Panasonic Pamerkan VR Headset Berwujud Seperti Kacamata Biasa

VR headset tidak selamanya harus berwujud seperti sekarang. Di CES 2020, Panasonic mendemonstrasikan bahwa VR headset juga bisa lebih menyerupai kacamata biasa ketimbang ski goggles.

Seperti yang bisa kita lihat, bentuk prototipe VR glasses bikinan Panasonic ini mirip kacamata bergaya aviator, lengkap dengan sentuhan desain steampunk yang membuatnya pantas menjadi salah satu properti film Sherlock Holmes. Namun yang Panasonic kejar bukan cuma menyangkut nilai estetika saja, melainkan juga aspek kenyamanan dan fungsionalitas.

Di saat mayoritas VR headset mengandalkan strap yang mengikat kepala, perangkat ini cukup dipakai layaknya kacamata tradisional. Namun yang mungkin menjadi pertanyaan adalah, bagaimana kualitas display-nya? Apakah bentuk yang tidak umum ini bisa berpengaruh buruk pada visual yang ditampilkan?

Panasonic VR glasses

Nyatanya tidak demikian. Perangkat ini mengandalkan panel micro OLED beresolusi UHD (3840 x 2160 pixel) hasil kerja sama antara Panasonic dan Kopin. Berkat resolusi yang amat tinggi, efek screen door yang selama ini umum menjangkiti VR headset pun dapat dieliminasi. Lebih lanjut, display-nya juga siap menampilkan konten dalam format HDR yang kaya warna.

Meski terdengar mengesankan, display-nya bukanlah tanpa kekurangan. The Verge yang sempat mencobanya langsung melaporkan bahwa viewing angle-nya lebih sempit ketimbang VR headset tradisional. Juga belum sempurna adalah distribusi beratnya, sehingga perangkat mudah melorot ke arah hidung.

Panasonic VR glasses

Dalam merancang VR glasses ini, Panasonic tak lupa membubuhkan teknologi unggulan dari sejumlah produknya. Di sektor audio, ada desain akustik yang selama ini diterapkan pada lini earphone Technics. Desain optik yang digunakan pada lini kamera Lumix, tidak ketinggalan juga teknologi signal processing milik TV dan Blu-ray player Panasonic, turut berkontribusi melahirkan perangkat ini.

Pertanyaan yang terakhir, kapan perangkat ini berlanjut ke produksi massal? Panasonic enggan menjawabnya, namun kecil kemungkinan Panasonic bakal memproduksinya sebagai perangkat yang bisa dibeli konsumen umum. Mereka lebih tertarik mengeksplorasi pengaplikasiannya dalam konteks komersial, semisal pada Olimpiade Tokyo di pertengahan tahun nanti.

Sumber: The Verge dan Panasonic.

[Hands-on] Lumix S Series, Kamera Mirrorless Full Frame Pertama Panasonic

Mengusung tagline ‘Full Frame without compromise’, Panasonic memang tidak terlihat setengah-setengah dalam mengembangkan Lumix S series. Mereka ingin melampui pencapaiannya sendiri pada sistem Micro Four Thirds, salah satunya membawa kemampuan video recording 4K 60/50p yang ada pada Lumix GH5 dan GH5S.

Sebelumnya tidak ada kamera mirrorless dengan sensor berukuran full frame yang mampu melakukannya. Baik Sony dengan A7 III, A7R III, dan A7S II, Canon dengan EOS R dan EOS RP, serta Nikon dengan Z 6 dan Z 7 – mereka masih menawarkan video recording 4K sebatas 30/25p.

Menyasar Segmen Berbeda

Panasonic-Umumkan-Lumix-S1-dan-S1R
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Apa yang kalian suka dari jajaran mirrorless Micro Four Thirds Lumix? Satu diantaranya pastinya pilihan body kamera dan ukuran lensa-lensanya yang super ringkas. Esensi tersebut tidak berlaku pada Lumix S series, karena seri ini menyasar segmen atas dan ditujukan untuk para fotografer/videografer profesional.

Sensor Full Frame berukuran jauh lebih besar dari Micro Four Thirds dan kemampuan video recording 4K 60p akan membuat prosesor bekerja sangat keras, ruang lebih luas adalah satu-satunya cara agar kamera tidak overheat. Demi mengoptimalkan potensi penuh dari Full Frame, lensa-lensanya pun dibuat dengan diemeter lebih besar.

Panasonic-Umumkan-Lumix-S1-dan-S1R
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Tak seperti Nikon Z dan Canon EOS R, Lumix S series tidak menggunakan dudukan lensa (mount) baru melainkan L-mount besutan Leica yang memiliki diameter mount 51.6mm. Artinya, pengguna dapat menggunakan lensa besutan Leica.

Walau begitu, Panasonic tetap mengembangkan lensa L-mount buatannya sendiri, tiga sudah tersedia dan yang lainnya akan menyusul. Demi semakin memperluas ekosistem lensa yang ditawarkan, Panasonic dan Leica juga telah menggandeng Sigma dalam aliansi Full Frame ini untuk ikut memproduksi lensa L-mount.

Panasonic-Umumkan-Lumix-S1-dan-S1R
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Panasonic tidak meninggalkan sistem Micro Four Thirds dan akan tetap mengembangkan kamera dan lensa baru yang ditujukan untuk para pemula hingga advance di segmen bawah sampai atas. Mereka juga akan segera membawa Lumix G95 ke Indonesia yang bakal langsung bersaing dengan mirrorless sekelasnya yakni Sony A6400 dan Fujifilm X-T30.

