Empat Kesalahan Eksekutif di Tempat Baru

Dinamika startup dan bisnis adalah keluar masuk pegawai baru, tak terkecuali untuk jabatan eksekutif. Suatu saat nanti, jika diperlukan mempekerjakan eksekutif dari luar tim merupakan sebuah pilihan yang tidak bisa dihindari. Tentu yang akan mengisi slot eksekutif adalah orang-orang terpilih dengan segudang pengetahuan dan pengalaman dalam bisnis.

Layaknya orang baru di tempat baru, ada beberapa hal yang bisa menjadi kesalahan para eksekutif baru ini. Berikut beberapa hal yang bisa menjadi kesalahan para eksekutif baru di tempat yang baru.

Terburu-buru menawarkan visi baru ke organisasi

Salah satu hal terpenting dalam memasuki lingkungan baru adalah adaptasi. Begitu pula dengan para eksekutif yang menempati tempat barunya, mereka membutuhkan adaptasi yang cukup sebelum benar-benar “menjalankan” tugas mereka masing-masing. Salah satu kesalahan yang mungkin terjadi bagi para eksekutif baru adalah terburu-buru dalam menawarkan misi baru ke perusahaan yang dipimpinnya.

Meski sebagai posisinya sebagai eksekutif, statusnya masih sebagai orang baru. Pengenalan dan adaptasi masih diperlukan, salah satunya dengan budaya dan sumber daya yang ada. Dengan demikian untuk visi baru harus disesuaikan terlebih dahulu. Tidak terburu-buru.

Membuat keputusan besar terlalu cepat

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, adaptasi dan pengenalan kekuatan tim menjadi salah satu yang terpenting. Biasanya setiap eksekutif berusaha memberikan yang terbaik dengan membawa perubahan-perubahan di berbagai sektor. Nyatanya itu bisa menjadi sebuah blunder jika dilakukan dengan terburu-buru.

Eksekutif harus memperhatikan dan menghitung lebih detil. Kuncinya adalah adaptasi dan pengenalan bisnis secara menyeluruh.

Memprioritaskan hubungan eksternal dibanding hubungan internal

Hal lain selanjutnya yang menjadi bantu sandungan bagi para eksekutif baru adalah terlalu memprioritaskan hubungan eksternal. Baik dengan kolega atau rekanan bisnis. Padahal yang diperlukan adalah kebutuhan memahami tim dan menjadi figur yang dikenal dan dihormati di dalam tim. Eksekutif adalah pimpinan dan pimpinan wajib menjalin hubungan yang baik dengan seluruh anggota tim di bawahnya.

Melakukannya sendiri

Eksekutif baru untuk bisa bertahan dan berjalan setidaknya harus memiliki “support team” . Menjalani beberapa bulan pertama tanpa minta bantuan atau meminta masukan dari tim adalah salah satu kesalahan. Untuk bisa lebih dekat dengan tim, untuk bisa memanfaatkan kekuatan yang ada sebelumnya eksekutif berkewajiban untuk membentuk tim yang akan membantunya dalam menakhodai bisnis. Dengan demikian transfer pengetahuan akan berjalan sinergi seiring berjalannya waktu.

Tiga Tips Mengatasi ‘Wantrepreneurship’ Demi Berkarier sebagai Pemilik Startup

Dulu cita-cita terus di kewirausahaan dipandang menjadi hal yang sangat baik, karena dampak positifnya tidak hanya dirasakan untuk diri sendiri, melainkan orang di sekitarnya yang terlibat. Namun kini maknanya mulai bergeser, kendati banyak  wirausahawan yang menemui titik kesuksesan tertingginya. Ini menggiring banyak orang awam yang ingin mengikuti jejaknya, tapi hanya sekadar menjadi wantrepreneur.

