Fortnite Lebih ‘Mengancam’ Netflix Ketimbang HBO dan Hulu

2018 ialah momen kejayaan bagi Epic Games. Fornite menjadi fenomena di seluruh penjuru Bumi, lalu di penghujung tahun, mereka meluncurkan platform distribusi digital alternatif dari Steam yang segera diserbu developer. Berdasarkan laporan narasumber terpercaya pada TechCrunch, pencipta Unreal Engine itu berhasil mengumpulkan keuntungan sebesar US$ 3 miliar dalam waktu 12 bulan ke belakang.

Fornite sendiri tidak ada habisnya diperbincangkan. Di bulan Januari ini, terhitung ada lebih dari 200 juta gamer menikmatinya, dengan pemasukan dari microtransaction mencapai US$ 2,4 miliar. Begitu besarnya Fortnite Battle Royale, game super-populer ini mampu mengusik ketenangan bisnis penyedia layanan di media berbeda: Netflix. Padahal, platform film on demand ini sebelumnya sudah membuat perusahaan TV channel tradisional bertekuk lutut.

Dalam laporan pemasukan perusahaan tahun 2018 – dipublikasikan pada hari Kamis kemarin – Netflix menyampaikan bahwa mereka berhasil menguasai sekitar 10 persen waktu yang dihabiskan konsumen di walayah Amerika buat menatap layar. Angkanya berada sedikit di bawah waktu total interaksi dengan perangkat bergerak. Menurut Netflix, penyebabnya bukanlah kompetisi dari layanan streaming sejenis, melainkan platform hiburan yang betul-betul berbeda, salah satunya permainan video.

Di sana Netflix menyatakan, mereka mendapatkan perlawanan keras dari Fornite dan terpaksa mengakui keunggulan game last man standing berskala besar itu. Menurut Netflix, Fornite lebih mengancam dibandingkan HBO ataupun Hulu. Waktu akses Hulu sendiri jauh lebih kecil dari YouTube. Mereka memang jadi favorit di Amerika, tapi namanya hampir tak terdengar di Kanada. Sedangkan penetrasi Netflix di kedua wilayah boleh dikatakan sama besar.

Perusahaan juga menjelaskan bagaimana ada ribuan kompetitor di ranah yang tersegmentasi ini, masing-masing berlomba-lomba untuk menghibur konsumen dengan faktor penghalang yang semakin tipis. Bagi Netflix, pertumbuhan layanan mereka ditakar dari pengalaman pengguna, dikomparasi dengan durasi konsumen menghabiskan waktu di depan layar. Namun perlu diingat bahwa ‘waktu di depan layar’ bukanlah parameter perhitungan yang presisi.

“Fokus kami bukanlah berkompetisi dengan Disney+, Amazon dan lain-lain, tetapi bagaimana kami bisa meningkatkan mutu pengalaman penggunaan,” tutur Netflix. Salah satu contoh upaya Netflix memberikan ‘terobosan baru’ di segmen hiburan adalah melalui penggarapan film interaktif dewasa Black Mirror: Bandersnatch yang mempersilakan penonton menentukan nasib tokoh utamanya.

Di akhir 2018, Netflix berhasil menghimpun hampir 139 juta pelanggan. Sementara itu, angka pemain teregistrasi Fortnite Battle Royale sukses menembus di 200 juta di bulan November lalu.

Via Polygon.

Netflix Demonstrasikan Navigasi Eye Tracking untuk iPhone X

Event hackathon internal Netflix Hack Day yang digelar dua kali setahun sejak 2014 kembali menelurkan kreasi unik yang berpotensi menjadi fitur menarik buat sang layanan streaming itu sendiri. Tahun lalu, salah satu kreasi yang paling unik adalah headband ‘pembaca pikiran’ yang dijuluki Mindflix.

Tahun ini, ada Eye Nav yang lagi-lagi menawarkan cara baru untuk menavigasikan Netflix. Kalau Mindflix membaca gelombang otak, Eye Nav memanfaatkan sistem kamera TrueDepth milik iPhone X untuk membaca pergerakan mata pengguna. Pergerakan tersebut kemudian diterjemahkan menjadi kursor untuk menavigasikan aplikasi Netflix.

