 G (SEL50F25G), FE 40mm F2.5 G (SEL40F25G), dan FE 24mm F2.8 G (SEL24F28G).

Kami selalu mendengarkan masukan dari para pelanggan dan terus berinovasi untuk menghadirkan produk-produk pencitraan terbaik kepada para pecinta fotografi dan videografi. Dengan hadirnya kamera Alpha 1, lensa FE 50mm F1.2 GM dan tiga lensa terbaru dari seri G Lens, kami harap seluruh pengguna Sony dapat memanfaatkan produk-produk ini untuk lebih bebas bereksplorasi dan menghasilkan karya-karya menakjubkan dengan kualitas yang luar biasa.” Ujar Kazuteru Makiyama, President Director PT Sony Indonesia.

Sony Alpha 1

[FOTO 1] Tampilan Sony Alpha 1

Mari mulai dari Sony Alpha 1 yang merupakan pencapaian tertinggi Sony untuk kamera mirrorless full-frame. Sebab Sony berhasil menggabungkan keunggulan A7R IV yang menawarkan resolusi tinggi, A7S III dengan sensitivitas tinggi dan video, serta A9 II dengan kecepatannya. Menurut Sony, Alpha 1 ini sangat cocok untuk para fotografer dan videografer profesional, serta sangat direkomendasikan untuk para fotografer portrait dan birding.

Sony A1 mengusung sensor gambar Exmor RS CMOS full-frame terbaru dengan resolusi 50,1MP yang dibuat dengan memori integral. Sensor gambar ini dipasangkan dengan mesin pemrosesan gambar BIONZ XR yang telah ditingkatkan dengan daya pemrosesan delapan kali lebih banyak, memungkinkan pengambilan gambar 50,1MP secara terus menerus pada 30fps tanpa blackout dengan perhitungan hingga 120 AF/AE per detik.

Selain itu, hal ini juga memungkinkan kamera untuk menghasilkan wide dynamic range sebanyak 15+ stop untuk video dan 15 stop untuk still.  Sony A1 juga sanggup merekam video hingga 8K 30p menggunakan seluruh lebar sensor. Kamera menggunakan semua piksel horizontal, menangkap footage 8,6K dan kemudian memperkecil ukurannya menjadi 8K. Footage 8K dapat ditangkap hingga 10-bit 4:2:0 menggunakan format XAVC HS.

[FOTO 2] SEL50F12GM dengan Kamera Alpha 1

Kamera ini juga memiliki kemampuan autofokus yang canggih, dengan 759 phase detection point dalam sistem AF phase-detection yang mencakup sekitar 92% area gambar. Lalu, dengan mesin pemrosesan gambar BIONZ XR, Real-time Eye AF Sony meningkatkan performa deteksi sebesar 30% dibandingkan sistem sebelumnya. Selain memiliki Real-time Eye AF untuk manusia dan hewan, A1 juga menyediakan Real-time Eye AF untuk burung yang pertama dalam seri Alpha.

Untuk pertama kalinya di dunia, kamera terbaru ini dilengkapi shutter elektronik yang menawarkan pengambilan gambar secara terus-menerus anti-flicker senyap, tanpa suara mekanis dan getaran. Kamera A1 ini juga memungkinkan sinkronisasi flash shutter elektronik hingga 1/200 detik untuk pertama kalinya dalam kamera Alpha. Selain itu, A1 juga dapat lebih mudah menangkap gerakan dinamis berkat adanya mechanical shutter flash dengan sinkronisasi hingga 1/400 detik.

Sony A1 akan segera hadir di Indonesia pada bulan Mei 2021 dengan harga Rp91.999.000. Pembelian secara pre-order telah dibuka mulai dari tanggal 26 Maret – 25 April 2021. Khusus pembelian dalam masa pre-order, konsumen akan mendapatkan paket spesial senilai Rp6.000.000 berupa vertical grip VG-C4EM. Juga ada paket purchase with purchase dengan cashback hingga Rp3.000.000 untuk pembelian lensa dan aksesori tertentu yaitu lensa SEL200600G, SEL100400GM, dan baterai NP-FZ100.

