Indonesia Jadi Pasar Game Mobile Terbesar Kedelapan, Menurut Laporan Ini

Pada 2021, nilai industri mobile game akan naik 4,4% dari tahun lalu. Angka pertumbuhan industri mobile game tahun ini memang lebih kecil Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahunan (CAGR) pada periode 2019-2024, yang mencapai 11%. Diperkirakan, hal itu terjadi karena pada 2020, industri mobile game berkembang sangat pesat berkat pandemi. Jadi, tahun ini, pertumbuhan industri mobile game tidak terlalu signifikan.

Selain itu, pada tahun 2021, developer mobile games juga harus menyesuaikan diri dengan regulasi privasi yang lebih ketat dari Apple dan Google. Padahal, salah satu kunci kesuksesan developer mobile game adalah kemampuan mereka untuk menargetkan audiens berdasarkan data yang mereka dapat dari pelacakan konsumen.

Berikut laporan terbaru terkait industri mobile game dari Newzoo.

Nilai Industri Mobile Game

Menurut data dari Newzoo, nilai industri game mobile pada 2021 akan mencapai US$90,7 miliar. Namun, angka itu hanya mencakup total belanja konsumen, tanpa menghitung pemasukan dari iklan. App Store masih menjadi kontributor terbesar. Sekitar US$41,1 miliar atau 45,3% dari total pemasukan industri mobile game berasal dari App Store. Sementara itu, Google Play menyumbangkan US$28,2 miliar atau sekitar 31,1% dari total pemasukan industri mobile game. Sekitar 23,% sisanya, senilai US$21,3 miliar, berasal dari toko aplikasi pihak ketiga. Laju pertumbuhan industri mobile game pada 2019-2024 adalah 11,2%. Jadi, pada 2024, industri mobile game diperkirakan akan bernilai US$116,4 miliar.

Pemasukan industri mobile game dari tahun ke tahun. | Sumber: Newzoo

Tiongkok masih menjadi negara dengan industri mobile game terbesar. Nilai industri mobile game di negara itu mencapai US$31,4 miliar. Sementara itu, peringkat dua dipegang oleh Amerika Serikat, dengan industri mobile game bernilai US$14,8 miliar, diikuti oleh Jepang (US$12,4 miliar).

Posisi ke-4 diisi oleh Korea Selatan dengan pemasukan industri mobile game sebesar US$4,2 miliar dan posisi ke-5 oleh India, dengan nilai industri mobile game US$2,2 miliar. Indonesia ada di posisi ke-8 dengan nilai industri mobile game US$1,5 miliar. Di Indonesia, sebanyak US$1,3 miliar pemasukan industri mobile game berasal dari Google Play. App Store hanya menyumbangkan US$210 juta dan toko aplikasi pihak ketiga US$35,8 juta.

Daftar 10 negara dengan industri mobile game terbesar. | Sumber: Newzoo

Salah satu hal yang mendorong pertumbuhan industri mobile game adalah meningkatnya jumlah pengguna smartphone di dunia. Semakin banyak orang yang menggunakan smartphone, semakin besar pula pasar mobile game. Selama periode 2019-2024, laju pertumbuhan rata-rata (CAGR) dari jumlah pengguna smartphone di dunia adalah 6,1%. Pada 2021, diperkirakan, jumlah pengguna smartphone di dunia akan mencapai 3,9 miliar orang, naik 6,1% dari tahun lalu. Sementara pada 2024, jumlah pengguna smartphone diduga akan mencapai 4,5 miliar orang.

Pada tahun 2021, jumlah pengguna smartphone yang sudah bisa menggunakan jaringan 5G (5G-Ready) juga naik. Sebanyak 703,5 juta smartphone — atau sekitar 15,4% dari total jumlah smartphone — sudah 5G-Ready. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah smartphone 5G-Ready tahun ini naik 230,9%. Ke depan, jumlah smartphone yang bisa mengakses 5G diperkirakan akan masih bertambah. Dengan CAGR sebesar 83,4% pada periode 2020-2024, jumlah pengguna smartphone 5G-Ready pada 2024 diperkirakan akan mencapai 2,4 miliar unit atau sekitar 45,4% dari jumlah total smartphone di dunia.

Dampak Pengetatan Regulasi Privasi dari Apple dan Google

Tahun ini, Google dan Apple memperketat peraturan terkait data pengguna. Pada April 2021, Apple meluncurkan framework bernama App Tracking Transparency (ATT) sebagai bagian dari update iOS 14.5. Dengan adanya ATT, developer aplikasi tidak bisa melacak data pengguna iOS. Jika pengguna iOS rela datanya dilacak, mereka harus memberikan izin secara manual.

Menurut Fyber, aplikasi yang mengkhususkan diri pada monetisasi, sebanyak 85% pengguna iOS telah menggunakan versi 14.5 atau yang lebih baru. Namun, pada pertengahan September 2021, hanya 17% pengguna iOS yang setuju untuk membiarkan datanya dilacak. Hal ini menunjukkan, ATT akan membuat developer semakin kesulitan untuk mendapatkan data pengguna.

Salah satu dampak peluncuran ATT adalah para pengiklan mengurangi dana marketing mereka di iOS. Sebagai gantinya, mereka mengalihkan dana tersebut ke Android. Meskipun begitu, Newzoo menyebutkan, besar total dana marketing yang dikeluarkan untuk iOS tetap signifikan. Tak hanya itu, jumlah spending marketing untuk iOS juga masih menunjukkan tren naik, walau tingkat pertumbuhannya tidak sebesar Android.

Dengan ATT, pengguna harus memberikan izin secara manual bagi aplikasi untuk melacak data mereka.

CRO dan Global Head of Revenue Operations, Fyber, David Simon mengatakan bahwa peluncuran framework ATT dari Apple mengharuskan industri mobile game untuk beradaptasi. “Privasi konsumen akan menjadi lebih terjaga. Namun, mobile marketing menjadi semakin sulit,” ujarnya. “Begitulah kenyataannya. Baik developer aplikasi maupun pengiklan sebaiknya mengubah pola pikir mereka dan mencoba untuk memahami audiens mereka tanpa harus mengetahui informasi pribadi para konsumen.”

Bagi developer mobile game, ungkap Simon, hal ini berarti mereka harus bisa menggunakan data yang mereka punya dengan lebih baik. Karena, selama ini, developer mobile game menggantungkan diri pada insight yang mereka dapat dari melacak data konsumen. Jadi, di masa depan, salah satu tren yang akan muncul adalah perushaan-perusahaan mobile game akan fokus untuk mengembangkan jaringan iklan internal mereka sendiri. Dengan begitu, perusahaan mobile game akan bisa mempromosikan game yang mereka buat di dalam game mereka yang lain.

Contoh iklan mobile game. | Sumber: Android Central

“Publisher akan fokus untuk membuat teknologi iklan internal agar mereka bisa memanfaatkan data yang mereka punya untuk mempromosikan game mereka di game-game mereka yang lain,” ujar Tianyu Gu, analis Newzoo, seperti dikutip dari VentureBeat. “Dengan begitu, publisher akan bisa mempertahankan user base mereka agar para pemain tidak keluar dari ekosistem mereka. Pada saat yang sama, mereka tetap akan mematuhi peraturan baru dari Google dan Apple.”

