Lima Cara Networking Startup yang Tepat

Istilah networking atau membuka jaringan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh pelaku startup dan entrepreneur baru. Dengan mengikuti acara yang tepat dan mempromosikan produk yang dimiliki, bisa jadi kegiatan branding dan promosi Anda bisa berjalan dengan baik. Artikel tips berikut ini akan mengupas 5 cara tepat yang bisa diterapkan oleh Anda pelaku startup dan entrepreneur terkait dengan kegiatan networking.

Buat rencana

Saat ini sudah banyak kegiatan yang mempertemukan penggiat startup, investor asing hingga lokal di tanah air. Diantara semua kegiatan tersebut pilihlah acara yang sesuai dengan minat dan latar belakang produk yang dimiliki. Kurasi acara tersebut penting dilakukan, agar anda bisa bertemu dengan orang yang tepat, investor yang sesuai hingga calon klien yang berminat dengan produk yang Anda buat. Cara tepat yang bisa dilakukan adalah membuat daftar sepanjang tahun yang Anda ingin datangi.

Buka diri Anda untuk semua

Jika Anda cenderung orang yang tertutup dan enggan untuk berbincang dengan orang banyak, baiknya rubah kebiasaan tersebut dan mulai biasakan untuk menyapa dan membuka percakapan lebih dulu. Dengan demikian Anda bisa menceritakan lebih baik dan jelas kepada semua orang tentang produk dan rencana yang ingin Anda lancarkan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memulai percakapan adalah, melihat apa saja perusahaan teknologi, startup hingga speaker yang akan meramaikan acara, pelajari latar belakang mereka sehingga anda bisa relate lebih mendalam dengan orang-orang tersebut.

Jadi pendengar yang baik

Menghadiri kegiatan tersebut bukan berarti Anda hanya membicarakan produk yang dimiliki, namun Anda juga harus bisa menjadi pendengar yang baik, terutama dengan investor, penggiat startup yang lain hingga calon klien dan calon pengguna. Tamping semua kritikan dan masukan yang ada, untuk kemudian menjadi koreksi dan acuan untuk mengembangkan produk yang dimiliki.

Evaluasi dan bangun hubungan dengan tepat

Saat ini Anda mungkin sudah menemukan orang-orang yang terpat untuk berkenalan dan dijajaki lebih lanjut, langkah selanjutnya yang harus diterapkan adalah evaluasi pendekatan yang baiknya dilakukan. Apakah dengan investor terkait bisa langsung dilancarkan niat Anda untuk melakukan penggalangan dana, atau hubungan baik harus dibina lebih lanjut terlebih dahulu, hingga akhirnya Anda menemukan waktu yang tepat untuk mengajukan pendanaan. Demikian juga dengan calon talent, user dan client.

Perlakukan kegiatan networking layaknya bekerja

Kesuksesan sebuah kegiatan networking atau perluasan jaringan adalah dengan menerapkan kegiatan tersebut layaknya bekerja. Dengan demikian Anda bisa lebih fokus dengan rencana dan daftar yang Anda untuk melancarkan kegiatan networking. Jaga keseimbangan waktu antara mengembangkan produk sekaligus dengan melakukan kegiatan networking yaitu menghadiri acara-acara teknologi dan pertemuan startup yang sudah Anda tentukan sebelumnya.

Smartphone Sebagai Alat Peningkatan Produktivitas dan Pengembangan Diri

Mungkin tidak berlebihan jika saat ini menggeser ponsel pintar atau smartphone dari kebutuhan tersier menjadi kebutuhan sekunder. Ketergantungan masyarakat akan layanan digital, baik untuk kebutuhan pribadi ataupun bisnis membuat benda yang kini didominasi layar sentuh tersebut wajib masuk ke dalam kantong. Fungsionalitasnya sudah sangat beragam, apapun kini bisa dilakukan dalam satu sentuhan jari.

Lebih dari sekedar alat berkomunikasi dua arah, kemampuan yang dimiliki smartphone yang ada saat ini mampu menjangkau ke beragam jenis aktivitas. Lalu bagaimana memastikan smartphone tersebut menjadi alat pendukung produktivitas kita, sembari menjadikannya sebagai penyumbang kebutuhan hiburan digital harian. Memang ada juga hasil penelitian yang menyebutkan bahwa penggunaan smartphone justru mengurangi produktivitas seseorang.

