Shroud: Mixer Punya Komunitas yang Lebih Baik dari Twitch

Esports telah menjadi industri dengan nilai lebih dari US$1 miliar. Semakin banyak perusahaan endemik dan non-endemik yang tertarik untuk masuk ke ranah esports sebagai sponsor. Jumlah investor di bidang esports juga terus bertambah, yang dianggap sebagai salah satu tanda bahwa industri ini telah menjadi semakin matang. Satu hal yang menarik banyak perusahaan untuk menjadi sponsor adalah penonton esports yang relatif muda.

Inilah mengapa beberapa organisasi esports besar tidak hanya fokus pada memenangkan turnamen, tapi juga dalam membuat konten untuk ditayangkan di platform live streaming dan media sosial. Salah satunya adalah EVOS Esports yang belum lama ini mendapatkan kucuran dana sebesar US$4,4 juta (sekitar Rp61 miliar) yang ditujukan untuk mengembangkan divisi influencer mereka. Tentu saja, tak semua influencer menjadi bagian dari organisasi esports. Contohnya Michael “Shroud” Grzesiek, yang sempat menjadi pemain profesional di bawah Cloud9 sebelum memutuskan untuk pensiun dan menjadi streamer.

Sama seperti kebanyakan streamer, Shroud memulai karirnya di Twitch. Namun, pada akhir Oktober 2019, Shroud mengumumkan keputusannya untuk pindah ke Mixer, platform live streaming milik Microsoft. Saat ini, dari segi viewership, Twitch masih mendominasi. Karena itu, tidak heran jika setelah pindah ke Mixer, jumlah view yang didapatkan oleh Shroud menurun drastis. Meskipun begitu, ketika ditanya oleh penontonnya dalam sesi streaming, Shroud mengaku tidak menyesali keputusannya untuk pindah ke Mixer. Menurutnya, komunitas Mixer lebih baik daripada penonton di Twitch.

“Saya suka komunitas di sini,” kata Shroud, dikutip dari Dexerto. “Orang-orang di sini adalah komunitas utama saya. Seseorang tidak akan menonton konten saya di Mixer jika mereka adalah orang kurang ajar. Orang-orang itu tetap di Twitch, melakukan apa yang mereka senang lakukan, tapi orang-orang yang baik dan suportif mengikuti saya ke Mixer. Saya senang saya bisa tahu siapa fans saya yang setia.” Dia lalu melanjutkan, “Tentu saja, ada orang-orang yang tidak menonton konten saya di Mixer karena mereka memang tidak mau, walau mereka tetap bisa menikmati konten saya, dan mereka mungkin sesekali tetap menonton streaming saya. Pada dasarnya, apa yang saya ingin bilang adalah komunitas di sini lebih baik.”

Shroud bukanlah satu-satunya streamer yang memutuskan untuk pindah dari Twitch. Pada Agustus, Tyler “Ninja” Blevins juga mengumumkan kepindahannya ke Mixer. Selain itu, Soleil “EwOk” Wheeler dari FaZe Clan juga melakukan hal yang sama. Sementara Jack “CouRage” Dunlop memutuskan untuk pindah ke YouTube Gaming setelah mendapatkan kontrak eksklusif.

Sumber header: Twitter

Michael “Shroud” Grzesiek Pindah ke Mixer

Salah satu satu streamer terpopuler di Twitch, Michael “Shroud” Grzesiek mengumumkan bahwa akan menyiarkan konten secara eksklusif di platform streaming buatan Microsoft, Mixer. Nama Grzesiek mulai dikenal ketika dia menjadi streamer Counter-Strike sebelum dia direkrut oleh Cloud9 sebagai pemain profesional. Tahun lalu, saat dia masih berumur 23 tahun, Grzesiek mengundurkan diri dari scene esports profesional. Sejak saat itu, dia mendedikasikan waktunya sebagai streamer.