Hands-on Lumix S1 Series

Panasonic-Umumkan-Lumix-S1-dan-S1R
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Hadir dengan dimensi 149x110x97 mm dan bobot 899 gram (body only termasuk baterai), ukuran Panasonic Lumix S1 dan S1R memang bongsor dan cukup berat. Kalau dipasang dengan lensa Lumix S 24-105 mm F4 Macro O.I.S., bobotnya pun bertambah 680 gram dan totalnya 1.5 kg lebih 70 gram.

Dua lensa dari Panasonic lainnya adalah lensa fix Lumix S Pro 50 mm F1.4 dengan bobot 955 gram. Satu lagi merupakan lensa zoom telephoto Lumix S Pro 70-200 mm F4 O.I.S. dengan berat 985 gram.

Panasonic-Umumkan-Lumix-S1-dan-S1R
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Dalam genggaman tangan saya, Lumix S1 maupun S1R terasa sangat solid – desain dan layout kelengkapan atributnya sama. Kontrol fisiknya sangat lengkap yang siap memenuhi kebutuhan pengguna secara cekatan, di dekat tombol rana terdapat tombol khusus untuk mengatur white balance, ISO, dan exposure compensation. Ada juga panel yang menampilkan sejumlah parameter kamera.

Kedua kamera dilengkapi layar sentuh yang dapat dimiringkan pada tiga poros (atas, bawah dan samping), tidak lagi menggunakan mekanisme fully-articulated. Slot SD card-nya ada dua, satu untuk SD card biasa dan satu untuk XQD card.

Bobotnya yang lumayan berat, tapi dengan sensor besar ditambah IBIS atau in-body image stabilization 5-axis dan di lensa. Artinya, kita bisa menekan ISO di angka kecil menggunakan shutter speed lebih rendah untuk mendapatkan foto berkualitas di kondisi minim cahaya.

Spesifikasi Lumix S1 dan S1R

Kedua kamera ini sangat mumpuni untuk foto dan video. Namun Lumix S1R dengan resolusi mencapai 47 MP memang lebih still-oriented dan punya mode high resolution yang menawarkan resolusi sampai 187 MP.

Sementara, Lumix S1 dengan resolusi 24 MP justru menawarkan kemampuan video lebih baik. Kamera ini mampu merekam video 4K pada 60/50p dan 4K 30/25p dalam full-pixel readout of signal.

Lumix S1 juga mampu merekam 4K 30/25p 4:2:2 10 bit internal video recording dan 4K 60/50p 4:2:2 10 bit melalui HDMI output. Nantinya juga didukung V-Log dengan software update key berbayar pada tahun 2019 ini.

Harga dan Ketersediaan

Panasonic-Umumkan-Lumix-S1-dan-S1R
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Rencananya Lumix S series ini akan tersedia pada bulan Mei 2019. Saat ini Anda bisa membelinya secara pre-order yang telah berlangsung dari tanggal 23-30 April di situs e-commerce Blibli. Berikut daftar harganya:

  • Panasonic Lumix S1R Kit 24-105mm F4 (DC-S1RMGC-K) Rp69.990.000
  • Panasonic Lumix S1R Body Only (DC-S1RGC-K) Rp55.990.000
  • Panasonic Lumix S1 Kit 24-105mm F4 (DC-S1MGC-K) Rp51.990.000
  • Panasonic Lumix S1 Body Only (DC-S1GC-K) Rp37.990.000
  • Lensa Lumix S 24-105mm F4 Macro O.I.S. Rp19.990.000
  • Lensa Lumix S Pro 70-200 mm F4 O.I.S. Rp25.990.000
  • Lensa Lumix S Pro 50 mm F1.4 Rp39.490.000

Seperti kamera mirrorless generasi sekarang, harga Lumix S series juga mahal karena memang ditujukan untuk profesional dan merupakan alat produksi. Berkat L-Mount Alliance dengan Leica dan Sigma, perkembangan ekosistem lensanya harusnya lebih cepat.

Bagaimana dengan para kompetitornya? Saya melihat Canon dengan sistem EOS R masih terkesan menahan diri untuk melindungi lini DSLR mereka dan Nikon Z sejauh ini masih sangat hati-hati. Sony sebagai pemimpin pasar mirrorless Full Frame sudah cukup matang dengan ekosistem lensa yang kuat. Namun Sony tidak boleh lengah jika tidak ingin pangsa pasarnya dicuri.

Panasonic Umumkan Lumix G95, Siap Hadapi Sony A6400 dan Fujifilm X-T30

Panasonic telah meluncurkan penerus Lumix G85 yang dirilis sejak tahun 2016, yakni Lumix DC-G95/G90. Kamera ini akan berhadapan dengan lawan-lawan tangguh seperti Sony A6400 dan Fujifilm X-T30 yang juga memiliki capability video mumpuni.

Menurut saya ketiga kamera ini memiliki kemampuan yang bisa dibilang sepadan, mereka sama-sama bisa merekam video 4K pada 30p. Tetapi ada satu fitur penting yang tidak dimiliki oleh dua pesaing kuat tersebut yaitu IBIS.

