Team VIOP Juara Turnamen Black Shark Clan

Setelah bergulir selama 2 hari, Team VIOP keluar sebagai juara dari gelaran turnamen mini Black Shark Clan. Sebelumnya sudah ada 32 tim yang mendaftarkan diri untuk bertanding dalam turnamen tingkat komunitas dengan kesempatan untuk memenangkan smartphone Black Shark terbaru yaitu, Black Shark Series 3.

Selain aktif di skena profesional, Black Shark bermaksud untuk memberikan dukungannya bagi perkembangan ekosistem Mobile Legends dengan mengadakan turnamen di tingkatan komunitas.

black shark clan
Black Shark Clan akan diselenggarakan pada 29-30 Agustus 2020.

Adapun total hadiah yang diperebutkan di turnamen mini Black Shark Clan adalah sebesar 8 juta Rupiah. Tim manapun yang keluar sebagai juara pertama akan mendapatkan uang hadiah sebesar 5 juta Rupiah dan 1 buah smartphone Black Shark terbaru. Diikuti hadiah 2 juta Rupiah dan 1 juta Rupiah untuk tim juara kedua dan ketiga.

Berikut adalah sedikit cuplikan dari pertandingan babak final. Dimulai dari pertandingan perebutan juara ketiga yang menjadi ajang pertemuan antara tim Rex Bellum melawan tim Creatum Vincere, sedari awal kedua tim bermain dengan sangat ngotot dan menghasilkan banyak pertukaran kill point meskipun baru memasuki menit kelima. Strategi jungle control diterapkan oleh tim Creatum Vincere berhasil dieksekusi dengan baik dan membuat tim musuh mengalami kesulitan secara ekonomi.

Di fase akhir permainan perebutan juara ketiga, beberapa kali tim Rex Bellum masih bisa mempertahankan base mereka sekalipun lawannya sempat melakukan push bersama Lord. Hero Lancelot yang menjadi hyper carry dengan sukses membawa kemenangan untuk tim Creatum Vincere dan finis di tempat ketiga.

Berlanjut ke babak final, pertandingan berlangsung lebih menegangkan antara Team VIOP dan tim RAF Miracle. Selama fase early game kedua tim masih cenderung bermain pasif dan lebih berhati-hati. Ketika pertandingan mulai mengarah ke mid game tim RAF Miracle masih bisa menjaga perolehan gold dengan mencuri objective seperti Turtle dan Turret dari tim lawan. Sedangkan rotasi dan skirmish yang dilancarkan Team VIOP lebih berfokus pada upaya menekan core hero dari musuh.

Sayangnya rotasi yang tampak longgar membawa kerugian ke arah tim RAF Miracle. Dalam situasi teamfight, keraguan dalam mengambil follow up action dari tim RAF Miracle menjadi celah yang dimanfaatkan Team VIOP untuk mengunci kemenangan 2 match secara beruntun.

Tidak terlupa, berdasarkan pengamatan shoutcaster dan tim penyelenggara turnamen, pemain dengan nick name Senoritaa dari Team VIOP layak untuk mendapatkan predikat sebagai Most Valuable Player. Senoritaa memberikan permainan yang tidak hanya mumpuni secara individual namun juga memberikan dampak yang signifikan bagi kemenangan Team VIOP.

 

Rekap MPL PH Season 6 Minggu 1: Aura PH dan Blacklist International Kuasai Puncak Klasemen

Mengikuti gelaran liga profesional Mobile Legends yang sudah lebih dulu berlangsung di kawasan Asia Tenggara, di tanggal 21 Agustus 2020 kemarin Mobile Legends Professional League Philippines resmi Bergulir. Sejauh ini terpantau region Filipina adalah salah satu liga dengan rivalitas kental yang sudah terbentuk dari beberapa season sebelumnya.

Di gelaran MPL PH Season 6 akan bertemu talenta baru yang bersal dari fase kualifikasi menghadapi tim veteran dari MPL PH Season 5. Masih ada kesempatan terbuka bagi tim Sunsparks yang kini bermain membela bendera Aura PH. Sedangkan di sisi lain datang tim Nexplay Solid yang melaju nyaris tidak terbendung dari fase kualifikasi terbuka.

Laga pembuka gelaran turnamen MPL PH Season 6 menyuguhkan pertemuan antara tim Bren Esports menghadapi tim Onic PH. Keduanya sama-sama diunggulkan untuk bisa menjadi juara di gelaran MPL PH Season 6, hanya saja tim Onic PH Sama sekali belum pernah menikmati gelar juara MPL PH sekalipun.

Di match perdana, tim Onic PH tampaknya masih kewalahan menghadapi serangan yang dilancarkan oleh tim Bren Esports. Duo kombinasi antara Pheww dan KarlTzy berhasil mematikan setiap upaya bertahan yang dilakukan oleh tim Onic PH.

Berlanjut di match kedua, kini giliran tim Onic PH yang bisa tampil lebih mendominasi lawannya. Dengan kawalan Iy4knu teamfight yang diinisiasi oleh tim Bren Esports kerap kali menemukan kebuntuan bahkan kerugian karena gagal melakukan trade kill. Hasil seri membawa pertandingan memasuki match ketiga sebagai penentuan.

Langkah tim Onic PH di match ketiga tampak sangat tersendat dengan permainan cemerlang yang ditampilkan oleh KarlTzy. Dengan draft pick yang dipilih oleh tim Bren Esports, setidaknya early game dapat dikuasai dengan lebih mudah dan terus berlanjut dengan kemenangna dengan skor 2-1 bagi tim Bren Esports.

Di hari kedua terjasi pertandingan yang sengit antara tim BKB melawan tim Cignal Ultra. Di match pertama tim Cignal Ultra tampil dengan strategi permainan yang sangat berfokus pada objective permainan.

Di match kedua aksi Drixx dari tim BKB mampu memanfaatkan sepenuhnya farming dan ganking yang membuatnya sangat berjasa menumpuk kekuatan dari sisi ekonomi. Tercatat 10 kill point berhasil dikumpulkan Drixx tanpa sekalipun berhasil ditumbangkan oleh lawannya. Tim Cignal Ultra berhasil comeback di match terakhir dengan aksi Hadess yang menggunakan Harith dan mengacaukan pertahanan dari tim BKB. Pertandingan berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan tim Cignal Ultra

Mengawali pertandingan di hari Minggu, hasil positif diraih oleh tim Omega PH. Dengan skor 2-1 tim Omega PH berhasil unggul dari lawannya, tim Blacklist International. Cenderung bermain aman, dengan waktu yang lumayan panjang tim Omega PH menahan serangan yang dilancarkan oleh tim Blacklist International.

Namun keadaan berbalik untuk kemenangan tim Omega PH di dua match berikutnya. Draft pick dengan mobilitas tinggi menjadi kunci kesuksesan tim Omega PH membalikkan keadaan dari dominasi tim Blacklist International. pada match terakhir tim Blacklist International dibuat tidak bisa berkutitk dan terpaku mempertahankan base. Sedangkan di sisi lain tim Omega PH membangun momentum dengan menghabisi seluruh resource yang ada dan akhirnya memenangkan pertandingan.

Mengakhiri minggu pertama gelaran turnamen MPL PH season 6, tim Aura PH menjadi pemimpin klasemen sementara di grup A dengan raihan 4 poin. Sedangkan di grup B tim Onic PH adalah tim yang mengisi posisi pertama di antara tim lainnya.

Rekap MPL ID Season 6 Minggu 1: RRQ Hoshi Memimpin Klasemen dan Absennya Udil

Pekan pertama Mobile Legends Professional League Indonesia Season 6 baru saja berlalu. Di pekan pertama semua tim yang bertanding tampak masih mencoba meramu strategi dan beradaptasi dengan gameplay yang dilakukan lawan-lawannya. Pertanndingan bertempo lambat masih kerap terjadi di antara tim yang saling berhadapan.