Orang-orang di golongan ini sepertinya hanya peduli dengan kehidupan mewah, akun sosial media yang penuh dengan gambar dari apa yang mereka sebut “kehidupan startup.” Esensinya bukan di situ. Masalahnya, wantrepreneurs tampaknya tidak peduli dengan bentuk kesuksesan yang akan mereka dapatkan nantinya. Sebaliknya, mereka hanya peduli dengan apa yang dimiliki sekarang ini.

Jika ingin membuktikan bahwa Anda bukan termasuk golongan wantrepreneur, artikel ini akan membahas tips apa saja yang perlu dilakukan untuk mengejar passion di dunia kewirausahaan.

Jika ingin sesuatu, segera wujudkan

Ada berapa banyak wantrepreneur yang menghabiskan seluruh waktunya untuk menciptakan produk, yang menurut mereka adalah hadiah terbesar bagi umat manusia, lalu kecewa dan mengeluh saat tidak ada yang membelinya?

Alih-alih melakukan itu, wantrepreneur justru hanya duduk-duduk saja dan melakukan hal-hal yang menurut mereka mudah. Padahal selayaknya jika membutuhkan sesuatu Anda harus melakukan apa pun untuk mewujudkannya.

Salah satu cara untuk mewujudkan target adalah menyusunnya dalam secarik kertas. Pertama, tuliskan tujuan Anda dan langkah paling logis yang bisa membawa Anda menuju ke tujuan tersebut. Jangan berpikir berlebihan.

Kemudian, untuk setiap tujuan tentukan kriteria utama dan usahakan tetap obyektif. Faktor terbaik adalah mempertimbangkan dari dampak dan peluang keberhasilannya. Ambil tiga sasaran teratas dan mulai membuat rencana untuk masing-masing.

Setelah itu, kerjakan rencana tersebut dan buat slot waktu untuk menyelesaikannya. Dalam posisi ini, sangat sulit untuk tidak multitasking. Ini bisa diakali dengan menerapkan sikap disiplin untuk tidak melakukan apa pun, selain pekerjaan yang sudah diplot oleh agenda sebelum waktunya selesai.

Berhenti meragukan setiap keputusan

Ada banyak orang yang menghabiskan banyak waktu untuk semaksimal mungkin sebelum perusahaan startupnya resmi berdiri, namun akhirnya gagal. Bahkan, sudah terlanjur gagal sebelum memulainya.

Setiap keputusan tertentu dirasa terlalu sulit, cobalah ingat bahwa keraguan tersebut terjadi karena Anda kurang pemahaman tentang segala konsekuensinya. Untuk itu luangkan waktu untuk melangkah mundur. Cobalah untuk memvisualisasikan aspek atas dan bawah untuk seluruh keputusan Anda. Serta jangan takut untuk menuliskan konsekuensi yang paling ekstrem.

Tidak mudah menyerah

Ketika wantrepreneur gagal, mereka dengan gampang akan menyerah. Sebab bagi mereka, menjadi pengusaha adalah pakaian yang dipakai, bukan menunjukkan siapa jati dirinya.

Hidup Anda akan banyak dihadang dengan berbagai tantangan saat memilih menjadi pengusaha. Ini adalah bagian yang membedakan Anda dengan wantrepreneur.

Banyak yang mengatakan menjadi pengusaha pada masa ini lebih mudah dibandingkan sebelumnya. Untuk beberapa aspek memang benar, tapi citra ini sudah melemahkan apa artinya menjadi pengusaha yang suka berpuas diri dan berwawasan luas. Untuk menghilangkan suara wantrepreneur yang mengejar gaya hidup seperti pengusaha, fokuslah pada hal yang terpenting dan berusahalah untuk mewujudkannya.

Gambaran tentang Lingkungan Kerja yang Baik

Membicarakan tentang lingkungan kerja menjadi materi yang selalu menarik. Pasalnya bekerja sendiri menjadi sebuah aktivitas dominan dalam kehidupan kita. Bayangkan, dalam satu hari kita memiliki waktu 24 jam, berapa lama waktu yang kita gunakan untuk bekerja, dan perbandingannya dengan aktivitas lain? Belum lagi aktivitas bekerja juga dilakukan rutin hampir setiap hari, setidaknya lima hari dalam satu Minggu.