Hasil penelitian tim Prof. Russell Johnson dari Michigan State University menyebutkan bahwa menjadi “mesin insomnia” penggunanya, khususnya di kalangan pekerja bisnis. Implikasinya pada stamina tubuh yang menjadi kurang fit untuk melakukan aktivitas fisik dalam bekerja. Bahkan sebuah survei dari CareerBuilder mengatakan bahwa smartphone mengurangi jam produktif karyawan di kantor.

Smartphone in Office

Namun ujung-ujungnya semua terletak pada bagaimana kita sebagai pengguna smartphone dalam menyiasati penggunaan alat bantu tersebut. Berikut ini beberapa tips yang dapat diikuti untuk memaksimalkan dan membiasakan pemanfaatan smartphone sebagai alat produktivitas yang mendukung kegiatan sehari-hari.

Sebagai alat yang paling dekat, smartphone adalah medium pengembangan diri

Dengan pemanfaatan yang benar, smartphone dapat menjadi medium informasi dan wawasan yang sangat luas. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan pemanfaatan internet yang ada saat ini, informasi dari mana saja menjadi sangat mudah untuk diakses. Untuk memaksimalkan keuntungan tersebut, faktor pengguna akan menjadi yang paling dominan, karena harus dibiasakan dan mau untuk memulai.

Pengguna dapat memulai dengan memasang aplikasi yang dapat memudahkannya untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan tersebut, bisa disesuaikan dengan ketertarikan. Misalnya untuk pelaku startup bisa memasang aplikasi seperti Medium, Quora atau sejenisnya untuk mendapatkan insight dari sesama pengusaha atau tokoh senior lain yang membagikan ilmunya. Beberapa aplikasi juga menyediakan konten yang lebih menarik, seperti podcast atau webinar.

Menariknya pengguna dapat memanfaatkan aplikasi yang saat ini ada untuk melakukan analisis real-time atas arus informasi yang kencang. Misalnya memanfaatkan aplikasi PowerBI atau sejenisnya untuk melihat tren terkini di media sosial. Sembari mencari tahu hal baru, sambil mendapatkan informasi tambahan untuk strategi bisnis. Menemani waktu luang, smartphone bisa dimaksimalkan sebagai medium pengembangan diri.

Smartphone mengelola tugas harian secara lebih efektif

Layaknya sebuah buku harian dan pencatatan, smartphone dapat dimanfaatkan juga sebagai pengingat produktivitas harian penggunanya. Mulai dari membuat daftar aktivitas, melakukan penjadwalan meeting hingga melakukan analisis pekerjaan. Aplikasi seperti Wunderlist, Reminder, dan sejenisnya dapat menjadi “sarapan pagi” pengguna. Memeriksa apa saja yang harus dilakukan hari ini, mencatat apa saja yang harus dilakukan waktu mendatang, sehingga dapat membuat prioritas secara lebih jeli.

Terlebih jika bekerja dalam sebuah tim, kolaborasi menjadi bagian terpenting untuk memajukan pola produktivitas. Kemampuan digital untuk mudah berkomunikasi secara online membuat kegiatan kolaborasi menjadi lebih efisien. Gunakan kalender bersama untuk penjadwalan tim, atau bahkan aplikasi penugasan yang digunakan secara kolekitf.

Asisten terbaik saat bepergian

Kegiatan produktif bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, smartphone dapat mendukung kegiatan ini sehingga menjadi lebih menyenangkan. Dengan memasang aplikasi produktivitas, semisal Microsoft Office di ponsel, kegiatan perjalanan bisa tetap diisi dengan berbagai kegiatan produktif. Memeriksa dokumen, membuat slide presentasi hingga melakukan meeting jarak jauh bisa dilakukan.

Dengan integrasi yang kuat antara aplikasi smartphone dengan kegiatan produktif penggunanya, maka peranan telepon genggam akan menjadi lebih signifikan, menjadi asisten produktivitas yang mengikuti penggunanya di mana saja dan kapan saja. Memastikan pencapaian target pekerjaan yang sesuai. Namun semua itu akan kembali pada kedisiplinan penggunanya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah diatur di dalamnya.

Empat Sikap yang Wajib Dimiliki Founder Saat Bersiap Melakukan “Scale Up”

Startup yang sukses adalah startup yang mampu mengadopsi perubahan yang ada. Apakah itu dari inovasi, teknologi, layanan pelanggan hingga feedback dari  anggota tim. Sudah banyak startup yang menuai kesuksesan setelah melakukan perubahan, namun banyak pula perusahaan raksasa yang akhirnya terpaksa gulung tikar karena enggan untuk melakukan perubahan dan merasa nyaman dengan bisnis yang dijalankan. Sebut saja seperti, Encyclopedia Britannica, Sears, Blockbuster, Kodak.

