Startup Pengembang Platform Perikanan Aruna Dapatkan Seed Funding dari UMG Indonesia

Startup pengembang solusi digital untuk sektor perikanan dan kelautan Aruna, mengumumkan perolehan pendanaan yang didapat dari UMG Indonesia, sebuah perusahaan yang menjual peralatan pertanian seperti traktor dan mesin pemotong. Pendanaan ini sekaligus menjadi awal kemitraan perusahaan tersebut (di bawah naungan UMG Group) untuk membantu Aruna untuk bidang microfinancing, memenuhi kebutuhan logistik, dan juga penyediaan fasilitas penyimpanan pendingin (cold storage).

Tidak diinfokan besaran pendaan yang diberikan dalam seed funding tersebut. Aruna akan memfokuskan alokasi pendanaan untuk membangun tim, mengembangkan platform B2B Trading Online dan aplikasi untuk mitra nelayan, serta melakukan ekspansi ke berbagai sentra produksi perikanan potensial di Indonesia untuk mendapatkan lebih banyak mitra kelompok nelayan dan koperasi.

[Baca Juga: Aruna dan Revolusi Digital di Industri Kelautan Indonesia]

Pengukuhan kerja sama tersebut dilakukan bersama dengan acara gathering bertajuk “Teknologi Perikanan Digital Terintegrasi untuk Kemajuan Maritim Indonesia” yang diadakan pada Rabu (05/4) lalu. Dalam acara tersebut turut hadir keluarga besar dan rekan-rekan masyarakat perikanan di Indonesia, perwakilan dari Kementerian Kelautan & Perikanan, Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN), perwakilan dari Kementerian Koperasi & UKM, serta perwakilan dari IKPI (Induk Koperasi Perikanan Indonesia).

Dengan sinergi ini, Aruna ingin terus memantapkan langkahnya dalam visi misinya untuk menyejahterakan nelayan melalui sumber daya serta keahlian teknologi digital. Berbekal ilmu, pengalaman, dan hubungan dengan orang-orang yang berperan di perikanan, Aruna ingin memacu langkahnya mengembangkan diri ke seluruh daerah-daerah di Indonesia. Aruna juga telah melakukan implementasi ke beberapa kelompok dan koperasi nelayan di daerah-daerah Indonesia, seperti Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan beberapa daerah lainnya.

Aruna dan Revolusi Digital di Industri Kelautan Indonesia

Aruna dan PasarLaut (bagian dari Aruna) menjadi salah satu startup yang mengawali debut di sub-sektor ekonomi kelautan. Dalam sebuah kesempatan, DailySocial mewawancara Co-Founder dari Aruna Farid Naufal membahas tentang potensi di industri maritim dan bagaimana strategi bisnisnya dalam menangani industri terkait di Indonesia dengan pendekatan digital.

Mengawali perbincangan, Farid memaparkan beberapa data tentang potensi sumber daya laut di Indonesia yang belum dioptimalkan. Data tersebut ia kutip dari pemaparan Prof. Rokhim Dahuri, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia periode 2001-2004. Nilai industri kelautan di Indonesia bisa mencapai lebih dari $1 triliun.

Khusus untuk perikanan sendiri, data dari Worldfish Assosiation dan Kementerian menyebutkan bahwa nilai dari perdagangan ikan di Indonesia mencapai $5,3 miliar, dengan pertumbuhan industri sebesar 8,91% per tahun, terbesar dari sektor lain di Indonesia. Saat ini juga masih di peringkat pertama di Asia Tenggara untuk nilai dan jumlah ekspor komoditas laut, bersaing dengan Thailand.

Ekonomi kelautan belum memberikan dampak optimal kepada para pelakunya

Melihat keadaan tersebut, Co-Founder Aruna Farid Naufal Aslam, Indraka Fadhlillah, dan Utari Octavianty berpikir seharusnya besarnya potensi tersebut mampu menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Setidaknya taraf hidup nelayan lebih sejahtera dan daerah pesisir pun tergolong ke tatanan daerah maju. Faktanya jika merangkum dari data Badan Pusat Statistik (BPS) penghasilan rata-rata nelayan per bulan hanya sebesar Rp 1,1 juta.