Grzesiek pindah ke Mixer hanya beberapa bulan setelah Tyler “Ninja” Blevins, salah satu streamer paling populer Twitch lain, memutuskan untuk menyiarkan konten secara eksklusif di platform buatan Microsoft tersebut. Keputusan Grzesiek ini mungkin mengejutkan sebagian orang. Terutama karena ketika Blevins mengumumkan kepindahannya ke Mixer, Grzesiek mengatakan bahwa ini adalah kesempatan baginya untuk menambah fans-nya di Twitch. Grzesiek mengumumkan keputusannya untuk pindah ke Mixer melalui Twitter. “Shroud yang sama. Tempat baru,” tulisnya dalam sebuah kicauan.

Dengan follower lebih dari tujuh juta orang, Grzesiek adalah salah satu streamer paling populer di Twitch. Fans suka padanya karena dia memiliki skill yang hebat dan sikapnya yang santai. Keputusannya untuk pindah ke Mixer berarti dia harus kembali membangun fanbase-nya dari nol. Saat artikel ini ditulis, ada 290 ribu orang yang mengikuti channel Mixer Shroud. Angka itu jauh lebih sedikit dari channel Shroud di Twitch. Namun, ini tidak aneh, mengingat jumlah penonton Mixer memang masih jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan Twitch.

Hal yang sama juga terjadi pada Blevins ketika dia memutuskan untuk pindah ke Mixer. Sejak dia menggunakan Mixer, rata-rata penonton Blevins turun dari 37 ribu per sesi menjadi 14 ribu per sesi. Dikabarkan, alasan Blevins rela pindah ke Mixer yang penontonnya lebih sedikit adalah karena Microsoft berani menawarkan kontrak yang menarik. Dugaan lainnya adalah karena Blevins khawatir akan mengalami burnout. Manager dan istri Ninja, Jessica Blevins, mengatakan, uang bukan alasan mereka untuk pindah dari Twitch. Mereka memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan Mixer karena mereka merasa, jika mereka tetap ada di Twitch, mereka tak bisa mengembangkan merek “Ninja”, menurut laporan Business Insider.

Keputusan Blevins untuk pindah ke Mixer mengejutkan banyak orang. Jelas, ini merupakan usaha Microsoft untuk mengejar ketertinggalannya dari Twitch. Menurut data terbaru dari Streamlabs dan Newzoo, kehadian Blevins di Mixer membuat semakin banyak kreator konten tertarik untuk membuat channel di Mixer. Per Q3 2019, jumlah channel di Mixer naik 188 persen. Sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan pertumbuhan jumlah penonton. Menurut laporan StreamElements, kepindahan Blevins ke Mixer tidak memberikan banyak pengaruh pada total durasi video ditonton. Pada Juli dan September, Twitch masih menguasai 75,6 persen total durasi video ditonton. Sebagai perbandingan, Mixer hanya memberikan kontribusi sebesar 3,2 persen. Tentu saja, satu streamer populer di Mixer tidak akan membuat platfrom itu dapat mengalahkan Twitch.

“Dari Twitch, kita tahu bahwa mengembangkan platform streaming yang sukses adalah proses yang panjang. Jadi, kita sebaiknya tidak menilai apakah keputusan Mixer untuk bekerja sama secara eksklusif dengan sejumlah streamer ternama merupakan keputusan strategis atau tidak berdasarkan jumlah durasi video ditonton,” kata CEO StreamElements, dikutip dari Forbes. “Mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum dampaknya terlihat.” Meskipun saat ini popularitas Mixer masih kalah jauh dari Twitch, tapi Microsoft melengkapi platform streaming mereka dengan berbagai fitur menarik, seperti protokol Faster Than Light dan MixPlay.

Sumber: Kotaku, Polygon, The Verge

Berkat Ninja, Jumlah Streamer di Mixer Naik

Walau tak terlalu dikenal di Indonesia, Twitch merupakan platform streaming konten game dan esports terbesar di dunia. Itu tidak menghentikan Tyler “Ninja” Blevins untuk keluar dari Twitch dan menandatangani kontrak eksklusif dengan Mixer buatan Microsoft. Sebagai salah satu streamer paling populer, keberadaan Ninja diperkirakan akan mendongkrak popularitas Mixer, yang memang memiliki beberapa fitur unik.