Perangai seseorang umumnya akan mengikuti tempat di mana ia sehari-hari berada. Jika berada di tempat yang mengasah, maka ia akan terus mengalami peningkatan, pun sebaliknya. Dengan demikian lamanya kita berada di lingkungan kerja, sudah selayaknya disiasati dengan ragam hal yang mampu membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik, secara kompetensi diri maupun tingkah laku.

Sayangnya tidak semua lingkungan kerja memberikan kesempatan kepada kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Banyak faktor yang kerap ditemui, beberapa di antaranya:

  1. Faktor kepemimpinan; keseharian di lingkungan kerja sangat bergantung bagaimana pemimpin di sana membangun kultur kerja. Jika pemimpin mengunggulkan sisi profesional, disiplin dan memiliki wawasan yang luas, dampak positif pada pengembangan rekan-rekan di bawahnya akan sangat terdukung. Sebaliknya, jika pemimpin bisnis lebih sering mencamur-adukkan berbagai kepentingan dan terkesan membatasi, maka jangan harap orang-orang di bawahnya akan terus berkembang.
  2. Faktor akuntabilitas; salah satu hal yang penting ditekankan dalam kultur bisnis adalah keterbukaan. Namun bukan berarti semua hal harus diketahui semua orang, akuntabilitas juga menempatkan informasi pada orang yang tepat. Kejujuran menjadi faktor pendukung dalam hal ini. Beberapa cerita yang pernah kami dengar, isu internal sering terjadi karena adanya tindakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Misal ada penjualan yang nilainya lebih tinggi, tapi dilaporkannya dengan nilai yang biasa saja. Percayalah pada sebuah prinsip hidup ini: sepandai-pandainya tupai meloncat pasti akan jatuh juga.
  3. Faktor kepercayaan; bagaimana mau berkembang, jika seseorang hanya dikurung di tempat yang sama dalam lingkungan kerja. Tidak boleh mengenal orang baru, tidak boleh mencoba hal baru. Dengan tidak adanya kepercayaan, artinya tidak ada kesempatan bagi orang lain untuk melakukan hal baru. Sementara masing-masing dari pekerja mutlak memerlukan tantangan baru untuk senantiasa mempelajari banyak hal baru, tak lain untuk kebaikan bisnis itu sendiri dan kebaikan si pekerja secara personal.

Cool workspace gives you a playground, ordinary workspace gives you space to work

Sebuah keuntungan mana kala kita berada di lingkungan kerja yang membangun diri kita secara pribadi, dalam hal ini disebut sebagai playground. Ada sebuah pilihan dalam melakukan pekerjaan, dengan workflow rutin yang sehari-hari dilakukan, atau dengan terus mengeksplorasi cara-cara baru untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. KPI atau semacamnya tetap menjadi tujuan akhir, namun proses tersebut yang akan banyak mendidik kualitas seseorang.

Layaknya ruang bermain, kita diberikan kebebasan untuk melakukan banyak hal, dengan cara-cara yang kita temui dan dengan hal-hal yang kita sukai. Kendati diberikan kebebasan ada hal-hal yang bersifat prinsip yang harus menjadi fondasi, yakni tetap fokus pada tujuan dan mampu mengomunikasikan dengan baik. Fokus pada tujuan penting, agar tidak salah arah dalam melaju. Walaupun diberikan keleluasaan, tujuan utama bekerja adalah mencapai target yang diinginkan bisnis.

Selain dukungan lingkungan kerja, sejatinya faktor kemauan yang ada pada diri sendiri juga sangat signifikan dampaknya. Sebesar apa pun kesempatan pengembangan karier yang diberikan perusahaan, jika pekerja secara personal tidak memiliki kemauan untuk belajar akhirnya akan sama saja. Sehingga sinergi baik antara seseorang sebagai pribadi yang bekerja, dengan lingkungan kerja sebagai fasilitator harus mampu berjalan beriringan, sehingga memberikan value untuk keduanya.

