Wawancara Niji Games – Pelajaran yang Dipetik dari Indie Games Accelerator 2018

Indie Games Accelerator (IGA) adalah program baru Google yang baru dilaksanakan pertama kalinya mulai tahun 2018 ini. Setelah melalui seleksi yang ketat, 30 studio game dari India, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Filipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam berkumpul untuk mendapat bimbingan dari para developer veteran mancanegara. Mereka juga mendapat berbagai fasilitas dari Google, seperti pelatihan leadership dan akses ke berbagai tools.

Salah satu developer peserta dalam program Indie Games Accelerator 2018 adalah Niji Games yang berasal dari Indonesia. Hybrid mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Nikko Soetjoadi, co-founder sekaligus CEO Niji Games yang hadir di markas Google Asia Pacific di Singapura. Apa saja pelajaran yang didapat Niji Games dari Indie Games Accelerator 2018, dan bagaimana program tersebut mempengaruhi kesuksesan game buatan mereka?

Kata kuncinya adalah “akses”

Berbicara tentang bootcamp atau pelatihan, kita akan berpikir bahwa hasil terbesar yang bisa dibawa pulang adalah aneka ragam materi pembelajaran dari para pembicara. Hal itu tentu juga ada dalam IGA 2018, karena para peserta mendapat presentasi serta seminar yang bermanfaat. Tapi lebih dari itu, manfaat terbesar program ini adalah akses.

Akses yang dimaksud mencakup banyak hal. Setidaknya ada tiga jenis sumber daya yang didapat oleh para peserta dalam IGA 2018, yaitu:

  • Kesempatan bertemu para mentor yang berpengalaman dan dapat memberi feedback tepat sasaran
  • Akses berbagai tools dan data milik Google seputar pengembangan mobile game
  • Koneksi ke berbagai pelaku industri game—baik sesama developer, penerbit, hingga investor—yang berpotensi menjadi kerja sama jangka panjang

“Kita bisa cerita studio kita lagi gimana, game kita lagi gimana, challenge yang kita hadapi kayak gimana,” ujar Nikko. Berbeda dengan kelas workshop biasa di mana satu mentor menangani banyak peserta sekaligus, mentorship di IGA 2018 berjalan lebih intim. Peserta bisa bertatap muka dan berdiskusi empat mata dengan masing-masing mentor, sehingga masalah yang didiskusikan pun bisa sangat detail.

Nikko Soetjoadi
Nikko Soetjoadi, co-founder Niji Games | Sumber: Dokumentasi Hybrid

“Yang pasti nanti semua developer akan punya akses ke resource punya Google ini. Kita akan dikasih informasi-informasi yang lumayan sensitif, yang cuman mereka kasih buat partner-partner. Kedua, kita belajar dari pengalaman-pengalaman Google dan mentor. Gimana sih startup itu? Gimana cara bikin game yang bagus, begitu,” lanjut Nikko. Informasi yang didapat selama IGA 2018 adalah informasi yang sifatnya paten. Artinya manfaat informasi tersebut tidak hanya terasa beberapa waktu setelah bootcamp, tapi merupakan bekal yang bisa dimanfaatkan jauh di masa depan.

Menariknya, ketika dikonfirmasi kepada Marcus Foon (Program Manager Google), ia berkata bahwa sebenarnya data yang diberikan pada para peserta itu bukan termasuk data sensitif. Google memiliki data lengkap tentang performa seluruh game yang ada di Google Play, mulai dari error report, data monetisasi, dan sebagainya. Pada dasarnya yang diberikan pada para peserta adalah insight berkaitan dengan data tersebut. Dengan insight itu, harapannya para developer bisa merilis game dengan kondisi paling optimal.

Walau bukan data sensitif, tentu sulit bagi para developer untuk mendapatkan akses ke insight yang dimaksud dalam kondisi normal. Akses itulah yang difasilitasi Google melalui Indie Games Accelerator. Selain itu, networking yang terjadi di kalangan peserta dan mentor juga merupakan manfaat yang besar. Para peserta telah membentuk komunitas developer indie sendiri, dan beberapa di antaranya bahkan telah menjalin kerja sama. Salah satu peserta berhasil mendapat kontrak penerbitan game di tengah IGA 2018, sementara beberapa peserta lain berinisiatif untuk mendirikan asosiasi developer game indie di negara asalnya.