Menurut laporan Streamlabs dan Newzoo, sejak Ninja bergabung dengan Mixer, total durasi konten yang disiarkan di Mixer memang mengalami kenaikan. Tidak tanggung-tanggung, pertumbuhan total durasi siaran Mixer pada kuartal tiga naik 188 persen jika dibandingkan kuartal sebelumnya. Selain itu, jumlah channel di Mixer juga bertambah. Ini menunjukkan, semakin banyak streamer yang memutuskan untuk menyiarkan kontennya di platform buatan Microsoft tersebut. Kemungkinan, keberadaan Ninja menjadi salah satu alasan mnegapa semakin banyak streamer tertarik untuk membuat channel di Mixer. Sayangnya, bertambahnya jumlah streamer di Mixer tidak diiringi dengan naiknya jumlah penonton. Faktanya, durasi video ditonton di Mixer justru mengalami penurunan. Pada Q3 2019, total durasi video ditonton di Mixer hanya mencapai 90,2 juta jam, turun 10,6 persen dari tahun lalu. Meskipun begitu, pada Q3 2018, total durasi video ditonton di Mixer hanya mencapai 43,5 juta. Itu artinya, total durasi video ditonton di Mixer pada kuartal tiga tahun ini naik lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Sumber: Newzoo
Total durasi video ditonton di Mixer. | Sumber: Newzoo

Tentu saja, kepergian Ninja juga memengaruhi Twitch. Jumlah channel dan total durasi video disiarkan di platform itu menurun. Per kuartal ini, Twitch memiliki 3,77 juta channel, sementara total durasi video yang disiarkan di Twitch turun 2,3 juta jam dari kuartal lalu, menjadi 87,3 juta jam. Menariknya, total durasi video ditonton justru naik, meski tidak besar. Selain itu, jumlah penonton per channel juga naik menjadi 3,6 persen sementara jumlah concurrent viewer (CCV) naik 3,5 persen.

Sebenarnya, tidak aneh jika jumlah penonton atau total durasi video ditonton mengalami penurunan pada September. Pada bulan September, penonton di rentang umur 13-18 tahun telah kembali bersekolah, sehingga waktu mereka untuk menonton konten game dan esports di platform streaming berkurang. “Walau biasanya kami melihat adanya penurunan dalam total durasi video ditonton dari Agustus ke September, ada beberapa hal menarik yang terjadi di industri live streaming pada kuartal ini,” kata CEO StreamElements, Doron Nir, dikutip dari Dot Esports. “Misalnya, kepindahan Ninja ke Mixer ternyata tidak memiliki dampak yang sebesar yang diharapkan untuk merebut pangsa pasar Twitch.”

Sumber: StreamElements
Pangsa pasar platform streaming | Sumber: StreamElements

Pada Q3 2019, satu-satunya platform streaming yang berhasil menaikkan viewership mereka adalah Facebook Gaming. Hal ini terjadi berkat perombakan struktur media sosial mereka, yang mendorong para pengguna untuk mengakses Facebook Gaming. Pada kuartal tiga tahun ini, total durasi video ditonton di Facebook Gaming naik menjadi 53,4 juta jam dari 37 juta jam pada kuartal sebelumnya. Sekarang, Facebook Gaming menguasai 3,7 persen dari total pangsa pasar industri streaming. Sementara pangsa pasar YouTube turun menjadi 17,6 persen. Twitch masih mendominasi dengan pangsa pasar 75,6 persen.

Data ini menunjukkan bahwa satu streamer bintang seperti Ninja tidak cukup untuk membuat Mixer mengalahkan Twitch. “Satu hal yang menarik tentang keputusan Mixer untuk bekerja sama secara eksklusif dengan Ninja adalah meski Ninja tak memberikan pengaruh besar pada total durasi video ditonton, itu adalah cara yang bagus untuk mempromosikan merek Mixer, terutama karena Ninja juga bersedia melakukan wawancara panjang terkait keputusannya,” kata Nir, lapor Business Insider.