Pada tahun ini, tren lain yang muncul di industri mobile game adalah model monetisasi hybrid-casual. Sebenarnya, tren ini telah muncul sejak industri hypercasual game menjadi terlalu ramai. Demi menghadapi kompetisi yang semakin ketat, game hypercasual tidak lagi bisa menggantungkan diri pada model monetisasi iklan sepenuhnya. Jadi, selain memasang iklan pada game, developer hypercasual game juga harus menambahkan opsi in-app purchase atau bahkan subscription. Mengingat sekarang melacak data pengguna menjadi semakin sulit — yang juga akan mempersulit targeted marketing — maka kemungkinan besar, di masa depan, jumlah developre hypercasual game yang menggunakan model monetisasi hibrida akan bertambah.

Sumber header: Sensor Tower

Gamer Mobile Ternyata Habiskan Uang Hingga Rp24 Triliun Tiap Minggu

Tidak dapat dipungkiri bahwa game mobile merupakan pasar paling ramai untuk saat ini. Menjadi opsi yang simpel, praktis, dan juga terjangkau tentu membuat banyak orang yang menjadikan game mobile menjadi hiburan utama.

Dengan adanya pandemi yang menyerang sejak tahun 2020 lalu, jumlah pemain game mobile di seluruh dunia saat ini terus meroket jumlahnya. Firma pengolah data App Annie bahkan mencatat bahwa para pemain game mobile di seluruh dunia telah menghabiskan $1,7 miliar atau sekitar Rp24 triliun setiap pekan.

Angka menakjubkan tersebut merupakan peningkatan sebesar 24% dibandingkan tahun lalu, dan meningkat sebanyak 40% dari tahun 2019 di masa sebelum pandemi. Data tersebut dikumpulkan dari semua gamer mobile baik para pengguna iOS dan Android yang dirangkum dalam publikasi berjudul “2021 Mobile Gaming Tear Down“.

Gamer mobile bahkan disebut-sebut memiliki kecenderungan sebesar 50% untuk mengeluarkan uangnya ke dalam game daripada platform-platform game lainnya yang dikombinasikan. Berkat para pemain yang mau mengeluarkan uangnya setiap minggu tersebut, dilaporkan bahwa rata-rata sebanyak 810 game mobile mampu mencapai pendapatan $1 juta atau sekitar Rp14 miliar setiap bulannya dalam setengah tahun 2021 ini.

Perbandingan tingkat konsumerisme para pemain game di berbagai platform. Sumber: App Annie

Data tersebut juga menunjukkan bahwa 3 game yang memiliki pemain dengan tingkat konsumtif paling tinggi adalah Roblox, Genshin Impact, dan Honor of Kings (AOV). Cukup menakjubkan melihat Roblox yang dirilis sejak 2012 untuk iOS dan 2014 untuk Android.

Namun hal tersebut juga menunjukkan bahwa game dengan fitur cross-play seperti Roblox dan Genshin Impact memiliki pertumbuhan jangka panjang lebih baik. Hal tersebut dikarenakan pemain dapat melanjutkan progres mereka di berbagai perangkat sesuai keinginan.

App Annie juga menuliskan bahwa industri mobile gaming saat ini tengah melaju untuk menuju angka pendapatan sebesar $120 miliar pada akhir tahun 2021 ini. Berarti angka tersebut meningkat sebanyak 19% dari tahun lalu, dan 40% dari tahun 2019.

Ke depannya, industri game mobile dikatakan tidak akan melambat dalam waktu dekat. Karena fakta pasar membuktikan bahwa game-game mobile dapat bertahan dan bahkan semakin kuat bahkan selama pandemi berlangsung. Kecenderungan untuk mengeluarkan uang di dalam game mobile juga menjadi alasan utama lain bagi industri ini untuk tetap tumbuh subur.

Karakteristik Gamers di Arab Saudi: Penggemar Puzzle, Shooter, dan Strategi

Dalam 10 tahun terakhir, kualitas mobile game menjadi semakin baik. Selain grafik yang semakin bagus, gameplay dari mobile game pun menjadi semakin kompleks. Skena mobile esports pun semakin berkembang. Dua hal ini membuat industri mobile game terus tumbuh. Di beberapa kawasan atau negara, mobile game bahkan menjadi pendorong utama pertumbuhan industri game. Salah satu negara yang industri mobile game-nya tengah tumbuh pesat adalah Arab Saudi.

Industri Game di Arab Saudi

Pada 2021, total pemasukan industri game di Arab Saudi mencapai US$946 juta. Di negara tersebut, mobile game memberikan kontribusi paling besar pada keseluruhan pemasukan industri game, sama seperti yang terjadi di Asia Tenggara dan Amerika Latin. Pemasukan dari industri mobile game di Arab Saudi mencapai US$520 juta atau sekitar 55% dari total pemasukan industri game di negara tersebut. Alasan mengapa mobile game sangat populer di Arab Saudi adalah karena rendahnya entry barrier dari mobile game.

Jika dibandingkan dengan PC gaming atau konsol, smartphone memiliki harga yang lebih terjangkau. Tak hanya itu, kebanyakan mobile game juga bisa dimainkan secara gratis. Dengan begitu, semua orang yang memiliki smartphone bisa bermain mobile game tanpa harus mengeluarkan uang lagi. Penetrasi smartphone di Arab Saudi juga cukup tinggi, mencapai 58%. Mengingat populasi Arab Saudi mencapai 35,4 juta orang, hal itu berarti, jumlah pengguna smartphone di sana adalah sekitar 20,5 juta orang.

Kebanyakan mobile game yang populer di Arab Saudi menggunakan model bisnis free-to-play. Meskipun begitu, lebih dari setengah gamers di Arab Saudi rela mengeluarkan uang demi game yang mereka mainkan. Berdasarkan data dari Newzoo, sekitar 17% dari gamers di Arab Saudi merupakan minor spenders alias orang-orang yang menghabiskan sedikit uang di game. Sementara itu, 34% gamers di Arab Saudi adalah average spenders dan 8% lainnya merupakan big spenders. Hal itu berarti, sekitar 60% dari keseluruhan gamers di Arab Saudi merupakan spender.

Item dalam game yang biasa dibeli oleh gamers di Arab Saudi. | Sumber: Newzoo

Kebanyakan gamers di Arab Saudi menghabiskan uangnya untuk membeli mata uang dalam game. Hal ini tidak aneh, mengingat kebanyakan game free-to-play memang punya mata uang sendiri untuk membli item dalam game. Contohnya, V-Bucks di Fortnite atau Unknown Cash (UC) di PUBG Mobile. Sekitar 34% gamers di Arab Saudi membeli mata uang dalam game. Sementara itu, sebanyak 33% mobile gamers Arab Saudi lebih memilih untuk menghabiskan uangnya untuk mendapatkan playable character dan 31% lainnya memilih untuk membeli content passes.

Content passes juga sering disebut dengan nama battle passes. Model monetisasi ini adalah model yang cukup baru di industri game. Pada dasarnya, battle pass merupakan sistem berlangganan musiman yang memungkinkan pemain untuk mendapatkan sejumlah item dalam game setelah mereka menyelesaikan sejumlah tantantagan.