Artikel berikut ini akan mengupas empat poin penting yang wajib diperhatikan Founder saat startup tengah bersiap melakukan scalling up.

Menjadi Founder yang ‘mumpuni’

Saat startup masih dalam skala yang kecil tentunya akan lebih mudah bagi Founder untuk melakukan koordinasi kepada anggota tim lainnya. Kesannya lebih mengarah kepada ‘perintah’ namun untuk perusahaan yang masih kecil nampaknya sah-sah saja hal tersebut dilakukan oleh seorang Founder. Namun demikian ketika startup sudah mulai tumbuh dan mengalami peningkatan baik dari sisi pegawai, profit hingga pelanggan, Anda sebagai Founder sudah harus merubah gaya kepemimpinan menjadi Founder yang memberikan pengarahan dan pelatihan kepada anggota tim. Tumbuhkan sikap yang ‘mumpuni’ agar kolaborasi dengan anggota tim yang jumlahnya lebih banyak, akan tercipta dengan baik.

Berikan kepercayaan

Saat mulai membangun perusahaan pastinya sebagai Founder Anda cenderung untuk melakukan semua pekerjaan dan tidak mempercayai orang lain untuk melakukan tugas tersebut. Namun demikian untuk startup bisa tumbuh dengan baik, Anda sebagai Founder harus memberikan kepercayaan kepada anggota tim tertentu untuk selanjutnya melakukan tugas yang biasanya Anda sebagai Founder lakukan. Dengan demikian Anda sebagai Founder selanjutnya bisa lebih memfokuskan kepada hal-hal yang lebih penting untuk selanjutnya melancarkan proses scale up.

Ciptakan komunikasi yang baik

Ketika perusahaan semakin berkembang biasanya masing-masing divisi seperti Finance, Marketing, Sales dan divisi lainnya enggan untuk bekerjasama dan cenderung membentuk kelompok sesuai dengan divisi masing-masing. Upayakan untuk selalu menciptakan kolaborasi dan komunikasikan semua tugas terkait kepada masing-masing divisi, agar transparansi tercipta dan masing-masing divisi bisa bekerja dengan baik tanpa adanya batasan. Sebagai Founder Anda juga wajib untuk membagikan visi dan misi, target serta rencana jangka panjang kepada semua anggota tim.

Tampung semua kritikan dari anggota tim

Ketika startup semakin besar semakin sulit untuk melakukan pertemuan yang melibatkan semua anggota tim. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi hubungan baik antar anggota tim, manajemen dan tentunya Anda sebagai Founder. Upayakan untuk membuat jadwal yang rutin pertemuan dengan anggota tim, dan terima semua kritikan, usulan hingga keinginan dari anggota tim. Jika masuk akal untuk diwujudkan, informasikan dan lakukan segera keinginan dari anggota tim, namun jika sedikit berlebihan dan tidak masuk akal, berikan alasan yang tepat kepada anggota tim terkait permintaan dari mereka.

Pada akhirnya membawa startup ke tahap selanjutnya membutuhkan pemikiran yang fokus terkait dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mencapai target tersebut. Untuk itu buatlah daftar atau rencana yang ingin diwujudkan agar startup bisa berkembang dengan baik.

Tetap Produktif Meskipun Tidak Bekerja di Dalam Kantor

Tren bekerja jarak jauh (atau remote working) muncul bersama digitalisasi yang masif di lingkungan pekerjaan. Mulai dari cara berkomunikasi, berkolaborasi dan mengerjakan pekerjaan dirangkum menggunakan teknologi komputer. Di beberapa kantor bahkan tidak mewajibkan karyawan untuk melakukan presensi, karena lebih mengedepankan pencapaian yang terangkum dalam KPI (Key Performance Indicator). Terlepas dari sisi kenyamanan dan kebebasan, bekerja jarak jauh juga ditekan untuk dapat selalu produktif dan mampu berbaur apik dengan proses bisnis di kantor.

Ada beberapa strategi yang dapat dibiasakan oleh pekerja remote untuk memastikan kesehariannya mampu memberikan kontribusi aktif untuk pekerjaan. Berikut ini beberapa hal yang dapat diperhatikan.