Laga el clasico skena Mobile Legends antara tim RRQ Hoshi dan tim EVOS Legends tersaji tanpa kemeriahan yang seharusnya begitu terasa pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Tim RRQ Hoshi tampil dengan meyakinkan dan tidak mengendurkan serangan sedikitpun saat berhadapan dengan rivalnya, EVOS Legends. Laga el clasico berakhir cepat dengan kemenangan tim RRQ Hoshi 2-0 atas tim EVOS Legends.

via: MPL ID
via: MPL ID

Beberapa hal lainnya juga dapat dicermati dari pekan yang masih terasa seperti pemanasan. Adapun absennya Udil “Udil” Surbakti di pertandingan pekan pertama menimbulkan banyak pertanyaaan dari kalangan penggemar game Mobile Legends. Setelah Udil meninggalkan tim Onic Esports dan kemudian bergabung ke tim Alter Ego Esports, aksinya begitu diantisipasi tim-tim lain maupun komunitas penggemar game Mobile Legends. Raihan tim Alter Ego Esports di pekan pertama terasa kurang maksimal dengan kekalahan dari tim Bigetron Alpha dan unggul tipis atas tim Geek Fam di hari minggu.

Di sisi lain tim Bigetron Alpha di luar dugaan bisa merebut kemenangan dari tim Alter Ego Esports saat bertemu di matchday kedua. Meskipun pertandingan berjalan alot dan harus bermain penuh 3 match, ternyata tim Bigetron Alpha bisa memenangkan pertandingan dan mencuri poin kemenangan dari tim Alter Ego Esports. Namun rasanya masih terlalu dini untuk bisa menilai perkembangan tim Bigetron Alpha setelah coach Amoux bergabung dan melatih 2 tim sekaligus.

MPL ID S6 Week 1 Standings | via: Instagram mpl.id.official
MPL ID S6 Week 1 Standings | via: Instagram mpl.id.official

Sejauh ini posisi klasemen sementara masih menunjukkan tim RRQ Hoshi menduduki tempat tertinggi dengan raihan clean sheet. Di tempat berikutnya ada tim Onic Esports dan tim Bigetron Alpha dengan masing-masing 1 kemenangan.

Sedangkan di pekan kedua tim Onic Esports akan menghadapi tim pemuncak klasemen yaitu RRQ hoshi. Hal ini akan menguji seberapa kuat roster tim Onic Esports menghadapi tim terkuat di Asia Tenggara sampai saat ini. Di kesempatan lain sebelum gelaran MPL ID Season 6 dimulai, tim Onic Esports sempat mendapatkan gelar juara di kompetisi internasional saat menundukkan tim Aura PH di di babak final turnamen Mytel International Championship 2020.

Rekomendasi 5 Hero Offlane MLBB META Sekarang (Juni 2020)

Di setiap game bergenre multiplayer online battle arena, atau lebih dikenal dengan singkatan MOBA seperti Mobile Legends Bang Bang atau MLBB misalnya, tiap-tiap hero memiliki peran yang berbeda-beda. Pada umumnya peran yang ada dibagi menjadi tiga, yakni carry, support dan juga offlane. Masing-masing dari mereka mempunyai tugas yang berbeda, kemampuan yang berbeda, dan cara main yang berbeda. 

Tidak ada cara terbaik yang mutlak untuk memainkan peran-peran tersebut, karena pada akhirnya semua bergantung pada kondisi dari match yang dimainkan dan skill individu pemainnya. Salah satu role yang unik untuk dimainkan adalah offlane karena cara memainkannya tidak se-straightforward jika dibandingkan dengan seorang carry atau support, misalnya.

Dari sekian tugas yang dilakukan oleh seorang offlaner, salah satu yang terpenting adalah mempertahankan lane. Kegunaan dari tugas tersebut adalah untuk memberikan space pada hero core supaya mereka bisa dengan lebih mudah untuk farming tanpa harus mengurus keamanan lane mereka.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah pemilihan hero untuk dimainkan sebagai offlaner. Tentunya, tidak semua hero dibuat untuk memainkan peran tersebut karena skill mereka yang tidak cocok dalam menjalankan tugas seorang offlaner.  

Akhir-akhir ini, offlaner adalah role yang sangat krusial di Mobile Legends Bang Bang (MLBB). Apalagi di META saat ini yang seringkali memerlukan dua hero offlane: satu di lane atas (offlane) dan satu lagi di lane bawah (sidelane).

Akan sangat krusial bagi Anda jika tidak memilih hero offlane yang META karena harus berhadapan dengan hero offlane tim lawan dan sebisanya menyeimbangi offlane tim lawan dengan menggunakan hero-hero yang kuat.

Dengan itu, jika fase laning di awal dimenangkan oleh sang offlaner, maka akan mempermudah hero-hero yang berada di midlane untuk farming, serta membuat rotasi menjadi terasa lebih aman karena lane sudah didominasi terlebih dahulu. 

Berikut adalah 5 hero offlane yang sedang META saat ini:

1. Uranus

Uranus pada dasarnya merupakan hero yang seharusnya dimainkan sebagai tanker dan bukan offlaner. Tetapi jika Anda melihat durability yang dimilikinya, maka akan masuk akal jika ia dimainkan sebagai offlaner di META saat ini. 

Dengan durability yang dimilikinya, Uranus menjadi sangat susah untuk dibunuh oleh lawannya dan efektif untuk menjaga lane yang dimilikinya. Ditambah lagi dengan kemampuannya untuk satu-lawan-satu menggunakan skill pertamanya, Ionic Edge. Skill tersebut dapat memberikan damage yang tinggi ketika sudah di puncak stack-nya.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Setiap kali Uranus memberi damage kepada musuh, mereka akan mendapatkan sebuah stack dengan batas maksimum 4 stack per target. Untuk setiap stack yang dimiliki musuh tersebut, damage Ionic Edge akan bertambah sebesar 40%, hingga 320% dengan 4 stack.

Selain durability dan damage output-nya yang tinggi, Uranus juga memiliki mobilitas yang tinggi karena skill Transcendent Ward-nya yang memperbolehkannya untuk melarikan diri dari musuh jika terkena gank.

Pilihan emblem yang cocok untuk digunakan oleh Uranus adalah emblem Support dengan talent kedua, serta menggunakan Battle Spell seperti Purify atau Execute.

Jika Anda ingin melihat referensi cara memainkan Uranus yang baik dan benar, beberapa pemain profesional yang bisa dijadikan referensi adalah R7 dari tim Rex Regum Qeon, Pendragon dari tim EVOS Esports, dan juga Antimage dari tim Onic Esports.

 

2. Esmeralda

Esmeralda, hero yang memiliki peran sebagai Mage/Tank ini adalah salah satu hero offlane yang bisa dikatakan salah satu paling overpowered di META saat ini. Durability-nya yang tinggi, serta efek crowd-control dari skill ultimate yang dimiliki Esmeralda, Falling Starmoon, akan sangat mematikan jika terkena banyak musuh.

Ditambah lagi dengan skill pertamanya, Frostmoon Shield, yang dapat mencuri shield dari lawan untuk dipakai kepada dirinya sendiri. Maka dari itu, jika Anda bertemu hero-hero musuh yang mempunyai shield seperti Harith, Uranus, dan Lolita, Esmeralda bisa jadi jawaban untuk mengatasi mereka.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Di sisi yang lain, Esmeralda akan menjadi sangat lemah jika terus menerus terkena efek crowd-control yang bisa menghentikan pergerakan dari skill pertama dan keduanya, sehingga shield yang diperolehnya jadi hilang dan membuatnya tak berdaya.

Karena itu, pemilihan Esmeralda bisa saja sangat efektif dalam situasi tertentu, namun bisa juga sebaliknya. Emblem yang digunakannya tidak jauh beda dari Uranus, yaitu emblem Support dengan talent kedua, dengan Battle Spell Purify atau Flicker.

 

3. Chou

Chou adalah satu-satunya hero yang dapat dikatakan tetap relevan sejak META Season 1 sampai dengan Season 17, walaupun sudah terkena banyak sekali nerf dari mulai efek crowd-control-nya sampai dengan damage output-nya. Alasan mengapa Chou tidak pernah punah dari META adalah kemampuannya sebagai fighter dengan efek crowd-control yang luar biasa.

Contoh termudah adalah skill pertamanya, Jeet Kune Do, dan ultimate-nya, The Way Of Dragon, keduanya bisa menendang musuh ke arah teman sendiri. Tujuannya adalah agar mereka bisa diposisikan di tempat yang ideal untuk dihabisi oleh teman satu tim Anda.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Chou adalah hero yang patut ditakutkan jika bertemu di posisi satu-lawan-satu karena damage-nya yg besar. Bahkan dalam situasi tertentu dengan item build yg tepat, Chou bisa menghabiskan musuhnya hanya dengan satu kali combo saja. 