Teknologi yang digunakan pada dasarnya sama persis seperti fitur pengenal wajah Face ID maupun Animoji. Engineer Netflix hanya mengimplementasikannya untuk urusan lain, dalam kasus ini sebagai input navigasi tanpa jari, sangat berguna untuk pengguna difabel.

Trio engineer yang menggarapnya bilang bahwa sistem TrueDepth terbukti mampu membaca pergerakan mata secara akurat. Ke mana pun pengguna melihat, kursornya akan mengikuti. Untuk memilih, tatap lebih lama. Lalu untuk kembali ke menu utama, pengguna tinggal menjulurkan lidahnya seperti ketika bermain-main dengan Animoji.

Ketiganya berharap Eye Nav bisa menjadi salah satu bagian dari fitur Accessibility yang ditawarkan Netflix ke depannya. Peluangnya cukup besar menurut saya, meski mungkin gerakan menjulurkan lidah tadi bakal diganti dengan yang lebih elegan, semisal memejamkan mata agak lama.

Sumber: Netflix via Variety.

Netflix HD Bakal Hadir di Xiaomi Pocophone F1?

Semua orang bakal setuju saat dikatakan bahwa Pocophone F1 merupakan smartphone termurah yang menggunakan Snapdragon 845 yang ada di Indonesia, dan mungkin di dunia. Dengan chipset terkencang dari Qualcomm tersebut, membuat semua aplikasi dan game bakal dapat berjalan dengan lancar. Semua? Ternyata tidak!

Xiaomi Pocophone F1 - Auf

Pocophone yang sebelumnya telah kami review ternyata memiliki sebuah kekurangan. Sertifikasi DRM Widevine L1 tidak ditemukan pada perangkat yang satu ini. Hal tersebut membuat para pengguna Pocophone F1 tidak dapat menjalankan streaming Full HD.

Ternyata, Xiaomi mencoba membenahi masalah tersebut, yang sampai saat ini dipercaya tidak bisa karena sertifikasi Widevine L1 terpaku pada hardware. Xiaomi saat ini tengah bekerja sama dengan Google dan Qualcomm untuk dapat membuat Pocophone bisa menjalankan streaming dengan resolusi 1080p.

Xiaomi Pocophone F1 - DRM

Dari informasi yang beredar dikabarkan bahwa Xiaomi akan mengeluarkan sebuah ROM Beta untuk membenahi hal tersebut, Akan tetapi, belum dipastikan bagaimana pengguna bisa menikmati ROM ini, apakah lewat OTA atau dengan cara lain. Nantinya, perangkat Pocophone F1 dengan ROM tersebut dapat menonton streaming dengan resolusi 1080p pada Netflix, Hulu, Amazon, dll.

Xiaomi tidak memberitahukan kapan pembaruan tersebut akan muncul. Jadi, mau tidak mau, kita harus menunggu sampai kabar baik ini dikeluarkan oleh Xiaomi.

Sumber: GizChina.

Netflix Rela Berutang Miliaran Dolar Demi Terus Menambah Katalog Konten Orisinalnya

Beberapa hari terakhir ini media sosial saya dibanjiri post seputar “The Night Comes for Us”. Bagi yang tidak tahu, film yang penuh adegan berdarah-darah ini populer karena sederet nama besar yang membintanginya; mulai dari Joe Taslim sebagai pemeran utamanya, Iko Uwais, Julie Estelle sampai Dian Sastrowardoyo.

Namun daya tarik lain yang lebih penting menurut saya adalah fakta bahwa ini merupakan film Indonesia pertama yang masuk jajaran “Netflix Original”. Netflix Original pada dasarnya merupakan kumpulan film dan serial yang diproduksi oleh Netflix dan ditayangkan secara eksklusif melalui layanan streaming tersebut.

Katalog konten orisinal Netflix saat ini sudah sangat besar. Ini dikarenakan Netflix tidak segan untuk ‘bakar duit’ demi menawarkan sesuatu yang berbeda dari kompetitor, yang pada akhirnya diharapkan bisa mendatangkan lebih banyak pelanggan – di kuartal ketiga tahun ini, Netflix berhasil menggaet 7 juta pelanggan baru.