Selain mata uang dalam game dan battle pass, dua hal lain yang biasanya dibeli oleh mobile gamers Arab Saudi adalah item powerups dan time-savers. Sesuai namanya, item powerup membuat karakter pemain menjadi lebih kuat. Dan item time-savers akan mengurangi — atau bahkan menghilangkan sama sekali — waktu tunggu dalam game. Misalnya, dalam game RTS, seperti Clash of Clans. Pada dasarnya, item powerups dan time-savers berfungsi untuk membuat pengalaman bermain menjadi terasa lebih menyenangkan. Hanya saja, game pay-to-win juga menyebabkan masalah tersendiri.

Demografi Gamers di Arab Saudi

Di Arab Saudi, sebagian orang percaya, kebanyakan gamers merupakan laki-laki muda. Namun, data dari Newzoo mematahkan mitos tersebut. Berdasarkan survei yang mereka lakukan pada 1.195 mobile gamers di rentang umur 10-50 tahun, diketahui bahwa 42% responden merupakan perempuan. Sementara 45% responden masuk dalam kategori umur 21-35 tahun. Memang, dugaan bahwa kebanyakan gamers adalah laki-laki muda tidak hanya ada di Arab Saudi, tapi juga di negara-negara lain. Meskipun begitu, sekarang, telah terbukti bahwa gamers perempuan juga tidak selangka unicorn.

Demografi mobile gamers di Arab Saudi. | Sumber: Newzoo

Demografi mobile gamers di Arab Saudi yang beragam membuat negara itu menjadi target pasar bagi perusahaan-perusahaan di berbagai sektor. Memang, saat ini, semakin banyak perusahaan yang menjajaki industri game dan esports demi bisa memenangkan hati para gamers dan penonton esports. Melihat jumlah gamers Arab Saudi yang menunjukkan tren naik, hal ini adalah kabar baik bagi pelaku industri mobile game dan pengiklan di sana.

Di Arab Saudi, puzzle merupakan genre favorit dari para mobile gamers. Sebanyak 31% responden mengungkap, puzzle adalah jenis game kesukaan mereka. Menariknya, walau genre puzzle yang identik dengan game kasual menjadi genre favorit di kalangan gamers Arab Saudi, tiga genre terpopuler lainnya merupakan genre dari game-game kompetitif, seperti shooter, strategi, dan battle royale.

Empat genre terpopuler di Arab Saudi. | Sumber: Newzoo

Mengingat puzzle merupakan genre favorit dari mobile gamers di Arab Saudi, tidak heran jika lebih dari sepertiga responden survei Newzoo mengatakan bahwa memecahkan puzzle adalah aspek dari sebuah game yang paling mereka sukai. Hal lain yang menjadi daya tarik dari sebuah game adalah art style yang digunakan oleh sang developer. Tema dunia dari sebuah game juga bisa menjadi daya tarik bagi para mobile gamers di Arab Saudi. Fantasi merupakan tema dunia favorit, diikuti oleh science-fiction.

Sumber header: Irish Times

The Increasing Complexity and Impact of Mobile Gaming In the Last 10 Years

Back in 1997, popular mobile games (or the only mobile games that exist) such as Snake in the Nokia phones were relatively simple in design. However, as mobile technology continues to develop, game devs continue to create more complex and interesting games. In 2002, X-Forge 3D was released. With this game engine, many games with 3D graphics or elements were created. And since then, mobile games have continued to evolve, not only in terms of visuals but also in gameplay mechanics.

The Growing Impact of the Mobile Platform in the Gaming Industry

The contribution and effects of mobile gaming on the gaming industry continue to rise every year. In 2020, almost half of the total revenue of the gaming industry came from the mobile platform. This year, mobile games contributed $90.7 billion USD — or about 52% — of the total game industry revenue, which is expected to reach $175.8 billion USD. Furthermore, when compared to the console and PC game industry, the mobile game industry also has the fastest growth rate. In the 2018-2021 period, the Compound Annual Growth Rate (CAGR) of the mobile game industry reached 13.1%, which is 5% greater than the average CAGR of the gaming industry.

The gaming industry in 2021. | Source: Newzoo

Mobile gaming is not only superior in terms of generating revenue but also in terms of player numbers. According to Newzoo, the estimated number of gamers in the world in 2021 is 3.22 billion. 94% of these gamers, surprisingly, play games on mobile. Furthermore, there are approximately only 1.4 billion PC gamers and 900 million console gamers in the entire world. Therefore, the population of the gaming community is extensively dominated by mobile gamers. 

If we observe how each region contributes to the growth of the overall gaming industry, Asia Pacific is still the region with the largest contribution. More specifically, the region contributed to 50% (or around $88.2 billion USD) of the total game industry revenue. However, China and the United States are the two countries with the biggest gaming industries as around 48% of the gaming industry income originates from these two countries. The gaming industry in China and the US is worth $45.6 billion USD and $39.1 billion USD, respectively.

Trends in Mobile Gaming

Due to the influx of people entering the world of mobile gaming, more and more developers are becoming interested in creating mobile games themselves. Even giant gaming companies that have solely focused on PC or consoles begin to dive into the mobile gaming scene. We can take Riot Games as an example. For 10 years, they put almost all of their focus on developing and perfecting League of Legends, their primary PC game franchise. Riot even had some disagreement with Tencent in the past since they didn’t want to launch League of Legends on mobile. Ironically, however, Riot decided to finally launch League of Legends: Wild Rift for mobile in 2020.

Blizzard Entertainment and Nintendo have also attempted to publish their own mobile game franchises. Electronic Arts have also acquired Glu Mobile, showing their interest in jumping into the mobile gaming genre. There are also some reports that EA will release a mobile version of Apex Legends next year. Besides Apex Legends, several popular game franchises, such as Devil May Cry and Final Fantasy, now also have their own mobile version. Currently, more and more popular PC and console games are also being released in mobile as game developers continue to find ingenious ways to accommodate the gaming experience into a smartphone.

Popular mobile game genres in the US, UK, China, India and Saudi Arabia. | Source: Newzoo

Mobile games are also highly popular in developing countries, including China and India, due to their relatively low entry barrier. Thus, developers who want to target the gaming market in these countries can do so by publishing a mobile game. However, it should be noted that mobile gamers in these developing countries usually prefer the more complex and competitive mobile games. In China, for instance, most gamers love the MOBA genre, followed by puzzle, shooter, and battle royale. Indian gamers, similarly, mostly play racing, puzzle, sports, and shooter games. In Saudi Arabia, the top popular gaming genres are puzzle, sports, racing, and adventure. 

In contrast, the favorite genres of mobile gamers in the US are puzzle, match, traditional card games, and arcade. Mobile gamers in the UK also seem to have a similar taste as that of the US. Perhaps the only popular competitive genre in the US is strategy, which is why games like Clash of Clans and Clash Royale from Supercell are quite trendy there. Furthermore, the 4X strategy games created by a handful of Chinese developers has also sold well in the US, making it into the list of the most popular mobile games in the country.

Mobile gamer personas in the US, UK, China, India, and Saudi Arabia. | Source: Newzoo

In its report, Newzoo categorizes mobile gamers into seven groups: Ultimate Gamer, All-Round Enthusiast, Subscriber, Conventional Player, Hardware Enthusiast, Popcorn Gamer, and Time Filler. The two most popular gamer personas are Time Fillers (24%) and Subscribers (23%). Time Fillers generally only play games in their spare time or at social events. Subscribers, on the other hand, love to play high-quality games, especially the free-to-play ones. They will also only purchase the necessary gaming hardware to be able to run the game.