Efek anti crowd-control dari skill keduanya, Shunpo, mungkin menurut banyak orang tidak terlalu berguna. Akan tetapi, jika dipakai dengan timing yang tepat, bisa memancing musuh-musuhnya dan memulai sebuah teamfight

Pada umumnya, Chou memiliki dua playstyle atau cara bermain sebagai offlaner, yakni mem-pressure musuh atau farming. Hal yang membedakan keduanya adalah cara laning dan item build yang digunakan. 

Untuk playstyle farming, Chou akan membuat item jungle terlebih dahulu untuk mendapatkan damage output besar pada fase awal, sembari mengambil jungle milik musuh. Sedangkan untuk gameplay yang mem-pressure musuh, Chou bermain layaknya seorang perusuh – entah mengganggu core musuh yang sedang sibuk mengumpul buff, atau menciduk hero-hero yang memiliki health rendah dari dalam bush

Secara keseluruhan, Chou adalah salah satu hero yg sepertinya tidak akan mati gaya karena akan selalu ada di META season kapanpun. Apalagi Chou terkadang bisa juga dimainkan sebagai tanker. Untuk Chou, pemilihan emblemnya adalah emblem Assassin dengan talent kedua serta Battle Spell Flicker

 

4. Jawhead

Jawhead merupakan hero melee dengan peran Fighter yang cukup kuat menahan laning sendiri, itulah salah satu alasan mengapa Jawhead pantas untuk dimainkan sebagai offlaner. Selain itu, ia memiliki skill untuk melarikan diri alias skill keduanya, Ejector, yang sangat berguna jika terkena gank.

Skill tersebut tidak hanya memberikan shield yang membuatnya semakin tanky, tetapi juga tambahan movement speed jika skill ini diaktifkan sekali. Di luar itu, kegunaan yang asli dari skill tersebut yang diaktifkan dengan cara memencet dua kali, mampu melempar musuh, minion, ataupun teman sendiri.

Unit yang dilemparnya ke lokasi yang ditentukan akan terkena 300 physical damage dengan tambahan 80% Total Physical ATK beserta bonus stun untuk unit di area dekat mereka dijatuhkan selama beberapa saat. Hal ini sangat berguna dari segi damage dan juga memposisikan musuh di lokasi yang dekat dengan tim sendiri untuk dihabiskan ramai-ramai.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Skill ultimate yang dimilikinya juga berguna untuk mengunci posisi hero lawan. Dengan itu, combo umum yang dapat dilakukan oleh Jawhead dimulai dengan skill keduanya untuk shield dan movement speed tambahan, mengaktifkan skill ultimate, memencet skill kedua sekali lagi untuk crowd-control, lalu mengakhirinya dengan skill pertama.

Walaupun damage yang mampu dikeluarkannya sakit, Jawhead bukanlah hero yang bisa memulihkan health, atau bisa dibilang tidak terlalu durable jika dibandingkan dengan hero offlane lainnya. 

Jika Anda menggunakan emblem Assassin yang solo, yakni talent kedua, maka skill pertama Jawhead, Smart Missiles, akan lebih terasa sakitnya. Sedangkan Battle Spell yang patut digunakan Jawhead adalah Flicker.

Untuk mempelajari Jawhead lebih dalam lagi, pemain profesional yang terkenal untuk gameplay andalan Jawhead, yang bisa dijadikan referensi, termasuk pemain seperti Bravo dari Bigetron Esports, R7 dari Rex Regum Qeon, dan juga Rinazmi dari tim Genflix Aerowolf

 

5. Thamuz

Seperti hero-hero offlane yang sudah disebut di atas, Thamuz adalah hero Fighter dengan mobilitas dan durability yang tinggi. Ia pun memiliki skill pasif bernama Grand Lord Lava yang memberi damage kepada lawan yang mendekatinya terus menerus. 

Skill pertamanya, Molten Scythes, dapat melempar sabit yang dimilikinya ke arah musuh untuk efek slow dan memberi damage. Kalaupun tidak mengenai musuh, maka movement speed Thamuz akan naik sebesar 25%. Ketika ia terlalu jauh dari sabitnya, sabitnya akan kembali padanya dan jika hal itu terjadi, maka basic attack berikutnya akan memberikan 100% dari physical attack-nya.

Sedangkan untuk skill keduanya, Chasm Trample, adalah skill lompat yang dapat memberi damage tambahan juga. Yang terakhir, skill ultimate-nya memberi damage terus menerus kepada musuh yang di dekatnya dan juga memberi Thamuz health point regeneration.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Biasanya Thamuz sangat cocok untuk memberi pressure saat satu lawan satu karena damage-nya yang besar dan health-nya yang tebal. Hal-hal inilah yang membuatnya salah satu hero yang cocok digunakan sebagai offlaner. Namun harus diketahui, Thamuz sangat mengandalkan item jika ingin berdampak signifikan selama match berjalan. Tanpa item yang diperlukannya, gameplay Thamuz akan terasa biasa saja dan kecil pengaruh yang dibawanya.

Biasanya emblem yang sering digunakan saat memainkan Thamuz adalah emblem Fighter, talent kedua untuk menambah Spell Vamp (untuk regenerasi) dan juga menggunakan Battle Spell Vengeance untuk mengurangi damage dari lawan.

 

Penutup  

Pemilihan hero yang dijadikan sebagai offlaner sama pentingnya dengan memilih hero core dan support yang sepadan. Lima offlaner yang diberikan hanyalah sebagai garis pedoman saja jika ingin bermain hero offlane yang efektif khususnya pada META saat ini. Selamat mencoba!

INDOESPORTS Esports Battle Week #5 akan Segera Hadir di Akhir Juni

Pertumbuhan esports sangat bergantung pada kekuatan dari komunitasnya. Banyak talenta esports yang lahir dan berkembang dari lingkup komunitas. Selain itu, regenerasi dan talent pool adalah hal yang tidak kalah penting bagi keberlanjutan industri esports di era yang penuh persaingan antar game.

Sambil beradaptasi ke dalam gaya hidup new normal, bermain game dan menikmati konten esports adalah kegiatan yang bisa membantu mengatasi kepenatan selama tinggal di rumah. Sembari tetap menerapkan protokol kesehatan, esports adalah kegiatan yang paling memungkinkan untuk dilakukan secara online dengan cakupan luas bahkan global.

via: codm.garena.com
via: codm.garena.com

Saat ditelisik kembali, persepsi terhadap esports bisa jadi sangat berbeda dengan pendapat yang masih populer sampai kini, bahwa bermain game adalah kegiatan yang tidak produktif atau sekadar mengisi waktu luang saja. Dengan mengikuti turnamen esports di berbagai skala pendapat itu dapat dibantah.

Sedangkan tidak hanya kesenangan yang akan didapat, turnamen dapat menjadi ajang gamer melatih dan beradu skill. Selama bertahun-tahun, terbukti bahwa turnamen juga sangat berperan dalam membangun komunitas gamer dan esports.

Dalam rangka mendukung perkembangan komunitas, INDOESPORTS menghadirkan turnamen Esports Battle Week yang sekarang sudah memasuki gelaran yang kelima.

Jangan pernah ragu untuk terjun berkompetisi, turnamen ini disediakan untuk menjadi ajang persaingan antar rookie. Terus mengasah jiwa kompetisi adalah motivasi yang penting untuk dapat berkembang sebagai player.

via: MLBB.com
via: MLBB.com

Menyambung antusiasme Esports Battle Week yang lalu, Esports Battle Week #5 akan mempertandingkan game Call of Duty: Mobile dan Mobile Legends: Bang Bang. Gelaran Esports Battle Week #5 akan dijalankan dengan konsep ‘winner takes all‘. Pastikan skuad terbaik sudah terkumpul dan jangan sampai ketinggalan pendaftarannya.

