Jet Commerce Peroleh Dana 900 Miliar Rupiah, Perkuat Solusi “Omnichannel Commerce”

Perusahaan e-commerce enabler “Jet Commerce” mengumumkan penyelesaian putaran pendanaan seri B lebih dari $60 juta (sekitar 900 miliar Rupiah). Pendanaan ini dipimpin sejumlah VC, yakni Jinqiu Capital, Hidden Hill Capital, dan Zhejiang SilkRoad Fund. Investor sebelumnya, seperti ATM Capital, Hui Capital, dan lainnya turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Founder & CEO Jet Commerce Group Oliver Yang mengatakan, tambahan dana ini akan digunakan untuk memperkuat infrastruktur ekosistem Jet Commerce, merekrut lebih banyak talenta lokal profesional, melakukan riset dan pengembangan teknologi, serta memperkuat kemampuan perusahaan dalam menginkubasi merek.

“Kami percaya pendanaan dan dukungan dari para investor ini dapat semakin meningkatkan kapabilitas Jet Commerce dalam membantu para mitra brand kami menangkap peluang dari pesatnya pertumbuhan pasar e-commerce di Asia Tenggara,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (30/8).

Chairman & Managing Partner Hidden Hill Capital Dongfang Hao turut menyampaikan terkait optimismenya terhadap potensi sektor e-commerce di pasar berkembang, seperti Asia Tenggara dan Amerika Latin.

“Kita dapat melihat dengan jelas bahwa seluruh pasar akan secara cepat beralih menuju online dan berfokus pada branding. Untuk itu, kami optimis layanan e-commerce menyeluruh seperti yang ditawarkan Jet Commerce akan semakin bernilai tinggi, terutama bagi brand yang ingin memenangkan pangsa pasar di emerging market,” kata Hao.

Perkembangan bisnis Jet Commerce

Perusahaan sendiri berdiri di Indonesia sejak 2017, terhitung telah ekspansi ke lima negara Asia lainnya, seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Tiongkok, dan Malaysia dalam lima tahun terakhir. Perusahaan mempekerjakan lebih dari 1.000 orang dengan 90%-nya merupakan talenta lokal di tiap negara.

Ekspansi akan terus berlanjut ke dua negara berikutnya, yaitu Brazil dan Singapura. Guna memperkuat bisnis regional, pada 2020 perusahaan membentuk grup perusahaan dan mendirikan kantor pusatnya di Hangzhou, Tiongkok. Berkat kehadiran Jet Commerce Group, kini perusahaan telah berhasil bermitra secara regional dengan beberapa brand kenamaan dunia seperti OPPO, Unicharm, DJI, Nivea, Shiseido, dan FOREO.

“Tiongkok merupakan pusat e-commerce dunia dengan teknologi dan pola belanja online masyarakatnya yang sudah jauh lebih matang. Dengan berpusat di Tiongkok, kami dapat memperluas jaringan dengan para pemimpin industri, dan belajar dari model bisnis mereka yang sudah terbukti kesuksesannya, untuk mendorong inovasi Jet Commerce selanjutnya,” tambah Oliver.

Selain memperluas jangkauannya ke negara lain, perusahaan juga memperkuat layanannya. Salah satunya menyediakan sistem omnichannel, berkat kerja sama dengan UPFOS, pada awal tahun ini. Dengan demikian, Jet Commerce mampu meningkatkan efisiensi pengelolaan operasional bisnis e-commerce mitra brand-nya. Tak hanya menyederhanakan kompleksitas dalam operasi e-commerce, perusahaan kini mampu menangani lebih dari 100 ribu pesanan per hari berkat kehadiran sistem tersebut.

Inovasi berikutnya adalah menghadirkan layanan live commerce melalui unit bisnis terbaru “Lumbalumba” sekaligus meresmikan pusat live streaming di Pluit, Jakarta. Pusat live streaming ini berisi 14 studio berfasilitas lengkap, seperti perangkat OBS (Open Broadcaster Software) untuk meningkatkan kualitas video, lightning set yang lengkap, dan berbagai peralatan lainnya.

Lumbalumba menyediakan layanan live commerce secara menyeluruh untuk mitra brand Jet Commerce Indonesia, mulai dari live streaming, talent management, termasuk menyediakan kreator konten atau influencer ternama, TikTok Shop Management, hingga content marketing.