Sumber: The Esports Observer, Digital Trends

Fitur-Fitur Menarik Mixer yang Menjadikannya Saingan Berat Twitch

Belum lama ini, jagat game streaming dikejutkan oleh keputusan besar yang dilakukan salah satu streamer terpopuler dunia, Tyler “Ninja” Blevins. Pria asal Swedia yang telah membesarkan namanya di Twitch itu mendadak berpindah platform dan melakukan streaming secara eksklusif di Mixer. Ini membuat banyak pihak bertanya-tanya, apa alasan Ninja melakukannya dan mengapa harus di Mixer ketimbang Twitch?

Bila Anda belum tahu, Mixer adalah platform streaming yang diluncurkan pada tahun 2016 oleh co-founder Matthew Salsamendi dan James Boehm. Awalnya bernama Beam, platform ini memenangkan kompetisi TechCrunch Disrupt New York 2016 Battlefield, kemudian diakuisisi oleh Microsoft tak lama sesudahnya. Mixer telah terintegrasi dengan Windows 10 dan Xbox One sejak tahun 2017, dan kini siap adu otot melawan Twitch setelah menjalin kontrak dengan Ninja.

Tapi kembali ke pertanyaan awal, mengapa harus Mixer? Apa kelebihan Mixer? Berikut ini beberapa fitur andalan Mixer yang membuatnya menarik dan bisa jadi pesaing berat Twitch sebagai platform utama game streaming Anda.

Mixer - Startup Battlefield 2016
Mixer (dulunya Beam) di acara Startup Battlefield 2016 | Sumber: TechCrunch

Protokol Faster Than Light

Sejak pertama kali diluncurkan, Mixer memiliki satu tujuan utama, yaitu mengubah dunia streaming dari sekadar video satu arah menjadi kegiatan interaktif bersama fans. Untuk itu, latency menjadi faktor kunci. Platform streaming sering kali menampilkan tayangan video terlambat beberapa detik dari game aslinya, namun berkat protokol jaringan yang disebut Faster Than Light, Mixer dapat menayangkan video dengan delay kurang dari satu detik (sub-second latency).

MixPlay

Fitur ini memungkinkan para penonton untuk berinteraksi dengan streamer lewat cara-cara selain chat. Contohnya, penonton dapat melakukan voting agar streamer mengambil pilihan dialog tertentu, memberikan tantangan atau bantuan dalam sebuah game, dan lain sebagainya. Pemain bahkan bisa memanipulasi isi game itu sendiri secara langsung. Sebagai contoh, fitur MixPlay di Minecraft dapat digunakan oleh penonton untuk memunculkan objek baru atau monster di layar.

MixPlay juga memungkinkan penonton untuk menambahkan suara, efek video, menampilkan statistik/leaderboard, dan pelengkap-pelengkap lainnya. Hasilnya adalah pengalaman menonton yang lebih komplet dibanding siaran streaming di platform lain.

Mixer - MixPlay
Lewat MixPlay, penonton bisa mempengaruhi konten siaran streaming

Share Controller

Fitur unik yang hanya dapat terjadi berkat protokol cepat seperti Faster Than Light, adalah adalah Share Controller. Penonton dapat mengambil alih kendali game dari tangan streamer, kemudian mengontrol game tersebut dari jauh. Jadi penonton tak hanya berperan sebagai penonton, namun juga dapat bermain bersama streamer favoritnya. Mixer juga menyediakan filter khusus untuk hanya menampilkan tayangan streaming yang mengaktifkan fitur Share Controller.

Cooperative Stream

Satu lagi fitur yang cukup keren adalah Cooperative Stream, atau Costream. Fitur ini memungkinkan para streamer untuk melakukan siaran bersama dengan layar split-screen. Pada saat artikel ini ditulis, Mixer memfasilitasi Costream dengan hingga empat streamer sekaligus.

Mixer - Costream
Tampilan Cooperative Stream di Mixer

HypeZone

Fitur yang akan sangat menarik bila diterapkan dalam kompetisi esports adalah HypeZone. Lewat fitur ini, tayangan streaming di Mixer dapat berpindah secara otomatis dari satu streamer ke streamer lain untuk menyoroti pemain yang paling dekat dari mencapai kemenangan. Beberapa game yang mendukung fitur HypeZone antara lain adalah Fortnite, PUBG, Rainbow Six: Siege, serta Call of Duty: Black Ops 4.