IGA 2018 - Indonesian Developers
Tiga perwakilan Indonesia: Gaco Games, Everidea, dan Niji Games | Sumber: Dokumentasi Google

Menunda perilisan demi feedback

Selama IGA 2018 berjalan, Niji Games sebenarnya tengah mengembangkan sebuah mobile game berjudul Jones: Jomblo is Happiness. Pada awalnya mereka berencana untuk merilis game tersebut di awal bulan November 2018, namun Niji Games memutuskan untuk menunda perilisannya. Alasannya, supaya mereka bisa membawa game tersebut ke IGA 2018 dan mendapatkan feedback dari para mentor.

“Sebenarnya kita mau launching, tapi ditahan. Tunjukin ke mentornya dulu, minta feedback, tunggu dapat ilmu dulu,” tutur Nikko. Benar saja, ternyata banyak hal yang berubah setelah game tersebut dibawa ke IGA 2018. “Beberapa bagian, terutama bagian depannya banyak yang kita ubah.”

Bagian depan yang dimaksud adalah pembukaan game dan bagian tutorial. Jones: Jomblo is Happiness sebenarnya bukan game dengan sistem permainan rumit, hanya berupa sejenis visual novel. Namun pemain akan dihadapkan pada banyak pilihan yang mempengaruhi ending. Tutorial yang baik dapat membantu pemain lebih mengerti aturan dalam game, sehingga mereka tidak melakukan kesalahan dan mendapat ending yang buruk.

Niko melanjutkan, “Mengubah itu juga makan waktu, hampir telat kita. Sampai hari ini kita kebut ya, dan baru selesai kemarin sebetulnya. Kita launching supaya available buat acara ini.” Jones: Jomblo is Happiness akhirnya dirilis pada tanggal 27 November 2018, hanya sehari sebelum acara puncak IGA 2018 yaitu upacara kelulusan di tanggal 28.

Perubahan tersebut membawa hasil sangat positif. Setelah perilisannya, Jones: Jomblo is Happiness berhasil menjadi salah satu game premium terlaris di Google Play, bahkan menduduki peringkat 6 daftar Top Paid Games. Menurut Nikko, 99% pembeli berasal dari Indonesia, tapi mereka tidak terpaku pada pasar lokal saja. “Kalau di Niji kita menjamah dua-duanya sih, lokal dan global,” katanya. “Kita sudah siapin localization ke bahasa Inggris, jadi orang luar juga bisa main.”

Lebih percaya diri menjalankan perusahaan

Indie Games Accelerator 2018 bukan hanya soal bagaimana cara membuat game yang bagus. Lebih dari itu, Google ingin program ini dapat menelurkan perusahaan-perusahaan game yang kokoh dan sustainable untuk jangka panjang. Karena itulah mereka juga memberikan pelatihan bisnis, motivasi, leadership, recruitment, dan sebagainya. Google juga memberikan materi manajemen berbasis OKR (Objective and Key Results) sebagai salah satu cara menjalankan perusahaan.

Namun itu bukan berarti Google mewajibkan semua peserta untuk menjalankannya. Niji Games termasuk perusahaan yang tidak melakukan perubahan sistem manajemen, namun ada juga developer negara lain yang melakukan perubahan drastis dan mengaku hasilnya sangat baik.

Nikko Soetjoadi - Developers Panel
Nikko bersama peserta-peserta IGA 2018 lainnya | Sumber: Dokumentasi Hybrid

Lalu apa perubahan yang dirasakan oleh Niji Games sendiri setelah IGA 2018? “Mungkin lebih pede ya,” jawab Nikko. “Punya confidence gitu. Kita ada ilmu baru, kita ada network, jadi kalau kita ngerjain produk, atau approaching investor, atau apa, gitu lebih bisa ngomong.” Niji Games memang tergolong perusahaan game yang sudah cukup lama berdiri di Indonesia. Mereka sudah beroperasi sejak tahun 2015 dan sejauh ini cukup stabil, jadi belum membutuhkan perubahan sistem manajemen yang drastis.

Nikko juga mengaku tidak begitu khawatir dengan persaingan di dunia mobile game yang kini semakin ketat. Memang banyak game besar meledak di pasaran, seperti Mobile Legends atau PUBG Mobile, tapi itu tidak begitu mempengaruhi Niji Games. “Indie punya market sendiri. Game yang kita bikin kan bukan Mobile Legends. Kita nggak nyaingin mereka, tapi lain.”