Sebagai tambahan, tim Plus 3 Aja Nih keluar sebagai jawara di game Mobile Legends: Bang Bang. Sedangkan dari game PUBG Mobile tim Distrik 51 Esports berhasil meraih posisi teratas. Mereka membuktikan diri sebagai rookie yang terkuat dalam gelaran yang sebelumnya.

via: INDOESPORTS
via: INDOESPORTS

Segera lakukan pendaftaran dengan mengkuti link berikut. Pendaftaran akan dibuka selama periode 12-25 Juni 2020. Dukung dan saksikan Esports Battle Week #5  karena pertandingan juga akan disiarkan live di tanggal 27 Juni 2020, pukul 16:00.

Mari berkompetisi dan bersiaplah menjadi jawara di INDOESPORTS ESPORTS BATTLE WEEK #5 !

Razer Gelar SEA Invitational Sebagai Lanjutan Kesuksesan cabang Esports di SEA Games ke-30

Dua tahun belakangan kita melihat bagaimana oesports sedikit demi sedikit mulai memasuki arena pertandingan olahraga tradisional. Tahun 2018 kita melihat esports dipertandingkan sebagai eksibisi pada Asian Games. Tahun 2019 esports malah sudah menjadi cabang bermedali pada gelaran SEA Games 2019.

Tahun ini Razer kembali menghadirkan kompetisi setingkat Asia Tenggara. Bertajuk Razer SEA Invitational 2020, kompetisi ini akan menjadi tindak lanjut dari SEA Games 2019 kemarin. Pertandingan akan diselenggarakan secara online, dimulai dari 22 Juni 2020 dengan babak puncak diadakan pada 3 – 5 Juli 2020.

Razer SEA Invitational akan menampilkan pertandingan PUBG Mobile, Dota 2, dan Mobile Legends: Bang-Bang (MLBB). Satu yang membuat Razer SEA Invitational jadi berbeda adalah kerja sama Razer dengan berbagai asosiasi esports di Asia Tenggara. Ada 10 negara di Asia Tenggara yang akan mengikuti turnamen ini, yaitu Brunei, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Sumber: Razer Official
Suasana Bootcamp pembekalan tim Dota 2 Asia Tenggara dari para pemain Evil Geniuses. Sumber: Razer Official

Lalu apa dampak kerja sama dengan asosiasi lokal ini? Salah satunya adalah, tim dan pemain yang bisa mengikuti pertandingan SEA Invitational hanyalah pemain yang mendaftarkan diri pada asosiasi esports di masing-masing negara saja. Walau bertajuk invitational, nantinya akan ada kualifikasi untuk masing-masing negara, yang diselenggarakan oleh asosiasi dari masing-masing negara.

“SEA Games 2019 adalah petualangan baru bagi kami semua yang ada di dalam regional Asia Tenggara, dengan Razer dan para asosiasi bekerja sama demi membawa mimpi bagi para atlet esports menjadi nyata.” Ucap David Tse Global Esports Director dari Razer dalam rilis.

“Kami berharap bisa melebarkan sayap, agar mimpi ini bisa dicapai oleh individu-individu berbakat di dalam regional SEA melalui SEA Invitational. Saya juga berharap para atlet bisa memanfaatkan kompetisi ini sebagai persiapan untuk mempertajam talenta mereka dan membiasakan diri dengan struktur serta format kompetisi layaknya SEA Games.” tandas David.

Dalam rilis juga dikatakan bahwa nantinya, akan dibentuk sebuah komite yang memberikan struktur dan juga formalisasi bagi gelaran SEA Invitational ini. 10 negara yang terlibat diundang untuk memilih representatif mereka masing-masing untuk bergabung ke dalam komite.

Indonesia di cabang esports SEA Games ke-30 berhasil mendapatkan 2 perak. Akankah prestasi tersebut terulang di Razer SEA Invitational 2020. Sumber: Mineski.net
Indonesia di cabang esports SEA Games ke-30 berhasil mendapatkan 2 perak. Akankah prestasi tersebut terulang di Razer SEA Invitational 2020. Sumber: Mineski.net

“Salah satu pelajaran terbesar dari SEA Games tahun lalu adalah, bahwa penting untuk mempertimbangkan feedback dari semua asosiasi, membawa semua pihak sejalan dengan struktur dan peraturan di dalam turnamen.” Ucap Joebert Yu, Competition Manager cabang esports di SEA Games ke-30. “Razer saat ini berada di jalur yang tepat, membuat komite untuk berbagai asosiasi esports di Asia Tenggara akan memberikan kami pijakan yang kukuh untuk menuju SEA Games 2021 nanti.”

Jika benar semua metode kualifikasi diserahkan kepada asosiasi terkait, maka kita tinggal menunggu pengumuman dari IESPA untuk gelaran SEA Invitational. Semoga atlet esports terbaik yang bisa mewakili Indonesia di Razer SEA Invitational, semoga bisa membawa pulang prestasi, dan membanggakan Indonesia.

Sejarah Esports: Evolusi Laga Adu Skor Jadi Ajang Kompetisi Global

Esports jadi satu fenomena besar yang menarik mata banyak pihak. Investor dan pelaku bisnis berlomba-lomba menjajaki industri baru yang menggiurkan ini. Para gamers jelas tidak mau ketinggalan, menjadi yang terhebat demi mendapat hadiah ratusan juta dolar.

Mendapat uang dari bermain game memang adalah fenomena baru. Jika kita melihat beberapa dekade ke belakang, boro-boro mendapat uang, yang ada kita dimarahi orang tua jika bermain game terlalu banyak. Bahkan saat Counter-Strike mulai populer dan menjadi kompetisi di awal tahun 2000an saja, belum ada karir untuk bermain game, istilah esports pun masih jarang terdengar.

Lalu dari mana mulainya esports? Sejak kapan ini menjadi suatu peluang ekonomi yang menjanjikan? berikut sejarah perkembangan esports.

Dimulai dari Spacewar dan Space Invader

Jika ingin menelusuri secara lebih jauh, budaya berkompetisi di video game sudah dimulai sejak tahun 1970, masa yang bisa disebut awal dekade industri video game. Jangankan teknologi internet, komputer pada zaman itu saja masih sangat purba yang punya kemampuan komputasi yang sangat lemah.

Pada zaman itu komputer masih menjadi barang mewah, tidak semua orang punya akses terhadap teknologi tersebut. Sementara itu video game biasanya menjadi pengisi waktu luang para pegawai korporat, ataupun akademisi, karena komputer biasanya hanya ada di perkantoran atau laboratorium belajar universitas.

Semua dimulai pada Oktober 1972. Mengutip dari Kotaku, 19 Oktober 1972 disebut sebagai turnamen video game pertama di dunia. Universitas Stanford menjadi saksi bisu atas kejadian bersejarah ini, ketika para mahasiswa ilmu komputer bertanding video game Spacewar. Tidak ada hadiah ratusan juta dolar AS, para mahasiswa bertanding dalam kompetisi bertajuk Intergalatic Spacewar Olympic, hanya untuk mendapatkan paket langganan majalah Rolling Stone selama satu tahun.

Sumber: Reddit
Potret turnamen space Invader yang diadakan oleh Atari pada tahun 80an. Sumber: Reddit

Game yang dibuat oleh Steve Russel dan 5 kolega dari Massachusetts Institute of Technology, ini memang favorit di masa itu. Spacewar sudah dimainkan seantero laboratorium komputer Universitas di Amerika Serikat dan Kanada selama 11 tahun lamanya. Seorang lulusan Stanford menceritakan kepada Kotaku, bahwa pada masa itu para teknisi komputer bisa terpaku ke layar Cathode Ray Tube (CRT) selama berjam-jam, memainkan game ini di malam hari usai mereka kerja.

Setelah dari itu, 8 tahun kemudian, Atari melaksanakan turnamen Space Invaders. Spacewar tercatat sebagai turnamen video game pertama di dunia, sementara Space Invaders Championship tercatat sebagai turnamen video game skala besar pertama di dunia. Rilis tahun 1978, Space Invader merupakan salah satu game terpopuler di masa itu, ketika game hanya bisa dimainkan di mesin Arcade atau tempat yang kita kenal sebagai ‘ding-dong’. Turnamen ini berhasil menarik perhatian banyak gamers, diikuti oleh 10 ribu lebih peserta, dan membuat bermain video game jadi hobi arus utama.

Kendati turnamen game sudah mulai marak pada masa itu, tapi jangan bayangkan ini sebagai pertandingan satu lawan satu. Kebanyakan game di zaman itu bersifat Single-Player. Lalu bagaimana game single-player bisa dipertandingkan? Jawabannya tentu saja dengan membandingkan skor yang bisa didapatkan antar pemain.