Live commerce sendiri merupakan aktivitas perdagangan yang menyiarkan produknya secara digital melalui video dan terhubung langsung dengan konsumen secara daring, yang dinilai telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Dalam laporan terbaru Statista, tercatat terjadi peningkatan rata-rata pembelian melalui live streaming sebesar 76% di seluruh dunia, sejak awal pandemi hingga saat ini.

Persaingan omnichannel commerce

Sebagai catatan, pangsa pasar belanja online di Indonesia, menurut laporan e-Conomy SEA 2021 yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company, menunjukkan pertumbuhan kuat yang terjadi di semua sektor ekonomi digital di Indonesia. Ekonomi internet di Indonesia diprediksi mencapai $70 miliar dalam Gross Merchandise Value (GMV) pada 2021 dan diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi $146 miliar pada 2025.

Adapun, sektor e-commerce tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital. Alasannya, karena semakin banyak pedagang yang ingin bergabung ke platform e-commerce. Angkanya diprediksi mencapai $53 miliar pada 2021, naik 52% dari tahun sebelumnya, kemudian pada 2025 diprediksi akan naik menjadi $104 miliar, tumbuh 18%.

Karena demikian, lahan basah ini menjadi kesempatan bagi para pemain untuk terus menggarapnya. Kompetitor terdekat Jet Commerce, yakni SIRCLO juga turut aktif berinovasi agar proses belanja online dari brand ke konsumen semakin seamless. Perusahaan ini memiliki tiga fokus utama yang terbagi ke dalam pilar-pilar solusi, yakni Enterprise, Entrepreneur (UMKM), dan new retail. Masing-masing solusi menyesuaikan kebutuhan bisnis.

Diklaim perusahaan mencatatkan lebih dari 150 ribu brands dan lebih dari 500 ribu warung yang telah dilayani secara akumulatif; lebih dari 25 juta end-consumers telah terlayani; dan lebih dari 80 titik distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Salah satu turunan inovasi dari vertikal e-commerce yang mulai ramai dirambah adalah social commerce. Layanan ini relevan dengan kultur budaya orang Indonesia karena memberdayakan komunitas sosial dan online teknologi untuk meningkatkan pasar dengan upaya yang lebih rendah.

Model bisnisnya cukup membutuhkan seorang agen untuk membagikan tautan rujukan produk dan untuk mendapatkan impression dari orang-orang terdekat mereka melalui media sosial atau pertemuan tatap muka. Cara promosi seperti ini akan lebih native dan personal.

Mengutip dari laporan Research and Markets (2021), pangsa pasar bisnis social commerce diestimasi bakal menyentuh angka $8,6 miliar di 2022, tumbuh 55% per tahunnya. Pemain social commerce rata-rata masuk ke kota lapis dua dan tiga yang memiliki komunitas yang kuat dan literasi digital yang masih minim.

Catat Peningkatan Transaksi Selama Pandemi, Jet Commerce Galakkan Ekspansi Layanan

Implementasi pembatasan aktivitas tatap muka telah mengakselerasi nilai transaksi belanja online atau e-commerce. Penyedia layanan “e-commerce enabler” Jet Commerce mencatat kenaikan penjualan secara keseluruhan pada kuartal IV-2020. Hal ini turut mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan dan ekspansi ke pasar yang lebih luas.

Mengutip dari Kontan, disebutkan bahwa Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan nilai transaksi e-commerce pada 2021 akan tumbuh 33,2% menjadi Rp337 triliun, dari perkiraan nilai transaksi di 2020 yang sebesar Rp253 triliun.

Pada kuartal IV-2020, Jet Commerce mencatat nilai penjualannya secara keseluruhan meningkat sebanyak 36% dari kuartal sebelumnya, hal ini berbanding lurus dengan jumlah transaksi yang meningkat sebanyak 53% dari kuartal III, hingga mencapai lebih dari 750 ribu transaksi yang terjadi di berbagai platform marketplace dalam tiga bulan terakhir.