Sony FE 50mm F1.2 G Master

[FOTO3] Tampilan SEL50F12GM

Beralih ke Sony FE 50mm F1.2 G Master, lensa ini dapat memberikan mobilitas tinggi dan penanganan mudah untuk lensa 50mm F1.2 berkat faktor bentuk yang ringkas. Lensa G Master terbaru ini dapat menghasilkan bokeh yang dalam dan halus di latar depan, serta latar belakang berkat adanya unit bukaan melingkar 11-blade dan desain optik yang disempurnakan dengan spherical aberration minimal.

Disamping itu, lensa FE 50mm F1.2 GM memiliki empat XD (extreme dynamic) Linear Motors yang memberikan efisiensi daya dorong tinggi, sehingga dapat menjaga subjek dalam fokus tajam bahkan pada shallow depth of field dengan AF, serta pelacakan yang cepat, tepat, dan senyap. Dengan mekanisme fokus melayang pada lensa yang dikontrol oleh algoritma penggerak lensa khusus, lensa ini dapat mencapai resolusi tinggi pada seluruh rentang fokus dengan jarak fokus minimum 0,4m.

Lensa Sony FE 50mm F1.2 GM akan hadir di Indonesia pada bulan Mei 2021 dengan harga Rp30.999.000. Sony Indonesia akan menghadirkan pembelian secara pre-order mulai tanggal 26 Maret – 25 April 2021. Sony Indonesia juga akan mengadakan aktivitas hands-on bagi para pelanggan untuk merasakan kecanggihan kamera A1 dan lensa FE 50mm F1.2 GM di berbagai kota besar di Indonesia dalam waktu dekat.

Tiga Lensa Terbaru dari Seri G

[FOTO 4] Tampilan FE 24mm F2.8 G, FE 40mm F2.5 G dan FE 50mm F2.5 G (1)

Sony juga memperkenalkan tiga lensa terbaru dari seri G yaitu FE 50mm F2.5 G, FE 40mm F2.5 G, dan FE 24mm F2.8 G dalam desain yang ringan dan ringkas. Lensa ini diperkenalkan sebagai set foto dan video yang sempurna untuk berbagai penggunaan, termasuk pengambilan gambar snap, portrait dan lanskap.

Ketiga lensa terbaru ini masing-masing memberikan focal length untuk pengambilan gambar apa pun, dengan 50mm yang terbaik untuk portrait, 40mm optimal untuk pengambilan gambar snap still atau film, dan 24mm yang ideal untuk lanskap dan juga pembuatan film.

Ketiga lensa ini memiliki ukuran yang sama diameter 68mmx45mm), diameter filter 49mm, dan berat yang hampir sama, FE 50mm F2.5 G 174 gram, FE 40mm F2.5 G 173 gram, dan FE 24mm F2.8 G 162 gram. Serta menampilkan desain eksterior yang sama, namun focal length ditandai dengan jelas untuk pergantian yang cepat.

Kualitas gambar dapat dicapai berkat penggunaan optik dengan elemen aspherical dan elemen kaca ED (Extra-low Dispersion) yang menghasilkan resolusi tinggi dan menekan color fringing. Elemen aspherical memastikan performa resolusi tinggi di setiap sudut gambar, bahkan dari bukaan terlebar dengan shallow depth of field.

Bokeh dari G Lens dicapai dengan pengoptimalan bukaan melingkar dan dihasilkan pada poin terlebar dari setiap lensa.Sony Indonesia akan segera mengumumkan informasi mengenai harga dan ketersediaan dari lensa FE 50mm F2.5 G, FE 40mm F2.5 G, dan FE 24mm F2.8 G di Indonesia dalam waktu dekat.

Canon Merilis Kit Aksesori Webcam untuk Kamera DSLR dan Mirrorless-nya

Kebutuhan video conference saat bekerja dari rumah meningkat tajam. Tahun lalu, banyak produsen kamera yang merilis software yang memungkinkan menyulap kamera digital menjadi webcam berkualitas tinggi.

Canon salah satunya, mereka memiliki software bernama Canon Webcam Utility. Kini Canon telah mengumumkan kit aksesori webcam untuk pemilik kamera DSLR dan mirrorless tipe tertentu yang memungkinkan menggunakan kamera sebagai webcam dalam jangka waktu yang lama tanpa takut kehabisan baterai.