Ini mungkin terdengar tidak masuk akal di zaman sekarang, ketika game multiplayer (baik online atau offline) sudah menjadi budaya yang umum. Namun demikian perebutan skor tertinggi menjadi satu ajang unjuk gigi terbaik pada masa itu.

Satu bukti popularitas turnamen video game di Amerika Serikat zaman itu adalah terciptanya Twin Galaxies, organisasi yang bekerja mencatat rekor skor tertinggi dari para pemain, yang dibentuk oleh seorang pengusaha bernama Walter Day.

Sumber: VentureBeat
Billy Mitchell, pencetak skor tertinggi untuk jajaran game Nintendo terpopuler pada tahun 80an. Sumber: VentureBeat

Satu yang membuat usaha Walter Day begitu terasa ketika itu adalah usahanya untuk menyetor catatan tersebut kepada Guinness World Records. Karena Guinness World Records mencatat semua rekor yang bisa dicapai oleh manusia, kehadiran Twin Galaxies berperan membawa budaya gaming menjadi mainstream di Amerika Serikat.

Berkat Twin Galaxies, masyarakat awam jadi bisa kenal Billy Mitchell, gamers yang mencatatkan rekor skor tertinggi pada game Pac-Man, Ms. Pac-Man, Donkey Kong, Donkey Kong, Jr., Centipede, dan Burger Time, yang membuatnya masuk dalam buku Guinness World Records di tahun 1985.

Pada tahun 80an, fenomena turnamen video game tidak hanya jadi monopoli Amerika Serikat saja. Pasalnya pada tahun itu Indonesia juga sudah kenal turnamen video game. Bukti akan hal tersebut mencuat lewat sebuah foto yang diunggah seorang pengguna media sosial.

Foto itu menggambarkan suasana keramaian di tangga suatu bangunan, dengan spanduk bertuliskan “Selamat datang para peserta lomba Nintendo tingkat Jatim 1989, di THR Surabaya Mall.”

Memang pada tahun itu, Nintendo sedang melakukan promosi lewat kompetisi. Tahun itu ada Nintendo Challenge Championship, dan satu tahun setelahnya ada Nintendo World Championship di tahun 1990. Tetapi, dua helatan akbar konsol asal Jepang itu diadakan di Amerika Serikat.

Sampai saat ini belum ada satu media pun yang membahas lebih lanjut soal foto lomba Nintendo tingkat Jatim tadi ataupun dokumentasi yang lebih detail. Akhir tahun 80an menutup satu lembar sejarah esports dan melanjutkan kita ke era berikutnya di tahun 90an.

Kemunculan Street Fighter II dan Munculnya Laga Digital 1 lawan 1

Awal tahun 1990 membuka babak baru dari perkembangan esports. Setelah kurang lebih satu dekade adu kemampuan main game hanya bisa ditakar dari skor, tahun 90an memberikan gamers cara baru dalam menentukan siapa yang terbaik, yaitu lewat laga digital satu lawan satu. Ini terjadi berkat Capcom, yang merilis mesin Arcade berjudul Street Fighter II: The World Warrior pada tahun 1991.

Dalam artikel Hybrid yang ditulis oleh Ayyub Mustofa membahas soal sejarah fighting games, dikatakan bahwa fighting games pada masa itu biasanya hanya melawan komputer saja. Tapi Street Fighter II merevolusi semua itu dengan menciptakan sistem permainan player vs player. Sontak Street Fighter II menjadi favorit pemain Arcade.

Menurut catatan dari Gamerevolution, Street Fighter II diperkirakan mendatangkan pemasukan hingga kurang lebih 10 miliar dolar AS (sekitar Rp153 triliun), dengan total 200.000 mesin arcade, dan 15 juta unit software terjual di seluruh dunia.

Banyaknya jumlah pemain Street Fighter II menciptakan budaya kompetitif di kalangan para pemain. Orang jadi berlomba-lomba untuk jadi yang terbaik, karena ada harga diri, uang, dan waktu yang dipertaruhkan oleh pemainnya ketika bermain Street Fighter II di tempat Arcade. Walhasil budaya kompetitif ini menyebar dengan liar namun belum ada tempat yang mewadahi hasrat kompetitif ini pada masa itu.

Sampai pada akhirnya terciptalah cikal bakal kompetisi fighting games terakbar di dunia, Evolution Championship Series. Kompetisi ini digagas oleh empat sekawan dengan nama awal Battle by the Bay, yang diciptakan tahun 1996. Empat sekawan itu adalah Tom Cannon (inkblot) dan Tonny Cannon (Ponder) yang dikenal sebagai Cannon bersaudara, Joey Cuellar (MrWizard), dan Seth Killian (S-Kill).

Battle by the Bay tercipta sebagai cara bagi para pemain untuk menentukan siapa yang terbaik. Di Amerika Serikat pada zaman tersebut, ketika internet baru mulai ada, pusat dari persaingan Street Fighter berada di daerah California. Tom Cannon sendiri berkuliah di North California (NorCal), yang menjadi tempat kompetisi Street Fighter paling panas pada masanya.

Sumber: Kotaku.com
Potret keseruan turnamen fighting game pada awal-awal perkembangannya. Sumber: Kotaku.com

Belum lagi ketika itu juga ada rivalitas antar kelompok, terutama antara pemain NorCal dengan pemain SoCal (South California). Masing-masing pemain ini bisa saja asal klaim bahwa dirinya yang terbaik, karena belum ada satu kompetisi yang menjadi penentu hal tersebut. Sampai akhirnya Battle by the Bay tercipta, untuk menjadi penentu, siapa pemain Street Fighter terbaik seantero pantai California.

Selain kelahiran ajang adu kemampuan satu lawan satu, periode ini juga menandai penggunaan internet dan komputer yang semakin umum di masyarakat. Ini kembali mengevolusi cara orang berkompetisi dalam video game. Selain Street Fighter, game lain yang juga jadi ikon awal tahun 90an adalah Doom.

Game ini segera menuai kesuksesan, yang dikabarkan berhasil mendapatkan penjualan sebesar US$100.000 setiap harinya. Namun game ini menjadi kontroversi karena kekerasan yang dihadirkan. Kehadiran Doom jadi pembuka bagi genre FPS yang membombardir pecinta game di periode ini.

Doom menginspirasi kehadiran Quake, dan Half-Life. Pada akhir 90an, tepatnya pada 1999. Half-Life 2 juga menjadi basis custom-game FPS yang masih eksis hingga saat ini, Counter-Strike. Di Amerika Serikat, Quake menjadi fenomena kompetisi game komputer, karena mode multiplayer yang variatif.

QuakeCon pertama yang digelar Agustus 1996 menjadi penanda munculnya Quake sebagai satu pertandingan game yang digandrungi oleh banyak gamers. Acara tersebut berawal sebagai gathering komunitas, namun berkembang menjadi satu ajang kompetisi Quake paling bergengsi pada masanya.

Setelah laga adu skor, Street Fighter, dan Quake terjadi di Amerika Serikat, perkembangan esports berikutnya membawa kita ke Timur, ke negeri ginseng, Korea Selatan.

Cikal Bakal Esports Menjadi Fenomena Global Dari Korea Selatan

Selain Amerika Serikat, Korea Selatan bisa dibilang menjadi kiblat perkembangan esports lainnya. Bagi Korea Selatan, awal mula semua itu adalah ketika terjadi krisis finansial di Asia pada tahun 1997. Menanggapi keadaan itu, pemerintah Korea Selatan fokus melakukan pengembangan infrastruktur telekomunikasi dan internet.

Dampak hal tersebut adalah komunitas gamers yang berkembang pesat, karena PC bang (sebutan untuk warnet di Korsel) menggunakan koneksi internet baru yang lebih cepat sehingga menyedot perhatian para gamers untuk main game online. PC bang akhirnya bertindak seperti lapangan kosong yang digunakan oleh anak-anak untuk bermain bola, entah untuk sekadar bersenang-senang, atau uji kemampuan.

StarCraft, game besutan Blizzard jadi sangat populer di Korea Selatan sana. Ditambah lagi, pemerintah juga mendukung dan berinvestasi terhadap industri baru ini. Pemerintah Korea Selatan menciptakan Korea E-Sports Association (KeSPA) pada tahun 2000, semakin mendorong perkembangan esports di sana.

