Samsung Mulai Perakitan Ponsel di Pabrik Cikarang

Samsung Electronic Co. dikabarkan telah mulai melakukan perakitan produk smartphone di sebuah pabrik yang terletak di Cikarang, Jawa Barat. Pabrik tersebut ditargetkan mampu merakit 1,5 juta handset setiap bulannya. Mereka juga disebutkan mulai memproduksi smartphone berkapabilitas 4G/LTE per bulan ini.

Perakitan produk yang dilakukan di Indonesia ini dinilai juga menjadi bagian dari respon terhadap peraturan pemerintah Indonesia untuk menjaga produksi ponel lokal. Kendati demikian, sumber resmi dari Samsung masih enggan untuk berkomentar lebih lanjut terkait dengan langkah ekspansi pabrik perakitan ini.

Hal utama yang diyakini dengan adanya pabrik perakitan handset di Indonesia ialah akan memberikan dampak pada penekanan harga jual, sehingga bisa lebih murah. Sumber yang sama turut mengabarkan bahwa pabrik di Cikarang tersebut juga akan memproduksi smartphone yang sudah mendukung 4G/LTE, yang akan mulai dipasarkan bulan ini juga di Indonesia.

Selama ini Samsung melakukan perakitan produk ponselnya di Korea Selatan (sebagai pabrik utama), di Tiongkok, dan Vietnam. Dari laporan IDC, per tahun 2014 sebanyak lebih dari 300 juta smartphone Samsung ludes terjual secara global.

Indonesia memang harus diprioritaskan oleh Samsung, karena handset Samsung masih menjadi pemimpin di pasar smartphone negeri ini. IDC melaporkan bahwa pangsa pasar produk Samsung di Indonesia meraup 30 persen dari total keseluruhan pada kuartal pertama tahun 2015. Angka tersebut mengalami penurunan jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai 38 persen.

Sejak bulan Agustus tahun lalu, Samsung sudah memberikan sinyal akan didirikannya sebuah pabrik produksi smartphone di Indonesia, seiring dengan meningkatnya permintaan. Saat itu juga pemerintah Indonesia menyarankan wilayah Cikarang dijadikan sebagai basis produksi, berjajar dengan pabrik-pabrik elektronik lainnya.

Pemerintah Indonesia sendiri sebenarnya juga sudah lama mendambakan industri elektronik sebesar Samsung untuk dapat bersinggah di Tanah Air, dengan alasan untuk peningkatan lapangan kerja serta untuk memberikan efisiensi terkait dengan kebijakan strategis impor barang.

Pada tahun 2012 lalu, pemerintah Indonesia resmi mengeluarkan peraturan yang mengharuskan importir ponsel untuk mendirikan minimal pabrik perakitan di dalam negeri. Pemerintah memberikan tenggang waktu hingga tahun 2015 bagi para produsen ponsel untuk mengikuti aturan tersebut. Selain Samsung, sejumlah pembuat ponsel macam Oppo, Haier, dan beberapa vendor lokal sudah mendirikan fasilitas pembuatan atau perakitan ponsel untuk memenuhi syarat pemerintah tersebut.

Pada bulan September 2014 lalu, pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengharuskan semua perangkat 4G yang akan dijual di Indonesia untuk menyertakan setidaknya 30% konten lokal dan bahkan wacana tahun ini bakal ditingkatkan hingga 40%.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Randi Eka Yonida. 

Kurangi Volume Impor, Huawei Rakit Ponsel di Tanah Air

Ilustrasi Pabrik Perakitan / Shutterstock

Menghindari pencabutan izin impor berdasarkan ketentuan pemerintah RI, vendor smartphone Huawei memutuskan untuk merakit smartphone mereka di Tanah Air dengan menggandeng PT Panggung Elektronik sebagai mitranya. Langkah ini agak berbeda ketimbang kompetitor mereka, seperti Asiafone, Polytron, Evercoss, Oppo, ZTE, dan Haier, yang telah membangun pabrik sendiri.

Continue reading Kurangi Volume Impor, Huawei Rakit Ponsel di Tanah Air

Asiafone Investasikan 100 Miliar Rupiah untuk Bangun Pabrik Ponsel di Jakarta Utara

Sepanjang tahun 2014 kemarin para vendor smartphone beramai-ramai mendirikan pabrik di Indonesia, termasuk vendor lokal seperti Polytron dan Evercoss. Kini Asiafone mengikuti jejak dua pendahulunya memindahkan produksi dari luar negeri ke Indonesia dengan membangun pabrik perakitan ponselnya di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Untuk membangun pabrik diatas tanah seluas 3500 meter persegi di kawasan tersebut, Asiafone menginvestasikan dananya sebesar Rp 100 Milyar.