The Night Comes for Us

Pertanyaannya, dari mana Netflix mendapatkan uang sebanyak itu? Tidak mungkin hanya dari pendapatannya, bukan? Benar sekali. Netflix rupanya rela berutang demi merealisasikan lebih banyak konten orisinal. Besaran utangnya tidak main-main; baru-baru ini, Netflix berencana untuk menggalang dana (baca: berutang) senilai $2 miliar guna menambah amunisi kontennya.

Menurut Variety, ini adalah keenam kalinya dalam empat tahun Netflix menggalang pendanaan di atas $1 miliar. Per 30 September kemarin, total utang jangka panjang Netflix mencapai angka $8,34 miliar. Netflix sungguh tidak main-main soal investasi konten orisinal mengingat jumlah layanan pesaing yang berpotensi mengusik dominasinya bakal bertambah banyak, salah satunya dari Disney.

Kepada para investornya, Netflix bilang bahwa teknik ‘bakar duit’ ini masih akan terus mereka lancarkan paling tidak sampai setahun lagi. Bagi kita sebagai konsumen, ini berarti tontonan eksklusif yang menanti kita di Netflix masih banyak, termasuk karya-karya sineas lokal seperti The Night Comes for Us itu tadi.

Sumber: Variety via TechCrunch.

Netflix Siap Produksi Lebih Banyak Konten Lokal Berbahasa Indonesia

Netflix, platform video on demand, siap memproduksi lebih banyak konten lokal untuk mendukung perkembangan industri film sekaligus menggaet lebih banyak pengguna Indonesia. Tak hanya itu, Netflix mendukung antarmuka dan subtitel Bahasa Indonesia mulai 19 Oktober 2018.

Di saat yang sama, film Netflix original Indonesia pertama, berjudul The Night Comes for Us, siap didistribusikan untuk Indonesia dan seluruh dunia. Katalog film lokal berlisensi juga akan terus diperbanyak demi memuaskan para penggunanya. Sejauh ini baru ada 19 film Indonesia yang tersedia di platform dengan 130 juta pengguna berbayar tersebut.

Meskipun demikian, Corporate Communication Netflix Kooswardini Wulandari masih enggan membeberkan lebih detail komitmen Netflix untuk konten original yang siap disponsorinya.

“Harapannya konten lokal ke depannya akan semakin ter-expose dengan baik ke seluruh dunia, sebab selama ini belum ada platform yang bisa memberikan itu. Kami terbuka untuk mencari konten original yang sesuai dengan kebutuhan penonton. Lisensi film juga akan terus kita tambah,” terangnya.

Kehadiran subtitel Bahasa Indonesia, menurutnya, diambil karena ada kebutuhan yang tinggi para pengguna Netflix yang berlokasi di negara. Keputusan yang sama juga diambil saat Netflix memutuskan untuk menghadirkan subtitel Bahasa Thailand dua tahun lalu.

Untuk memanfaatkan subtitel ini, pengguna cukup mengubah pengaturan antarmuka ke dalam Bahasa Indonesia. Setidaknya 85% dari total konten Netflix sudah mendukung terjemahan. Bahasa Indonesia disebutkan jadi terjemahan ke-20 di Netflix yang siap dipilih para pengguna.

Pengerjaan penerjemahan ini dilakukan sepenuhnya secara manual oleh tim internal Netflix dan dibantu pihak ketiga. Hal ini untuk memastikan hasil terjemahan tetap sesuai dengan kaidah tata bahasa dan tuturan bahasa sehari-hari.

Tidak ada tim khusus untuk pasar Indonesia

Kooswardini, atau lebih akrab disapa Dini, menambahkan tidak ada tim lokal yang khusus ditempatkan di Indonesia untuk fokus mengembangkan bisnis. Oleh karena itu tidak ada istilah Country Manager atau sebagainya.

Untuk kawasan Asia Pasifik, operasional sepenuhnya dilakukan tim Netflix yang berlokasi di Singapura. Saat ini Netflix telah hadir di lebih dari 190 negara sejak resmi secara global pada 2016 lalu.

“Tim kita tidak terlalu besar, jadi cara kerjanya kita saling berkolaborasi antar tim lainnya untuk mengembangkan apa yang bagus buat pengguna Netflix. Semuanya jadi bekerja sama.”