Peningkatan jumlah transaksi terbesar adalah pada kategori produk kesehatan dan kecantikan dengan kenaikan lebih dari 80%, dan nilai penjualan lebih dari 60%. Lalu, kenaikan signifikan juga terjadi pada jumlah transaksi produk elektronik yang mencapai 31% pada kuartal IV, dan peningkatan nilai penjualan sebanyak 35% dibanding kuartal sebelumnya. Selain itu, peningkatan pesat juga datang dari penjualan produk kebutuhan ibu dan anak juga produk-produk mainan anak dan makanan hewan peliharaan.

CEO Jet Commerce Indonesia Webber Chen menyampaikan, “Industri e-commerce tidak terpukul dengan pandemi dan resesi ekonomi yang terjadi, justru sebaliknya, industri ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam setahun belakangan. Jika diperhatikan, meningkatnya pengguna e-commerce saat ini turut mendorong para pelaku usaha, baik dari sektor UMKM maupun brand, untuk mengembangkan bisnisnya dengan memanfaatkan e-commerce sebagai kanal penjualan utamanya saat ini demi mencatatkan penjualan yang positif. Pola ini menjadi bukti bahwa e-commerce memainkan peranan penting dalam proses pemulihan ekonomi Indonesia.”

Meskipun e-commerce dianggap tidak terpengaruh oleh pandemi, bahkan menjadi saluran alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, banyak hal yang berubah karena pandemi ini. Misalnya, perilaku belanja konsumen yang berubah sejak pandemi terjadi, Jet Commerce mencatat nilai transaksi yang menurun, tetapi frekuensi belanja yang justru meningkat, karena saat ini lebih banyak orang yang membeli untuk kebutuhan sehari-hari.

“Kondisi ini tentunya membuat kita harus lebih memperhatikan pemantauan perubahan yang terus terjadi di saat yang tidak pasti seperti ini. Selain itu, kami juga harus memahami bahwa rantai produksi mitra kami juga dapat terganggu akibat pembatasan mobilitas yang diterapkan secara global,” tambah Founder & CEO Jet Commerce Oliver Yang.

Pihaknya mengaku telah memprediksi perubahan ini dari fase awal pandemi, dan mencoba beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi. Pandemi juga telah mempengaruhi operasional fulfillment center di Daan Mogot, yang masih harus beroperasi sejak awal pandemi hingga sekarang.

Selain Jet Commerce, saat ini sudah ada beberapa layanan e-commerce enabler yang juga memberikan layanan end-to-end kepada mitranya. Termasuk aCommerce, Sirclo, 8commerce, dan Anchanto.

Fokus di tahun 2021

Sejak pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 2018 dengan nama J&T Alibaba, bisnis Jet Commerce telah berkembang pesat di beberapa negara, sejalan dengan pesatnya perkembangan industri e-commerce secara global sejak pandemi. Dari total lebih dari 70 brand yang dikelola di 4 negara (Tiongkok, Filipina, Thailand, Vietnam), pada tahun 2020 Jet Commerce mencatat kenaikan nilai transaksi di China sebesar 200% dibandingkan tahun 2019, 700% di Thailand, 1500% di Filipina, dan 280% di Vietnam.

Sementara itu, jumlah transaksi pada 2020 meningkat 400% di Tiongkok dibandingkan 2019, 450% di Thailand, 1400% di Filipina, dan 350% di Vietnam.

Terkait fokus di tahun 2021, Oliver turut menyampaikan kepada DailySocial bahwa semua yang akan dilakukan di tahun 2021 adalah mengikuti tren e-commerce yang meningkat di Asia Tenggara dan Tiongkok, untuk mendukung efisiensi operasi mitra brand. Selain itu, perusahaan juga tengah mempersiapkan ekspansinya ke Malaysia.

Pandemi yang masih berlangsung dinilai akan mendorong penetrasi e-commerce yang semakin luas pada tahun ini, seperti yang terpapar dalam laporan Digital Market Outlook yang dipublikasikan Statista, menyebutkan bahwa pengguna e-commerce di Indonesia tahun ini diprediksi tumbuh 15% dari total 138 juta pengguna pada tahun 2020, atau mencapai 159 juta pengguna di tahun 2021. Sementara pendapatan industri ini diprediksi meningkat sebanyak 26% mencapai $38 juta, dari $30 juta pada tahun 2020 lalu.