Sumber: DotEsports
Sumber: DotEsports

“14 tahun lalu, dengan dukungan pemerintah, turnamen diselenggarakan secara profesional, dan gelaran ditayangkan di televisi, wajar jika esports menjadi mainstream di sana. Layaknya sepak bola jadi olahraga yang diterima masyarakat secara umum.” Ucap Jonathan Beales, seorang komentator esports kepada New York Times pada artikel terbitan tahun 2014 lalu.

Tak hanya game komputer saja, Street Fighter 2 dan komunitas fighting game juga terus berkembang di masa awal 2000an, walau tren mesin Arcade sudah mulai tergantikan konsol. Periode awal 2000an menjadi momen besar bagi komunitas fighting game, ketika kompetisi mereka tak lagi lokal, tapi menjadi ajang unjuk kemampuan internasional.

Turnamen besutan Capcom yang mempertemukan jagoan barat, Alex Valle, dengan jagoan timur, Daigo Umehara, berhasil menjadi katalis perkembangan esports fighting game. Alhasil Battle by the Bay tahun 2001 kedatangan banyak pemain dari Jepang. Perkembangan ini membuat Battle by the Bay berubah nama menjadi EVO di tahun 2002.

Lalu, awal tahun 2000 juga menjadi momen saat Counter-Strike hadir dan menjadi fenomena global. Pada masa ini Indonesia juga turut mencicipi perkembangan tersebut, dan menjadi salah satu yang berpengaruh di dalam perjalanan sejarah esports.

Ini semua karena World Cyber Games. Kompetisi yang digagas oleh pengusaha Korea bernama Yoseeop Oh, dan didukung secara finansial oleh Samsung itu, berhasil menjadi ikon esports sebagai kompetisi global karena diikuti peserta dari 55 negara.

Kualifikasi menuju panggung dunia WCG mulai hadir di Indonesia pada tahun 2002. Puncak prestasi Indonesia dalam gelaran ini adalah pada tahun 2003, ketika tim XCN berhasil mencapai babak Semi-Final. Walau akhirnya terhenti oleh tim asal Denmark, namun mencapai peringkat top 8 dalam turnamen internasional adalah pencapaian besar bagi Indonesia.

Lompat beberapa tahun ke depan, periode awal 2010 menjadi cikal bakal dari dua turnamen yang jadi fenomena besar dalam perkembangan esports. Riot Games mengadakan turnamen bertajuk Season One Championship pada 2011, yang menjadi cikal bakal LoL Worlds, ajang esports terbesar di dunia yang ditonton oleh 21,8 juta orang pada tahun 2019 lalu.

Pada tahun yang sama, Valve juga mengadakan The International. Ini merupakan turnamen tingkat dunia pertama bagi Dota 2, versi standalone dari custom-game Warcraft terpopuler, Defense of the Ancient. The International juga menjadi fenomena besar bagi dunia esports. Dengan total hadiah sebesar 10,9 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp154 miliar), gelaran ini berhasil mencetak rekor sebagai turnamen game dengan hadiah terbesar di tahun 2013.

Berkat sistem crowdfunding yang diterapkan, The International terus memecahkan rekor total hadiah di skena esports setiap tahunnya sejak tahun 2013. Terakhir kali, The International 2019 bahkan memiliki total hadiah sebesar 34 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp523 miliar).

Mobile Games Sebagai Tren Baru dan Dominasi Indonesia di Peta Persaingan Esports Global

Ketika kita mengira bahwa perkembangan esports akan stagnan, ternyata esports memasuki babak baru lagi pada tahun 2014. Perkembangan ini didorong oleh sekelompok pengembang berpengalaman yang ingin mendorong teknologi mobile lebih jauh lagi. Di bawah perusahaan bernama Super Evil Megacorp (SEMC), Vainglory diluncurkan pada November tahun 2014 lewat sesi presentasi teknologi API grafis bernama Metal untuk iPhone 6.

Pada masa itu, Vainglory bisa dibilang menjadi pionir MOBA untuk mobile. Walau mereka bukan yang pertama, namun SEMC menjadi pengembang pertama yang berhasil menciptakan MOBA di mobile secara sempurna, dan punya konsep 3v3 yang unik. Setelah melalui fase beta, game ini ternyata diterima dengan sangat baik, dan berhasil mencatatkan 1,5 juta pemain aktif bulanan.

Vainglory pada masa itu juga menjadi pionir esports mobile game tingkat global. Tahun 2015 mereka menyelenggarakan Vainglory World Invitational yang cuma diikuti oleh 8 tim saja. Sukses di tahun pertama, gelaran ini berlanjut untuk kedua kalinya pada tahun 2016 dengan jumlah tim peserta dan perwakilan negara yang lebih banyak.

Do SEMC capable to repeat the victory in Vainglory Worlds 2017 that breaks the record of Twitch spectators. Source: redbull.com
Vainglory Worlds 2017, menjadi gelaran dunia terakhir dari Vainglory. Source: redbull.com

Sayang Vainglory malah meredup di tahun-tahun setelahnya. Pada tahun 2017, Indonesia diwakili oleh Elite8 mengikuti Vainglory World Championship 2017. Berbarengan dengan itu, Vainglory merilis mode 5v5, namun perkembangan Vainglory setelah itu malah terhambat yang diikuti dengan berbagai masalah yang membuat skena esports game ini jadi menurun.

Tahun 2017, kompetisi menjadi MOBA di mobile paling populer kedatangan pendatang baru. Dibesut pengembang asal Tiongkok, Moonton, Mobile Legends menjadi fenomena baru di Indonesia. Berbarengan dengan panasnya esports Vainglory lewat gelaran Indonesia Games Championship, Mobile Legends juga menunjukkan taringnya lewat gelaran Mobile Legends SEA Cup 2017.

MSC ketika itu bisa dibilang menjadi salah satu gelaran esports dengan jumlah penonton terbanyak. Berhasil membuat venue gelaran Grand Final, Mall Taman Anggrek, jadi penuh sesak sembari menunjukkan potensi skena esports bagi Mobile Legends: Bang-Bang.

Pada tahun berikutnya PUBG Mobile rilis. Game ini juga mendapat penerimaan yang baik secara global, dengan total pemain lebih dari 200 juta orang dan jumlah pemain aktif mencapai 30 juta orang per bulan di tahun yang sama dengan tahun perilisan. Dibesut oleh Tencent, PUBG Mobile segera mendapat kompetisinya tersendiri di skena lokal lewat PUBG Mobile Indonesia National Championship (PINC 2018).

Bigetron saat juara PMCO 2019. Sumber: Twitter PUBG Esports
Bigetron saat juara PMCO 2019. Sumber: Twitter PUBG Esports

Masih di tahun 2018, Mobile Legends memulai liga profesionalnya di Indonesia yang bertajuk Mobile Legends Professional League (MPL ID Season 1). Kompetisi tersebut segera mendapatkan penerimaan yang sangat baik sampai akhirnya sistem kompetisi diubah jadi franchise model pada tahun 2019.

Tahun 2019 saat esports mobile games menjadi semakin umum, membuat Indonesia banyak memetik buah prestasi dari hal ini. Pada tahun itu Bigetron RA menjadi juara dunia kancah PUBG Mobile lewat gelaran PUBG Mobile Club Open Global Finals 2019. ONIC Esports menjadi tim terkuat di Asia Tenggara lewat gelaran Mobile Legends Southeast Asia Cup 2019, dan terakhir ada EVOS Esports yang menjadi juara dunia Mobile Legends pertama lewat gelaran M1 World Championship.

Esports berhasil menjadi industri yang berkembang berbarengan dengan perkembangan teknologi. Ini belum menjadi akhir dari perkembangan esports. Bahkan untuk saat ini saja, esports mobile games masih belum menemukan bentuk terbaiknya, karena popularitasnya yang masih terpusat di daerah Asia saja.

Di masa depan, mungkin akan muncul evolusi baru lagi dari esports, yang hadir lewat teknologi terbaru. Mungkin bisa saja teknologi virtual reality dan augmented reality mungkin akan menjadi evolusi berikutnya dari esports. Satu hal yang pasti, di dunia digital yang terus berkembang ini, kita dituntut harus cepat beradaptasi dengan zaman agar tidak tertinggal dengan perkembangan teknologi.