Lumix G95 memiliki fitur 5-axis Dual IS (Image Stabilizer) 2 yang menggabungkan OIS (Optical Image Stabilizer, 2-axis) dan BIS (Body Image Stabilizer, 5-axis). Guna membantu mendapatkan rekaman video yang lebih smooth saat syuting hand-held atau vlogging.

Lalu, apa saja peningkatan utama dibanding Lumix G85? Pertama, sensor Digital Live MOS tanpa low-pass filter dengan resolusi lebih tinggi; 20 MP (Lumix G85 16 MP). Kedua, dukungan picture profile V-LogL untuk fleksibilitas saat color grading. Lalu yang ketiga, Lumix G95 dilengkapi socket headphone untuk memonitor audio.

Soal desain, Lumix G95 terlihat lebih kekar dengan grip sedikit lebih besar dan memiliki kerangka yang terbuat dari material magnesium alloy. Panasonic juga menambah tiga tombol khusus untuk mengatur white balance, ISO, dan exposure compensation seperti yang dimiliki oleh Lumix GH5.

Layar sentuh 3 inci milik Lumix G95 beresolusi 1,24 juta dot dengan mekanisme fully articulated. Di atasnya ada electronic viewfinder (EVF) dengan panel OLED beresolusi 2,36 juta dot.

Lebih jauh, Lumix G95 mengemas prosesor Venus Engine dan teknologi auto focus DFD (Depth From Defocus). Untuk membekukan subjek yang bergerak, kamera ini dapat menjepret beruntun 9 fps (AFS) dan 6 fps (AFC).

Panasonic-Lumix-G95

Panasonic Lumix G95 ini bisa merekam video 4K UHD pada 30 fps atau 24 fps, tapi dengan crop 1,25x. Agak disayangkan mengingat sensor Micro Four Thirds itu sendiri memberikan bidang pandang sudah cukup sempit. Sementara, pada resolusi 1080p mendukung hingga frame rate 120 fps.

Rencananya Lumix G95 akan tersedia mulai bulan Mei di pasar global dengan harga US$1199 atau sekitar Rp16,9 jutaan dengan lensa kit 12-60mm F3.5-5.6 ASPH Power OIS zoom. Sebagai pembanding, saat ini Lumix G85 body only dibanderol Rp9 juta dan Rp11 juta dengan lensa kit 14-42mm F3.5-5.6 OIS di Indonesia.

Semoga saja, Panasonic bisa gerak cepat dan membawa Lumix G95 ke Tanah Air bersama Lumix S1 dan S1R yang kabarnya akan dirilis bulan April ini.

Sumber: DPreview

Sharp Bergabung Gunakan Micro Four Thirds, Kembangkan Kamera yang Mampu Merekam Video 8K

Olympus dan Panasonic bersama-sama mengumumkan standar Micro Four Thirds (MFT) pada tahun 2008. Uniknya yang saya ketahui adalah kamera mirrorless flagship terbaru dari Olympus yakni OM-D E-M1X memiliki kinerja yang sangat cepat diranah fotografi. Sebaliknya, Panasonic dengan Lumix GH5 dan GH5S berhasil menetapkan standar baru di segmen videografi.

Meski begitu, Panasonic juga akhirnya turut terjun ke segmen mirrorless full frame dengan Lumix S1 dan S1R. Sementara, Olympus sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan menyusul jejak Panasonic dan masih sangat percaya diri dengan platform Micro Four Thirds.

Kabar terbaru menurut press release yang diterbitkan oleh Olympus melalui website global mereka, Sharp turut bergabung mengembangkan produk dengan standar Micro Four Thirds yang sanggup merekam video beresolusi 8K.

Bila video 8K direkam pada aspek rasio 16:9, artinya paling tidak akan membutuhkan resolusi 33,2 MP yang tertanam pada sensor MFT. Sebagai informasi, kamera mirrorless MFT dari Olympus dan Panasonic terbaru masih mengusung resolusi paling tinggi kamera-kamera terbarunya menawarkan resolusi 20 MP.

Pada ajang CES 2019 lalu, Sharp sebenarnya sudah menunjukkan prototipe kamera 8K dengan sensor Micro Four Thirds. Prototipe tersebut masih belum berfungsi, tapi dalam tahap awal pengembangannya diharapkan akan mampu merekam video 8K pada 30 fps dalam codec H.265.

Sumber: DPreview

Kamera Super Zoom Panasonic Lumix FZ1000 II, Andalkan Optical Zoom 16x dan Perekam Video 4K

Kepopuleran kamera mirrorless dan pesatnya perkembangan teknologi kamera smartphone, membuat peminat kamera point-and-shoot terus menurun. Namun jenis kamera ini belum sepenuhnya ditinggalkan, sejumlah produsen kamera juga masih rajin merilis produk baru.

Yang terbaru, Panasonic telah mengumumkan Lumix FZ1000 II. Kamera digital super zoom ini mengusung sensor MOS 1 inci 20,1-megapixel, dengan lensa Leica DC 24-400mm (setara 35mm), rentang aperture f2.8-4.0, dan menawarkan kemampuan optical zoom sebanyak 16x.

7852977727

Focal lenght yang sangat panjang, tentunya membutuhkan sistem peredam getar yang andal. Panasonic pun membenamkan teknologi hybrid Optical Image Stabilizer 5-axis (OIS+). Fitur Level Shot juga tersedia, yang secara otomatis mendeteksi garis-garis horizontal agar hasil fotonya tidak miring.