Ketika disinggung mengenai layanan cross-border yang sempat menjadi bagian dari rencana tahun kemarin, pihaknya mengaku sangat ingin membantu pengusaha lokal mengekspor produknya ke luar negeri agar bisa memperluas jangkauan pasarnya. Namun, masih banyak yang harus dipersiapkan sebelum layanan ini bisa beroperasi dengan maksimal di tahun ini.

“2021 akan menjadi tahun yang menantang sekaligus menyenangkan bagi kami, karena kami berencana untuk mengoptimalkan efisiensi operasi bisnis kami dengan berbagai cara, melalui optimalisasi sistem TI kami, dan mengintegrasikan seluruh jaringan kami. Kami juga berencana meluncurkan beberapa inovasi terbaru tahun ini,” ujar Oliver.

Jet Commerce to Expand to China and the Philippines

The “e-commerce enabler” service provider, Jet Commerce announces the regional expansion to China and the Philippines, after officially launched in early 2019. In China, Jet Commerce arrived by making a strategic acquisition over Brand Top, while they entered the Philippines by opening a branch office in Taguig City.

The expansion includes in the company’s strategy to reach global partners, also to accelerate vision as the leading e-commerce enabler in Southeast Asia. In fact, it allows the e-commerce specialist to exchange best practice from each country.

In the official statement, the company is to focus on end-to-end e-commerce by combining Jet Commerce skills in online retail, multi-channel marketing, and fulfillment & operations using Brand Top capacity in digital marketing, big data management, and creative design.

Chad Zheng, as former CEO of Brand Top, is now appointed as Head of Jet Commerce for Operational in the region.

“Chad and China’s team has built a compelling business portfolio. The multiple skills and thorough insights into China’s market should guarantee our success as an official representative to handle brand assessment for online market,” Jet Commerce’s CEO, Oliver Yang said.

Jet Commerce’s Marketing Director, Agustina Putri Wijaya said separately to DailySocial on this expansion limit to support brand selling their products online in each market. It doesn’t restrict to cross-border solution in the future.

In fact, the company services available not only for top brands but also SMEs working on fulfillment solution exclude end-to-end solution. It would be very helpful for sellers to run the online business, including product receiving, storage management, packaging, delivery, and return process.

Agustina said, the solution only available in Indonesia. “Sellers will have access to the dashboard for collecting data related to order fulfillment in real-time on various platforms,” she added.

The company has been operating 100+ active official online stores in 13 e-commerce platforms in Asia. As much as 56 brands have formed a strategic partnership from various categories, including electronic product, health & beauty, mom&baby, household products, children’s play, and pet food.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Jet Commerce Perlebar Bisnis ke Tiongkok dan Filipina

Penyedia layanan “e-commerce enabler” Jet Commerce mengumumkan ekspansi regional ke Tiongkok dan Filipina, setelah resmi hadir di Vietnam dan Thailand pada awal 2019. Di Tiongkok, Jet Commerce masuk dengan mengakuisisi pemain sejenis Brand Top, sementara di Filipina dengan buka kantor baru di Taguig City.

Ekspansi ini termasuk salah satu strategi perusahaan untuk menjangkau mitra brand global, serta mempercepat visinya sebagai e-commerce enabler terdepan di Asia Tenggara. Tidak hanya itu, memungkinkan e-commerce spesialist Jet Commerce untuk saling bertukar best practice dari masing-masing negara.

Dalam keterangan resmi, di Tiongkok perusahaan akan fokus pada solusi end-to-end e-commerce, dengan menggabungkan keahlian Jet Commerce dalam hal ritel online, pemasaran multi-channel, dan fulfillment & operations dengan kekuatan Brand Top di digital marketing, big data management, dan desain kreatif.

Chad Zheng yang sebelumnya menjadi CEO Brand Top, kini memimpin Jet Commerce untuk operasional di negeri tirai bambu tersebut.

“Chad dan tim di Tiongkok telah membangun portofolio bisnis yang mengesankan. Keahlian yang mereka miliki, serta pemahaman mendalam terhadap pasar di Tiongkok akan memastikan keberlanjutan keberhasilan kami sebagai wakil resmi dalam menangani ketersediaan produk brand di pasar online,” terang CEO Jet Commerce Oliver Yang.