Kecilnya pendapatan untuk membuat peminatnya pun derastis turun, dalam 10 tahun terakhir jumlah nelayan berkurang hingga 50%, menjadi hanya sekitar 800 ribuan di seluruh Indonesia. Selain itu tingkat konsumsi ikan nasional pun bila dibandingkan dengan negara (maju) lain masih rendah, Indonesia masih ada di kisaran 40 kg per kapita per tahun.

“Kami melihat hal tersebut bisa terjadi salah satunya karena masalah konektivitas informasi antara titik produksi, dalam hal ini sentra-sentra nelayan, dengan pasar dan industri yang tidak maksimal,” ujar Farid.

Keadaan di lapangan, nelayan kesulitan mencari pembeli selain dari para pengepul yang ada di daerahnya saja. Dampaknya bargaining power mereka sangat lemah, dan harga sering kali dikendalikan oleh pengepul dan tengkulak. Begitu juga sebaliknya, para pembeli ikan skala besar (pemborong) kesulitan mencari persediaan ikan yang mereka perlukan, karena minimnya informasi ke berbagai daerah produksi perikanan Indonesia. Sehingga tidak jarang mereka juga dipermainkan oleh “middle-man” yang mengambil keuntungan karena memiliki informasi persediaan ikan tertentu.

Teknologi informasi dan internet diyakini menjadi jawaban

Aruna melihat teknologi informasi dan internet bisa membantu memecahkan permasalahan ini. Untuk itu ada dua hal yang dilakukan Aruna sebagai realisasi dari solusi permasalahan tersebut. Pertama dengan mendigitalkan data di sisi nelayan dan membuatnya bisa diakses secara real-time setiap hari. Dan kedua membuka akses data tersebut kepada siapa saja, terutama pihak yang berkepentingan memajukan industri perikanan (pemborong hasil laut hingga konsumen biasa).

“Untuk yang pertama kami membuat aplikasi bernama eTPI, versi digital dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sebuah platform manajemen data untuk pengelola TPI dan koperasi nelayan yang berada di pesisir Indonesia. Aplikasi ini memiliki fitur sesuai dengan proses bisnis yang terjadi di TPI dan Koperasi Nelayan seperti pencatatan hasil tangkap (inventory), aplikasi kasir (point of sales), pencatatan data nelayan, akuntansi dll,” jelas Farid.

Dengan aplikasi tersebut Aruna ingin membantu pengelola TPI dan Koperasi bisa mengelola datanya secara lebih efisien. Adanya data digital juga memungkinkan untuk dilakukan integrasi dengan platform online agar bisa diakses siapa saja.

Farid melanjutkan, “Untuk yang kedua, saat ini kami membuat portal PasarLaut.com, untuk membantu menghubungkan potensi nelayan di daerah langsung dengan industri dan pelaku jual beli ikan dalam skala besar. Data-data yang kami tampilkan di PasarLaut.com merupakan data-data yang kami peroleh langsung dari aplikasi eTPI, sehingga kami bisa menampilkan data potensi sesuai dengan kondisi real yang ada saat itu.”

Aruna ingin menjadi bagian revolusi di bidang ekonomi kelautan

Tim Aruna

Tiga pendiri Aruna mengaku memiliki spesialisasi berbeda. Ketiganya bertemu lantaran berkuliah di jurusan dan universitas yang sama, yakni Manajemen Bisnis IT di Telkom University. Farid Naufal Aslam memiliki latar belakang dalam pengembangan teknologi digital dan e-commerce, Indraka Fadhlillah memahami operasional karena berasal daerah pesisir sehingga tahu persis keadaan di wilayah tersebut, dan Utari Octavianty juga berasal dari sebuah daerah pesisir di Balikpapan yang dipercaya mengurus berbagai hal terkait pemasaran dan finansial.

Awalnya mereka mendapat ide untuk membuat platform e-commerce untuk hasil laut dan perikanan untuk diikutsertakan dalam berbagai perlombaan, dan beberapa kali menang. Dan dari situlah ketiga co-founder tersebut akhirnya memutuskan untuk terus mengembangkan idenya sampai sekarang, didukung dengan masuknya beberapa rekanan dan anggota tambahan tim. Saat ini tim Aruna berjumlah 8 orang.