Most mobile gamers in China fit into the Ultimate Gamer persona who spend most of their time and money on games. In Saudi Arabia, the US, and India, the Subscriber group are most prevalent, while UK mobile gamers generally fall into the Time Fillers group.

The Development of China’s Mobile Gaming Industry

Currently, China is the country with the largest number of core mobile gamers. The reason why this came to be was interestingly tied to the Chinese’s government decision to ban console games up to 2015. As a result, PCs became the primary gaming platform in the country. The popular PC games in China mostly come from the competitive genre such as FPS (Counter-Strike) or MMORPGs (World of Warcraft and Fantasy Westward).

It was only in 2010 that gamers in China were introduced to mobile games through the likes of Angry Birds and Fruit Ninja. Concurrently, local smartphone companies such as Xiaomi, OPPO, Vivo, and Huawei, began to shift their target market into lower and middle-class users. Slowly but surely, they began to dominate the smartphone market in China, and almost everyone in the country now has access to a smartphone. 

Seizing the growth of the smartphone market, several game developers begin creating games on the mobile platform. In 2012, Shenxiandao Mobile was launched. This release also inspired game developers to recreate mobile games that were based off popular browser games. One year later, Locojoy released I AM MT, a mobile game that successfully integrated PC game mechanics into mobile.

The increasing revenue share of complex mobile games in China. | Source: Newzoo

Game developers continue to optimize the mobile gaming mechanics to reach the standards of the PC gaming experience. Honor of Kings, released in 2015, was one of the games that had major breakthroughs in this regard. Fantasy Westward Journey and CrossFire Mobile are also prime examples of successful PC-adapted mobile games. These two games still holds the record of one of the best-selling games in China.

Trends in the PC gaming world are also often copied in mobile gaming. For instance, when the Battle Royale genre was becoming a craze in the PC gaming community, Tencent soon released PUBG Mobile, which was later re-released under the name Peacekeeper Elite.

The boom of mobile gaming in China has undoubtedly driven the emergence of mobile esports. The first-ever global mobile esports tournament was held in China back in 2019. Today, many Chinese game developers are experimenting and trending toward cross-platform games. Not so recently, miHoYo launched one of the hottest and most successful games in 2020 called Genshin Impact. And after the release of Revelation Mobile in January, it is safe to say that the trend of cross-platform games will continue for the near future. 

Featured Image: Freepik. Translated by: Ananto Joyoadikusumo

Mobile Game Jadi Semakin Kompleks Dalam 10 Tahun Terakhir

Sejak 1997, mobile game telah populer berkat keberadaan game-game kasual, seperti Snake di ponsel Nokia. Perlahan tapi pasti, teknologi yang diusung perangkat mobile menjadi semakin canggih, memungkinkan developer untuk membuat mobile game yang semakin kompleks. Pada 2002, X-Forge 3D dirilis. Dengan game engine tersebut, developer bisa membuat mobile game dengan grafik 3D. Dan sejak saat itu, mobile game terus berkembang, tidak hanya dari segi grafik, tapi juga gameplay.

Kontribusi Mobile Game yang Semakin Besar ke Industri Game Global

Tahun lalu, hampir setengah dari total pemasukan industri game berasal dari mobile game. Tahun ini, mobile game memberikan kontribusi sebesar US$90,7 miliar — atau sekitar 52% — dari total pemasukan industri game, yang diperkirakan bakal mencapai US$175,8 miliar. Hal ini menunjukkan, kontribusi mobile game pada pemasukan industri game terus naik. Selain itu, jika dibandingkan dengan industri game konsol dan PC, industri mobile game juga memiliki tingkat pertumbuhan paling cepat. Dalam periode 2018-2021, tingkat rata-rata pertumbuhan (CAGR) dari industri mobile game mencapai 13,1%. Sementara CAGR dari industri game secara umum hanyalah 8,1%.

Industri game pada 2021. | Sumber: Newzoo

Mobile game tidak hanya unggul dari segi pemasukan, tapi juga dari jumlah pemain. Tahun ini, Newzoo menyebutkan, jumlah gamers di dunia mencapai 3,22 miliar orang. Sebanyak 2,8 miliar orang, atau sekitar 94%, bermain game di mobile. Sementara itu, jumlah gamer PC mencapai 1,4 miliar orang dan konsol 900 juta orang.

Jika melihat pembagian industri game berdasarkan region, Asia Pasifik masih menjadi kontributor utama. Kawasan Asia Pasifik menyumbangkan 50% dari total pemasukan game atau sekitar US$88,2 miliar. Sementara itu, Tiongkok dan Amerika Serikat merupakan dua negara dengan industri game terbesar. Sekitar 48% pemasukan dari industri game berasal dari dua negara tersebut. Industri game di Tiongkok bernilai US$45,6 miliar dan di AS US$39,1 miliar.

Tren Mobile Game

Seiring dengan bertambahnya jumlah mobile gamers, maka semakin banyak pula developer yang tertarik untuk membuat mobile game. Developer-developer besar yang sebelumnya tak pernah melirik mobile game pun mulai tertarik untuk membuat mobile game. Salah satu contohnya adalah Riot Games. Selama 10 tahun, mereka fokus pada League of Legends, game PC mereka. Mereka bahkan sempat berselisih dengan Tencent karena mereka tidak ingin meluncurkan League of Legends di mobile. Namun, pada 2020, mereka akhirnya meluncurkan League of Legends: Wild Rift untuk mobile.

Tak hanya itu, Blizzard Entertainment dan Nintendo pun akhirnya memutuskan untuk membuat mobile game. Electronic Arts juga telah mengakuisisi Glu Mobile, menunjukkan ketertarikan mereka untuk membuat mobile game sendiri. Dikabarkan, EA akan merilis versi mobile dari Apex Legends pada tahun depan. Selain Apex Legends, beberapa franchise game populer, seperti Devil May Cry dan Final Fantasy, juga punya game yang dirilis untuk mobile. Hal ini terjadi karena mobile game kini sudah bisa mengakomodasi genre-genre favorit para core gamers, seperti MOBA, racing, shooter, battle royale, dan strategy.

Favorit genre dari mobile gamers di AS, Inggris, Tiongkok, India dan Arab Saudi. | Sumber: Newzoo

Berkat entry barrier yang rendah, mobile game juga sangat populer di negara-negara berkembang, termasuk di Tiongkok dan India. Jadi, developer yang ingin menargetkan gamers di negara-negara tersebut bisa mencoba untuk membuat mobile game. Para mobile gamers di negara berkembang, seperti Tiongkok, India, dan Arab Saudi, biasanya menyukai mobile game yang kompleks dan kompetitif. Faktanya, di Tiongkok, genre favorit para mobile gamers adalah MOBA, diikuti oleh puzzle, shooter, dan battle royale. Sementara di India, empat genre favorit bagi para mobile gamers adalah racing, puzzle, sports, dan shooter. Di Arab Saudi, empat genre favorit adalah puzzle, sports, racing, dan adventure.

Sebagai perbandingan, genre favorit para mobile gamers di AS adalah puzzle, match, traditional card games, dan arcade. Mobile gamers di Inggris juga punya selera yang sama dengan mobile gamers di AS. Hanya saja, arcade menjadi genre favorit ketiga, dan traditional card games di posisi keempat. Di AS, genre mobile game kompetitif yang populer adalah strategy. Karena itu, game-game seperti Clash of Clans dan Clash Royale dari Supercell cukup populer di kalangan mobile gamers AS. Selain itu, game 4X strategy dari developer Tiongkok juga cukup sukses. Buktinya, game-game itu berhasil masuk dalam daftar mobile game terpopuler di AS.