Selain Dini, orang Indonesia yang juga bergabung di Netflix adalah Teguh Wicaksono sebagai Brand & Editorial Manager. Teguh pernah bekerja di Twitter dan TikTok.

Application Information Will Show Up Here

Lini TV 4K Sony Master Series Diklaim Sebagai yang Terbaik untuk Menikmati Tayangan Netflix

Bulan Mei kemarin, Sony secara resmi memperkenalkan salah satu TV tercanggihnya di tanah air, yaitu A8F Bravia OLED, setelah sebelumnya diumumkan terlebih dulu di ajang CES di bulan Januari. Belum ada satu tahun, Sony sudah memamerkan model baru yang lebih superior lagi.

Tidak tanggung-tanggung, TV baru ini bahkan dimasukkan ke dalam lini baru bertajuk “Master Series”. Pada event perkenalannya di kota New York, ada dua model Master Series yang dipajang: A9F OLED dan Z9F LED. Keduanya sudah pasti beresolusi 4K dan mendukung HDR, sedangkan variannya tersedia dalam dua ukuran: 55 dan 65 inci untuk A9F, 65 dan 75 inci untuk Z9F.

Yang membuat kedua TV ini pantas menyandang gelar Master Series adalah penggunaan prosesor X1 Ultimate, yang merupakan chip terkuat Sony di segmen TV saat ini. Tidak hanya itu, proses kalibrasi bawaan pabriknya juga telah melibatkan input para ahli dari Portrait Displays dan SpectraCal.

Namun satu fitur yang dijamin bakal paling menggiurkan buat konsumen adalah yang dinamai Netflix Calibrated Mode. Dalam mode ini, Sony bilang bahwa kualitas gambar yang tersaji nyaris menyamai monitor yang biasa digunakan pihak produser film untuk mastering.

Atau kalau mau disederhanakan, kedua TV ini merupakan yang terbaik untuk menikmati tayangan dari Netflix. Cukup aktifkan modenya, maka reproduksi warna yang ditampilkan bakal sangat presisi, demikian pula kontrasnya terlihat dinamis sekaligus akurat.

Sony patut berbangga karena Netflix Calibrated Mode ini merupakan fitur eksklusif untuk A9F OLED dan Z9F LED – mungkin untuk sementara waktu, sebelum nantinya Netflix kemungkinan juga menjalin kerja sama dengan pabrikan-pabrikan TV lainnya.

Belum ada banderol harga resmi untuk kedua TV Sony Master Series ini. Rencananya, pemasarannya untuk pasar AS bakal dimulai di musim semi tahun ini juga.

Sumber: The Verge dan Sony.

Netflix Hadirkan Fitur Smart Download untuk Aplikasi Android-nya

Sejak akhir 2016, Netflix telah mempersilakan para pelanggannya untuk mengunduh konten dan menikmatinya secara offline menggunakan perangkat mobile. Langkah berikutnya bagi Netflix adalah menyempurnakan fitur download tersebut, terutama untuk menyesuaikannya dengan kebiasaan binge watching banyak pelanggan.

Kira-kira begitu premis di balik fitur Smart Download yang baru saja dirilis oleh Netflix. Berkat fitur ini, setiap kali pelanggan selesai menonton suatu episode, aplikasi Netflix secara otomatis bakal menghapusnya dan langsung mengunduh episode berikutnya. Sangat berguna bagi mereka yang kapasitas penyimpanan di ponselnya terbatas.

Jadi semisal Anda mengunduh episode 1 – 3 dari suatu serial TV dan Anda baru saja selesai menonton episode yang pertama, Netflix bakal menghapusnya dan langsung mengunduh episode yang ke-4. Fitur ini sifatnya opsional, dan Anda masih tetap bisa menyimpan episode-episode yang telah ditonton dengan menonaktifkan fitur ini jika mau.

Hal lain yang perlu dicatat, Smart Download hanya akan aktif ketika perangkat pengguna tersambung ke jaringan Wi-Fi, meski ada pula opsi untuk mengaktifkannya via jaringan selular. Pengguna juga akan diberi notifikasi setiap kali fiturnya aktif, dan setiap suatu episode selesai diunduh.

Smart Download sudah tersedia bagi para pelanggan Netflix yang menggunakan ponsel maupun tablet Android. Pengguna perangkat iOS di sisi lain masih harus bersabar menunggu kehadiran fitur ini beberapa bulan lagi.