Skill, Spark, dan Ember

Update yang belum lama ini diluncurkan oleh Mixer dengan nama Season 2 memberikan berbagai tambahan fitur untuk membuat kegiatan menonton streaming lebih menarik. Salah satunya adalah Skill, yang membuat jendela chat jadi lebih berwarna. Skill terdiri dari berbagai macam hal, mulai dari sekadar stiker di chat, efek-efek khusus, hingga mini-game yang bisa dimainkan bersama-sama dengan penonton lainnya.

Penonton dapat membeli Skill dengan cara mengumpulkan “mata uang” yang disebut Spark. Tapi untuk membeli beberapa Skill premium, penonton bisa mengunakan Ember, yaitu mata uang khusus yang dapat dibeli dengan uang sungguhan.

Mixer - Team
Para streamer bisa berkoalisi dan membentuk Team

Team

Satu lagi yang menarik dari Mixer adalah di sini para streamer bisa berkoalisi dan mendirikan Team. Sebuah Team bisa merupakan grup kasual yang terdiri dari sekumpulan teman, hingga kerja sama besar yang melibatkan bisnis. Ini tentunya memudahkan penonton untuk menemukan hiburan dengan tema yang sama, juga membantu para streamer untuk berkolaborasi serta membesarkan komunitas. Mixer juga memiliki Team resmi bernama Mixer Partners.

Melihat fitur-fitur di atas, rasanya tak heran bila Mixer kemudian digadang-gadang sebagai platform yang akan “mengubah game streaming menjadi lebih dinamis”. Malah saya merasa menggunakan Mixer itu sendiri sudah seperti memainkan sebuah game, bukannya sekadar menonton siaran. Integrasinya dengan dua platform raksasa (Xbox dan Windows) juga jadi nilai plus besar, karena ini membuat para streamer dapat langsung menyiarkan game tanpa mengutak-atik software tambahan.

Apakah Mixer bisa mengalahkan Twitch di masa depan? Tidak ada yang tahu, akan tetapi kemungkinan itu jelas ada. Apalagi bila Twitch tidak melakukan adaptasi untuk menyaingi fitur-fitur menarik yang ditawarkan Mixer. Kepindahan Ninja juga bisa jadi momentum bagi streamer lain untuk ikut pindah ke platform tersebut. Siapa tahu dalam waktu dekat akan ada kompetisi esports yang melakukan kerja sama dengan Mixer juga. Mari kita pantau bersama bagaimana Microsoft akan mengeksekusi strateginya di masa depan.

Sumber: Mixer, TechCrunch, Eurogamer

Roland VR-1HD Adalah Mixer Audio Sekaligus Video untuk Tren Live Streaming

Konsistensi dalam berkreasi jauh lebih penting ketimbang perlengkapan mahal adalah salah satu tips yang paling sering diberikan para kreator konten senior ke junior-juniornya. Kendati demikian, hasrat untuk meningkatkan kualitas produksi selalu muncul ketika seseorang sudah mulai menjalani profesinya sebagai kreator konten secara serius.

Upgrade kamera, upgrade mikrofon, semuanya sering kali tidak bisa dipenuhi secara instan, dan lagi terkadang muncul perangkat pendukung yang sangat menarik, seperti contohnya persembahan terbaru dari Roland berikut ini. Dinamai VR-1HD, ia merupakan mixer audio sekaligus video yang dirancang secara khusus untuk tren live streaming.

Roland VR-1HD

Sebanyak tiga kamera dapat dihubungkan ke VR-1HD via HDMI, tidak ketinggalan juga dua mikrofon via sambungan XLR. Dari situ VR-1HD akan berperan sebagai panel operator guna menciptakan sesi live stream semenarik mungkin, dan semuanya bisa dijalani oleh satu orang saja.