Mengelola Pekerja Remote di Lingkungan Kerja

Melakukan kerja secara remote bukan menjadi hal baru. Banyak startup bahkan perusahaan mempekerjakan talenta-talenta berbakat secara remote. Kebutuhan akan talenta yang mendesak menjadi salah satu faktor utama. Tidak hanya pekerja yang harus mengantisipasi tren bekerja secara remote bisnis juga harus mengantisipasinya dengan menyiapkan trik manajemen yang baik.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu proses memanajemen para pekerja remote.

Mendorong komunikasi lebih efektif

Sebagai unsur utama bekerja secara remote komunikasi harus dijaga dan dilakukan secara efektif. Mulai dari berkomunikasi untuk memberikan brief pekerjaan hingga informasi mengenai progres pekerjaan. Gunakanlah teknologi yang sekiranya mudah diakses dengan banyak fungsi kolaborasi. Jangan lupa untuk selalu mencatat dan menentukan deadline pekerjaan.

Untuk menjaga unsur kemanusiaan jangan lupa untuk menghubungi atau berkomunikasi ringan untuk meningkatkan hubungan personal. Ini modal yang baik untuk sama-sama membangun kepercayaan.

Tetapkan ekspektasi

Kunci dari berlangsungnya hubungan kerja sama profesional secara remote adalah kepercayaan. Pekerja percaya apa yang dilakukan akan mendapatkan timbal balik yang setimpal, bisnis percaya talenta yang mereka rekrut mampu mengerjakan pekerjaan yang diberikan. Hubungan kepercayaan ini yang nantinya menjadi dasar kuat untuk hubungan profesional yang baik.

Untuk bisa tetap memanajemen pekerjaan dengan baik, selain menetapkan target, tetapkan juga ekspektasi. Sejauh mana kemampuan maksimal pekerja. Dengan demikian bisnis bisa membagi beban kerja atau membagi jadwal kerja dengan imbang untuk menghindari overload pekerjaan.

Kunjungi atau bertemu dengan tim

Untuk menjaga hubungan profesional tidak ada salahnya untuk menjadwalkan ketemuan. Sekali atau dua kali dalam sebulan dalam sebuah obrolan ringan, hal tersebut akan sangat bermakna. Dengan bertemu secara langsung kedua belah pihak bisa menilai masing-masing secara langsung.

Zona waktu

Internet dan layanan kolaborasi memungkinkan orang saling bekerja sama lintas negara dan benua. Untuk bisa memudahkan proses manajemen sebisa mungkin untuk menyamakan zona waktu. Sebenarnya ini bukan sebuah keharusan, hanya saja jika dibutuhkan deadline harian zona waktu akan berpengaruh. Untuk mengatasi hal ini bisnis bisa memilih para pekerja remote yang berada di zona waktu yang tidak jauh beda. Atau terjadi kesepakatan di awal, zona waktu kerja mengikuti kantor pusat.

Kiat Memastikan Tidak Mengulangi Kesalahan Saat Memimpin

Semua orang tidak pernah luput dari kesalahan, sekalipun seorang pemimpin. Sebab setiap kesalahan yang diambil seorang pemimpin, bisa jadi berdampak fatal ke depannya. Untuk meminimalkan kesalahan, salah satu hal penting yang perlu Anda terapkan adalah tidak terlalu keras pada diri sendiri. Bila sudah terlanjur melakukan kesalahan, bagaimana cara memimalisir untuk tidak mengulanginya kembali?

Artikel berikut ini akan memfokuskan pada cara apa saja yang perlu Anda pastikan agar tidak mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya.

Ubah pendekatan

Jika menginginkan hasil yang berbeda, cobalah untuk mengubah cara pendekatan Anda. Berangkat dari kesalahan terdahulu, gunakan kesempatan tersebut untuk belajar suatu hal baru. Agar potensi Anda melakukan kesalahan yang sama bisa dikurangi.