Ke depannya, Niji Games berencana untuk merekrut kru tambahan sebagai tenaga programmer. Mereka kini tengah mengembangkan lima game, dan salah satunya direncanakan untuk terbit di tahun 2019. Niji Games juga terbuka dengan kemungkinan pengembangan game di platform selain mobile, tapi itu semua tergantung kondisi. “Kalau ada ide produk yang tepat kita open sih untuk membuat game di console atau PC. Tergantung jenis game-nya, sama tergantung nanti timnya. Soalnya dunia itu kan dunia asing ya, kita belum punya pengalaman dan semua belajar dari nol,” demikian jelas Nikko.

Google Indie Games Accelerator 2018, Ajang Pertapaan Developer Game Delapan Negara

Google baru saja menyelesaikan program bootcamp yang digelar untuk developer mobile game dari delapan negara—India, Indonesia, Malaysia, Paksitan, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Berjudul Indie Games Accelerator 2018 (IGA 2018), program ini bertujuan untuk melejitkan pertumbuhan mobile game di negara-negara tersebut, dan melibatkan sejumlah mentor dari perusahaan-perusahaan game top dunia dalam sebuah kurikulum yang komprehensif.

Google menyebut Indie Games Accelerator sebagai “edisi spesial dari program Launchpad Accelerator”. Artinya, IGA 2018 bukan hanya membantu para developer menciptakan game yang menarik, tapi juga mengajarkan mereka cara mendirikan perusahaan yang sustainable untuk jangka panjang. Membuat sebuah game dan membuat sebuah perusahaan game adalah dua hal yang berbeda, dan Google ingin agar para studio game dapat melakukan keduanya secara maksimal.

Indie Games Accelerator 2018 - Cohorts
Beberapa peserta IGA 2018 | Sumber: Dokumentasi Google

Seleksi ketat 30 peserta

IGA 2018 adalah program IGA pertama yang diadakan Google. Untuk saat ini, Google hanya menargetkan delapan negara di atas, namun mereka juga ingin melebarkan jangkauan ke wilayah lainnya di masa depan. “Kami ingin memastikan bahwa Google Play mendukung dan memberdayakan developer game dari skala apa pun dan dari negara apa pun,” demikian kata Kunal Soni, Director of Business Development Google Play SEA & India.

Selama masa registrasi tanggal 27 Juni – 31 Juli 2018 lalu, Google telah menerima pendaftaran dari beribu-ribu developer, dan menyaring semuanya jelas bukan hal mudah. Pada akhirnya, terpilih 30 developer yang menjalani bootcamp Indie Games Accelerator perdana ini. Berikut ini daftar developer tersebut.

India:

  • 2Pi Interactive
  • Bombay Play
  • GoLIVE Games Studio
  • Jambav
  • Lucid Labs
  • Octathorpe Web Consultant
  • Threye Interactive
  • Underdogs Gaming Studio

Indonesia:

Indie Games Accelerator 2018 - Kunal Soni
Kunal Soni menjelaskan isi program mentorship IGA 2018 | Sumber: Dokumentasi Google

Malaysia:

  • Gameka

Pakistan:

  • Dreamnode Studios
  • we.R.play

Filipina:

  • MochiBits
  • Monstronauts

Singapura:

  • Battle Brew Productions
  • Boomzap
  • The Gentlebros
  • Springloaded
  • Touch Dimensions

Thailand:

  • Bit Egg
  • Extend Interactive
  • Urnique Studio

Vietnam:

  • Beemob Hanoi Studio
  • CSCMobi
  • Gemmob Studio
  • Suga Studio
  • Tope Box
  • WolfFun Game

Tiga puluh developer ini kemudian mengikuti bootcamp dan bimbingan secara intensif bersama pembicara dan mentor yang merupakan pakar industri game dari seluruh dunia. Termasuk di antaranya Rami Ismail dari Vlambeer, Mark Skaggs dari Electronic Arts, Alvin Chung dari Rayark, Jay Santos dari Unity, Angelo Lobo dari Zynga, dan banyak lagi! Anda yang familier dengan dunia game indie pasti sudah akrab dengan nama-nama mentor atau perusahaan tersebut.