5 Esports Game Mobile Terpopuler di Tahun 2019

Meledaknya Mobile Esports telah menjadi salah satu narasi besar di ekosistem esports secara internasional. Free Fire salah satu contohnya. Sebegitu suksesnya, sampai-sampai analis di NetEase Games memaparkan alasan kenapa Free Fire jadi sukses. Game tersebut bahkan menjadi salah satu turnamen terpopuler di tahun 2019 lalu.

Tetapi, apakah hanya Free Fire saja yang mendulang kesuksesan tersebut? Bagaimana dengan titel game mobile lainnya yang juga punya program esports seperti Mobile Legends, Arena of Valor, PUBG Mobile ataupun Clash Royale? Beberapa waktu lalu, Esports Charts mengeluarkan data soal 5 game esports mobile terpopuler di tahun 2019. Siapa saja mereka? Ini 5 di antaranya:

5. Clash Royale

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Walau game ini kurang populer di Indonesia, namun kehadirannya secara internasional masih cukup terasa. Tahun lalu, Supercell melakukan beberapa pergerakan terkait esports. Mereka juga hadir di Indonesia, bekerja sama dengan LINE untuk mengembangkan komunitasnya di sini.

Secara internasional, posisi Clash Royale sebagai mobile esports ternyata cukup tertinggal dibanding dengan game-game mobile lainnya. Clash Royale mengumpulkan ditonton selama 5.259.856 jam selama tahun 2019 dengan jumlah penonton terbanyak sebesar 133.046 orang menonton CRL World Finals 2019.

Mengutip Esports Charts, Clash Royale adalah mobile esports terpopuler di 2018, namun mereka mengalami penurunan signifikan di tahun 2019. Dikatakan, alasan terbesarnya adalah karena penurunan popularitas game ini secara umum, dan meningkatnya jumlah rival di persaingan pasar esports. CRL World Finals 2019 bahkan mengalami penurunan jumlah penonton sebesar 63%.

4. Mobile Legends: Bang Bang

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Walau MLBB adalah esports mobile terpopuler di Indonesia namun presensi mereka secara internasional ternyata masih kalah jika dibanding dengan titel mobile lainnya. Secara angka, MLBB sudah ditonton selama 29.296.791 jam selama tahun 2019, dengan penonton terbanyak sejumlah 648.069 orang menonton gelaran M1 World Championship 2019.

Ada beberapa fakta menarik terkait ini. Hadiah M1 hanya US$250 ribu, lebih sedikit US$50 ribu daripada MPL ID Season 4. Namun demikian jumlah peak viewer M1 lebih banyak 123% daripada MPL ID Season 4. Ini mungkin dikarenakan para penonton lebih ingin melihat tim dan regional yang belum pernah mengikuti kompetisi MLBB sebelumnya.

Salah satu alasannya mungkin karena usaha dari Moonton untuk terus mendorong pertumbuhan ekosistem esports MLBB. Di lokal Indonesia, banyak usaha telah mereka lakukan. Mereka mencoba menerapkan franchise model di MPL Indonesia Season 4, memberi panggung kepada pemain semi-pro lewat MLBB Intercity Championship, dan yang terkini menggelar MLBB Developmental League sebagai usaha mereka untuk membuat ekosistem esports MLBB terus ada.

3. Free Fire

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Free Fire telah menjadi buah bibir sepanjang tahun 2019 kemarin. Tak hanya di Indonesia, namun Free Fire juga menarik perhatian khalayak internasional karena juga terkenal di Brazil. Namun ternyata ia hanya mengisi posisi 3 saja. Memang data ini mengurutkan posisi popularitas berdasarkan total hours watched dari game esports.

Free Fire ditonton selama 38.164.312 jam selama tahun 2019. Jumlah penontonnya bisa dbilang yang terbanyak dibanding titel esports lain, dengan jumlah penonton terbanyak sejumlah 2.016.157 orang di gelaran Free Fire World Series 2019. Jumlah penonton dan hours watched dari Free Fire memang kebanyakan datang dari Brazil, lewat gelaran Free Fire Pro League Brazil dan World Series 2019 Rio.

Namun demikian, kesuksesan Free Fire membuat mereka harus berhadapan dengan beberapa titel mobile lainnya, terutama PUBG Mobile yang merupakan direct-competitor game Battle Royale.

2. PUBG Mobile

5 Esports Game Mobile Terpopuler di Tahun 2019
Sumber: Esports Charts

Walau jumlah penonton terbanyak masih dipegang Free Fire, namun PUBG Mobile yang mengantongi total hours watched lebih banyak membuatnya berada di peringkat 2.

Tercatat, PUBG Mobile sudah ditonton selama 55.585.392 jam sepanjang 2019 dengan jumlah penonton terbanyak sebesar 596.824 orang dari gelaran PMCO Spring Global Finals. PUBG Mobile memang sangat terkenal di negara-negara timur. Tak heran jika PMCO SEA League jadi penyumbang terbesar dari angka di atas.

Selain dari itu, faktor lain mungkin datang dari cara Tencent menjalankan program esports PUBG Mobile. Mereka mengadakan kualifikasi untuk negara-negara yang memang jadi pasar bagi game mereka. Selain itu, tayangan esports mereka juga hadir dengan berbagai macam bahasa, yang mana hal itu jarang terjadi pada gelaran esports lain. Mungkin hal tersebut juga yang membuat PUBG Mobile jadi lebih populer daripada Free Fire.

1. Arena of Valor

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Ini memang cukup aneh, karena Arena of Valor bisa dibilang kurang berhasil secara umum, baik di Indonesia ataupun secara internasional. Namun demikian, mereka sudah ditonton selama 72.248.735 jam selama tahun 2019 dengan jumlah penonton terbanyak mencapai 764.358 orang di gelaran AOV World Cup 2019.

Salah satu alasan mencuatnya AOV di dalam daftar ini mungkin adalah karena dua gelaran internasional AOV yang diisi oleh tim asal Vietnam. Sejauh ini, negara Vietnam adalah pasar terbesar bagi Arena of Valor. Tak heran jika para penonton asal Vietnam terus bertahan sampai akhir jika ada tim Vietnam bertanding di babak Grand Final.

Maka dari itu, tak heran jika hal ini terjadi. Bagaimanapun, walau Arena of Valor mungkin kurang berhasil di Indonesia atau di pasar barat, mereka masih menjadi rajanya di pasar Asia; terutama Thailand dan Vietnam.

Pertarungan pasar esports mobile masih terus berlangsung, malah makin panas di 2020. Salah satu penyebabnya adalah kehadiran Riot Games di tengah-tengah persaingan pasar MOBA di mobile device. Kehadiran League of Legends: Wild Rift kemungkinan besar akan menggoyahkan MLBB di Indonesia atau AOV di pasar Asia. Bukan tidak mungkin juga kalau game ini juga menggoyahkan duo raksasa Battle Royale, Free Fire dan PUBG Mobile. Akankah Wild Rift jadi kryptonite yang mengalahkan MLBB di Indonesia? Bagaimana kira-kira peta kekuatan persaingan esports mobile di 2020 nanti?

Sumber: Esports Charts

Selalu Ada Pemain asal Pontianak di Setiap Tim Juara MPL ID Sejak Season 1

MPL ID Season 4 akhirnya menutup perjalanan panjangnya, yang diawali dari babak Regular Season (tanggal 23 Agustus – 13 Oktober 2019) dan ditutup oleh babak Playoffs (26-27 Oktober 2019). EVOS Esports akhirnya berhasil meraih predikat tim MLBB terbaik setelah perjuangan mereka selalu kandas di 3 Season sebelumnya.

Perjalanan EVOS Esports sepanjang sejarah MPL ID sendiri sebenarnya sudah menarik ceritanya. Di Season 1, meski dijagokan semua pihak, mereka kalah melawan NXL. Season 2, EVOS kembali ke partai final melawan Lemon dan kawan-kawannya dari RRQ. Namun sedikit berbeda, di penghujung Grand Final Season 2 yang digelar di Surabaya, RRQ yang memang dijagokan saat itu.