Tipe mobile gamers di AS, Inggris, Tiongkok, India, dan Arab Saudi. | Sumber; Newzoo

Dalam laporannya, Newzoo mengategorikan mobile gamers ke dalam tujuh kelompok: Ultimate Gamer, All-Round Enthusiast, Subscriber, Conventional Player, Hardware Enthusiast, Popcorn Gamer, dan Time Filler. Di dunia, dua kelompok mobile gamers yang mendominasi adalah Time Filler (24%) dan Subscriber (23%). Time Filler adalah mobile gamers yang hanya bermain game untuk mengisi waktu luang atau di sela-sela kegiatan sosial. Sementara Subscriber adalah gamers yang senang untuk bermain game berkualitas tinggi, khususnya game free-to-play. Mereka hanya akan membeli hardware yang lebih mumpuni jika memang diperlukan.

Di Tiongkok, sebagian besar mobile gamers merupakan Ultimate Gamers, yaitu para gamers yang rela untuk menghabiskan waktu dan uang mereka demi bermain game. Di Arab Saudi, AS, dan India, kelompok Subscriber mendominasi. Sementara di Inggris, kebanyakan mobile gamers masuk dalam kategori Time Fillers.

Bagaimana Industri Mobile Game Tiongkok Bisa Berkembang?

Saat ini, Tiongkok menjadi negara dengan jumlah core mobile gamers terbanyak. Salah satu alasannya adalah karena hingga 2010, para gamers di Tiongkok hanya bisa bermain game di PC. Memang, pemerintah Tiongkok melarang penjualan konsol sampai 2015. Alhasil, PC menjadi platform utama para gamers. Di kalangan gamers PC Tiongkok, game-game yang populer adalah game kompetitif seperti Counter-Strike atau MMORPG seperti World of Warcraft dan Fantasy Westward.

Gamers Tiongkok mulai mengenal mobile game pada 2010 berkat Angry Birds dan Fruit Ninja. Sementara itu, sejak 2011, perusahaan smartphone lokal, seperti Xiaomi, OPPO, Vivo, dan Huawei, mulai menyasar pengguna smartphone kelas bawah dan menengah. Dan perlahan tapi pasti, mereka mulai menguasai pasar smartphone di Tiongkok. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa industri mobile game di Tiongkok bisa tumbuh pesat. Tak berhenti sampai di situ, pada 2012, Shenxiandao Mobile diluncurkan. Peluncuran game tersebut menginspirasi developer game untuk membuat mobile game dari game-game browser yang sudah populer. Sementara pada 2013, Locojoy merilis I AM MT, mobile game yang berhasil mengintegrasi mekanisme game PC ke mobile.

Kontribusi dari mobile game kompleks semakin besar pada industri mobile game Tiongkok. | Sumber: Newzoo

Kemampuan mobile game untuk mengadaptasi mekanisme game PC semakin terlihat pada 2015, dengan diluncurkannya Honor of Kings. Sejak saat itu, semakin banyak game PC yang dirilis untuk mobile, seperti Fantasy Westward Journey dan CrossFire Mobile. Sampai saat ini, kedua mobile game itu masih masuk dalam daftar mobile game dengan pemasukan terbesar di Tiongkok. Sejak saat itu, tren di game PC pun mulai diadaptasi ke mobile. Pada 2017, NetEase meluncurkan game battle royale berjudul Knives Out. Memang, ketika itu, genre battle royale tengah populer berkat PUBG. Satu tahun kemudian, pada 2018, Tencent merilis PUBG Mobile. Nantinya, game tersebut dirilis ulang dengan nama Peacekeeper Elite.

Popularitas mobile game di Tiongkok mendorong munculnya mobile esports. Pada 2019, turnamen mobile esports tingkat global pertama digelar di Tiongkok. Saat itu, ada dua game yang diadu, yaitu QQ Speed dan Honor of Kings. Pada 2020, developer Tiongkok mulai meluncurkan game di multiplatform. Salah satunya adalah miHoYo dengan Genshin Impact. Tren ini tampaknya akan masih berlanjut pada 2021 dengan peluncuran Revelation Mobile.

10 Mobile Games Terbaik Tahun 2020

Sebelumnya saya sudah sempat membahas turnamen esports terpopuler sepanjang tahun 2020 ini. Dalam daftar tersebut kita melihat mobile games mendominasi daftar turnamen populer selama masa pandemi di tahun 2020 ini. Memang tahun 2020 terbilang menjadi momen kebangkitan dari game mobile.

Bukan hanya dari segi esports, tetapi banyak juga aspek kesuksesan yang ditorehkan oleh game mobile di tahun 2020 ini. Maka dari itu, kali ini saya akan membahas 10 daftar game mobile terbaik di tahun 2020 ini. Tidak semua game yang ada di dalam daftar rilis di tahun 2020. Namun demikian, saya merasa game-game tersebut masih pantas masuk ke dalam daftar karena pencapaian yang mereka torehkan di dalam satu atau beberapa aspek sekaligus.

 

PUBG Mobile

Menurut saya, versi mobile dari Playerunknown’s Battleground masih tergolong sebagai salah satu game mobile terbaik juga tersukses di tahun 2020 ini. Ada beberapa alasan kenapa PUBG Mobile masuk ke dalam daftar ini. Kesuksesan PUBG Mobile sudah hampri tak tertampik lagi apabila kita melihat dari segi jumlah download ataupun total pendapatan yang mereka dapatkan.

Catatan terakhir dari Sensor Tower mengatakan bahwa PUBG Mobile sudah mengumpulkan pendapatan sebesar US$3 miliar dengan 734 juta download di seluruh dunia. Selain dari hal tersebut, PUBG Mobile juga terbilang memiliki kesuksesannya tersendiri dari segi esports ataupun terobosan secara teknologi. Dari segi esports, PUBG Mobile terbilang menjadi salah satu game esports paling populer di tingkat global saat ini. Salah satu buktinya terlihat dari betapa beragamnya perwakilan negara yang mengikuti pertandingan PMGC 2020. Secara teknologi, PUBG Mobile juga terbilang jadi salah satu game mobile pertama di dunia yang mencetuskan mode 90 fps di dalam gamenya. Dengan segala pencapaian tersebut, hampir tak terpungkiri bahwa PUBG Mobile adalah game mobile terbaik di tahun 2020 ini.

 

Mobile Legends: Bang-Bang

Masih bicara dalam hal kesuksesan dari segi esports, MLBB mungkin bisa dibilang menjadi game lain yang kesukesannya menyandingi PUBG Mobile. Secara lingkup kompetisi, MLBB terbilang kalah luas jika dibandingkan dengan PUBG Mobile. Sepanjang tahun 2020 ini MLBB hanya memiliki kompetisi setingkat Asia Tenggara, dengan kompetisi internasional bertajuk M2 World Championship direncanakan berjalan tahun 2021 mendatang. Namun demikian, kesuksesan dari segi viewership membuat MLBB menjadi salah satu game mobile yang patut diperhitungkan dan perlu masuk ke dalam daftar ini. Terakhir kali, gelaran esports MPL Indonesia bahkan sempat mencatatkan angka views yang bersaing dengan kompetisi internasional yaitu LoL Worlds 2020.