Sumber: Variety.

Netflix Akan Luncurkan Fitur Video Preview Berformat Vertikal pada Smartphone-nya

Snapchat patut berbangga. Kalau mereka tidak memperkenalkan fitur Stories, mungkin sampai sekarang tidak akan ada Instagram Stories, dan format video vertikal pun mungkin juga tidak akan sepopuler sekarang.

Begitu populernya format ini, Netflix yang selalu diasosiasikan dengan industri perfilman (yang hampir pasti menggunakan format video horizontal) akhirnya juga latah dan mencoba memanfaatkannya. Pada bulan April nanti, aplikasi smartphone Netflix bakal dilengkapi fitur preview, dan video-video cuplikan tersebut bakal disajikan dalam format vertikal.

Fitur preview sebelumnya sudah bisa dinikmati jika membuka Netflix dari TV, namun akhirnya fitur ini datang juga ke ranah mobile. Pada awal peluncurannya, akan ada sekitar 75 judul yang memiliki preview, akan tetapi Netflix berencana menambah jumlahnya sampai ratusan, termasuk untuk film dan serial yang mereka produksi sendiri.

Sumber gambar: Variety
Sumber gambar: Variety

Pada aplikasi Netflix, preview akan tersaji lewat deretan icon bulat yang mewakili masing-masing judul. Kelihatan jelas Netflix mengambil inspirasi dari Instagram, dan sepertinya kita sudah tiba di titik di mana icon bulat pada aplikasi penyedia konten dapat diasosiasikan dengan video-video berdurasi pendek.

Setiap preview akan diputar selama 30 detik, sebelum berlanjut ke judul lainnya, atau bisa juga dilakukan secara manual dengan menggeser layar. Namun yang paling unik adalah tampilan preview-nya yang vertikal dan memenuhi layar.

Ini menarik sebab Netflix rela menugaskan tim video editornya untuk meng-crop koleksi film dan serial mereka agar preview-nya bisa tampil optimal di layar smartphone, tanpa mengharuskan pengguna memiringkan ponselnya.

Komitmen Netflix terhadap platform mobile ini didasari oleh statistik berikut: sekitar 20% dari semua aktivitas streaming Netflix berasal dari smartphone, dan lebih dari 50% pelanggan Netflix rutin mengakses layanan tersebut dari smartphone setiap bulannya.

Netflix pun sebenarnya sempat bereksperimen dengan fitur sosial dan mencoba mengintegrasikannya ke dalam aplikasi mobile-nya. Sayang hasil uji coba mereka mendapat respon buruk, di mana penguji yang aktif berpartisipasi hanya 2% saja.

Sumber: Variety.

Fitur Parental Control Netflix Kini Semakin Lengkap

Dengan katalog yang tergolong sangat lengkap, fitur parental control merupakan satu elemen yang tidak boleh dikesampingkan oleh Netflix, apalagi mengingat layanan streaming tersebut juga cukup serius membidik anak-anak sebagai target pasarnya lewat sebuah kategori khusus dan kumpulan konten interaktif.

Selama ini Netflix memang sudah menawarkan fitur tersebut, di mana orang tua dapat menetapkan PIN 4 digit untuk semua konten yang masuk dalam rating tertentu, semisal “Adults”. Dengan begitu, ketika anak-anak dengan sengaja atau tidak hendak memutar film yang masuk dalam kategori tersebut, mereka harus lebih dulu menginput PIN 4 digit itu tadi.

Akan tetapi masalah pun muncul ketika ada konten seperti “13 Reasons Why” yang mengangkat tema seputar kasus pelecehan seksual dan bunuh diri. Di satu sisi, banyak orang tua yang merasa film serial seperti ini bisa membantu mereka mengajari anak-anaknya yang sudah menginjak usia remaja. Namun di sisi lain, banyak juga yang khawatir karena film tersebut juga memperkenalkan konsep bunuh diri.

Netflix parental control

Solusinya, menurut Netflix, adalah dengan memberikan kontrol yang lebih mendalam lagi bagi orang tua. Sekarang, PIN 4 digit juga bisa diaktifkan untuk judul-judul yang spesifik, tidak peduli rating-nya bagaimana. Andaikata ada film kartun yang ternyata banyak menampilkan adegan berkelahi dan orang tua tidak mau anaknya menonton film tersebut, manfaatkan saja fitur ini.