“Bagian terbaik dari program ini adalah para mentornya,” kata Howard Go dari MochiBits. “Mereka dapat memberi tahu kita kenyataan-kenyataan pahit di lapangan dan bagaimana cara mengatasinya.” Interaksi antara para mentor dan developer peserta IGA memang terjadi dengan sangat dekat dan intens. Para mentor dikenal sebagai pakar di bidangnya masing-masing, jadi mereka selalu dapat memberikan feedback tajam dan tepat sasaran. Terkadang, wawasan dari para mentor itu bahkan sama sekali tak terpikirkan oleh developer sebelumnya.

Indie Games Accelerator 2018 - David McLaughlin
David McLaughlin dalam konferensi pers IGA 2018 | Sumber: Dokumentasi Google

Pilar-pilar utama Indie Games Accelerator 2018

“Kami tidak ingin game untuk menjadi one hit wonder saja. Kami ingin menciptakan perusahaan-perusahaan yang sustainable di seluruh Asia, yang dapat membuat game hit lagi dan lagi,” demikian kata David McLaughlin, Director of Global Developer Ecosystem di Google. Untuk mencapai hal itu, program IGA tidak memiliki tiga pilar utama yang disebut Discovery, Mentorship, dan Recognition.

Discovery atau Penemuan adalah tahap pencarian developer-developer bertalenta melalui seleksi. Kemudian Mentorship atau Bimbingan adalah inti dari program IGA itu sendiri, di mana para developer diajarkan berbagai best practice dalam pengembangan game maupun manajemen perusahaan. Terakhir, Recognition atau Pengakuan adalah tahap di mana Google memberi reward, baik jangka pendek ataupun jangka panjang, untuk membantu kesuksesan developer-developer itu.

Hal yang membuat IGA unik dibanding bootcamp lainnya adalah kurikulum mentorship yang didesain khusus untuk acara ini. Kurikulum tersebut meliputi lima proses tahapan, yaitu:

  • BUILD – Game Development & Design
  • GROW – Business Development
  • EARN – Monetization and User Connections
  • TEST – Game Testing
  • LEAD – Building A Company
Indie Games Accelerator 2018 - Mentors
Mentor IGA 2018, Mark Skaggs (EA) dan Kamina Vincent (Mountains Games) | Sumber: Dokumentasi Google

Tiga tahap yang paling menjadi perhatian intensif dalam kurikulum ini adalah BUILD, TEST, dan LEAD. Google paham bahwa di tengah banyaknya mobile game yang beredar dewasa sekarang, tak ada lagi ruang untuk game berkualitas jelek. Oleh karena itu Google benar-benar menghabiskan banyak waktu di tahap BUILD untuk memastikan game buatan peserta IGA berjalan dengan baik di semua platform.

Google memiliki tools tersendiri untuk deteksi bug, pelaporan eror, dan sebagainya. Dengan memberikan akses tools tersebut pada para peserta, mereka bisa langsung tahu device apa saja yang memiliki risiko terjadinya bug atau crash. Ini membantu para developer untuk meluncurkan game dalam keadaan sudah terpoles sangat baik.

Selain itu, TEST adalah tahap yang unik di IGA. Perusahaan-perusahaan developer besar umumnya memiliki divisi tersendiri untuk melakukan testing secara menyeluruh. Bahkan di luar sana ada perusahaan-perusahaan yang bergerak khusus di bidang game testing. Tapi developer indie tidak memiliki sumber daya semacam ini. Google menyediakan sumber daya testing bagi para developer, baik itu berupa automated test maupun tes manual dari para mentor.

“Kami mengajarkan startup untuk melakukan iterasi dan beradaptasi. Di sini kami pun melakukan hal yang sama,” ujar McLaughlin. IGA mengajarkan studio-studio game teknik manajemen perusahaan dengan metode OKR (Objectives and Key Results). Menurut beberapa peserta, metode ini benar-benar mengubah cara mereka mengatur perusahaan, dan membuat mereka dapat melihat masa depan secara lebih pasti. Google sendiri sudah mengadopsi sistem OKR sejak lama, dan mereka merupakan bukti nyata keberhasilan metode tersebut.