Sebagai kamera point-and-shoot, lensa pada Lumix FZ1000 II tidak bisa dilepas tukar meski hadir dengan body seperti kamera mirrorless. Punya grip yang cukup besar, double dial untuk mengatur shutter speed dan aperture secara terpisah, serta double ring untuk mengatur fokus dan zoom.

1537414264

Layar LCD-nya mendukung touchscreen berukuran 3 inci dengan resolusi 1,24 juta dot dan punya mekanisme free-angle. Di atas layar, terdapat OLED live view finder dengan resolusi 2,36 juta dot.

Lumix FZ1000 II juga mampu merekam video 4K 30 fps dalam format MP4 pada bit rate 100 Mbps, frame pada video 4K tersebut bisa diekstrak menjadi sebuah foto. Sementara, perekaman di resolusi 1080p mencapai 120 fps.

Kecepatan foto beruntunnya sanggup hingga 12 fps. Hasil foto dan video bisa langsung dikirim secara instan berkat konektivitas WiFi dan Bluetooth. Daya tahan baterainya diklaim bisa menangani 440 jepretan sekali charge.

Rencananya Panasonic Lumix FZ1000 II akan tersedia pada akhir Maret 2019 dengan harga US$899 atau sekitar Rp12,6 juta. Dengan rentang harga yang sama, kita bisa mendapatkan kamera mirrorless Lumix GX9 atau Lumix GX85 yang lensanya dapat dilepas ganti.

Sumber: DPreview

Panasonic Resmi Luncurkan Duo Kamera Mirrorless Full-Frame Perdananya, Lumix S1R dan Lumix S1

Setelah sekian lama mendominasi pasar kamera mirrorless full-frame, Sony di tahun 2019 ini bakal menghadapi dengan perlawanan yang cukup sengit dari rival-rival barunya. Salah satunya adalah Panasonic, yang baru saja meresmikan kamera mirrorless full-frame pertamanya, Lumix S1R dan S1, setelah mengungkap teaser-nya pada ajang Photokina 2018 lalu.

Seperti yang sudah kita ketahui sejak pengumuman perdananya, perbedaan antara Lumix S1R dan S1 mirip seperti Sony a7R dan a7. Lumix S1R adalah model yang benar-benar didedikasikan untuk fotografi dengan mengandalkan sensor full-frame 47,3 megapixel. Lumix S1 di sisi lain ‘hanya’ mengemas resolusi 24,2 megapixel pada sensor full-frame miliknya.

Panasonic Lumix S1

Meski demikian, Lumix S1 sebenarnya lebih superior perihal videografi. Kedua kamera memang sama-sama sanggup merekam video 4K 60 fps, akan tetapi Lumix S1R masih mengandalkan metode pixel binning, sementara Lumix S1 benar-benar memanfaatkan seluruh penampang sensornya. Kasusnya ini sama persis seperti di kubu Sony, di mana kalangan videografer lebih banyak yang memilih Sony a7 III ketimbang a7R III.

Perbedaan berikutnya terletak pada mode High Resolution yang ditawarkan kedua kamera: Lumix S1R dapat menghasilkan gambar beresolusi total 187 megapixel, sedangkan Lumix S1 cuma 96 megapixel. Kabar baiknya, perbedaan antara kedua kamera ini terhenti sampai di situ saja.

Panasonic Lumix S1R

Selebihnya, baik Lumix S1R maupun S1 sama-sama merupakan kamera mirrorless full-frame yang sangat kapabel. Performanya pun cukup mumpuni, dengan kemampuan menjepret tanpa henti secepat 9 fps (atau 6 fps dengan continuous AF). Kalau resolusi bukanlah prioritas, pengguna dapat memanfaatkan mode 6K Photo untuk mengekstrak deretan foto beresolusi 18 megapixel dari jepretan dalam kecepatan 30 fps.

Sistem autofocus yang digunakan adalah DFD (Depth From Defocus) generasi terbaru, yang diklaim lebih lihai soal tracking berkat keterlibatan machine learning dalam mengidentifikasi subjek bergerak. Sistem image stabilization 5-axis juga merupakan fitur standar pada kedua kamera ini.

Panasonic Lumix S1R

Terobosan lain yang diterapkan Panasonic datang dalam wujud viewfinder elektronik dengan panel OLED beresolusi 5,76 juta dot, resolusi tertinggi yang ada saat ini. Refresh rate-nya pun dapat dipilih antara 60 atau 120 fps, lalu di bawahnya masih ada layar sentuh 3 inci beresolusi 2,1 juta dot, yang sayangnya tidak sepenuhnya articulated, melainkan cuma dapat dimiringkan pada tiga poros.

Secara fisik, keduanya sama-sama mengusung sasis magnesium yang siap menerjang cuaca buruk. Dudukan lensa yang digunakan adalah L-Mount bikinan Leica, akan tetapi nantinya juga akan tersedia deretan lensa dari Panasonic sendiri maupun Sigma.

Panasonic Lumix S1R

Lalu kapan Panasonic bakal memasarkannya? Awal April, dengan banderol $3.699 untuk Lumix S1R (body only) dan $2.499 untuk Lumix S1. Bundel bersama lensa baru 24-105mm f/4 juga tersedia seharga $4.599 (S1R) atau $3.399 (S1). Panasonic sepertinya cukup percaya diri dengan debut mereka di ranah full-frame kalau melihat banderol yang lebih tinggi ketimbang duo Sony a7R III dan a7 III.