Kenali sebab dan pertandanya

Ketika Anda melakukan kesalahan sama dan terus menyalahkan situasi, pada akhirnya akan terus berakhir di kondisi yang sama. Akar masalahnya mungkin karena Anda kurang percaya diri, menyebabkan evaluasi yang buruk dan mendorong Anda ke situasi yang sama.

Maka dari itu, solusi yang paling tepat untuk adalah mengambil langkah mundur dengan mencari akar penyebabnya.

Selalu evaluasi diri

Dengan rajin mengevaluasi diri, Anda berarti mengambil langkah mundur demi melihat gambaran besar dari seluruh akibat dari tindakan dan mencoba untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Sebaiknya Anda bertanya pada diri sendiri, hal berbeda apa saja yang bisa Anda lakukan di lain waktu, kelemahan apa yang menyebabkan Anda melakukan kesalahan, dan sebagainya.

Dari evaluasi, Anda akan memahami proses sebab dan akibat. Jika Anda tahu bahwa setiap tindakan yang Anda ambil saling mengikat satu sama lain, ini akan membuat Anda jadi lebih mudah menghindari kesalahan.

Ikuti naluri

Setelah Anda membuat kesalahan, Anda harus meluangkan waktu untuk melihat ke belakang dan mengidentifikasi apa yang salah. Mungkin Anda memutuskan untuk bekerja dengan tipe klien yang ideal, oleh karenanya buatlah catatan kecil hal-hal apa saja yang Anda abaikan.

Jika naluri memberi tahu Anda untuk berhati-hati, hentikanlah untuk bekerja dengan klien tersebut. Sebab naluri itu pada dasarnya akan selalu melindungi Anda dari kesalahan yang sebelumnya telah terjadi.

Kebiasaan Baik Ini Membantu Selesaikan “Deadline” Pekerjaan

Sebagai seorang profesional menyikapi deadline harus dengan bijak. Bagaimana pun menyelesaikan pekerjaan sebelum deadline merupakan sebuah prestasi dan sesuatu yang positif. Bagi sebuah pebisnis menyelesaikan tugas sebelum deadline itu artinya meringkas waktu dan membuka peluang untuk melakukan lebih banyak hal.

Bagi Anda yang sering bermasalah dengan deadline, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyikapi deadline dengan baik.

Jangan mengandalkan mental catatan

Dikejar deadline bukan sebuah kondisi yang diharapkan banyak pebisnis. Pekerjaan yang datang serentak memaksa pikiran, tenaga, dan konsentrasi terpecah. Untuk memaksimalakan kinerja dalam kondisi banyak deadline mulai dari hal yang sederhana seperti menghindari untuk mengingat daftar catatan tentang apa yang harus Anda kerjakan. Mental catatan harus ditinggalkan.

Gunakan pikiran Anda untuk memikirkan hal-hal yang lebih penting dan layak untuk dipikirkan. Serahkan tugas mengingat kepada aplikasi pengingat atau aplikasi to do list yang sudah banyak dikembangkan. Dengan memanfaatkan mereka, Anda mengurangi satu beban kecil dari pikiran Anda untuk mengingat agenda-agenda.

Sekarang adalah saat yang tepat

Salah satu momok atau hantu paling besar dalam deadline adalah kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Jika Anda ingin menjadi pekerja yang akrab dengan deadline, usahakan berdamai dengan mereka dengan cara tidak menunda pekerjaan. Sekarang adalah saat yang tepat untuk mengerjakan, bukan satu jam lagi, nanti sore, atau bahkan esok hari. Kebiasaan sederhana ini bisa menjadi pondasi yang kuat untuk menumbuhkan budaya tepat deadline.