Membangun rutinitas—dengan mindset tetap bekerja, bukan bersantai ria

Kendati bekerja dari rumah, disiplin waktu juga wajib diterapkan. Beberapa perkantoran memiliki jam-jam tertentu dalam menjalankan roda bisnisnya. Sebagai pekerja remote perlu untuk membiasakan selalu tersedia di jam bekerja tersebut. Jika perlu sesuaikan kegiatan dengan apa yang terjadi di kantor, semisal jam masuk kerja adalah jam 08.00, maka pekerja remote juga telah bersiap di jam tersebut, begitu juga jam makan siang. Hal ini untuk menjamin ketersediaan ketika dibutuhkan untuk penyelesaian isu urgent.

Biasakan untuk disiplin waktu, dan membangun mindset bahwa saat ini tengah bekerja. Ada tanggung jawab yang sedang dipikul.

Mencari tempat kerja yang minim gangguan

Ada yang nyaman ketika bekerja di tempat yang sepi, ada juga yang menikmati suasana santai seperti di sebuah coffee shop. Memahami habit pribadi yang seperti ini penting untuk pekerja remote. Dengan memahami situasi diri, ia akan mampu memilih tempat yang cocok untuk memastikan hari-harinya menjadi lebih produktif. Memisahkan kegiatan pribadi dengan lingkungan bekerja menjadi salah satu cara untuk meminimalkan gangguan. Lingkungan bekerja juga harus mampu mengakomodasi kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan. Pekerja remote juga diwajibkan mampu menghindari gangguan yang mungkin menghampiri, misalnya ajakan bermain atau sesuatu hal lain yang mengganggu jam kerja di rumah.

Penting untuk memberikan pemahaman kepada orang rumah, teman atau kerabat, bahwa kita sedang bekerja, kendati terlihat seperti sedang santai di rumah.

Kelancaran komunikasi adalah kunci

Alat-alat seperti messaging app (Slack, Skype, Google Hangout, dan lain-lain), task management (Trello, Wunderlist, dan lain-lain), online workspace (Google Drive, SharePoint, dan lain-lain) wajib masuk di perangkat yang digunakan sehari-hari, baik di komputer, laptop ataupun ponsel. Berkomitmen bekerja jarak jauh artinya juga memberikan jaminan terkait kebutuhan konektivitas internet. Karena biasanya kantor yang memperbolehkan karyawannya bekerja secara jarak jauh, lantaran kegiatan produktifnya dapat diwakili melalui aplikasi dengan ketersediaan online-nya.

Komunikasi menjadi salah satu hal terpenting dalam roda bisnis, khususnya untuk kolaborasi tim. Pastikan kebutuhan ini terjamin oleh pekerja remote.

Siap sedia, bekerja remote juga memiliki konsekuensi

Umumnya kantor-kantor yang mengizinkan karyawannya bekerja secara remote adalah kantor dengan sistem produksi yang fleksibel. Seperti pengembang perangkat lunak, media, perusahaan desain dan industri kreatif lainnya. Pekerjaan yang dibawa tidak harus diselesaikan di tempat tertentu menggunakan alat yang hanya ada di kantor. Namun jangan salah, justru fleksibilitas ini biasanya memiliki konsekuensi sang pekerja harus siap setiap saat. Contoh kecil saat bekerja remote menjadi mobile developer, ketika tiba-tiba ditemukan bugs dari kode yang ditulis, mau tak mau harus memperbaiki secepatnya saat itu juga, terlebih jika melibatkan sistem produksi di perusahaan yang menjadi klien.

Bekerja remote terkesan santai, namun sejatinya harus siap setiap saat. Jadi tidak ada salahnya saat bepergian di hari kerja selalu membawa perangkat komputasi ke mana-mana.

Memberikan hasil konsisten

Pada akhirnya kualitas pekerja akan ditentukan oleh hasil yang ditorehnya. Memiliki waktu yang lebih fleksibel harus bisa dimanfaatkan untuk selalu berpikir secara kreatif dan cerdas. Dengan memberikan hasil yang memuaskan (baik bagi atasan ataupun klien) akan memberikan kepercayaan kepada perusahaan untuk mengizinkan bekerja secara remote. Perusahaan akan merasa sudah tidak perlu lagi mengawasi secara khusus. Memberikan hasil terbaik secara konsisten memantapkan keyakinan terhadap kualitas pekerja, bahwa dengan bekerja di rumah pun keahliannya tidak diragukan lagi.