Sejalan dengan visinya, tahun 2017 ada beberapa yang ingin dicapai oleh Aruna. Secara garis besar mereka berencana meluncurkan platform trading yang lebih lengkap untuk para pelaku di industri perdagangan perikanan, berkaca dari pengalaman bertransaksi selama ini. Di sisi cakupan wilayah, Aruna berencana melakukan ekspansi (menambah jumlah partner koperasi/TPI) ke daerah lain dengan potensi perikanan besar. Hal tersebut diharapkan mampu meningkat jumlah transaksi yang ada, sehingga bisa meningkatkan revenue.

“Dari progress di Q4 tahun 2016 lalu kami mendapatkan total inquiry lebih dari 3500 ton pemesanan ikan dalam jumlah besar, namun kapasitas koperasi kami hanya mampu menyuplai 100 ton per bulannya. Sehingga diharapkan dengan adanya tambahan mitra, terjadi peningkatan jumlah transaksi melalui platform kami,” ujar Farid.

Target pangsa pasar Aruna adalah segmen B2B, bisnis yang memesan ikan dalam jumlah besar. Jumlah minimal pembelian yang kami layani adalah 100 kg untuk sekali transaksi melalui portal PasarLaut.com.

“Posisi Aruna sebagai perusahaan digital yang sangat dekat bisnis riil perdagangan perikanan di Indonesia. Sebenarnya ada beberapa model revenue stream yang bisa kami jalankan saat ini agar bisnis ini bisa sustainable ke depannya, tapi saat ini yang kami gunakan adalah sebagai perantara antara pihak koperasi dengan pembeli akhir. Kami mengambil transaction fee dari setiap trading yang terjadi dengan rata-rata fee sebesar 10%,” pungkas Farid.

Aruna Kembangkan Solusi Digital Terpadu untuk Industri Perikanan dan Kelautan

Inovasi digital di sektor riil sangat diperlukan, terutama di sub-sektor kritikal yang menopang kebutuhan hidup orang banyak. Baru-baru ini salah satu startup bimbingan Indigo Creative Nation mulai unjuk gigi. Aruna, startup yang memfokuskan pada pengembangan platform untuk industri perikanan dan kelautan (maritim). Produk yang dikembangkan mencakup tiga layanan, yaitu digital management, data intelligent dan online trading.

Dikembangkan oleh Farid Naufal Aslam (CEO) dan beberapa rekannya, latar belakang ide pengembangan Aruna ialah adanya gap yang cukup signifikan dalam kondisi industri kelautan saat ini. Potensinya besar, namun nyatanya belum mengucurkan hasil yang maksimal bagi para pelakunya. Aruna menilai bahwa keahlian di bidang teknologi informasi dapat menjembatan salah satu permasalahan pada industri ini, yakni dis-efisiensi.

Revolusi digital di bidang kelautan dan perikanan

Sistem yang dikembangkan oleh Aruna didesain untuk saling terintegrasi, menciptakan sebuah tatanan yang lebih terstruktur untuk pemrosesan ekonomi kelautan dari hulu ke hilir. Startup yang bernaung dalam PT Aruna Jaya Nuswantara, saat ini telah memiliki 3 portofolio produk, yakni Integrated Fishery Management, Fishery Data Intelligent dan Online Fishery Trading.

Layanan manajemen memberikan sistem aplikasi untuk pengelolaan bisnis perikanan. Seperti mengelola transaksi, sistem point of sales, pembukuan, pencatatan persediaan, hingga pengelolaan sumber daya manusia. Sedangkan pada sistem data intelligent Aruna menyediakan sistem monitoring real-time dan data analisis yang didesain untuk memberikan berbagai insight (termasuk kondisi persediaan dan pasar) bagi para pelaku industri. Di dalamnya juga ada Fishery Data Crowdsourcing sebagai upaya menyatu-padukan data dalam industri perikanan Indonesia.

Dan yang ketika ada layanan penjualan online, yang didesain sebagai sebuah online marketplace and trading untuk memberikan keleluasaan kepada nelayan dalam menjual komoditas hasil tangkapannya. Saat ini layanan marketplace tersebut sudah direpresentasikan dengan portal PasarLaut.com.