Tiga tombol besar di ujung kanan bawah misalnya, berfungsi untuk mengganti input kamera secara real-time. Pengguna bahkan dapat memanfaatkan sejumlah mode otomatis, seperti misalnya Video Follows Audio, di mana input kamera akan diganti secara otomatis mengikuti mikrofon A atau B, sangat cocok untuk sesi live podcast.

Roland VR-1HD

Selebihnya, tombol-tombol untuk menambahkan efek pada audio tentu tidak ketinggalan, seperti misalnya tombol reverb maupun voice changer. Resolusi output video maksimum yang didukung VR-1HD adalah 1920 x 1200 di kecepatan 60 fps, dan Roland tak lupa menekankan bahwa perangkat ini dapat membantu meringankan pekerjaan berat PC yang digunakan para kreator konten game.

Roland VR-1HD dijadwalkan meluncur ke pasaran mulai kuartal kedua tahun ini dengan harga $1.495. Cukup mahal memang, apalagi mengingat Anda harus menyediakan kamera dan mikrofonnya sendiri.

Sumber: The Verge.

Susul Twitch, Mixer Bakal Hadirkan Fitur untuk Membeli Game Langsung dari Jendela Live Streaming

April tahun lalu, Twitch resmi menjadi platform distribusi video game seperti Steam. Ide yang ditawarkan Twitch ini terbilang menarik karena streamer jadi bisa mendapatkan penghasilan tambahan lewat game yang dibeli oleh penonton melalui channel mereka masing-masing. Persentasenya memang tidak besar, hanya 5%, tapi kalau dikalikan tetap saja lumayan.

Kini, Microsoft mencoba menerapkan langkah serupa pada layanan live streaming interaktifnya, Mixer. Ke depannya, penonton bisa membeli game maupun DLC langsung dari jendela live streaming yang disimaknya. Sekian persen dari nilai transaksinya (tidak ada informasi pasti berapa) akan masuk ke kantong para streamer.

Fitur ini mereka sebut dengan istilah Mixer Direct Purchase dan saat ini sedang dalam masa uji coba. Saat dirilis nanti, game dan DLC yang bisa dibeli adalah yang berasal dari Microsoft Store sendiri, baik game PC maupun Xbox. Tentu saja sudah ada rencana untuk menambahkan katalog game dari platform lain, seperti rute yang diambil oleh Twitch.

Selain Direct Purchase, Mixer juga akan kedatangan fitur untuk memberikan tip (donasi) kepada para streamer langsung dari platform Mixer sendiri, tanpa harus mengandalkan bantuan layanan pihak ketiga. Lalu untuk pengguna Xbox One, mereka nanti dapat men-subscribe ke channel spesifik langsung dari aplikasi Mixer di console tersebut.

Apa yang dilakukan Microsoft ini sejatinya merupakan upaya untuk membantu menyejahterakan komunitas streamer Mixer, memotivasi mereka untuk terus memproduksi konten selagi menjaring lebih banyak penggemar. Di saat yang sama, fitur Direct Purchase bisa menjadi alat untuk mendorong tingkat penjualan game di Microsoft Store.

Sumber: Engadget dan Mixer.

Aplikasi Streaming Interaktif, Mixer Mentas dari Fase Beta

Kesempurnaan membutuhkan waktu, itu sebabnya mengapa sebagian besar perusahaan teknologi termasuk yang sekaliber Microsoft masih melalui fase beta untuk aplikasi-aplikasi yang mereka luncurkan. Di bulan Oktober lalu misalnya, mereka merilis fase beta untuk Mixer, layanan live streaming interaktif yang diakuisisinya, yang resmi berganti nama menjadi Mixer pada bulan Mei lalu.

Fase beta dilalui dengan harapan tim pengembang dapat terbantu dengan berbagai masukan dari para beta tester, kemudian melakukan penyempurnaan dari segi teknis dan sebagainya. Tak jarang pengembang juga melakukan perubahan dari sisi tatap muka. Seperti di kasus Mixer, selain melakukan penyempurnaan teknis, mereka juga memoles tatap muka aplikasi dengan sederet fitur yang memudahkan.