Asiafone menghabiskan waktu satu tahun lebih untuk menyiapkan pabrik hingga siap beroperasi di tahun ini. Menurut Presiden Direktur Asiafone Herman Zhou, pihaknya melakukan alih transfer teknologi dari pabrikan yang ada di Cina ke Indonesia. Belum tersedianya komponen yang menjadi pendukung di Indonesia menjadi salah satu alasannya, sehingga hampir semua komponen masih didatangkan dari luar negeri.

Seperti dikutip dari JagatReview, Herman Zhou mengatakan, “Proses alih transfer teknologi,  membutuhkan waktu yang cukup panjang, karena kita harus menyiapkan semuanya dari nol.”

Pabrik yang terletak di kawasan Pluit tersebut akan terintegrasi dengan Head Office Asiafone untuk memudahkan pihak Asiafone dalam proses pengawasan, manajemen dan penjualan produk-produknya ke seluruh Indonesia. Di samping itu Asiafone juga akan menyiapkan dua line yang mampu memproduksi ponsel hingga 100.000 unit setiap bulan. Nantinya kapasitas produksi tersebut akan terus ditingkatkan seiring dengan permintaan pasar.

Asiafone berharap dengan berdirinya pabrik mereka di Indonesia industri komponen yang mendukung produksi ponsel seperti chip, layar, baut, mur,casing, dan sebagainya juga akan ikut berkembang. Bagi Asiafone sendiri, pabrik ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan produk dari luar negeri sehingga dapat menghemat biaya produksi mereka.

Langkah yang diambil oleh Asiafone untuk mendirikan pabrik juga sejalan dengan program pemerintah yang mendorong para pelaku industri untuk membangun produksinya di dalam negeri. Selain itu langkah ini juga bisa dikatakan sebagai ancang-ancang Asiafone karena beberapa waktu yang lalu tiga kementerian telah sepakat untuk memperketat regulasi tentang perangkat bergerak, terutama yang mendukung 4G/LTE. Regulasi tersebut menyebutkan bahwa perangkat 4G/LTE harus sudah memiliki kandungan lokal sebesar 40% per tanggal 1 Januari 2017.

“Harapan kita kepada pemerintah adalah bagaimana menyediakan ekosistem industri nasional, sehingga pelan-pelan bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor,” pungkas Herman.

[Gambar header: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

Pabrik OPPO Indonesia Ditargetkan Beroperasi Penuh Mulai April 2015

Investasi besar yang digelontorkan OPPO  untuk membangun pabrik di Indonesia akhirnya direalisasikan pada Sabtu (20/12) lalu. OPPO telah melaksanakan prosesi ground breaking renovasi pabrik seluas 27.000 meter persegi di Tangerang, Banten. Pabrik ini merupakan pabrik OPPO yang pertama di luar negara asalnya, Tiongkok.

Pabrik yang dibangun di lahan seluas 27 ribu meter persegi tersebut adalah hasil dari investasi yang ditanamkan sebesar $30 juta atau sekitar Rp 374 miliar. Dana investasi tersebut digunakan untuk membeli bangunan bekas pabrik salah satu brand olahraga besar yang sudah tutup dan merenovasinya menjadi pabrik OPPO. Pabrik ini diharapkan dapat memiliki kapasitas produksi 500.000 unit smartphone per bulan.

Sebenanarnya OPPO Global sendiri telah lama merencanakan untuk membangun pabrik di Indonesia. Keputusan yang diambil OPPO untuk membangun pabriknya bukanlah semata-mata untuk mengikuti tren membangun pabrik di Indonesia yang santer terdengar. Penetrasi OPPO sudah mulai menuai hasil  positif di Indonesia dengan meraih 6% pasar.

CEO PT. Indonesia OPPO Electronics Jet Lee mengungkapkan bahwa alasan lain OPPO investasi untuk membangun pabrik di Indonesia adalah antusiasme dari masyarakat Indonesia akan smartphone, OPPO khususnya, yang terus meningkat. Lebih lanjut Lee juga menjelaskan bahwa produksi smartphone akan memiliki standar dan kualitas yang tinggi dengan mengikuti prosedur pengendalian mutu yang ketat untuk memastikan setiap produk OPPO lulus uji quality control (QC) sebelum didistribusikan.