Sumber: DPReview.

[Review] Panasonic Lumix GF10, Mirrorless MFT Seukuran Kamera Pocket

Sejak me-review kamera mirrorless Panasonic Lumix GH5, saya mengakui bahwa sistem Micro Four Thirds (MFT) punya potensi yang luar biasa. Buat saya, terutama kemampuan perekam video dan fitur-fitur yang ditawarkannya.

Sebelumnya, saya juga telah menulis artikel mengenai tips memilih kamera mirrorless Panasonic dengan sensor MFT. Salah satu yang saya rekomendasikan ialah Lumix GF10, yang akhirnya bisa saya review.

Lumix GF10 ialah mirrorless bersensor Micro Four Thirds dengan form factor kamera pocket. Lensanya dapat dilepas-pasang atau diganti dan dilengkapi fitur yang cukup komplet. Baiklah mending langsung saja, inilah review Panasonic Lumix GF10 selengkapnya.

Desain Panasonic Lumix GF10

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Lumix GF10 mengusung desain rangefinder, bentuknya super ringkas dengan dimensi 107x65x33 mm dan berat 270 gram. Lumix GF10 juga datang bersama lensa Kit 12-32 mm F/3.5-22 yang serba guna dan berukuran tidak kalah ringkas.

Secara garis besar tampilan GF10 masih identik dengan GF9 yang dirilis tahun lalu, dengan mengontraskan komponen metalik dan aksen seperti kulit untuk tampilan yang modis.

Di GF10 Panasonic memberi sedikit sentuhan yakni segaris grip kecil yang membuatnya lebih erat dalam dekapan tangan. Namun selama pemakaian, saya menyarankan Anda untuk tetap mengalungkan tali kamera/strap ke leher untuk mengantisipasi bila terjadi selip.

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Monitor LCD touchscreen 3 inci dengan resolusi 1,04k dot dapat diputar hingga 180 derajat untuk selfie maupun vlog dan dilengkapi dengan berbagai sejumlah mode selfie yang disebut Selfie 4K PHOTO. Touch dan drag di layar untuk mendapatkan fokus yang diinginkan.

Tentu saja, dimensi ringkas ini punya sejumlah batasan. Utamanya, tidak ada ruang bagi Panasonic untuk menanamkan electronic viewfinder, hot shoe, dan input untuk mikrofon eksternal. Pop-up flash masih ada, namun media penyimpanannya mengandalkan microSD.

Bagian atas terdapat tombol shutter yang menyatu dengan sakelar daya untuk menghidupkan dan mematikan daya kamera.  Lalu, ada mode dial untuk berganti mode pengambilan gambar, tombol fisik Fn1 (Function) yang secara default untuk mengakses fitur 4K Photo Mode dan tombol fisik Fn3 untuk fitur Post Focus.

Tombol fisik Fn2 berada di belakang, fungsinya beragam mulai dari membuka quick menu untuk akses cepat ke metering mode dan exposure comp, fungsi kembali, dan juga delete. Lalu, ada tombol disp, tombol playback, dan perekam video.

Kemudian tentu saja, ada control dial untuk menyesuaikan aperture dan shutter speed. Di tengah ada tombol menu, di kelilingi tombol empat arah dengan fungsi berbeda, atas exposure comp, bawah drive mode, kanan white balance, dan kiri AF mode.

Lanjut, ke sisi bagian kiri ada port HDMI dan port microUSB untuk charging. Di bawah ada soket untuk tripod, serta akses baterai dan slot microSD.

Pilihan warnanya ada tiga yaitu black dengan lensa berwarna hitam, serta silver, dan pink dengan lensa berwarna silver. Untuk diketahui, kebanyakan koleksi lensa dari Panasonic berwarna hitam – jadi bila berencana ingin upgrade lensa maka pilihan warna GF10 black adalah yang paling tepat.

Spesifikasi & Fitur Panasonic Lumix GF10

Di dalam Lumix GF10 bernaung sensor Live MOS Digital berukuran Micro Four Thirds (17,3×13 mm) dengan resolusi 16-megapixel (4592×3448 piksel) tanpa Low Pass Filter. Kinerjanya disokong oleh prosesor Venus Engine, dengan rentang sensitivitas ISO 200-25.600 (extends down to 100).

GF10 juga dilengkapi sistem AF Depth from Defocus dan mampu melakukan memotret beruntun 5 fps dengan continuous autofocus. Terdapat pula fitur continuous shooting di mode ‘Self Shot‘ dengan laju 15 fps.

Fitur 4K Photo memungkinkan kamera mengekstrak gambar 8-megapixel dari video 4K yang ditangkap. Fitur lain andalan Panasonic seperti Post Focus dan Focus Stacking turut disematkan, memungkinkan Anda memilih area fokus.

Untuk daya tahan baterainya cuma sebatas di angka 210 jepretan, pastikan jangan melewatkan bonus baterai tambahan bila berencana membeli kamera ini. GF10 sudah dilengkapi konektivitas WiFi, sangat mudah untuk transfer hasil foto ke smartphone atau ingin remote shooting dengan aplikasi bernama Panasonic Image App.

Overall, performa kamera ini tergolong gesit. Dibanding dengan smartphone, GF10 lebih dapat diandalkan untuk mengabadikan aksi-aksi cepat, kondisi low-light, dan mampu merekam video 1080p 60 fps hingga video 4K 30 fps.