Di tahap LEAD, IGA memiliki sesi khusus yang disebut LeadersLab. Google menginvestasikan banyak waktu dan tenaga untuk menciptakan para pemimpin yang hebat, berani berbicara tentang kegagalan, dan mampu bekerja sama dengan sesama co-founder. LeadersLab sebelumnya juga sudah ada di program LaunchPad Accelerator. Ini adalah salah satu cara Google melatih perusahaan-perusahaan baru agar dapat tumbuh menjadi perusahaan dengan bisnis yang sehat.

Indie Games Accelerator 2018 - Gaco Games
Gaco Games di upacara kelulusan IGA 2018 | Sumber: Dokumentasi Hybrid

IGA 2018 hanyalah langkah awal

Indie Games Accelerator kini telah berakhir, dan seluruh peserta telah melalui upacara “wisuda” di kantor Google Asia Pacific di Singapura. Akan tetapi ini bukanlah akhir dari perjalanan mereka. Justru semua baru dimulai.

Satu hal yang mungkin terkesan sepele namun sebetulnya berpengaruh besar dari IGA 2018, adalah kesempatan para developer untuk menciptakan sebuah komunitas developer yang kuat. Pertemuan dengan sesama developer game indie dari berbagai negara, serta perkenalan dengan pakar industri game dari seluruh dunia, semuanya merupakan hal berharga yang akan membuka banyak opotunitas menarik di masa depan.

“Ada beberapa developer dari Vietnam yang sejak awal bootcamp selalu berkumpul untuk minum-minum setiap malam. Kini setelah program berakhir ternyata mereka membentuk asosiasi developer game di Vietnam,”kata Marcus Foon, Program Manager Google dalam bincang-bincang singkat dengan Hybrid. Kejadian tadi hanya salah satu contoh bagaimana IGA dapat memunculkan manfaat di luar bootcamp itu sendiri. Satu studio peserta lain bahkan berhasil menjalin kerja sama dengan publisher besar lewat acara ini. Para peserta IGA juga telah menjalin ikatan sendiri secara organik, misalnya lewat grup WhatsApp atau interaksi-interaksi lainnya.

Indie Games Accelerator 2018 - Booth
Pengunjung dapat mencoba game buatan peserta bootcamp | Sumber: Dokumentasi Hybrid

Bagi para developer senior, Google Indie Games Accelerator adalah kesempatan mereka untuk berkontribusi kembali ke dunia industri ini. Itulah salah satu sisi menariknya industri game, terutama game indie. Dengan pasar yang begitu besar, banyak developer bisa sama-sama sukses tanpa harus menganggap satu sama lain saingan. Mereka juga selalu terbuka untuk berbagi ilmu dengan developer lain, dan mereka ingin semua developer sukses bersama-sama.

“Ketika saya baru memulai dulu, saya sangat terbantu oleh para developer lain yang berkenan membagikan pengetahuan kepada saya. Sekarang saatnya saya melakukan hal yang sama untuk developer baru lainnya,” demikan ujar Kamina Vincent, salah satu mentor dari Mountain Games Studio.

Sepak Terjang Niji Game Studio dalam Menghadirkan Konten Kreatif di Platform Tizen

Kelahiran ekosistem Tizen Tanah Air dipicu oleh kehadiran Indonesia Next Apps 3.0 (INA 3.0) yang diselenggarakan oleh Samsung di tahun 2016 lalu. Kala itu, Samsung menantang para pengembang dan startup lokal untuk mengembangkan teknologi berbasis Tizen (smartphone, wearable device dan virtual reality device).

Setelah melalui developer meetup dan workshop di lima kota (Bogor, Bandung, Jakarta, Malang, Surabaya dan Yogyakarta) serta Tizen Developer Codenight, Samsung kemudian mendapatkan pemenang dari setiap kategori yang dilombakan.

Pemenang Kategori Tizen Apps dalam INA 3.0

Niji Game Studio melalui ‘Cute Munchies’, permainan puzzle dengan karakter imut, berhasil menjadi yang terbaik pada kategori Tizen Apps dalam INA 3.0 lalu. Niji Games Studio mencoba menghadirkan berbagai karakter lucu di dalam satu game. Dalam Cute Munchies, pemain akan mengendalikan hewan-hewan yang lucu dan imut yang sedang kelaparan dan berusaha mencari makanan favoritnya. Pemain akan mengarahkan para karakter tersebut menuju makanannya dalam game puzzle yang menarik.