Kit aksesori webcam dari Canon dibanderol dengan harga mulai dari US$89.99 atau sekitar Rp1,2 jutaan dan terdiri dari tiga versi. Mulai dari versi untuk kamera mirrorless EOS M atau APS-C terbaru meliputi Canon EOS M50, EOS M50 Mark II, dan EOS M200.

Lalu, yang kedua untuk lini kamera DSLR-nya yang terdiri dari Canon EOS Rebel T3, T5, T6, dan T7. Satu lagi versi terakhir khusus untuk pemilik kamera mirrorless Canon EOS RP dan dibanderol lebih mahal yakni US$159 atau sekitar Rp2,2 jutaan.

Tiga versi kit aksesori webcam ini memiliki kelengkapan yang berbeda-beda. Namun setiap versi dilengkapi kabel USB untuk menghubungkan kamera ke komputer atau laptop Anda, baterai tiruan, dan adaptor daya untuk mengisi daya kamera langsung ke stopkontak. Namun dalam kit aksesori webcam ini belum termasuk tripod yang berguna untuk menempatkan posisi kamera dengan sudut yang baik.

Sumber: DPreview

Sony Umumkan Lensa Kedua di 2021, FE 50mm F1.2 G Master

Setelah mengumumkan lensa Sony FE 35mm F1.4 G Master pada bulan Januari lalu, kini Sony kembali merilis lensa kedua di tahun 2021 yaitu Sony FE 50mm F1.2 G Master. 50mm sendiri merupakan salah satu focal length yang sangat populer, ramah digunakan untuk para pemula tetapi powerful dan serbaguna di tangan profesional.

Untuk kategori premium, sebelumnya Sony sudah memiliki lensa Sony Planar T* FE 50mm F1.4 ZA yang dirilis tahun 2016 dan di Indonesia dibanderol Rp23 juta. Sementara, Sony FE 50mm F1.2 GM rencananya akan tersedia pada bulan Mei dengan harga US$1.999 atau sekitar Rp28,8 jutaan.

Tambahan aperture ekstra 1/2-stop dari F1.4 menjadi F1.2 membuat perbedaan untuk menekan shutter speed pada pemotretan di kondisi cahaya rendah. Sony mengatakan, lensa FE 50mm F1.2 GM ini ideal untuk portrait, wedding, video, dan lainnya.

Dari segi ukuran, desain Sony FE 50mm F1.2 GM cukup ringkas dengan diameter 87mm, panjang 108mm, filter depan 72mm, dan bobot 778 gram. Sebagai lensa premium G Master, lensa ini tentu memiliki build quality yang solid, bodinya terbuat dari material magnesium alloy dan sudah weather-sealing. Termasuk fluorine coating di elemen depan untuk mengusir debu, air, dan sidik jari.

Konstruksi optiknya terdiri dari 14 elemen dalam 10 grup, mencakup tiga elemen extreme aspherical (XA) untuk meminimalkan penyimpangan dan Nano AR II coating untuk membantu mengurangi flare dan ghosting. Selain itu, lensa ini memiliki dua floating focus group yang memungkinkan jarak pemfokusan yang dekat dan digerakkan oleh empat motor linierextreme dynamic‘ yang menjanjikan kecepatan autofocus yang sangat cepat.

Jarak fokus minimum lensa ini 40cm dengan perbesaran maksimum 0,17x dan memiliki diafragma aperture 11 bilah untuk menghasilkan bokeh yang natural. Pada bodi lensa terdapat ring aperture yang bisa clicked atau de-clicked, ring fokus manual, dan ada dua tombol focus hold yang fungsinya bisa disesuaikan.

Sumber: DPreview

[Rekomendasi] Harga Kamera Mirrorless Sony Alpha Terbaru di Indonesia

Sony merupakan salah satu perusahaan pencitraan terbesar di dunia dan kamera mirrorless-nya juga sangat populer di Indonesia. Sistem kamera Sony disebut E-mount dan terdiri dari sensor APS-C serta full frame.

Produk kamera mirrorless Sony sangat bervariasi, mencakup dari yang terjangkau untuk pemula hingga untuk para profesional fotografer dan videografer. Ekosistem lensanya juga sangat kuat, baik jumlah lensa native maupun dukungan lensa pihak ketiga.