Perekam Video Panasonic Lumix GF10

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Meski mungil, jangan sepelekan kemampuan perekam videonya. GF10 mampu merekam video 4K UHD pada 30 fps, 25 fps, dan 24 fps dengan bit rate 100 Mbps. Lalu, resolusi 1080p pada 60 fps dan 50 fps dengan bit rate 28 Mbps. Serta, 1080p pada 30 fps dan 25 fps dalam bit rate 20 Mbps.

Sebagai informasi durasi perekam video 4K pada GF10 dibatasi hanya 5 menit, untuk footage harusnya sudah lebih dari cukup. Dalam praktiknya saya mencoba merekam video 4K pada 30 fps dan 25 fps, namun pada durasi sekitar 3 menit 20 detik – sistem kamera sudah mengeluarkan peringatan bahwa suhu panas pada kamera ini meningkat. Sehingga meski belum mencapai durasi 5 menit, sistem akan menonaktifkan kamera secara paksa.

Sementara, untuk perekaman video 1080p tidak ada masalah. Saya sempat menggunakan GF10 untuk syuting cara merakit PC di Dailysocial TV sebagai kamera kedua selama kurang lebih satu jam dan aman-aman saja.

Panasonic-Lumix-DC-GF10

GF10 sebenarnya sangat asyik untuk aktivitas vlogging, lensa Kit 12-32 mm sudah cukup lebar. Pasangkan ke mini tripod dan putar layar menghadap ke depan, Anda bisa berkarya.

Absennya hot shoe dan input untuk mikrofon eksternal, membuat kita tidak bisa memasang dan menggunakan aksesori seperti mikrofon eksternal. Solusinya, Anda bisa menggunakan audio terpisah dengan sound recorder. Meski artinya, Anda harus melakukan video editing.

Fitur favorit saya di GF10 ialah silent mode, di mana saya bisa lebih nyaman memotret saat meliput sebuah acara tanpa mengganggu yang lain. Fitur ini juga berguna bagi yang hobi street photography atau human interest, agar tidak mengundang perhatian sehingga tidak mempengaruhi situasi.

Sejumlah fitur penting di Lumix GF10 tersembunyi di pengaturan, yang mana agak repot bila ingin digunakan secara buru-buru. Stabilizer misalnya, GF10 memang belum punya stabilizer di body tapi tersedia di lensa. Singkatnya ada dua mode stabilizer yang disediakan yakni untuk panning atau gerakan kamera secara horizontal dan tilting secara vertikal.

Jadi, cobalah eksplorasi fitur-fitur yang ditawarkan oleh GF10 dan tetahui fitur penting apa yang sering atau memang Anda butuhkan. Lalu, tarik fitur tersebut sebagai shortcut. Berikut sejumlah foto hasil bidikan GF10:

Verdict 

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Bagi Anda yang gemar memproduksi konten video, fitur 4K di sini sangat berguna untuk mengambil footage tertentu. Tapi, hanya sebagai pelengkap saja dan konten video utama pada resolusi 1080p.

Menurut saya, kamera ini cocok buat Anda yang tidak puas dengan hasil foto kamera smartphone. Desainnya yang stylish juga menunjang sebagai pelengkap gaya hidup. Juga recommended sebagai kamera mirrorless pertama dan tertarik mendalami dunia fotografi.

Untuk produksi konten video asyik, tetapi lebih cocok dijadikan sebagai kamera kedua. Pun demikian bagi para fotografer atau enthusiasts photography, ideal buat yang membutuhkan kamera ringkas tapi bisa diandalkan.

Sparks

  • Mampu merekam video 4K
  • Body seringkas kamera pocket
  • Bersensor MFT dan lensa dapat dicopot pasang atau diganti
  • Punya fitur yang terbilang lengkap, seperti silent mode yang sangat membantu

Slacks

  • Perekam video 4K sebatas 5 menit dan overhat saat merekam video 4K
  • Build quality terasa kurang solid

Tips Memilih Kamera Mirrorless Panasonic Lumix dengan Sensor MFT

Sambil menyelam minum air, saat me-review Panasonic Lumix DC-GH5 – saya juga telah menggali informasi lebih dalam mengenai lini kamera mirrorless Panasonic yang tersedia di Indonesia.

Jujur saja saya agak terkejut, kamera berbasis sensor Micro Four Thirds (MFT) ini ternyata amat menarik dan memiliki sejumlah kelebihan dibanding kamera dengan sensor APS-C.

Panasonic sendiri merupakan pioner yang memulai tren kamera mirrorless. Sejauh ini, kamera-kamera Panasonic telah dikenal memiliki kemampuan perekam video yang handal.

Bayangkan saja, di segmen entry-level kita sudah disuguhkan perekam video 4K. Bahkan, di kelas tengah sudah dibenamkan stabilizer 5 axis di body – dua fitur ini masih tergolong mewah.

Untuk pengelompokannya, kamera mirrorless Panasonic terbagi beberapa lini. Mulai dari Lumix GF, Lumix GX, Lumix G, dan Lumix GH – masing-masing lini punya ciri khas dan kelebihan tertentu. Mari bahas satu per satu.

1. Panasonic Lumix GF9 dan GF10 (Rp5,5 Juta
dan Rp7,5 Juta)

Panasonic-Lumix-GF9
Foto: Panasonic Lumix GF9

Di lini saya merekomendasikan Lumix GF9 dan GF10, keduanya mengusung dimensi yang super ringkas dan mengunggulkan fitur-fitur selfie.