MPL ID Season 3 menjadi catatan rekor terburuk bagi EVOS Esports, dan juga RRQ, karena keduanya justru kandas di hari pertama. Di musim keempat inilah baru EVOS benar-benar mendominasi. EVOS berhasil bertengger di puncak klasemen Regular Season dan mereka akhirnya berhasil membalaskan dendam kekalahan mereka dari RRQ di final MPL ID Season 2.

Selain perjalanan EVOS tadi, fakta menarik lainnya yang dapat ditemukan dari setiap tim pemenang MPL ID adalah selalu ada pemain asal Pontianak yang berhasil jadi juara.

Hal ini disadari oleh Calvine Lekawel, Head of Broadcasting dari RevivalTV yang juga pengamat esports MLBB, yang bercerita kepada Hybrid. Inilah daftar pemain asal Pontianak yang berhasil membawa timnya jadi juara gelaran MPL ID dari Season 1.

S1 – NXL – Watt dan Billy

Supriadi "Watt" Dwi Putra. Dokumentasi: MPL ID S4 - MET Indonesia
Supriadi “Watt” Dwi Putra. Dokumentasi: MPL ID S4 – MET Indonesia

Seperti yang tadi kami sebutkan sedikit, NXL berhasil menumbangkan EVOS di partai final MPL ID S1 yang digelar di Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat, tanggal 30 Maret – 1 April 2018. Kala itu, tim ini berisikan pemain-pemain berikut: G, Rave, LJ, Billy, dan Watt. Dari 5 nama tadi, Agung “Billy” Tribowo dan Supriadi “Watt” Dwi Putra adalah 2 pemain yang berasal dari kota Pontianak, Kalimantan Barat. Di MPL ID S4, Watt kembali bermain untuk Aerowolf namun gagal masuk Playoffs. Sedangkan Billy bermain untuk RRQ meski bukan jadi tim inti.

S2 – RRQ – InstincT, TUTURU, dan AyamJGO

TUTURU dan AyamJago. Dokumentasi: MPL ID S4 - MET Indonesia
TUTURU (Kiri) dan AyamJago (Kanan). Dokumentasi: MPL ID S4 – MET Indonesia

MPL ID Season 2 jadi masa kejayaan RRQ. Meski kala itu ONIC Esports yang menempati peringkat pertama Regular Season, RRQ sangat mendominasi babak Grand Final. Mereka bahkan mengalahkan EVOS di final tanpa balas, dengan skor 3-0. Kala itu, RRQ berisikan Lemon, TUTURU, Instinct (AmpunOM), Liam, dan AyamJGO. Ada 3 pemain asal Pontianak yang membawa RRQ jadi juara, yaitu InstincT – Calvien (MPL ID S4 di Geek Fam), TUTURU – Diky, dan AyamJGO – Try (keduanya masih di RRQ di S4 namun bisa dibilang bukan tim inti).

S3 – ONIC – Drian dan Psychoo

Adriand "Drian" Larsen. Dokumentasi: MPL ID S4 - MET Indonesia
Adriand “Drian” Larsen. Dokumentasi: MPL ID S4 – MET Indonesia

MPL ID S3 seolah menjadi panggung utama buat ONIC Esports. Pasalnya, tim ini benar-benar mendominasi dunia persilatan MLBB saat itu. ONIC bahkan memukul telak Louvre di pertandingan pamungkas Grand Final MPL ID S3 yang digelar di BritAma Arena, Kelapa Gading, tanggal 3-5 Mei 2019. Di Season 3 ini, Teguh “Psychoo” Imam Firdaus dan Adriand “Drian” Larsen adalah 2 pemain asal Pontianak yang berhasil membawa timnya jadi juara.

S4 – EVOS – Wann

Dokumentasi: MPL ID S4 - MET Indonesia
Muhammad “Wann” Ridwan. Dokumentasi: MPL ID S4 – MET Indonesia

EVOS Esports yang berisikan formasi menarik, 3 pemain senior (Oura, Donkey, dan Rekt) yang sudah berlaga di MPL sejak Season 1 dan 2 pemain baru (Wann dan Luminaire), berhasil mendominasi keseluruhan turnamen. Di musim ini, Muhammad ‘Wann’ Ridwan adalah pemain Pontianak yang jadi juara MPL Indonesia.

Bisa jadi, kebetulan saja setiap tim juara MPL memiliki pemain asal Pontianak. Apalagi memang banyak pemain asal sana yang mengejar kemampuan untuk bisa sampai ke tingkat kompetitif. Meski demikian, menarik juga jika ingin dicari tahu lebih jauh kenapa banyak para gamer asal Pontianak yang terjun ke esports. Kira-kira kenapa ya?

Seleksi Timnas SEA Games 2019 Dota 2 dan MLBB Memasuki Tahap Final

Ajang SEA Games 2019 yang akan digelar pada bulan November nanti sudah semakin dekat saja. Berbagai langkah untuk menyiapkan delegasi Indonesia untuk cabang kompetisi esports pun telah digelar. Beberapa di antaranya sudah ditetapkan untuk masuk pelatnas, seperti cabang Tekken 7 yang diwakili oleh Meat dan TJ. Namun untuk cabang Dota 2 dan Mobile Legends: Bang-Bang masih ada proses yang harus dilalui.

Sesuai informasi yang telah disampaikan oleh Indonesia Esports Association (IESPA), slot pelatnas Dota 2 dan MLBB masing-masing diisi oleh 4 tim. Mereka terdiri dari tim-tim sebagai berikut.

Slot pelatnas Dota 2:

  • Team Binus University (Juara IEL 2019)
  • Freak Esports (Juara Region/Putra Daerah IENC 2019)
  • EVOS Esports (Juara 1 IENC 2019)
  • PG.BarracX (Juara 2 IENC 2019)
Slot Pelatnas - Dota 2
Sumber: IESPA

Slot pelatnas MLBB:

  • Team Binus University (Juara IEL 2019)
  • Team Pecah Utak (Juara Region/Putra Daerah IENC 2019)
  • EVOS Esports (Juara 1 IENC 2019)
  • Victim Esports (Juara 2 IENC 2019)
Slot Pelatnas - MLBB
Sumber: IESPA

Dari sekian banyak pemain yang masuk ke dalam pelatnas, hanya akan diambil sebagian untuk menjadi timnas. Proses penyaringan ini dilakukan dalam proses yang disebut Road to SEA Games 2019: The Final Showdown. Terdapat perbedaan sistem penyaringan antara cabang Dota 2 dan MLBB.

Untuk Dota 2, tim-tim yang telah terpilih akan saling bertarung pada tanggal 13 – 15 Agustus. Kemudian, tim yang keluar sebagai juara akan maju mewakili Indonesia ke SEA Games 2019.

Sementara untuk MLBB, kontingen SEA Games bukanlah pemain-pemain yang berasal dari satu tim yang sama. Panitia akan memilih 7 orang terbaik dari sekian banyak pemain untuk membentuk sebuah tim “All Stars”. Tim inilah yang akan menjadi timnas MLBB Indonesia nantinya. Proses pemilihan tim All Stars MLBB akan dilakukan pada tanggal 15 – 16 Agustus 2019.

Road to SEA Games 2019 - Final Showdown Poster
Sumber: Nimo TV

Road to SEA Games 2019 juga mencakup sebuah turnamen dalam rangka merayakan kemerdekaan Republik Indonesia, dengan nama Independence Cup. Turnamen ini digelar pada tanggal 17 – 18 Agustus. Seluruh rangkaian acara Road to SEA Games 2019 dapat Anda saksikan melalui platform streaming Nimo TV, di channel milik Louvre Esports TV sesuai waktu tayang yang tertera dalam poster di atas.

Pemilihan timnas yang menggunakan format All Stars bisa dibilang memiliki unsur positif dan negatif tersendiri. Di satu sisi, sistem pemilihan ini memang bagus untuk memastikan bahwa Indonesia mengirim kontingen terbaik di setiap role. Akan tetapi itu juga berarti timnas akan berisi pemain-pemain yang tidak terbiasa bermain bersama. Apalagi bila para pemain juga harus menjalankan perannya dalam liga atau turnamen di luar persiapan SEA Games. Kita tunggu saja bagaimana perkembangannya, dan tetap dukung kontingen esports Indonesia agar memberikan hasil terbaik.

Sumber: IESPA, Louvre Esports