Break down setiap pekerjaan

Deadline sering menjadi sesuatu yang berat, beban karena kita tidak tahu bagaimana memulai untuk menyelesaikan hal tersebut. Untuk memudahkan dalam pekerjaan dengan deadline ketat salah satu kebiasaan yang bisa dilakukan adalah mem-break down, mengubah sebuah pekerjaan besar menjadi bagian-bagian kecil yang disusun berdasarkan urgensi. Kepingan-kepingan pekerjaan tersebut diselesaikan satu per satu.

Jauhkan dari pengganggu

Masalah selanjutnya yang sering menyebabkan melesetnya sebuah pekerjaan dari deadline adalah pengganggu. Beberapa hal yang masuk kategori penganggu ini adalah janji, pekerjaan, atau hal lain yang muncul di sela-sela proses mengerjakan pekerjaan deadline. Ritme kerja terganggu, fokus terpecah, dan lain sebagainya. Untuk menghindarinya cukup sederhana. Dewasa dalam menentukan prioritas pekerjaan dan berani menolak hal-hal yang sekiranya menganggu ritme kerja.

Tips Jadi Pemimpin Startup yang Diidamkan

Memulai start tidak hanya berarti harus siap untuk berbisnis. Menjadi seorang yang mendirikan dan menjalankan startup berarti juga menjadi sebuah pemimpin. Baik untuk tim yang nantinya yang akan dibentuk atau pemimpin untuk bisnis yang sedang diusahakan. Banyak cara untuk mempelajari kepemimpinan. Salah satunya adalah mengetahui apa yang anggota tim inginkan. Karena pemimpin yang baik mampu memanajemen tim dengan baik.

Berikut beberapa hal yang biasanya diinginkan anggota tim dari pemimpinnya.

Arahan yang jelas

Pemimpin tak ubahnya nakhoda dalam sebuah kapal. Dia dibantu anggota yang lain akan membawa kapal ke sebuah tujuan yang sudah ditentukan. Sebagai seorang pimpinan sangat penting untuk bisa memberikan arahan yang jelas. Seperti apa tujuan yang ingin dicapai, progress apa yang diinginkan, dan hal-hal apa yang harus dilakukan oleh anggota tim. Kejelasan dalam arahan ini bisa mengurangi rasa frustrasi dan salah asumsi bagi anggota tim. Jangan tutup diri untuk berkomunikasi dengan seluruh anggota tim.

Dukungan

Seorang pimpinan harus mengetahui posisi dan kondisi. Anggota tim tidak hanya membutuhkan seorang pemimpin untuk instruksi. Pemimpin yang baik tidak menganggap anggota tim bekerja untuk mereka, pemimpin yang baik melayani tim untuk bisa bekerja secara optimal. Mustahil tujuan bisa dicapai tanpa adanya kerja sama dan kolaborasi yang baik antara anggota tim dan pemimpin tim.

Ruang

Salah satu kultur yang ada di startup adalah memberikan ruang untuk setiap individu dalam tim berkreasi dengan kemampuan mereka sendiri tanpa melupakan tujuan akhir. Ini membantu setiap anggota tim untuk tidak terlalu tertekan. Memberikan anggota tim ruang untuk bekreasi memberikan kebebasan yang bisa memacu kreativitas dan produktivitas. Tugas pemimpin untuk selalu menjaga mereka tetap dalam koridor visi dan misi bersama.

Pujian

Salah satu yang paling penting dalam mengelola tim dalam startup adalah kritik dan pujian. Sampaikan masukan atau teguran jika anggota tim ada yang tidak memenuhi target dan berikan pujian jika pekerjaan mereka memenuhi dan melebih target. Pujian bisa memberikan dampak psikologis yang baik bagi anggota tim. Apresiasi terhadap pekerjaan mereka bisa memacu mereka melakukan hal yang sama bahkan lebih baik lagi.