Dengan layar sentuh 3-inci yang bisa diputar 180 derajat menghadap ke depan, mode untuk selfie seperti 4K photo, post focus, dan focus stacking. Serta, konektivitas WiFi untuk mengirim hasil foto secara instan ke smartphone.

Bagian inti dari kamera ini ialah sensor Micro Four Thirds 16-megapixel tanpa low-pass filter, dengan sensitivitas ISO maksimum 25.600, prosesor Venus Engine, dan sistem AF Depth from Defocus.

Panasonic-Lumix-GF10
Foto: Panasonic Lumix GF10

Lalu, apa bedanya Lumix GF9 dan GF10? Dari segi fitur dan spesifikasi keduanya masih identik, perbedaannya ada di desain dan peningkatan performa saja.

Cocok untuk Anda yang mendambakan kamera seukuran kamera pocket, namun dengan fleksibilitas dan kualitas khas kamera mirrorless dengan lensa yang dapat ditukar. Keduanya hadir dengan lensa 12-32mm f/3.5-5.6.

2. Panasonic Lumix GX85 dan GX9 (Rp8 Juta dan Rp12 Juta)

Panasonic-Lumix-GX85
Foto: Panasonic Lumix GX85

Lini ini tetap hadir dalam dimensi yang super ringkas, namun dibekali dengan fitur-fitur yang lebih serius. Misalnya keberadaan hot shoe untuk memasang aksesori dan electronic viewfinder beresolusi 2,7 juta dot yang absen di lini GF.

Namun yang paling mengesankan buat saya ialah hadirnya sistem 5-axis image stabilization yang juga bisa diaktifkan secara bersamaan dengan stabilizer bawaan lensa. Jadi, lebih bisa diandalkan untuk menghasilkan footage yang mulus.

Panasonic-Lumix-GX9
Foto: Panasonic Lumix GX9

Karena terdapat viewfinder, layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot miliknya hanya bisa dimiringkan ke atas hingga 80 derajat atau ke bawah hingga 45 derajat. Keduanya dipaketkan dengan lensa 12-32mm f/3.5-5.6.

Bedanya Lumix GX85 dan GX9 terletak pada bagian intinya, di mana Lumix GX85 menggunakan sensor Micro Four Thirds dengan resolusi 16-megapixel tanpa low-pass filter. Sementara, GX9 mengusung resolusi lebih tinggi yakni 20,3-megapixel yang juga tanpa low-pass filter.

3. Panasonic Lumix G7 dan G85 (Rp7,5 dan Rp11 Juta)

Panasonic-Lumix-G7
Foto: Panasonic Lumix G7

Bila lini Lumix GF dan GX mengandalkan dimensi yang ringkas, seri G hadir dengan body bongsor. Namun dilengkapi dengan fitur-fitur yang membuat para content creator tersenyum.

Apalagi kalau bukan layar sentuh 3 inci resolusi 1,04 juta dot dengan mekanisme fully articalated yang hampir bisa diputar ke segala arah. Lalu, electronic viewfinder beresolusi 2,36 juta dot, hot shoe, dan yang tak kalah penting port mikrofon.

Bicara mengenai spesifikasi, Lumix G7 mengusung sensor Micro Four Thirds beresolusi 16-megapixel. Pun demikian dengan Lumix G85, tetapi tanpa low-pass filter. Keduanya dipaketkan dengan lensa 14-42mm f/3.5-5.6 Lalu, apa bedanya mereka?

Panasonic-Lumix-G85
Foto: Panasonic Lumix G85

Body Lumix G85 lebih bandel berkat pelat depan berbahan magnesium alloy yang tahan cipratan air dan debu. Satu lagi, Lumix G85 telah dilengkapi sistem peredam getar 5-axis image stabilization dan Dual I.S. 2.

4. Panasonic Lumix GH5 dan GH5S (Rp24 Juta dan Rp33 Juta)

Panasonic-Lumix-Gh5
Foto: Panasonic Lumix GH5

Lumix GH ialah lini flagship dari Panasonic, keduanya merupakan kamera mirrorless bersensor Micro Four Thirds yang video sentris. Namun, Lumix GH5S lebih totalitas lagi dalam hal videografi ketimbang versi standarnya.

Bila Lumix GH5 mengusung resolusi 20,3-megapixel, Lumix GH5S hanya dibekali resolusi 10,2-megapixel. Hal ini membuat GH5S jauh lebih sensitif di kondisi minim cahaya.

Panasonic-Lumix-Gh5s
Foto: Panasonic Lumix GH5S

Selain itu, Lumix GH5S memiliki teknologi Dual Native ISO, mampu merekam dalam format 4K DCI  60 fps, mode slow-motion 1080p hingga 240 fps, dan electronic viewfinder dengan refresh rate 120 fps.

Fitur VLog-L yang harus ditebus dengan biaya oleh pengguna GH5, hadir sebagai fitur standar di GH5S. Namun GH5S sama sekali tak memiliki sistem image stabilization.

[Panduan Pemula] Cara Mengirim Foto dan Video dari Kamera Mirrorless Panasonic ke Smartphone

Bicara soal kamera mirrorless besutan Panasonic dengan sensor micro four thirds (MFT), tentunya Anda pasti memuji kemampuan perekam videonya.