Feature_Highlight_Callout_crop

Setelah melalui berbagai fase perbaikan, Mixer akhirnya dipastikan mentas dari fase beta sebagaimana diumumkan oleh layanan. Disebutkan lebih jauh, bahwa Mixer telah digodok dari awal, dirancang sedemikian rupa dengan tatap muka yang lebih konsisten ketika diakses dari berbagai tipe perangkat.

Di samping itu, Mixer menyajikan sejumlah pembaruan antara lain perubahan yang makin memudahkan pengguna untuk memilih kualitas video, tombol perpindahan antara chat dan audio, fitur berbagi stream di luar aplikasi dan juga dukungan push notification untuk mendapatkan pemberitahuan ketika kanal favorit pengguna sedang siaran.

Kilas balik singkat perjalanan Mixer sehingga bisa berada di bawah bendera perusahaan ternama Microsoft. Bahwa dulunya, Mixer mempunyai nama yang berbeda. Awal kiprahnya, Mixer bernama asli Beam. Beam adalah sebuah layanan live streaming interaktif, dimana interaksi broadcaster dan penonton lebih dari sekadar chatting tapi juga bisa memberikan tantangan-tantangan unik secara real-time bahkan membatasi jenis tool yang bisa dipakai oleh gamer. Beam kemudian diakuisisi oleh Microsoft dan namanya diubah menjadi Mixer, tapi tetap dengan layanan yang sama.

Sumber gambar header Streamersquare.

Application Information Will Show Up Here

Berkat Integrasi Mixer, Sesi Live Streaming Minecraft Kini Jadi Lebih Interaktif

Mixer, layanan live streaming interaktif kepunyaan Microsoft, kini terintegrasi sepenuhnya ke dalam Minecraft, yang juga sudah menjadi milik Microsoft sekarang. Microsoft tampaknya benar-benar memaksimalkan hak miliknya atas Mixer dan Minecraft, sebab integrasi yang ditawarkan jauh lebih mendalam ketimbang di game lain.

Integrasi Mixer pada dasarnya memungkinkan para pemain sekaligus streamer Minecraft untuk mengajak penontonnya ikut berpartisipasi secara langsung. Ini berarti penonton tidak cuma pasif menyimak sesi live streaming saja, tapi juga mempengaruhi jalannya permainan dengan memberikan sejumlah instruksi yang diwakili oleh tombol-tombol interaktif.

Menariknya, semua command yang ada pada Minecraft dapat diubah menjadi tombol interaktif, bahkan termasuk custom command berbasis Java yang berasal dari berbagai mod. Mulai dari sekadar mengganti siang menjadi malam, sampai memunculkan musuh atau menempatkan bom, penonton pada dasarnya bisa menggiring ke mana arah sesi live streaming berjalan, dan kemungkinannya hanya dibatasi oleh kreativitas komunitas.

Mixer interactivity in Minecraft

Di samping itu, integrasi ini juga memungkinkan pemain untuk menciptakan semacam peta interaktif. Kru Mixer sendiri mencoba memberikan contoh lewat sebuah peta bernama Infinite Runner, yang menempatkan pemain (streamer) dalam sebuah level tanpa ujung (ala game Temple Run), lalu para penonton yang bertugas menempatkan sederet rintangan maupun musuh untuk menghambat laju sang pemain.

Streamer yang tertarik untuk bereksperimen dengan elemen interaktif ini hanya perlu meng-update Minecraft ke versi 1.2.5. Mengingat Mixer juga tersedia di perangkat mobile, integrasi ini juga bisa didapatkan pada Minecraft versi iOS maupun Android – sekaligus opsi untuk melangsungkan sesi live streaming tanpa hardware tambahan.

Sumber: Minecraft dan Mixer.

Layanan Live Streaming Interaktif Mixer Luncurkan Aplikasi Android dan iOS Baru

Microsoft terus menyempurnakan layanan live streaming interaktif yang diakuisisinya, yang resmi berganti nama menjadi Mixer pada bulan Mei lalu. Microsoft juga paham betul bahwa komunitas live streaming tidak hanya terbatas pada kalangan pengguna PC saja, tapi juga pengguna perangkat mobile.