MLBB juga mencatatkan angka yang cukup fantastis secara kesuksesan bisnis. Menurut catatan Sensor Tower bulan Januari 2020 lalu, MLBB dikatakan sudah mengumpulkan pendapatan sebesar US$500 juta dengan 281 juta download. Terlepas dari segala kesuksesan tersebut, MLBB terbilang masih punya banyak PR yang harus dikerjakan agar game mereka bisa menjadi lebih baik lagi. Namun Moonton sendiri menunjukkan komitmennya dan mulai melakukan perbaikan dari segala aspek di dalam game, mulai dari tampilan, grafis, sampai sisi teknis server.

 

Genshin Impact

Walaupun baru rilis 28 September 2020 lalu, namun Genshin Impact berhasil menjadi salah satu sensasi terbesar tahun ini berkat sajian gameplay, grafis, serta story dari Mihoyo sang pengembang. Posisi game ini sebagai game tersukses dan game terbaik hampir tak tertampikkan lagi. Apalagi Genshin Impact juga terpilih sebagai Best Game of 2020 versi Google Play. Genshin Impact jadi luar biasa berkat mekanik gameplay yang menarik nan menantang. Audio-visual Genshin Impact juga terbilang luar biasa untuk ukuran mobile karena sajian grafis, voice-over karakter, serta BG music yang menawan. Terakhir, game ini juga menyajikan storyline serta obrolan antar karakter yang menarik dan menyenangkan untuk disimak.

Walau banyak yang mencibir soal kemiripannya dengan Zelda: Breath of the Wild, namun saya merasa bisa menyajikan suatu game sekelas Breath of the Wild di platform mobile adalah suatu kehebatan tersendiri. Dari segi bisnis, game ini juga mencatatkan angka pemasukan yang sangat memukau. Dua bulan pasca rilis, Sensor Tower melaporkan keuntungan yang diciptakan Genshin Impact hampir menyentuh US$400 juta dengan  10 juta lebih downloads di Google Play Store.

Among Us

Among Us terbilang menjadi satu fenomena unik tersendiri. Game tersebut sebenarnya sudah rilis sejak tahun 2018 lalu yang entah kenapa menjadi fenomena di tahun 2020 ini. Among Us bisa sukses di tahun 2020 karena beberapa hal.  Para streamer yang memainkan game ini mungkin jadi salah satu alasannya. Tapi selain itu, Among Us juga membawa gameplay familiar yang menyerupai permainan werewolf. Ditambah lagi, masa pandemi juga membuat minat main game banyak orang jadi meningkat. Alhasil, Among Us pun berhasil mencuat sebagai game ringan yang bisa dimainkan di mana saja (Mobile/PC) dan oleh berbagai kalangan.

Karena hal tersebut, jumlah download Among Us pun jadi meningkat drastis. Mengutip laporan dari Sensor Tower bulan September 2020 lalu, Among Us berhasil mencetak 86,6 juta downloads pada platform mobile. Dalam konteks lokal Indonesia, popularitas Among Us bahkan sampai berhasil menarik perhatian salah satu sosok jurnalis ternama yaitu Najwa Shihab.

 

League of Legends: Wild Rift

Ada beberapa alasan masuknya Wild Rift ke dalam daftar. Salah satu alasan terbesarnya adalah karena Riot Games yang ternyata benar-benar menciptakan Wild Rift dengan berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan dari MOBA di mobile sebelumnya. Alhasil Wild Rift tampil dengan gameplay utama, kontrol, serta fitu-fitur baru yang membuat pengalaman bermain MOBA di mobile jadi lebih intuitif. Namun demikian, bukan berarti Wild Rift tampil dengan tanpa masalah.

Soal server yang cenderung laggy dan optimasi grafis masih jadi salah satu masalah besar yang banyak dihadapi komunitas ketika memainkan game yang satu ini. Belum lagi Wild Rift terbilang minim fitur-fitur menarik yang memperkaya pengalaman bermain Anda, entah itu fitur streaming di dalam game, fitur share hasil permainan, ataupun in-game event yang membuat permainan yang menarik. Pembahasan lebih lanjutnya bisa Anda baca sendiri pada ulasan saya terhadap Wild Rift pada masa awal-awal perilisan di bulan September 2020 lalu. Secara angka, Wild Rift sudah mencatatkan 10 juta download lebih di Google Play Store.

 

Call of Duty Mobile

Rilis tahun 2019 lalu, kesuksesan Call of Duty Mobile di Indonesia mungkin terbilang tidak seberapa jika kita membandingkannya dengan beberapa game shooter lain seperti Free Fire ataupun PUBG Mobile. Terlepas dari itu saya tetap merasa Call of Duty Mobile adalah iterasi game shooter terbaik, bahkan di tahun 2020 sekalipun. Saya merasa tidak mudah untuk bisa membuat game dengan genre First Person Shooter bisa dimainkan dengan nyaman pada perangkat mobile. Namun, TiMi Studios berhasil menembus batas tersebut dan menciptakan COD Mobile yang terbilang sebagai salah satu game FPS di mobile terbaik. Secara internasional, COD Mobile terbilang cukup sukses secara bisnis. Catatan bulan Oktober dari Sensor Tower mengatakan bahwa COD Mobile sudah mengumpulkan US$500 juta pendapatan dengan 270 juta total download.

 

Legends of Runeterra

Legends of Runeterra adalah satu dari dua mobile games yang dirilis oleh Riot Games di tahun 2020 ini. Sebagai developer game PC, saya merasa Riot Games berhasil menciptakan mobile games dengan cukup baik. LoR jadi salah satu contohnya. Merupakan game kartu dengan tema dunia League of Legends, LoR menyajikan kesegaran di tengah pasar genre CCG yang sudah ada. Kesegaran tersebut tampil lewat mekanik yang disajikan berupa kemampuan untuk menaikan level kartu berkategori Champion dan gaya main saling merespon terhadap pergerakan musuh.

Terlebih, Runeterra juga memberikan skema yang cenderung ramah bagi free players dan terbilang menjawab kejenuhan pemain game kartu yang kadang perlu mengeluarkan sejumlah uang demi mendapatkan kartu yang cocok. Dari segi angka, LoR dengan usianya yang cukup belia juga terbilang cukup sukses dan mencatatkan 5 juta lebih total downloads di Google Play Store.

 

Mario Kart Tour

Rilis September 2019 lalu, Mario Kart Tour masuk ke dalam daftar ini karena permainannya yang super casual dan cocok untuk semua kalangan. Pada tahun 2019, game seperti ini mungkin terlihat jadi biasa saja karena gameplay-nya yang cenderung santai. Tapi di tahun 2020 ini ketika pandemi menyerang, saya merasa game seperti Mario Kart Tour menjadi salah satu yang patut Anda mainkan untuk mengisi waktu sengang di tengah kepenatan bermain game kompetitif.

Mario Kart Tour terbilang cukup lengkap dari segala aspek. Punya skema kontrol yang mudah, gaya grafis menyenangkan khas Nintendo, dan gameplay yang sama persis dengan Mario Kart yang selama ini ada menjadi 3 aspek yang membuat saya berpikir bahwa game ini masih tergolong yang terbaik di tahun 2020 sekalipun. Catatan Sensor Tower di awal Januari mengatakan bahwa Mario Kart Tour telah mengumpulkan US$76 juta dengan 147 juta total downloads.