Di mana rata-rata kamera mirrorless basic Lumix sudah mampu merekam video 4K, bahkan beberapa diantaranya sudah dibekali fitur 5-axis image stabilization. Fitur-fitur yang diberikan Panasonic juga cenderung lebih lengkap.

Buat Anda para pengguna kamera mirrorless Panasonic, tentunya sudah mengetahui bahwa Panasonic memiliki aplikasi bernama Panasonic Image App. Dengan aplikasi ini kita bisa mengirim hasil foto dan video dengan mudah ke smartphone.

Bagaimana cara menggunakannya? Buat yang belum tahu caranya bisa lanjut membaca, saya akan berikan tutorialnya. Di sini saya menggunakan Panasonic Lumix GH5, mari mulai:

cara-mengirim-foto-dan-video-dari-kamera-panasonic-ke-smartphone

  • Langkah pertama, install dulu aplikasi Panasonic Image App di smartphone Android atau iOS Anda.
  • Sekarang nyalakan kamera Panasonic Anda, pergi ke pengaturan, dan cari menu WiFi.
  • Setelah ketemu, pilih WiFi Function > New Connection > Send Images Stored in The Camera > Smartphone > Via Network > Direct > Manual Connection
  • Ribet banget? Panasonic juga menyediakan cara yang lebih mudah, Anda bisa mengaksesnya di tombol Fn di layar dan klik Fn7 untuk mengaktifkan WiFi langsung ke perintah Manual Connection.
  • Kamera akan membuka jaringan WiFi, sekarang ambil smartphone, buka pengaturan WiFi di smartphone, dan hubungkan ke jaringan yang disediakan oleh kamera.
  • Langkah kamu terhubung ke kamera tinggal satu langkah lagi, yakni buka aplikasi Panasonic Image App. cara-mengirim-foto-dan-video-dari-kamera-panasonic-ke-smartphone
  • Setelah sukses, tinggal pilih foto dan video Anda yang ingin di transfer dari kamera ke smartphone.

cara-mengirim-foto-dan-video-dari-kamera-panasonic-ke-smartphone

Itulah cara mengirim foto dan video dari kamera mirrorless Panasonic Lumix ke smartphone Android atau iOS dengan bantuan aplikasi Panasonic Image App.

cara-mengirim-foto-dan-video-dari-kamera-panasonic-ke-smartphone

Selain untuk transfer image, Anda juga bisa menggunakan smartphone sebagai remote control untuk melakukan zoom, menyetel fokus, memotret dari jarak jauh, dan banyak lagi.

Application Information Will Show Up Here

Panasonic Sedang Kerjakan Dua Kamera Mirrorless Full-Frame: Lumix S1R dan S1

Kehadiran Nikon Z 7 dan Nikon Z 6 beserta Canon EOS R semestinya sudah cukup membuat Sony sebagai penguasa di segmen kamera mirrorless full-frame khawatir. Namun ternyata masih ada lagi pihak lain yang juga ingin ikut menginvasi lahan dominasi Sony, yaitu Panasonic. Di ajang Photokina 2018, pelopor tren mirrorless itu mengumumkan bahwa mereka sedang mengerjakan dua kamera mirrorless full-frame.

Kamera tersebut adalah Panasonic Lumix S1R dan S1. Layaknya seri Sony a7 yang selalu dibagi dua (tiga kalau a7S yang video-oriented juga dimasukkan hitungan), S1R adalah model flagship dengan sensor full-frame beresolusi 47 megapixel, sedangkan S1 ‘hanya’ 24 megapixel. Yang cukup unik, kedua kamera ini tidak menggunakan dudukan lensa (mount) baru seperti halnya Nikon Z dan Canon EOS R, melainkan L-mount besutan Leica.

Kendati demikian, Panasonic masih akan mengembangkan lensa L-mount bikinannya sendiri. Tiga yang sudah direncanakan adalah 50mm f/1.4, 24-105mm, dan 70-200mm, lalu tujuh lainnya akan menyusul tidak lewat setahun setelah kedua kamera ini diluncurkan. Demi semakin memperluas ekosistem lensa yang ditawarkan, Panasonic dan Leica juga telah menggandeng Sigma untuk ikut memproduksi lensa L-mount.

Panasonic Lumix S1R and Lumix S1

Berhubung masih dalam tahap pengembangan (yang dipamerkan baru prototipenya), detail mengenai S1R dan S1 pun belum terlalu lengkap. Beberapa yang esensial di antaranya adalah kemampuan merekam video 4K 60 fps (pertama untuk mirrorless full-frame kata Panasonic), dan sistem image stabilization internal yang dapat dikombinasikan dengan stabilization bawaan lensa.

Kedua kamera dilengkapi layar sentuh yang dapat dimiringkan pada tiga poros (atas, bawah dan samping, macam milik Fujifilm X-T3), sayang bukan yang model fully-articulated. Slot memory card-nya ada dua, satu untuk SD card biasa dan satu untuk XQD card. Menyesuaikan dengan target pasarnya, sasisnya telah dirancang agar tahan terhadap cuaca yang tidak ramah.

Rencananya, kedua kamera ini baru akan dipasarkan pada awal tahun 2019 mendatang. Harganya belum diketahui, tapi sudah pasti lebih mahal daripada Lumix GH5S, yang merupakan kamera termahal Panasonic saat ini.

Sumber: DPReview.