Lebih lanjut, Netflix kini juga akan menampilkan rating suatu film begitu pengguna memutarnya. Rating ini akan muncul di pojok kiri atas, lengkap dengan penjelasan singkat terkait alasannya mendapat rating tersebut (sejumlah humor kasar, adegan dewasa, dan lain sebagainya).

Di sisi lain, penambahan fitur seputar rating dan parental control ini bisa dilihat sebagai upaya Netflix dalam mempersiapkan diri menghadapi layanan streaming kepunyaan Disney, yang dijadwalkan meluncur tahun depan dan dipastikan tidak memiliki konten berbau dewasa.

Sumber: TechCrunch dan Netflix.

6 Smartphone Android Terbaik untuk Nonton Film (Dukung HDR10 Netflix)

Menikmati sajian film baru di bioskop kesayangan Anda memang memberikan pengalaman yang luar biasa. Namun tidak semua orang sempat untuk pergi ke bioskop.

Kini sudah ada sejumlah aplikasi yang memungkinkan Anda menonton tayangan kesukaan di smartphone, satu diantaranya Netflix. Kelebihan dengan layanan sejenis adalah Netflix mendukung format video High Dynamic Range, HDR10 dan Dolby Vision.

Ya, selain resolusi layar yang tinggi, dukungan teknologi video format HDR tak boleh luput Anda punyai di smartphone Anda. Sehingga Anda bisa menikmati film yang diputar dalam format berkualitas tertinggi dengan warna dan luminans yang lebih beragam seperti halnya di layar kaca.

Berikut daftar smartphone terbaik untuk nonton film dan mendukung video HDR10 di layanan Netflix:

1. Razer Phone

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-2

Sebagai smartphone gaming, Razer Phone mengusung teknologi layar yang istimewa. Panel IGZO 5,7 inci 1440×2560 piksel (515 ppi) dengan rasio layar 16:9 buatan Sharp yang digunakan memiliki frame rate tinggi yang mendukung refresh rate 120Hz dan fitur Wide Colour Gamut.

Dukungan format video HDR 10 di Netflix pun menambah daftar keunggulan Razer Phone. Selain format video HDR, Razer Phone juga mendukung teknologi audio Dolby Digital 5.1 yang bekerja di kedua speaker ataupun headphone. Razer Phone pun menjadi smartphone pertama yang mendukung kedua format video dan audio di Netflix.

2. LG G6

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-1

Sejauh ini LG G6 adalah satu-satunya smartphone yang mendukung standar format video HDR Dolby Vision di Netflix. LG G6 mengusung teknologi FullVision display 5,7 inci resolusi 1440×2880 piksel (564 ppi) dan layar rasio baru 18:9 atau 2:1 Univisium yang nyaman untuk nonton video layaknya di bioskop.

3. Sony Xperia XZ Premium

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-3

Jagoan Sony di kelas atas ini mengusung teknologi Triluminos display dan X-Reality Engine di layar 5,46 inci resolusi 4K 3840×2160 piksel (807 ppi).  Ya, layar 4K ini hanya aktif saat menikmati konten foto dan video.

4. LG V30

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-4

Seri ini memang diciptakan untuk penggemar multimedia, baik itu untuk menikmati dan juga membuatnya. LG V30 mengusung teknologi FullVision Display P-OLED 6 inci resolusi 1440×2880 piksel (37 ppi) dan layar rasio baru 18:9.

5. Samsung Galaxy Note 8

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-5

Berikutnya dari Samsung, phablet canggih dengan stylus S Pen, Galaxy Note 8. Dengan Infinity Display Super AMOLED 6,3 inci resolusi 1440×2960 piksel (521 ppi) dan rasio layar 18.5:9.

6. Sony Xperia XZ1

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-6

Kemudian terakhir ada smartphone berdimensi compact dari Sony, Xperia XZ1. Dengan layar IPS 5,2 inci resolusi 1080×1920 piksel (424 ppi).

Itulah enam smartphone Android yang sudah mendukung standar baru format video HDR 10 di aplikasi Netflix.

Sumber: Netflix.com.