Membangun Sumber Daya Manusia dari Kultur Internal Bisnis

Terdapat beberapa komponen primer dalam sebuah bisnis yang berjalan, salah satunya adalah sumber daya manusia. Nyatanya dengan dinamika bisnis yang ada saat ini, terlebih bagi bisnis yang sangat bergantung pada teknologi seperti startup digital, dalam pemenuhan komponen sumber daya bukanlah hal yang mudah. Kualifikasi dan kompetensi menjadi pendorong utama.

Kendati ada ketimpangan antara demand dan supply pada pemenuhan sumber daya manusia profesional, nyatanya kasus yang bersumber dari internal kantor pun turut mempengaruhi perputarannya. Sebelumnya mari kita simak bersama hasil survei yang dilakukan oleh JakPat bertajuk “Indonesian’s Resign Habit”. yang melibatkan lebih dari 1.800 responden di kalangan profesional berumur 25-45 tahun.

Hasil survei menunjukkan bahwa adanya tren pindah pekerjaan yang cukup intend. Sebanyak 50,06 persen responden menyatakan bahwa sejak ia bekerja sudah pindah 1-3 kali ke tempat yang berbeda. Alasannya paling menarik, kendati yang teratas (65,13%) adalah gaji, namun yang tak kalah signifikan adalah terkait dengan kesempatan meningkatnya karier (57,06%) dan lingkungan kerja (47,46%).

Indonesian’s Resign Habit / JakPat
Indonesian’s Resign Habit / JakPat

Persentase tersebut turut didukung dengan hasil temuan, bahwa tiga alasan teratas mengapa para pekerja akhirnya memilih pindah adalah (1) merasa tidak nyaman dengan lingkungan kerja, (2) mendapatkan tawaran kerja dengan gaji yang lebih besar, (3) memilih untuk berupaya menemukan posisi jabatan yang lebih baik dan (4) kecewa dengan reward yang diberikan perusahaan atas kontribusi dan juga tidak nyaman dengan kepemimpinan.

Pertimbangan dan investasi untuk sumber daya manusia

Salah satu yang bersinggungan langsung pada kualitas produk atau layanan dalam bisnis tak lain adalah penggeraknya. Untuk itu bisnis perlu untuk mencermati tentang strategi pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu kualitas pekerja di dalam tubuh bisnis ternyata juga dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan internal bersanding dengannya. Jika menurut salah satu petinggi Google di bidang sumber daya manusia, ada dua hal yang akan menjadikan seseorang betah dan bertumbuh dalam lingkungan perkerjaan.

Pertama adalah bagaimana kualitas orang-orang di dalam kantor yang bersinggungan langsung dengan pekerjaannya. Semakin seseorang berpartner dengan rekan yang memiliki kualitas kerja baik, maka kecenderungan ia akan bertahan lama. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi para pendiri, karena bagi para pekerja di dalam bisnisnya, salah satu tolok ukur utama untuk poin ini tak lain adalah pendiri dan tokoh-tokoh senior.

Lalu yang kedua adalah bagaimana menciptakan sebuah rasa yang menjadikan para pekerja tersebut merasa bermakna atau dapat berkontribusi aktif dalam bisnis. Kecenderungan orang akan berusaha untuk menjadi “penting”, apa yang ia kerjakan berdampak baik dan signifikan bagi bisnis. Hal ini berkaitan dengan bagaimana perusahaan memberikan kesempatan sekaligus tantangan bagi para pekerja. Kepercayaan adalah benang merah dalam poin ini.

Jadi jika berpikir bahwa “uang” adalah segalanya, tidak sepenuhnya benar. Bisa saja melakukan people-push dengan uang, hanya saja akan memberikan dampak pada kultur bisnis yang tidak baik. Terlebih jika diadopsi oleh startup.

Antara people development dan talent aquisition

Memiliki sumber daya manusia yang berkualitas adalah cita-cita semua bisnis. Alasannya sederhana, bahwa bisnis membutuhkan bahan bakar yang tepat untuk mengimbangi persaingan yang makin ketat. Terlebih teknologi, berbagai pembaruan harus selalu diusung untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Untuk itu banyak hal yang bisa dilakukan, salah satu pilihannya ialah people development, yakni melatih pekerja untuk senantiasa menjadi lebih tangkas. Namun dewasa ini strategi talent aquisition juga menjadi tren di kalangan startup digital.