Selain menyediakan produk terpadu yang siap terap, Aruna juga berkomitmen memberikan ruang bagi para inovator dan unsur penggerak dalam industri kelautan dan perikanan untuk berkreasi bersama memajukan ekonomi di sub-sektor kelautan. Melalui Aruna Institute upaya tersebut digalakkan. Aruna Institute sendiri didesain sebagai sebuah komunitas terbuka, sehingga memberikan peluang bagi siapa saja yang tertarik untuk bergabung.

PasarLaut Bantu Tingkatkan Penjualan Koperasi Perikanan dengan Konsep E-Commerce

Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang kaya akan hasil lautnya. Sama seperti komoditas lainnya, potensi hasil laut ini semestinya bisa dioptimalkan lagi dengan tren teknologi digital yang semakin hari semakin akrab dengan masyarakat Indonesia. Salah satu layanan digital yang hadir untuk memperjuangkan hal tersebut adalah PasarLaut. Sedikit berbeda dengan kebanyakan bisnis e-commerce, PasarLaut mencoba menghubungkan koperasi-koperasi perikanan dengan para pembeli iklan sekelas bisnis seperti eksportir, perusahaan pengolah ikan, termasuk juga hotel dan restoran.

PasarLaut menurut salah satu founder-nya Farid Naufal Aslam juga bisa disebut sebagai Online Trading Platform yang khusus menyediakan suplai ikan secara konsisten dan berkelanjutan dari kelompok nelayan dan koperasi perikanan. Selain itu PasarLaut juga memberikan data harga dan stok komoditas perikanan secara real-time dan membukanya untuk masyarakat luas, sehingga diharapkan masyarakat dari berbagai daerah juga bisa melakukan trading komunitas perikanan secara efisien. Saat ini PasarLaut sendiri melayani pembelian komoditas perikanan dalam jumlah besar dengan kuantitas di atas 100 Kg.

“Pasarlaut menghubungkan Koperasi Perikanan yang merupakan titik supply awal dengan pembeli B2B akhir seperti eksportir, perusahaan pengolahan ikan, juga hotel dan restoran. Koperasi perikanan ini, yang beranggotakan nelayan tradisional, mengumpulkan hasil tangkapan nelayan melalui mekanisme pelelangan ikan. Dengan begitu, PasarLaut membantu nelayan-nelayan tradisional ini mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan harga yang lebih baik. Selain itu, PasarLaut juga membantu menyelesaikan masalah Customer (eksportir, perusahaan pengolahan, hotel/restoran) yang sering mengalami masalah kesulitan mendapatkan stok berkelanjutan untuk bisnisnya,” terang Farid.

Selain itu PasarLaut juga berharap bisa membantu nelayan untuk memberikan transparansi informasi  mengenai harga dan memperpendek supply chain dari perdagangan ikan di Indonesia.

Tim PasarLaut / PasarLaut
Tim PasarLaut / PasarLaut

Hal yang menjadi tantangan PasarLaut

Farid kepada DailySocial menjelaskan saat ini PasarLaut merupakan salah satu layanan yang memang sedang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan di sektor perikanan. Terlebih dengan fokus pemerintah saat ini yang tengah getol meningkatkan produksi di sektor maritim.

“Ketika melakukan validasi market dengan menguji coba transaksi di PasarLaut saat ini, kami mendapatkan inquiry sampai 3000 ton komoditas perikanan, walaupun tidak semua bisa dipenuhi mitra koperasi kami. Ini membuktikan bahwa potensi di industri ini memang besar,” terang Farid.

Hal yang saat ini masih menjadi tantangan adalah infrastruktur. Menurut Farid dengan kurang meratanya infrastruktur membuat biaya logistik cukup tinggi. Selain itu pelayanan di sektor logistik dirasa masih perlu banyak ditingkatkan seperti permasalahan delay yang bisa berimbas pada menurunnya kualitas ikan.

PasarLaut beroperasi di bawah dukungan PT Aruna Jaya Nuswantara masih terus berusaha menyempurnakan platform sambil terus menyebarkan penggunaan PasarLaut di beberapa titik koperasi perikanan di Indonesia yang sejauh ini sudah ada 44 koperasi perikanan di seluruh wilayah Indonesia yang bergabung dengan PasarLaut.