Secara terpisah kepada DailySocial, Marketing Director Jet Commerce Agustina Putri Wijaya menegaskan bahwa ekspansi ini baru sebatas membantu brand menjual produk mereka secara online di masing-masing market. Tidak menutup kemungkinan ke depannya bakal menghadirkan solusi cross border.

Sebenarnya, tidak hanya melayani brand besar, perusahaan juga melayani pelaku UKM dengan bentuk solusi fulfillment terpisah dari solusi end-to-end. Penjual akan terbantu dalam memikul pekerjaan yang melelahkan saat menjalani bisnis online, meliputi penerimaan produk, manajemen penyimpanan, pengemasan, pengiriman, hingga retur barang.

Agustina menyebut, solusi ini baru tersedia di Indonesia saja. “Penjual akan diberikan akses dashboard untuk menarik data terkait proses pemenuhan pesanan secara real time dari berbagai platform,” terangnya.

Perusahaan telah mengoperasikan lebih dari 100 official online store aktif di 13 platform e-commerce di Asia. Sebanyak 56 brand telah menjalin kemitraan strategis dari beragam kategori, meliputi produk elektronik, health & beauty, mom & baby, produk rumah tangga, mainan anak, dan pet food.

Pengembang Solusi “E-commerce Enabler” Jet Commerce Ekspansi ke Vietnam dan Thailand

Layanan e-commerce enabler Jet Commerce hari ini (27/2) mengumumkan ekspansi regional menyasar pangsa pasar Vietnam dan Thailand. Ekspansi internasional tahap pertama ini ditandai dengan pembukaan kantor dan warehouse di Ho Chi Minh City dan Bangkok.

Ekspansi ini dilakukan demi menangkap peluang pertumbuhan e-commerce yang terus melesat di pasar Asia Tenggara. Untuk memastikan penetrasi pasar berjalan dengan baik, Jet Commerce membentuk tim lokal untuk store operation, digital marketing, data analyst, designer, copywriter, customer service, hingga tim warehouse. Beberapa lainnya berasal dari Indonesia untuk mentransfer pengetahuan dan keahlian terkait proses bisnis Jet Commerce.

“Tim di Vietnam dan Thailand bekerja menghadirkan solusi dan layanan untuk mewujudkan transformasi bisnis mitra brand kami dari konvensional menuju online, serta membangun kemampuan-kemampuan lainnya yang dibutuhkan mitra brand demi meningkatkan kepuasan konsumen,” ujar CEO Jet Commerce Oliver Yang.

Jet Commerce pertama kali hadir di Indonesia tahun lalu dengan nama J&T Alibaba, kemudian rebranding dengan nama sekarang sejak September 2017 berbarengan dengan dimulainya produk baru, yakni e-commerce enabler. Jet Commerce membantu brand mengembangkan bisnis e-commerce mereka melalui solusi end-to-end yang mengutamakan pengalaman pelanggan.

Terkait pertumbuhan industri e-commerce, riset Google-Temasek dalam laporan e-Conomy SEA 2018 mencatat nilai bisnis e-commerce di Asia Tenggara pada 2018 diprediksi mencapai US$ 23,2 miliar. Adapun Vietnam berada di posisi ketiga senilai US$2,8 miliar dan Thailand di posisi kedua senilai US$ 3 miliar setelah Indonesia yang memimpin dengan nilai US$12,2 miliar.

Kendati pertumbuhan e-commerce di masing-masing negara menunjukkan performa yang positif, pelaku e-commerce terutama brand harus siap mengatasi sejumlah kendala yang kerap dialami konsumen saat berbelanja online. Hasil survei Vietnam e-Commerce and Digital Economy Agency pada 2018 menunjukkan sebanyak 77% konsumen di Vietnam menghadapi masalah pada kualitas produk yang diterima.

Hal ini seringkali terjadi terutama jika konsumen berbelanja online di luar official store brand. Berikutnya, sebanyak 32% mengaku mendapatkan pelayanan pelanggan yang buruk dan 63% menilai kredibilitas penjual sebagai daya tarik mereka saat berbelanja online.