Dragon Raja

Ketika kita tidak bisa banyak pergi keluar rumah selama masa pandemi ini, game MMORPG terbilang bisa menjadi salah satu genre pilihan untuk dimainkan karena banyaknya ragam konten yang biasanya disediakan dalam game tersebut. Maka dari itu saya memasukkan Dragon Raja ke dalam daftar ini. Sebagai game MMORPG, Dragon Raja terbilang amat sangat lengkap. Dragon Raja punya berbagai macam aktivitas yang bisa Anda lakukan di dalam game. Mulai dari kegiatan-kegiatan seperti farming, grinding, atau questing yang jadi standar di MMORPG, sampai aktivitas-aktivitas nyeleneh seperti bermain mini game balapan sampai battle royale. Aktivitas yang beragam tersebut menjadi semakin lengkap dengan balutan grafis ciamik yang disajikan oleh Archosaur Games di dalam game Dragon Raja.

 

NBA 2K20


Berbeda dengan game-game sebelumnya yang bersifat free to play, NBA 2K20 adalah game premium yang mengharuskan Anda membayar sebelum bisa dimainkan. NBA 2K20 dijual seharga Rp83.000 di Google Play Store. Namun demikian, harga tersebut terbilang sebagai harga yang patut mengingat game NBA 2K20 yang terbilang cukup solid untuk mobile. Sebagai game olahraga, NBA 2K20 punya kombinasi lengkap yang membuatnya patut untuk dibeli. Game tersebut punya grafis yang detil mulai dari sisi pemain hinggi kondisi lapangan pertandingan. NBA 2K20 juga punya kontrol intuituif, dengan ragam mode gameplay yang menarik. Memang NBA 2K20 dirilis di tahun 2019 lalu. Namun saya merasa apabila Anda penggemar olahraga basket, NBA 2K20 mungkin bisa menjadi salah satu alternatif.

Bilibili akan Rilis Versi Mobile Fall Guys: Ultimate Knockout

Dalam beberapa waktu terakhir ini, game berjudul Fall Guys: Ultimate Knockout yang dibesut oleh Mediatonic, studio asal Inggris meledak di pasaran. Penampilan karakter game yang terbilang lucu dan penuh warna membangun kesan yang ceria dan ramah bagi gamers segala umur, kasual maupun kelas berat. Gameplay yang menyajikan pertarungan ala battle royale sudah berhasil memikat lebih dari 1,5 juta gamers secara global sejak pertama kali diluncurkan di tanggal 4 Agustus 2020 yang lalu.

Nyatanya tanpa perlu menunggu lama, perusahaan layanan streaming asal negeri tirai bambu, Bilibili dinyatakan akan merilis game Fall Guys yang masih sangat viral dan sangat diminati ke dalam platform mobile. Meskipun sampai berita ini dilansir game Fall Guys baru dirilis secara resmi di platform PC dan PS4.

Jika ditilik dari sisi bisnis, pola yang sama dapat kita temui pada game lain. Misalnya pendekatan Tencent kepada Bluehole studio yang kini bernaung di bawah nama Krafton Game Union saat berencana merilis game PUBG Mobile di tahun 2018. kurang lebih setahun berikutnya hal ini berulang dengan perilisan game Call of Duty dalam platform mobile di bawah lisensi dari Activision. Kesuksesan peluncuran game Fall Guys juga akhirnya menarik banyak brand lain untuk memasukkan identitasnya menjadi skin di dalam game tersebut.

Rencananya Bilibili akan merilis game Fall Guys: Ultimate Knockout dengan sedikit penyesuaian judul. Bagi pasar Tiongkok namanya akan diubah menjadi Jelly Bean: Ultimate Knockout. Sekalipun ini bukan kali pertama Tencent mendekati studio game dan menciptakan kembali versi mobilenya, ini adalah kali pertama layanan streaming memiliki lisensi unutk merilis sebuah game.

https://twitter.com/FallGuysGame/status/1295354716382203904

Adapun isu yang sama sebelumnya pernah mengemuka di jagat maya. Dikarenakan game Fall Guys dalam waktu singkat menjadi viral dan banyak dimainkan, ada beberapa pihak yang mencoba melakukan remake atau duplikasi di platform mobile. Dalam sebuah cuitan, pihak Mediatonics menyangkal adanya game Fall Guys di platform mobile.

Bill Croft, co-founder dari studio yang mengembangkan game Fall Guys, Mediatonic, menyatakan, “dapat kami konfirmasikan bahwa Bilibili secara resmi memiliki hak rilis game Fall Guys di platform mobile untuk region Tiongkok.” Di waktu yang sama ia juga menyatakan bahwa ke depannya akan ada rencana perilisan game Fall Guys di platform lainnya.

Game Landlord GO bawa Permainan Monopoli ke Dunia Nyata

Pertengahan bulan Juli 2020 yang lalu perusahaan game asal Polandia, Reality Games, meluncurkan game simulasi bisnis Landlord GO. Sekalipun game Landlord GO tercatat dirilis di tengah situasi pandemi yang merebak secara global, ternyata mendapatkan sambutan yang cukup baik dari banyak penggemar mobile games.

Bayangkan Anda bermain game Monopoli, dengan menggunakan bangunan properti sungguhan. Jika sebelumnya pada papan permainan, jumlah properti yang dimiliki hanya terbatas pada 24 kotak, game Lanlord GO membuka kesempatan bagi Anda untuk menjadi investor properti berskala global, setidaknya di dalam sebuah game.

Tidak dapat dipungkiri kebijakan pembatasan fisik dan lockdown di beberapa negara Asia Tenggara telah menyumbangkan pengaruh yang besar pada menggeliatnya pasar mobile gaming di lingkup regional. Selain dari kegiatan esports yang bisa terus berjalan sekalipun kehilangan kemeriahan event-event offline, pasar mobile gaming juga menunjukkan perkembangan yang patut dicermati. Di Malaysia setidaknya game Landlord GO sudah berhasil menarik 40.000 player, sedangkan menurut Sensor Tower, Landlord GO secara global sudah didownload lebih dari 300.000 kali.

Mengawali game Anda akan diberikan sejumlah modal uang dan diperkenalkan bagaimana cara bermain game Landlord GO. Ada dua cara untuk bisa membeli properti secara langsung maupun melalui agen properti virtual. Karena game Lanlord GO menggunakan fitur AR dan Geolocation, hal ini akan mempengaruhi tampilan pilihan properti di dalam game.

Adapun radius 1 km menjadi batasan properti yang muncul dalam mode pembelian langsung. Di sisi lain Anda juga bisa membeli properti yang berada di tmepat yang jauh, di luar negeri misalnya. Sekalipun saat ini Anda bermain di Indonesia, membeli sebuah properti di Australia atau Filipina dimungkinkan dengan fitur yang dinamakan Agent.

Dengan membeli dan menjual properti yang dimiliki, perlahan Anda akan membangun portfolio bisnis dan tentu saja mendapatkan uang untuk membeli properti yang lainnya. Properti yang dimiliki dapat diperjualbelikan kembali antar player dengan sistem lelang yang bersifat real time.