Untuk itu, mereka telah menyiapkan aplikasi Mixer yang benar-benar baru untuk Android dan iOS. Meski masih berstatus beta, ada banyak pembaruan yang diusungnya. Yang paling kelihatan tentu saja adalah tampilan baru yang lebih segar, sekaligus lebih memudahkan pencarian konten.

Bagian teratasnya kini dihuni oleh tampilan carousel yang mengemas sejumlah featured live stream, kemudian diikuti oleh deretan game terpopuler di bawahnya. Tap salah satu game, maka pengguna akan dibawa ke tampilan hub baru yang berisikan semua live stream untuk game tersebut.

Mixer versi beta tidak lupa menambahkan fungsi filtering yang lebih efektif, yang memungkinkan pengguna untuk menyortir live stream berdasarkan jenisnya (Interactive, Co-Streams, atau yang memanfaatkan teknologi Faster Than Light (FTL) andalan Mixer. Aspek personalisasi diwakili oleh seksi khusus berlabel “Following”.

Selain perombakan tampilan, Mixer versi beta diklaim juga menawarkan performa yang lebih baik. Navigasi secara keseluruhan diyakini akan terus berlangsung mulus, dan perubahan besar pada kode-kode mendasar aplikasi dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitasnya.

Versi beta ini sekarang sudah bisa diuji oleh pengguna Android, sedangkan pengguna iOS diharuskan mendaftar dulu karena slot yang tersedia cukup terbatas.

Sumber: Mixer.

Layanan Live Streaming Interaktif Beam Ganti Nama Menjadi Mixer

Dalam waktu kurang dari dua tahun, Beam berhasil membangun reputasi di kancah live streaming dengan menawarkan platform yang interaktif, hingga akhirnya mereka pun terpantau oleh radar Microsoft dan resmi diakuisisi per bulan Agustus 2016. Bersama Microsoft, perkembangannya justru semakin pesat, dan baru-baru ini mereka mengungkap evolusi terbesarnya.

Namanya kini berganti menjadi Mixer, yang mewakili misi utama layanan dalam membaurkan sesama gamer, tidak peduli Anda seorang streamer yang produktif atau sekadar penonton yang pasif. Dari masih bernama Beam, interaksi yang unik antara streamer dan penonton ini memang merupakan senjata andalan mereka sebagai platform baru di tengah-tengah raksasa macam Twitch dan YouTube Gaming.

Namun apalah arti sebuah nama tanpa ada fitur baru yang bisa mencuri perhatian? Well, salah satu fitur terbaru Mixer yang sangat menarik adalah Co-Streaming, yang memungkinkan hingga empat orang sekaligus untuk menyiarkan sesi bermainnya dalam satu tampilan split-screen.

Istimewanya, Co-Streaming tidak mengharuskan streamer untuk memainkan game yang sama, bahkan berbeda platform (Xbox dan PC) pun juga bisa live streaming bersama-sama. Jadi, dalam satu halaman penonton bisa menyaksikan empat game dari empat streamer yang berbeda, akan tetapi jendela chat-nya tetap disatukan.

Saat ini masih beta, Mixer Create nantinya memungkinkan pengguna untuk menyiarkan sesi mobile gaming-nya secara langsung / Mixer
Saat ini masih beta, Mixer Create nantinya memungkinkan pengguna untuk menyiarkan sesi mobile gaming-nya secara langsung / Mixer

Yang kedua, Mixer juga akan meluncurkan aplikasi baru untuk perangkat Android dan iOS bernama Mixer Create – saat ini masih beta – untuk menemani aplikasi standarnya. Yup, ke depannya pengguna juga bisa menyiarkan sesi mobile gaming-nya secara langsung, entah itu untuk game Pokemon Go atau yang bernuansa kompetitif macam Mobile Legends.

Terakhir, Mixer juga sudah menyiapkan channel khusus bernama Channel One yang berisikan konten terkurasi dan bervariasi, mulai dari siaran langsung suatu event, tips dan trik, update turnamen esport dan masih banyak lagi.

Sumber: Microsoft dan Mixer.