 

Cute Munchies gameplay / YouTube
Cute Munchies gameplay / YouTube
Cute Munchies / Niji Games Studio
Cute Munchies / Niji Games Studio

Game Lokal Cita Rasa Internasional

Tak kalah dengan developer game mancanegara, developer game lokal juga dikenal piawai dalam urusan menciptakan game menarik. Niji Game Studio misalnya, developer game asal Yogyakarta ini unjuk gigi lewat game bertajuk Cute Munchies.

Setelah berhasil menjadi pemenang kategori Tizen Apps dalam INA 3.0, Niji Game Studio berhasil menjadi 11 finalis dalam acara Indie Prize Asia 2017 yang diselenggarakan bersamaan dengan acara Casual Connect Asia 2017. Niji Game Studio kembali memamerkan game Cute Munchies dalam gelaran tersebut.

Menghadirkan Konsep Game dengan berbagai Karakter Lucu dan Imut

Cute Munchies, game puzzle dengan karakter lucu dan imut, merupakan konsep sederhana yang dikemas dengan baik oleh Niji Game Studio. Pada game Cute Munchies, pemain akan mengendalikan berbagai karakter binatang yang imut, seperti kucing, kelinci dan banyak lagi. Walaupun game ini tampak mudah namun, pemain akan diuji kemampuan berpikirnya karena salah melangkah sedikit saja maka pemain harus mengulang kembali dari awal.

Ragam karakter disesuaikan dengan kebiasaannya, misalnya karakter kelinci yang suka makan wortel maka ia akan mengambil wortel, lalu penguin yang suka makan ikan maka ia mengambil buah ikan. Satu hal yang menarik pada game Cute Munchies adalah adanya mode permainan build level dimana pemain bisa bebas membuat level sendiri mirip dengan game Super Mario Maker.

Selain itu, ada mode permainan adventure serta online level yang dimana pemain bisa memainkan level yang dibuat oleh pemain lain. Secara keseluruhan game ini memiki tingkat kesulitan yang sedang namun, game ini sangat menyenangkan dan bisa dimainkan kapan saja.

Itu dia ulasan dingkat mengenai Niji Game Studio, pemenang kategori Tizen Apps dalam INA 3.0. Kamu juga memiliki peluang untuk bisa menjadi seperti Niji Game Studio melalui gelaran INA 4.0.

Ayo, daftarkan diri kamu ke Indonesia Next Apps 4.0 sekarang juga di www.indonesianextapps.com.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama Samsung dan DailySocial, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Indonesia Next Apps 4.0.

Cute Munchies, Game Puzzle dengan Karakter Imut

Cute Munchies merupakan game karya Niji Games. Studio game yang berbasis di Jakarta ini kembali meluncurkan game sederhana dengan mengangkat karakter yang imut. Sebelumnya, Niji Games telah merilis game dengan tema kucing yang berjudul Roll Kitty Roll.

Dalam game Cute Munchies, Niji Games mencoba menghadirkan berbagai karakter lucu di dalam satu game. Hewan lucu dan imut beragam yang ada di game sedang kelaparan dan berusaha mencari makanan favoritnya. Pemain akan mengarahkan para karakter tersebut menuju makanannya dalam game puzzle yang menarik.

unnamed-27

Cara bermainnya sangatlah mudah. Anda hanya perlu menavigasikan karakter yang dimainkan di dalam arena bermain. Dengan satu sapuan tangan, maka karakter akan berpindah posisi. Arah sapuan tangan menentukan arah gerak karakter yang dimainkan.

Ada banyak sekali level yang bisa dimainkan dalam game ini. Semakin tinggi levelnya, semakin menantang objektif permainannya. Anda diharuskan untuk mendapatkan objek makanan favorit dari para karakter lucu ini tanpa terkena rintangan yang ada. Yang menarik juga, Anda bisa mengoleksi berbagai karakter lucu yang hadir dalam game ini.

unnamed-29

Cute Munchies sudah tersedia di Google Play untuk diunduh. Bagi Anda yang senang dengan karakter game yang lucu atau yang senang dengan game jenis puzzle, Cute Munchies merupakan rekomendasi game yang tepat untuk Anda.

Application Information Will Show Up Here