Layanan “E-Commerce Enabler” Jet Commerce Umumkan Rencana Ekspansi ke Malaysia dan Filipina

Jet Commerce siap mengembangkan cakupannya ke dua negara baru, yakni Malaysia dan Filipina, pada tahun depan seiring mewujudkan ambisinya sebagai pemain “e-commerce enabler” terdepan di regional. Perusahaan telah mengoperasikan bisnisnya di Thailand dan Vietnam baru-baru ini. Sudah ada tim lokal yang ditempatkan di negara tersebut untuk mengembangkan bisnis.

CEO Jet Commerce Oliver Yang menuturkan, Thailand dan Vietnam merupakan dua negara yang pertama kali disambangi lantaran kedua negara tersebut memiliki kondisi yang mirip dengan Indonesia. Di samping itu, ada permintaan dari sisi mitra brand global yang menginginkan kehadiran perusahaan di negara tersebut.

“Jet Commerce ingin menjadi pemain terdepan di regional, sudah ada sejumlah rencana yang kami siapkan. Nanti di tiap negara akan menangani solusi ‘e-commerce enabler’ yang dihadapi brand untuk kepuasan konsumennya,” terangnya Oliver kepada DailySocial.

Meskipun demikian, Oliver enggan membeberkan investasi yang disiapkan untuk melancarkan seluruh strategi ekspansinya tersebut.

Jet Commerce pertama kali hadir di Indonesia tahun lalu dengan nama J&T Alibaba, kemudian rebranding dengan nama sekarang sejak September 2017 berbarengan dengan dimulainya produk baru, yakni e-commerce enabler. Jet Commerce mengawali bisnisnya sebagai mitra resmi Alibaba.com di Indonesia yang menghubungkan penjual lokal dengan pembeli internasional dari seluruh dunia.

Dalam model bisnis ini, Jet Commerce menggaet mitra UKM yang siap ekspor untuk memasarkan produknya lewat Alibaba.com. Mereka juga mengadakan workshop secara rutin untuk membantu UKM paham menggunakan platform Alibaba.com. Meskipun demikian, Jet Commerce tidak ikut berpartisipasi dalam kesepakatan pembelian karena sepenuhnya dilakukan di luar platform.

“Untuk produk ini, kami hanya mengedukasi mitra UKM agar paham menggunakan platform Alibaba.com karena umumnya ada keterbatasan penguasaan bahasa Inggris. Apabila ada deal dengan pembeli internasional kami tidak ikut campur karena Alibaba.com itu kan platform B2B sehingga prosesnya di luar platform.”

Terhitung kurang lebih ada 400 mitra UKM di seluruh Indonesia yang telah tergabung dalam platform B2B Alibaba.com.

Mirip dengan konsep Alibaba

Konsep e-commerce enabler ini, menurut Oliver, diinspirasi dari apa yang dilakukan Alibaba dalam membangun ekosistem di masing-masing unit bisnisnya. Salah satunya adalah Tmall, platform ritel e-commerce B2C. Dalam model bisnisnya, Tmall sebagai platform terbuka menyediakan infrastruktur untuk membantu brand mengoperasikan etalase toko digitalnya.

Brand dapat mendesain tata letak desain etalase yang diinginkan, integrasi sistem, pemasaran produk, layanan pra purna jual, manajemen inventaris dan pergudangan, sampai memproses pesanan yang masuk. Semua layanan tersebut sudah disediakan Tmall dan dibantu ekosistem Alibaba.

Oleh karena itu, Jet Commerce mantap untuk mengadopsi konsep e-commerce enabler sebagai pengembangan layanannya. Ditegaskan kembali bahwa antara Alibaba dengan Jet Commerce hanya sebatas pada mitra resmi, tidak ada penempatan saham sama sekali.

Diklaim pendekatan Jet Commerce berbeda dengan apa yang ditawarkan pemain lain yang kebanyakan fokus pada fulfilment dan warehousing. Perusahaan juga menawarkan solusi front-in untuk para brand, mulai dari strategi pemasaran digital, mengelola akun official store di berbagai platform marketplace, dan lainnya yang bermuara pada cara menjaga kepuasan konsumen.

Ada tim dedicated yang disiapkan Jet Commerce untuk melayani tiap brand, apa saja kebutuhan mereka dan inisiatif seperti apa yang perlu dilakukan.