Bagi yang tertarik dengan kamera Sony, berikut rekomendasi dan daftar harga kamera mirrorless Sony Alpha terbarunya di Indonesia.

APS-C Pemula

  • Sony A5100 Rp6,5 juta dengan lensa kit 16-50mm
  • Sony A6000 Rp7,5 dengan lensa kit 16-50mm
  • Sony A6100 Rp11 juta dengan lensa kit 16-50mm

Kemampuan kamera smartphone memang terus meningkat, tetapi pengalaman memotretnya jelas berbeda. Bagi yang gemar foto-foto dan ingin belajar fotografi lebih serius, kamera mirrorless Sony yang cocok untuk pemula adalah Sony A5100, Sony A6000, dan penerusnya A6100.

Sony-A5100

Sony A5100 ini memiliki bodi yang sangat ringkas dan kontrol yang sederhana, itu menjadi kelebihan sekaligus kekurangannya tergantung dari sisi mana Anda melihatnya. Namun yang pasti, sensor APS-C 24,3MP dapat menghasilkan jepretan yang berkualitas.

Sementara, Sony A6000 masih menjadi kamera pemula yang sangat populer bahkan setelah penerusnya hadir masih tetap dijual. Sebetulnya peningkatan yang dibawa oleh Sony A6100 sangat banyak dibanding A6000, sebut saja layar yang bisa diputar 180 derajat, jack mikrofon eksternal, sistem autofocus terbaru, hingga perekam video 4K.

Meski Sony A6100 kaya fitur, posisi kamera ini sendiri bisa dibilang ‘kentang’. Harganya mencapai Rp11 jutaan dengan lensa kit, di segmen pemula harga kamera sangat sensitif. Di sisi lain, Sony A6100 terlalu dekat dengan Sony A6400 yang menawarkan fitur video lebih komplit dan bisa didapat Rp15 juta dengan lensa kit.

APS-C Hybrid Menengah

  • Sony A6400 Rp13 juta body only
  • Sony A6400 Rp15 juta dengan lensa kit 16-50mm
  • Sony A6600 Rp19 juta body only
  • Sony A6600 Rp25 juta dengan lensa kit 18-135mm

Di kelas menengah, Sony juga memiliki kamera mirrorless yang sangat powerful, baik untuk para enthusiast fotografer maupun content creator. Ya, apalagi kalau bukan Sony A6400 dan A6600, keduanya bisa dibilang merupakan kamera hybrid karena mengemas fitur video yang terbilang cukup lengkap.

Sony-A6400-1

Kemampuan para pendahulunya yakni A6300 dan A6500 juga sebetulnya tidak boleh diremehkan, hanya saja ketersediaannya sangat langka di pasaran. Adapun perbedaan utama antara Sony A6400 dan A6600 terletak pada fitur-fitur seperti IBIS, baterai baru tipe NP-FZ1000, dan jack headphone untuk monitor audio yang hanya dimiliki A6600.

Fitur-fitur lainnya identik, termasuk sistem autofocus terbaru dengan real-time tracking dan real-time Eye AF dan layar sentuh yang bisa diputar 180 derajat ke depan untuk kemudahan membuat konten. Serta, kemampuan perekam video 4K yang mendukung S-Log dan HLG untuk fleksibilitas post processing.

Full Frame Profesional

  • Sony A7 Rp13 juta dengan lensa FE 50mm F1.8
  • Sony A7 II Rp18 juta body only
  • Sony A7 III Rp25 juta body only
  • Sony A7C Rp27 juta body only
  • Sony A7R IV Rp42 juta body only
  • Sony A7R III Rp34 juta body only
  • Sony A7S III Rp51 juta body only
  • Sony A9 II Rp63,5 juta body only

Untuk kebutuhan para fotografer dan videografer profesional, Sony memiliki kamera mirrorless full frame yang terbagi menjadi empat kategori yaitu basic, foto, video, dan speed. Mari mulai dari yang basic, bila Anda ingin mencicipi full frame, Sony masih menjual A7 original keluaran tahun 2013 dengan harga Rp13 juta dengan lensa FE 50mm F1.8 dan beberapa waktu yang lalu sempat dijual promo Rp10 juta.