Menyiapkan Liburan Bagi Pekerja Remote

Liburan adalah salah satu cara efektif untuk kembali menyegarkan pikiran setelah dipakai bekerja keras. Tak hanya untuk meregangkan pikiran, liburan juga bisa menjadi salah satu cara untuk mencari inspirasi bagi mereka yang bekerja di industri kreatif. Namun sayangnya liburan di era digital bisa diganggu dengan banyak hal-hal, salah satunya masalah pekerjaan. Berikut beberapa tips menikmati liburan agar lebih maksimal dan tidak terganggu liburan. Termasuk bagi Anda pekerja remote.

Ubah pola pikir

Sebelum memaksimalkan liburan pastikan Anda benar-benar membutuhkan liburan. Pikirkan dahulu apakah keseimbangan kerja dan istirahat Anda cukup sebelum menjatuhkan pilihan pada liburan. Mengubah pola kerja lebih optimal untuk kembali memulihkan ritme kerja menjadi normal. Jangan terburu-buru memastikan bahwa Anda sedang butuh liburan, siapa tahu Anda cuma butuh ritme kerja yang baru.

Menyiapkan segalanya

Untuk lebih menikmati liburan alangkah baiknya semua disiapkan dari awal. Rencana perjalanan, hotel dan lain-lain. Jangan biarkan liburan Anda tidak optimal karena liburan yang tidak direncanakan. Termasuk menyiapkan cuti dan jadwal liburan. Tentukan waktu yang tepat untuk liburan, jauhkan dari tanggal-tanggal yang membutuhkan kinerja atau kehadiran Anda. Dan yang paling penting siapkan juga anggaran perjalanan Anda.

Jika Anda seorang pekerja remote Anda juga harus menyiapkan segala pekerjaan agar tidak terganggu saat Anda liburan. Jika Anda seorang pemimpin tim, siapkan apa saja yang harus dilakukan tim Anda, termasuk menyiapkan pengganti sementara Anda selama liburan.

Percaya pada tim

Selama Anda meninggalkan pekerjaan atau kantor untuk liburan usahakan buang rasa khawatir terhadap pekerjaan yang Anda tinggalkan. Percayakan itu kepada tim Anda yang ada. Dengan menanggalkan rasa khawatir tersebut Anda bisa lebih menikmati liburan.

Beri notifikasi

Untuk kembali “mengamankan” liburan Anda pastikan menginformasikan kondisi Anda yang sendang liburan dengan klien atau tim yang lain. Baik berupa balasan email otomatis, status di Slack, dan lain sebagainya. Segera buat jadwal baru untuk menyelesaikan agenda yang terlewat selama Anda liburan.

Mengenal Konsep SMART dalam Pengelolaan Pekerjaan

Terdapat banyak sekali konsep yang dapat digunakan oleh seorang manajer dalam bisnis untuk mengatur ritme kerja timnya. Salah satunya adalah konsep Management by Objectives (MBO). Sudah diterapkan sejak tahun 1960an, manajemen penugasan ini dinilai efektif, karena mampu memberikan porsi pekerjaan yang tepat bagi para pekerjanya.

Salah satu yang melandasi konsep ini adalah prinsip dasar yang disebut SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic dan Time-based).

Mengapa SMART menjadi efektif untuk diterapkan dalam target realisasi sebuah pekerjaan, berikut ini ulasannya.

Specific (Memiliki tujuan spesifik)

Menurut teori manajemen tugas MBO, target yang spesifik akan memberikan efisiensi lebih kepada seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tujuan spesifik berkaitan dengan detail apa saja yang harus diselesaikan, harus mampu diterangkan secara eksplisit dan mudah dipahami.

Tujuan spesifik ini tidak hanya menyangkut definisi spesifik dari penugasan tersebut, namun termasuk mampu memberikan penugasan kepada orang yang spesifik. Dalam artian bagian dari tim yang paling berkemampuan untuk menyelesaikannya.

Measurable (Memiliki tujuan yang terukur)

Apa yang dikerjakan juga harus bisa diukur. Hal ini untuk memudahkan dalam mendefinisikan capaian sukses dari pengerjaannya. Masing-masing pekerjaan memiliki cara ukur yang berbeda, akan tetapi sedari awal pekerjaan atau tujuan tersebut dirundingkan, ukuran tersebut harus mampu disampaikan oleh pihak pemberi dan penerima tugas.