Produk tiap brand disimpan di warehouse Jet Commerce yang berlokasi di Daan Mogot, Jakarta Barat, seluas empat ribu meter persegi. Pengiriman last mile dilakukan mitra logistik yang dipilih konsumen.

Disebutkan Jet Commerce telah bermitra dengan 20 brand global, seperti Mattel, Shiseido, MamiPoko, Oppo, Mustika Ratu, Colgate, dan sebagainya. Oliver menargetkan setidaknya ada tambahan 20 brand global yang bermitra dengan perusahaan.

Untuk mendukung rencana tersebut, pihaknya sedang mempersiapkan tambahan gudang yang siap ditempatkan di sekitar Jawa demi mendukung efisiensi ongkos pengiriman ke tempat tujuan.

“Indonesia butuh lebih banyak pemain ‘e-commerce enabler‘. Di Cina saja ada sekitar 1000 pemain dengan menawarkan berbagai solusi. Di Indonesia, kami ingin menjadi pemain yang fokus pada kepuasan konsumen. Orang Indonesia itu mudah percaya dan itu yang ingin kembangkan dengan packaging dan pelayanan lebih menarik buat mereka,” pungkasnya.

Alibaba dan J&T Express Resmikan “J&T Alibaba”, Beri Akses Pemasaran Global untuk UKM Lokal

Alibaba dan J&T Ekspress mengumumkan peresmian J&T Alibaba, perusahaan dengan entitas baru yang dibentuk khusus menyasar segmentasi B2B. Perusahaan ini menjadi mitra resmi sekaligus perwakilan kantor Alibaba di Indonesia, dengan semangat ingin mendorong perekonomian Indonesia lewat sektor UKM untuk menembus pasar internasional melalui platform e-commerce.

J&T Alibaba menyediakan jasa konsultasi bisnis e-commerce langsung dari pakar, edukasi mengenai strategi pemasaran dan ekspor, serta akses langsung ke kumpulan pembeli potensial dari seluruh dunia lewat jaringan Alibaba.

“J&T Alibaba resmi berdiri sebagai mitra bisnis Alibaba di Indonesia, bukan sebagai mitra logistik. Kami berkomitmen untuk memajukan perekonomian Indonesia dengan mendorong sektor UKM dan memperkenalkan produk mereka pada pasar internasional,” terang Direktur J&T Alibaba Oliver Yang, Selasa (9/5).

General Manager of Oversea B2B of Alibaba Group Jack Zhang menambahkan, “Alasan kami menggandeng J&T Express karena mereka memiliki 1.200 jaringan tersebar di seluruh Indonesia. Kami harap sinergi solid ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada ekonomi Indonesia.”

Dalam model bisnisnya, J&T Alibaba menyediakan dua fasilitas keanggotaan bagi pelaku UKM, yakni International Free Member (IFM) dan Global Gold Supplier (GGS). Kedua keanggotaan ini memiliki fasilitas yang berbeda-beda.

Menurut Marketing Manager J&T Alibaba Agustina Putri Wijaya, keanggotaan ini menjadi syarat utama yang bisa dimanfaatkan pengusaha UKM sebelum mengakses platform Alibaba.

Di kondisi sebelumnya, ketika pengusaha ingin berjualan di Alibaba mereka harus berhubungan langsung dengan pihak Alibaba di Tiongkok. Hal ini tentu saja sangat rumit dan membuat minat pengusaha untuk melakukan ekspor juga terhambat.

“Sekarang dengan adanya J&T Alibaba, pengusaha bisa langsung mendaftar jadi anggota dan berjualan di Alibaba. Selain itu, berpotensi mendapat pelanggan baru di Alibaba yang berasal dari negara lain,” kata Agustina.

Saat ini ada 26 cabang J&T Alibaba yang bisa dipergunakan untuk menjangkau pengusaha lokal, di antaranya ada di Aceh, Bali, Balikpapan, Manado, kota-kota di Pulau Jawa, dan beberapa kota lainnya. Ditargetkan pada tahun ini dapat bertambah jadi 50 titik.

Diklaim saat ini Alibaba telah melayani sektor pelanggan B2B di lebih dari 190 negara dan 40 industri, dengan 160 juta pembeli.