Salah satu fitur yang menarik dan berubah secara berkala adalah Trend. Sistem akan memberikan hint akan tipe properti yang harganya akan berubah selama beberapa waktu. Jika Anda berhasil membeli atau memiliki tipe properti yang sesuai, tentu saja akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar ketika nantinya dijual kembali.

via: Reality Games
via: Reality Games

Secara sekilas melalui game Landlord GO kita dapat belajar bagaimana bisnis properti berjalan dan berubah seiring waktu. Fitur AR dan Geolocation memberikan sentuhan pengalaman yang lebih real dalam bermain game. Dengan strategi yang tepat Anda dapat menemukan cara terbaik untuk menikmati gamenya dan menjadi sukses. Sebuah game yang menraik dan menantang jika Anda berminat mempelajari bisnis properti.

Pendapatan Clash Royale Capai 3 Miliar Dollar AS Setelah 4 Tahun Rilis

Industri mobile game sedang berkembang pesat belakangan. Pada bulan Mei 2020 saja, total download mobile game dikabarkan meningkat sebanyak 35 persen, dengan total download mencapai 1,2 miliar kali per pekan. Melihat ini, tidak heran kalau game mobile jadi bisa meraup miliaran dollar AS. Clash Royale jadi salah satunya, yang sudah mengumpulkan pendapatan sebesar 3 miliar dollar AS, pada pertengahan Juli ini.

Laporan pendapatan tersebut dirilis oleh Sensor Tower, salah satu perusahaan pengumpul data download aplikasi dan game mobile. Angka tersebut merupakan total pendapatan Clash Royale secara keseluruhan, setelah 4 tahun ada di pasar game mobile. Menurut Sensor Tower, Amerika Serikat adalah penyumbang pendapatan terbesar untuk Clash Royale, yaitu sebesar 925,4 juta dollar AS, atau 30,8 persen dari keseluruhan pendapatan.

Jerman menjadi penyumbang pendapatan terbesar kedua dengan pendapatan sebesar 266,7 juta dollar AS, atau 9 persen dari keseluruhan pendapatan. Tiongkok berada di peringkat ketiga, dengan pendapatan sebesar 204 juta dollar AS atau 6,8 persen dari keseluruhan pendapatan.

Ini jadi menarik, karena Tiongkok hanya bertengger di peringkat 3 dari total keseluruhan pendapatan Clash Royale. Padahal, Tiongkok bisa dibilang sebagai salah satu pasar mobile games terbesar dunia. Terakhir kali, pasar mobile games Tiongkok mencapai angka 33,1 miliar dollar AS di tahun 2019 dan diharapkan bertumbuh jadi 46,7 miliar dollar AS pada tahun 2024, menurut laporan Niko Partners.

Lebih lanjut Sensor Tower menjelaskan bahwa Clash Royale kini sudah mencatatkan 468,8 juta download, dengan pemasukan rata-rata sekitar 6,4 dollar AS per-download, secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan game besutan Supercell lainnya, total pemasukan Clash Royale berada di posisi kedua. Clash of Clans masih berjaya di peringkat pertama dengan total pendapatan sebesar 7 miliar dollar AS.

Sumber: Sensor Tower
Sumber: Sensor Tower

Jika dibandingkan lagi dengan game mobile lain, pencapaian Clash Royale ini jadi terlihat biasa saja. Ini mengingat posisi PUBG Mobile, yang bisa mencapai total pendapatan yang hampir serupa, dalam waktu 2 tahun perilisan saja. Memang, pendapatan Clash Royale sendiri sudah menurun sejak 2017 lalu, walau masih bertahan sebagai game Top Gross di Juni 2020.

Indonesia sempat merasakan inisiatif lokal pada tahun 2019 lalu, ketika Supercell kerja sama dengan LINE untuk kembangkan komunitas. Buah dari inisiatif ini adalah Supercell Gamers Day, yang berisi turnamen dari game besutan Supercell seperti Clash of Clans, Clash Royale, dan Brawl Stars, yang diselenggarakan Oktober 2019. Sayangnya, inisiatif tersebut sepertinya terhenti sampai situ saja, dan belum ada kabar kelanjutannya di tahun 2020.

Adaptor Keyboard dan Mouse Gamo G+ Siap Bantu Anda Jadi Raja Game Mobile

Sejujurnya saya tak pernah membenci game mobile. Sebaliknya, saya sangat mengapresisasinya karena mereka-lah yang membuat video game jadi mudah diakses dan kian merakyat. Saya hanya kurang suka menikmati permainan di layar kecil. Indra penglihatan ini sudah tidak lagi berada di kondisi prima, ditambah lagi sistem kendali berbasis layar sentuh yang bagi saya kurang intuitif.

Kini memang tersedia banyak aksesori tambahan smartphone yang dirancang untuk membuat gaming di layar kecil jadi lebih nyaman. Beberapa dari mereka sengaja didesain menyerupai gamepad. Pendekatan tersebut cukup fleksibel buat menangani sejumlah genre permainan, tetapi gamer hardcore mungkin punya pendapat berbeda: untuk mereka, keyboard dan mouse masih merupakan periferal kontrol paling akurat dan responsif.

Itu alasannya mengapa tim GamoHub tidak mencoba menawarkan suatu aksesori berdesain ‘inovatif’. Mereka malah menyodorkan solusi berupa opsi konektivitas yang memungkinkan kita untuk menyambungkan keyboard dan mouse favorit ke smartphone tempat Anda bermain. Sambungan itu dihadirkan melalui perangkat bernama Gamo G+ yang mereka presentasikan via Kickstarter.

Gamo G+ merupakan adaptor Bluetooth untuk keyboard dan mouse agar bisa dihubungkan ke perangkat berbasis iOS maupun Android. GamoHub menjanjikan koneksi Bluetooth bebas lag, memungkinkan kita mengakses permainan-permainan shooter, real-time strategy dan role-playing secara leluasa. Gamo G+ diklaim mendukung hampir semua game mobile (misalnya Fortnite, Creative Destruction, Rules of Survival, PUBG Mobile, Hearthstone), dan Anda dibebaskan buat mengonfigurasi shortcut hingga kombinasi beberapa tombol.

Adaptor ini mengusung tipe sambungan Bluetooth versi 4.0. Ia bekerja secara universal, tanpa membutuhkan root atau sistem emulasi, jadi kemenangan Anda di game tetap terhitung legal. Dengannya, Anda dapat memasangkan beragam jenis papan ketik – baik full-size maupun varian one-hand – serta mouse. Meski begitu, GamoHub menyarankan agar Anda menggunakan jenis berkabel/wired agar pengalaman bermainnya optimal.

Gamo G+ Game Adapter ialah aksesori berukuran kecil. Dimensinya hanya 94x31x16-milimeter dan mempunyai bobot 41,5-gram. Ia kompatibel dengan perangkat ber-OS Android 4.4 dan iOS 10, atau versi lebih baru. Mengulik lebih jauh, sepertinya Gamo G+ belum siap menopang smartphone-smartphone yang mengusung system-on-chip MediaTek.

Dengan kemampuannya ini, tentu saja Gamo G+ tak hanya siap menunjang kegiatan bermain, namun juga bisa membantu Anda bekerja layaknya membawa laptop.

GamoHub sudah mulai menawarkan produk tersebut melalui Kickstarter. Di situs crowdfunding tersebut, produsen menjajakannya seharga mulai dari US$ 40 (harga retail-nya adalah US$ 60). Proses distribusi rencananya akan dilakukan pada bulan Agustus 2019.