“Kami sangat bangga atas terlaksananya prosesi yang menandakan awal proses renovasi bangunan ini. Renovasi pabrik merupakan wujud komitmen dan keseriusan kami dalam berinvestasi di Indonesia,” ujar Jet lee.

Proses renovasi pabrik diperkirakan akan memakan waktu selama 4 bulan dan jika tidak meleset pabrik smartphone OPPO di Indonesia akan mulai beroperasi penuh pada April 2015. Di samping itu, pihak OPPO juga akan mempersiapkan beberapa bangunan seperti gudang penyimpanan dan lini produksi dalam kawasan pabrik sebagai pendukung.

Selain investasi di bidang infrastruktur, pihak OPPO juga berinvestasi sebesar 300 juta Rupiah untuk membantu berkembangnya startup Indonesia dalam program bertajuk “OPPO Initiator – Ideas, Rolling, Action!” sebagai bentuk tanggung jawab sosial mereka.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

Polytron Bangun Pabrik Smartphone di Kudus

Persaingan pasar ponsel lokal untuk “melokalisasi” produknya kian memanas. Setelah merek lokal Evercoss yang terlebih dahulu membangun pabrik untuk produksi mandiri, Polytron kini mengikuti jejaknya. PT. Hartono Istana Teknologi selaku produsen Polytron berencana tahun ini memproduksi smartphone di pabriknya yang didirikan di Kudus.

Direktur Jendral Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi, seperti dikutip Tempo, mengatakan, “Akhir Desember lalu (Polytron) sudah melakukan trial production. Intinya industrialisasi handphone di Tanah Air jalan terus. Mereka akan produksi smartphone.”

Pabrik ini sebenarnya sudah memproduksi produk elektronik seperti Video dan Audio. Namun sejak awal 2014 telah mulai memproduksi Feature Phone di pabrik yang sama. Seperti dikutip dari SindoNews, Public Relations dan Marketing Event Manager Polytron Santo Kadarusman menyatakan di lahan seluas 130.000 meter persegi tersebut Polytron menargetkan untuk dapat memproduksi 2,4 juta unit per tahun.

Santo mengakui sebagai pemain baru pangsa pasar ponsel Polytron di Indonesia masih belum begitu besar. Seiring dengan pertumbuhansmartphone kini 60% produksi ponsel Polytron di dominasi oleh smartphoneAndroid, sementara 40% lainnya masih di segmen feature phone. Pihaknya menargetkan di tahun 2015 pertumbuhannya mampu melonjak tajam.

Saat ini produk unggulan Polytron di pasaran adalah Polytron W9500 dan Polytron Crystal 4 yang masih diproduksi di Tiongkok dan masuk di segmen smartphone yang ditawarkan di kisaran harga Rp 2 juta.

“Saat ini Polytron masih fokus pada penetrasi pasar terlebih dahulu sembari edukasi produk ponsel Polytron ini ke masyarakat. Hal ini dilakukan karena selama ini masyarakat lebih mengenal Polytron pada produk elektroniknya saja. Padahal kami sudah punya handphone juga,” tegas Santo lebih lanjut.

Masih dari sumber yang sama, Santo mengklaim bahwa ponsel Polytron merupakan ponsel bikinan lokal dan satu-satunya merek asli Indonesia. Adapun bahan baku produksi, sesuai aturan dari pemerintah sebagai produk lokal, hampir 55% komponen produksi berasal dari dalam negeri. Jika permintaan pasar makin tinggi, Polytron akan terus meningkatkan produksinya, apalagi lini produksi ponsel masih bisa dioptimalkan hingga 100.000 unit per lini.

[Ilustrasi: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

Polytron Bangun Pabrik Smartphone di Kudus

ilustrasi pabrik

Persaingan pasar ponsel lokal untuk “melokalisasi” produknya kian memanas. Setelah merek lokal Evercoss yang terlebih dahulu membangun pabrik untuk produksi mandiri, Polytron kini mengikuti jejaknya. PT. Hartono Istana Teknologi selaku produsen Polytron berencana tahun ini memproduksi smartphone di pabriknya yang didirikan di Kudus.

Continue reading Polytron Bangun Pabrik Smartphone di Kudus

Oppo Bangun Pabrik di Indonesia Berkapasitas Produksi 500 Ribu Perangkat Per Bulan

Menyusul pemberitaan telah dibangunnya pabrik smartphone ZTE pada bulan lalu, Oppo dikabarkan tengah membangun pabrik smartphone mereka yang akan mulai beroperasi sekitar bulan Maret tahun depan. Targetnya pabrik ini bakal menghasilkan 500 ribu perangkat smartphone per bulan, yang hanya ditujukan untuk pasar Indonesia.