Sony-A7-III

Juga ada Sony A7 mark II keluaran 2014, fitur pembeda utama dari generasi pertama ialah 5-axis in-body image stabilization alias IBIS, sisanya masih identik. Soal kebutuhan foto, keduanya masih sangat dapat diandalkan bahkan untuk keperluan wedding photography, kelemahan kedua kamera ini adalah fitur videonya sangat minim.

Sony A7 mark III keluaran 2018 menjadi pilihan paling ideal untuk kebutuhan profesional secara umum, karena menawarkan peningkatan kualitas foto dan video yang sangat signifikan. Resolusinya tetap 24MP, namun menggunakan sensor BSI (backside-illuminated), sistem autofocus-nya cepat, baterai baru, dan mendukung perekam video 4K.

Sony-A7C

Kini juga ada Sony A7C keluaran 2020, yang membawa bodi seringkas kamera APS-C seri Alpha 6xxx dengan kemampuan yang sama seperti A7 III. Pembeda lain, Sony A7C sudah dilengkapi LCD dengan mekanisme vari-angle yang bisa ditarik ke samping dan diputar 180 derajat untuk keleluasaan mencari angle dan kemudahan membuat konten vlog.

Beralih ke kategori foto, Sony memiliki A7R yang mengunggulkan resolusi tinggi. Model terbaru Sony A7R IV keluaran 2019 menawarkan resolusi 61MP, terbesar di kelasnya. Generasi sebelumnya, A7R III keluaran 2017 membawa resolusi 42MP. Sekedar pembanding, Canon EOS R5 mengusung 45MP, Nikon Z7 II 46MP, dan Panasonic Lumix S1R 47MP.

Lanjut di kategori video, Sony mengandalkan seri A7S. Berbanding terbalik dengan seri A7R yang mengusung resolusi tinggi, seri A7S hanya beresolusi 12MP. Namun justru itu kuncinya, resolusi yang lebih kecil berarti ukuran per pikselnya lebih besar dan lebih sensitif terhadap cahaya.

Nah yang terbaru, Sony A7S III dirilis tahun 2020 dengan fitur utamanya antara lain kemampuan perekaman video 4K hingga 120fps dengan kedalaman 10-bit dan pengambilan sampel warna 4:2:2. Serta, Full HD hingga 240fps dengan full-pixel readout tanpa pixel binning dan mendukung ISO sampai 409.600.

Kategori kamera full frame premium dari Sony mengandalkan kecepatan yaitu seri A9 dan A1. Untuk Sony A9 II, resolusi yang ditawarkan 24MP dan keunggulannya ialah ia mampu menjepret foto tanpa henti. Kecepatan burst shooting A9 II  mencapai 20fps menggunakan shutter elektronik dan 10fps menggunakan shutter mekanisnya.

Sementara, Sony A1 adalah lini baru kamera mirrorless Sony yang sangat spesial, karena merupakan kombinasi terbaik dari lini yang ada mencakup A9, A7R, dan A7S. Resolusinya 50MP, namun Sony A1 dapat memotret beruntun (continuous shooting) tanpa blackout atau jeda hingga 30fps dan mendukung perekaman video 8K yang ditangkap hingga 10-bit 4:2:0 menggunakan format XAVC HS.

 

Laowa Umumkan 5 Lensa, 3 Full Frame, 1 APS-C, dan 1 MFT dengan Aperture F/0.95

Sebelumnya saya pernah membahas hal-hal penting mengenai lensa Laowa dari Venus Optics. Mereka dikenal sebagai pembuat lensa wide angle dan macro ekstrem berkualitas, namun lensa Laowa terbaru yang dirilis tahun 2021 ini akan sedikit berbeda.

Venus Optics telah mengumumkan lima lensa terbarunya pada ajang pameran kamera CP+ di Jepang. Meliputi Laowa 25mm f/0.95 untuk sensor Micro four Thirds, 33mm f/0.95 APO untuk APS-C, serta lensa full frame 35mm f/0.95, 45mm f/0.95, dan Laowa FF II 12-24mm f/5.6 C-Dreamer Ultra Wide Zoom.

Ya, empat dari lima lensa Laowa memiliki focal length agak panjang dan menawarkan aperture besar f/0.95 yang berarti ideal untuk foto portrait dengan bokeh yang apik. Kisaran focal length tersebut juga serba guna, cocok untuk pengambilan gambar aktivitas harian dan street photography.