Achievable (Memiliki tujuan yang mungkin untuk dicapai)

Pekerjaan yang diberikan juga harus sesuatu yang mungkin untuk diselesaikan. Ini berkaitan dengan dua poin sebelumnya, yakni detail dan dapat diukur. Ada beberapa perkerjaan kadang diberikan tanpa target hasil akhir yang jelas. Pada akhirnya sering kali menggantung, karena kehilangan arah.

Realistic (Memiliki tujuan realistis)

Pekerjaan dengan tujuan realistis berkaitan dengan menghubungkan sebuah tugas dengan kapabilitas orang yang mendapatkan tugas tersebut. Orang pemasaran hampir tidak mungkin jika diberikan pekerjaan teknis pengembangan program, pun sebaliknya.

Time-based (Memiliki jangka waktu)

Untuk dapat mengatur ritme tim, seorang manajer juga penting memperhatikan waktu eksekusi sebuah pekerjaan. Oleh karenanya selalu perhatikan estimasi waktu dalam sebuah pekerjaan. Atur tenggang waktu dengan baik, caranya diskusikan dengan orang yang akan bertanggung jawab dengan tugas tersebut.

Belajar Kepemimpinan dari Kebiasaan Waktu Kecil

Ilmu kepemimpinan mulai banyak dipelajari banyak orang sekarang ini. Hal ini selain membekali diri untuk menjadi seorang pemimpin, juga upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tahukah Anda dari sekian banyak ilmu kepemimpinan ada beberapa yang diambil dari kebiasaan waktu kecil kita? Berikut beberapa di antaranya.

Mengucapkan terima kasih

Ini menjadi hal dasar yang diajarkan kepada kita waktu kecil. Setiap tindakan orang lain yang meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan lainnya kita wajib membalasnya dengan ucapan terima kasih. Terdengar sederhana tetapi ilmu berterima kasih ini bisa membuat hubungan menjadi lebih baik dan meningkatkan rasa menghormati satu sama lain.

Mendengarkan lebih banyak

Sebagai seorang pemimpin wajib hukum mengetahui banyak mengenai apa dan siapa yang mereka pimpin. Untuk mengetahui itu semua diharuskan pula untuk lebih banyak mendengarkan dibandingkan bicara. Mencoba mendengarkan sambil memahami permasalahan yang ada. Mendengarkan sambil mengenali satu sama lain. Mendengarkan ide, masukan, atau bahkan kritikan. Sesuatu yang tentu sangat mendasar bagi seorang pemimpin.

Jangan menginterupsi

Sebagai bagian dari menjadi pendengar yang baik adalah tidak memotong atau menginterupsi pembicaraan seseorang. Jika memang mereka butuh tanggapan berikan hal tersebut setelah mereka rampung bercerita. Biarkan mereka menyelesaikannya dengan tuntas. Kalau pun Anda terpaksa atau terlanjur memotong di tengah jalan mintalah maaf dan kesediaan mereka untuk melanjutkan.

Saling membantu

Jiwa individualis muncul seiring berkembangnya waktu. Faktor persaingan pribadi atau ingin menonjol sendiri bisa menjadi faktor buruk yang mengurangi rasa membantu satu sama lain. Rasa kesediaan membantu satu sama lain tidak hanya wajib dimiliki oleh pemimpin. Tetapi pemimpin yang wajib memberikan contoh.

Bermain!

Bermain di sini bukan berarti menganjurkan kita untuk bermain. Melainkan berpikirlah seperti anak-anak ketika mendapat mainan. Bagaimana antusias mereka, rasa ingin tahu, semangat, dan tidak memiliki rasa takut sedikit pun dalam mengambil keputusan. Hanya saja untuk perkara bisnis semua itu harus tetap harus diperhitungkan meski sekali-kali nekat itu perlu.