Keputusan Oppo membangun pabrik ponsel di sini menambah panjang daftar vendor smartphone yang melakukan ekspansinya dengan membangun pabrik guna mendongkrak penjualan di ranah lokal. Sebelumnya, Samsung, Haier, dan Evercoss telah lebih dulu melakukan hal serupa.

Berdasarkan laporan Kompas hari ini (30/10), CEO PT Indonesia Oppo Electronic Jet Lee menyebutkan pembangunan pabrik mereka telah berjalan di Tangerang dan akan siap mengoperasikan perancangan 500 ribu perangkat setiap bulannya mulai Maret 2015.

“Kapasitas pabrik itu akan mencapai 500.000 perangkat per bulan. Pabrik ini dibuat untuk memenuhi pasar Indonesia saja,” ujar Jet Lee mengutip pemberitaan dari Kompas.

Keputusan ini bukanlah semata-mata demi mengikuti tren membangun pabrik di Indonesia. Faktanya penetrasi Oppo di Indonesia sejak tahun 2012 menuai respon positif di tengah masyarakat. Berdasarkan informasi internal, Oppo berhasil meraup 6% pasar Indonesia dengan total 200 ribu unit per bulan, meskipun tidak menjabarkan lebih detil tipe perangkat Oppo mana yang mendominasi penjualan.

Ini merupakan salah satu dampak positif pemerintahan baru setelah bulan April lalu pihak Oppo mengabarkan niat untuk membangun pabrik di tanah air dan menunggu kepastian dari regulator di Indonesia.

Untuk merealisasikan proyek ini Oppo rela merogoh kocek yang cukup dalam. Tidak tanggung-tanggung, sebesar $30 Juta atau senilai Rp 364 Miliar siap dikucurkan sebagai bentuk komitmen mereka terhadap pasar Indonesia yang menjanjikan.

Saat ini mereka telah mempekerjakan sekurangnya 5000 karyawan lokal dan jumlah tersebut akan melonjak ketika pabrik mereka selesai dibangun. Menyediakan lapangan kerja yang besar merupakan salah satu tujuan Oppo membangun pabriknya di Indonesia.

Setelah Oppo, kemungkinan besar skema pendirian pabrik akan diikuti oleh vendor-vendor smartphone lain. Berdasarkan survey GfK, pertumbuhan dari penjualan smartphone dan phablet di wilayah Asia Tenggara, terutama di Indonesia menunjukkan statistik yang sangat baik. Untuk menjangkau pasar di kawasan ini, pembuatan pabrik akan mengurangi biaya produksi secara jangka panjang.

[Ilustrasi: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga. 

Oppo Bangun Pabrik di Indonesia Berkapasitas Produksi 500 Ribu Perangkat Per Bulan

Menyusul pemberitaan telah dibangunnya pabrik smartphone ZTE pada bulan lalu, Oppo dikabarkan tengah membangun pabrik smartphone mereka yang akan mulai beroperasi sekitar bulan Maret tahun depan. Targetnya pabrik ini bakal menghasilkan 500 ribu perangkat smartphone per bulan, yang hanya ditujukan untuk pasar Indonesia.

Continue reading Oppo Bangun Pabrik di Indonesia Berkapasitas Produksi 500 Ribu Perangkat Per Bulan

ZTE Akan Bangun Pabrik Produksi Smartphone di Indonesia

Rencana ekspansi beberapa vendor smartphone ke Indonesia masih terus berlanjut. Kini diberitakan bahwa ZTE bersiap membangun pabrik mereka di Jakarta sebagai pusat produksi di Asia Tenggara dan diharapkan bisa beroperasi per akhir tahun ini.

Continue reading ZTE Akan Bangun Pabrik Produksi Smartphone di Indonesia

Pabrik Smartphone Haier Di Indonesia Segera Produksi 200 Ribu Smartphone Setiap Bulannya

Setelah sukses memasarkan 12 juta unit smartphone sepanjang tahun 2013, vendor perangkat elektronik asal negeri Tiongkok, Haier, kini siap mengoperasikan pabrik baru mereka di Indonesia dalam rangka memenuhi pasar mereka di wilayah Asia Tenggara. Menurut Liputan6, Haier mengincar peningkatan yang signifikan produksi smartphone mereka setelah membangun pabrik yang akan berdiri di Cikarang dan beroperasi mulai akhir tahun.

Continue reading Pabrik Smartphone Haier Di Indonesia Segera Produksi 200 Ribu Smartphone Setiap Bulannya