Membicarakan untung rugi antara people development dan talent aquisition maka harus mengembalikan kepada keadaan bisnis tersebut. Keduanya membutuhkan investasi dan memiliki risiko. Soal people development, perusahaan butuh mengalokasikan waktu dan biaya lebih banyak untuk mengadakan training terpadu, risikonya jika pekerja “kabur”. Sedangkan talent aquisition mengharuskan perusahaan menawarkan benefit yang lebih besar dari yang didapat dari perusahaan sebelumnya, risikonya pekerja sulit bersatu dengan visi bisnis.

Pertimbangan lainnya adalah kecepatan. Jika mengandalkan strategi people development memang tidak bisa seinstan talent aquisition, hanya saja prosesnya akan menjadi lebih mudah dipantau. Kembali kepada beberapa alasan seseorang mau mempertahankan jabatannya di sebuah perusahaan, yakni lingkungan yang membangun dan nyaman bagi mereka. Untuk itu perlu menjadi pertimbangan bahwa perusahaan menyajikan career path yang menjanjikan bagi para pekerjanya.

Proses people development turut memudahkan ketika perusahaan membutuhkan regenerasi di jajaran senior. Umumnya tidak bisa dilakukan dengan asal memilih orang yang berkompetensi, tapi dipilih yang berkompetensi plus mengenal betul bagaimana ritme bisnis berjalan. Investasi pada people development tampaknya mampu mengarahkan perusahaan ke arah sana, menjadikan pekerja mampu menyatu dengan visi bisnis secara keseluruhan.

Namun kembali lagi, itu hanyalah opsi. Apapun yang dipilih pastinya selalu akan dihubungkan dengan kebutuhan dan strategi bisnis yang telah dituliskan. Yang perlu digarisbawahi bahwa tak akan terlahir sebuah produk yang menjanjikan ketika diproduksi oleh tangan yang tidak berkompetensi. Sumber daya manusia sudah selayaknya dijadikan poin krusial dalam pembahasan utama bisnis, pun di level startup.

Seperti Apa Rasanya Jadi CEO Startup?

Menjadi orang nomor satu di perusahaan adalah suatu prestise dan prestasi yang mungkin bisa dibanggakan. Namun, semakin besar perusahaan, maka semakin banyak kepala yang harus dihadapi. Hal yang sama berlaku juga di startup. Meski baru seumur jagung, startup dapat menjadi ajang untuk diri sendiri dalam memimpin perusahaan.

Bagaimana mengelola organisasi, emosi, menjaga ritme kerja yang baik, bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan lain sebagainya. Untuk menjelaskan lebih detil, para CEO startup di bawah ini akan membantu Anda menerangkan bagaimana suka dan duka menjadi orang nomor satu di perusahaan. Berikut rangkumannya seperti dikutip dari Quora.

Harus mau meleburkan diri ke pekerjaan selama 24/7

Deena Varshavskaya, Founder dan CEO Wanelo, menerangkan menjadi orang pertama di perusahaan artinya sama saja dengan merelakan diri untuk kerja 24/7, tidak libur meski tanggal merah. Seluruh waktu, pikiran, dan tenaga Anda akan tercurahkan sepenuhnya untuk membangun perusahaan.

Kendati demikian, hal ini justru membuatnya jadi tertantang untuk memecahkan permasalahan, lebih kritis, dan kreatif untuk melakukan suatu pendekatan. Menjadi CEO, menurutnya, memberi dia kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat yang dapat membantunya mewujudkan perusahaan.

Bila diibaratkan, sambungnya, startup adalah wilayah pertumbuhan diri Anda yang tidak kunjung habis, sebab Anda terus menjauhi diri dari zona aman. Anda ditantang terus untuk mengatasi tantangan, hal apa saja yang Anda pelajari tentang diri sendiri, dan bagaimana Anda bisa memberikan kebebasan kepada pekerja.

Kegagalan itu, menurutnya adalah hal yang biasa terjadi dalam menjalani usaha. Namun, hal ini jangan menjadikan posisi founder startup sebagai korban, sebab hidup itu pada dasarnya adalah pilihan hidup masing-masing manusia. Bila Anda tetap ingin tidur dengan pola teratur, berarti ada harga yang harus di bayar sebab waktu Anda untuk kerja jadi berkurang.

Jadi ajang untuk belajar dan memperbaiki diri

Paul DeJoe, CEO Ecquire, menambahkan menjadi CEO startup itu sama halnya dengan menempatkan diri ada di neraka di bawah air. Sebab Anda harus tetap halus dan tenang di hadapan orang lain, meski banyak permasalahan yang selalu Anda hadapi.