1. Laowa 25mm f/0.95 MFT

lao25mmF0.95_03

Lensa fix manual Laowa 25 f/0.95 dirancang untuk kamera mirrorless dengan sensor Micro Four Thirds (MFT). Saat terpasang pada kamera Panasonic Lumix dan Olympus misalnya, berarti Laowa 25 f/0.95 menawarkan focal length 50mm ekuivalen di full frame.

Adapun untuk spesifikasinya, Laowa 25 f/0.95 memiliki 14 elemen dalam 8 grup. Mencakup satu elemen lensa aspherical, satu elemen khusus low-dispersion, dan tiga elemen high-refractive.

Selain itu, Laowa 25 f/0.95 memiliki diafragma aperture 9 bilah, jarak fokus minimumnya 25cm dengan perbesaran maksimum 0,17x, dan filter berukuran 62mm. Dimensinya 71x86mm dengan bobot 570 gram.

2. Laowa 33mm f/0.95 APO APS-C

lao.CF33mm0.95_04

Beralih ke Laowa 33mm f/0.95, lensa ini dirancang untuk kamera mirrorless bersensor APS-C dan tersedia untuk Sony E, Fujifilm X, Nikon Z, dan Canon EF-M. Saat dipasang di kamera Sony Alpha, Laowa 33mm f/0.95 menawarkan focal length 49,5mm atau 50mm ekuivalen di full frame.

Lensa ini dibuat dari 14 elemen dalam 9 grup, termasuk satu elemen lensa aspherical, satu elemen khusus low-dispersion, dan tiga elemen high-refractive. Lensa ini berdimensi 71,5x83mm dan berbobot 590 gram, memiliki diafragma aperture 9 bilah, jarak fokus minimum 35cm dengan perbesaran maksimum 0,125x, dan diameter filter 62mm.

3. Laowa FF II Argus 35mm f/0.95

lao35mm.f095_02

Lensa full frame Laowa 35mm f/0.95 ini tersedia untuk sistem kamera Sony E, Nikon Z, dan Canon RF. 35mm sendiri merupakan focal lenght klasik, karena ruang pandangnya dekat dengan perspektif mata manusia. Termasuk serba guna, karena bila butuh lebar tinggal mundur beberapa langkah.

Untuk spesifikasinya cukup identik dengan dua lensa di atas, 14 elemen dalam 9 grup, termasuk satu elemen lensa aspherical, satu elemen khusus low-dispersion, dan empat elemen high-refractive.
Soal bokeh, lensa full frame tentu menawarkan depth of field lebih tipis pada f/0.95 dan ditambah memiliki diafragma aperture 15 bilah sehingga bokehnya lebih bulat. Jarak fokus minimumnya 50cm dengan perbesaran maksimum 0,1x, dan filter 72mm.

4. Loawa FF II 45mm f/0.95

lao45mm0.95_03

Seperti Laowa 35mm f/0.95, Loawa FF II 45mm f/0.95 juga tersedia untuk sistem kamera mirrorless Sony E, Nikon Z, dan Canon RF. 45mm juga tergolong tele menengah yang ideal untuk foto portrait dan rentang focal length ini sering disebut lensa wajib bagi fotografer pemula yang ingin menambah jam terbang memotret.

Loawa FF II 45mm f/0.95 terdiri dari 13 elemen dalam 9 grup, termasuk satu elemen lensa aspherical, satu elemen khusus low-dispersion, dan satu elemen high-refractive. Jarak fokus minimumnya 50cm dengan perbesaran 0,12x, filter 72mm, dan memiliki diafragma aperture 15 bilah.

5. Laowa FF II 12-24mm f/5.6 C-Dreamer Ultra Wide Zoom

lao.1224_02

Ini adalah lensa ultra wide zoom dengan focal length 12-24mm yang menawarkan fleksibilitas dan aperture konstan f/5.6. Lensa full frame ini dirancang untuk sistem kamera Leica M, Sony E, Nikon Z, dan Canon RF.

Untuk spesifikasi, lensa ini terdiri dari 15 elemen dalam 11 grup, termasuk dua elemen lensa aspherical dan tiga elemen khusus low-dispersion. Jarak fokus minimumnya 15mm dengan perbesaran 0,4x, dan memiliki aperture 5 bilah.