Pekerjaan Anda adalah menciptakan visi, budaya yang dapat menjadi aspirasi oleh rekan kerja. Ketika mereka percaya dengan Anda, berarti Anda sudah dapat tim kerja yang ideal. Sebab, mencari orang-orang yang tepat untuk bekerja dengan Anda adalah pekerjaan yang paling sulit sekaligus penting untuk dilakukan.

Kendati, pembelajaran ini akan mempengaruhi hidup Anda secara signifikan, mengubah sifat untuk mempercayakan orang lain untuk mengerjakan tugas yang sebelumnya Anda lakukan mengingat Anda saat ini adalah seorang pemimpin.

Hal apapun yang Anda pikirkan, meski negatif dan belum terjadi sekalipun, sesungguhnya bakal terjadi di kemudian hari. Maka dari itu Anda harus selalu berpikir positif dan optimis.

Menjadi CEO akan membuat Anda jadi lebih menghargai segala proses bisnis, legowo dalam menerima masukan, dan tidak selalu puas dengan pencapaian-pencapaian. Bahkan, Anda akan kecanduan dalam mencari tantangan yang tersulit, karena ada hubungan langsung antara kesulitan dengan euforia ketika Anda berhasil menyelesaikan hal tersulit.

Kemudian, Anda akan bersikap seperti orang tua kepada konsumen tanpa mereka sadari. Sebab Anda sangat mencintai mereka dan mereka adalah dunia bagi Anda. Setiap hari begitu berbeda dan menarik untuk dilakui, meski gagal sekalipun tetap menyenangkan bagi Anda.

100% beban perusahaan akan ditanggung sendiri

Jason M Lemkin, Co-Founder dan CEO EchoSign, menjelaskan CEO startup tidak se-glamour seperti dibayangkan. Menurutnya, jika pendapatan perusahaan belum mencapai lebih dari 10 juta dolar dan belum sampai titik IPO, maka tidak bisa dikatakan bakal hidup dengan tenang.

Uang yang tidak bisa dipakai untuk merekrut orang baru, padahal Anda merasa selalu merasa kekurangan tenaga. Maka dari itu, Anda selalu mengakalinya dengan berbagai macam hal sesuai dengan kemampuan.

Menjadi CEO itu artinya Anda tidak bisa curhat segala hal ke tim karena mereka benar-benar tidak mengerti bagaimana rasanya ketika 100% beban perusahaan Anda tanggung sendiri. Bahkan kepada pasangan sekalipun.

CEO itu, sambungnya, adalah satu-satunya pekerjaan yang harus Anda lakukan, tidak memandang bulu darimana latar belakang pendidikan Anda. Meski Anda belum pernah melakukan skaling, tidak pernah merekrut orang, pada akhirnya itu semua harus Anda lakukan.

Orang lain akan benar-benar peduli pada apa yang Anda pikirkan dengan cara yang belum pernah terpikirkan. Meski Anda adalah CEO dari 10 pekerja saja, konsumen akan peduli dengan Anda meski jumlah mereka berpuluh-puluh kali lipat. Sebab bagi mereka, produk yang diciptakan di bawah kepemimpinan Anda memberi dampak bagi hidup hajat orang banyak.

Apakah Karyawan Anda Siap Diangkat Menjadi Manajer?

Salah satu orang yang ambisius dalam tim meminta kepada Anda untuk mengangkatnya menjadi seorang manajer. Dalam kesehariannya di kantor, Anda tahu dia memiliki kualitas pekerjaan yang sangat baik, seperti tepat waktu mengerjakan deadline dan mampu mengerjakan apapun tugas yang dibebankan ke dirinya.

Namun, apakah dia adalah sosok yang benar-benar siap untuk memimpin tim? Bagaimana Anda menilai keterampilan dan pengalamannya? Apakah ada cara terbaik untuk mengukur potensinya? Kemudian Anda pasti akan bertanya-tanya lagi, apakah keputusan promosi untuk orang tersebut adalah tepat untuk perusahaan?

Untuk mengatasi pertanyaan tersebut, Linda Hill, profesor Harvard Business School dan penulis buku motivasi mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan kapasitasnya sebagai pemimpin. Menurutnya, dalam mencari sosok pemimpin artinya Anda butuh bukti perilaku talenta yang mampu mengelola dan memimpin tim.

“Jika Anda berhasil dalam tahap evaluasi, Anda akan berada di posisi yang lebih baik untuk mengantisipasi kelemahan orang tersebut sehingga Anda bisa membantu dia ke peran manajemen ketika saatnya tiba,” ujar Hill.

Artikel ini akan membantu Anda apa saja hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai karyawan Anda. Berikut rangkumannya:

Ukur ketertarikan

Mengukur ketertarikan seseorang menjadi manajer, menurut Anna Ranieri selaku pelatih eksekutif dan penulis buku motivasi, adalah dengan bertanya langsung ke orangnya. “Apakah Anda tertarik ada di posisi manajemen?”, “Apa pandangan Anda dari penawaran ini?”, “Dan menurut Anda apakah Anda adalah orang yang tepat untuk di posisi ini?”

Kemudian, Hill menambahkan Anda harus memperhatikan apa saja bentuk kontribusi yang sudah dilakukan oleh dia, bukan hanya terpaku dari jawabannya saja. Anda juga perlu mencari tahu apakah orang tersebut memiliki motivasi yang tepat untuk memimpin.

Nilai dari pengalaman

Hill menganjurkan untuk mencari tahu apakah manajemen lain dari tempat yang berbeda pernah memiliki pengalaman yang sama dengan Anda. Dan menanyakan kembali ke calon kandidat, “Bagaimana Anda menghabiskan waktu di luar jam kerja?”. Dari jawabannya, Anda akan tahu bagaimana aktivitasnya apakah dia menjadi relawan atau mengerjakan kampanye non profit.

Hal ini akan memperlihatkan apakah orang itu senang memobilisasi orang lain dan memimpinnya. Bagaimana caranya dalam memimpin suatu tim dan membujuk mereka untuk memberikan hasil pekerjaan yang terbaik. “Punya pengalaman itu jadi kunci penting, tetapi Anda juga butuh cari bukti ucapannya dari hasil pekerjaannya,” sambung Hill.

Uji pengetahuan berorganisasi

Setelah Anda mengetahui calon kandidat mulai dari level ketertarikannya hingga pengalaman masa lalunya, cobalah cari tahu sejauh mana tingkat pengetahuannya dalam berorganisasi. Kemudian, evaluasi intelijen kontekstual atau CQ. Menurut Hill, CQ adalah poin penting dalam kepemimpian. Tanpa itu, Anda akan kesulitan dalam membuat prioritas dan berpikir tentang pekerjaan apa saja yang harus dilakukan oleh tim kerja.

Cari pendapat dari orang lain

Meski keputusan promosi tetap berada di tangan Anda, namun Ranieri menyarankan agar berdiskusi dengan rekan sekerja Anda. Cobalah Anda ajukan pertanyaan ke calon kandidat dengan meminta referensi orang-orang yang bisa Anda ajak diskusi mengenai dia. Semakin banyak informasi yang Anda dapatkan, bukan hanya dari mantan bos nya saja tetapi juga dari rekan kerjanya akan sangat membantu Anda dalam mempertimbangkan apakah dia adalah kandidat yang tepat.

Lakukan observasi

Tak sampai disitu, Anda juga membutuhkan secarik kertas yang berisi laporan apa saja yang telah diberikan oleh calon kandidat untuk kemajuan perusahaan. Ini bertujuan untuk mencari tahu apakah dia memiliki visi untuk perusahaan dan mampu menjangkaunya lebih luas lagi.

Cari tahu kesan Anda terhadap orang itu? Apakah dia penuh rasa penasaran? Tipe pelajar? Ketika ada kemunduran, apakah ada ketahanan yang kuat? Siapa orang yang dia cari ketika butuh bantuan? Apakah dia penyendiri atau punya jaringan?

Jika Anda tidak menemukan jawaban itu, Hill menyarankan untuk memberikan pengalaman kecil guna mengasah kemampuannya dalam peran kepemimpinan. Anda bisa menanyakan ke dia apa inisiatif baru yang bisa digunakan oleh perusahaan dalam proyek yang sedang ditangani.

Perhatikan lampu merah

Ketika Anda mengevaluasi potensi manajemen dalam satu kandidat, ada beberapa karakteristik yang perlu Anda waspadai. Menurut Hill, waspadalah dengan orang-orang yang tidak terbuka dengan masukan. Pikir dua kali bila ada kandidat yang jarang memperhitungkan pandangan dari orang lain.

“Jika dia adalah orang kaku, menurut saya ini menunjukkan bahwa ia tidak cukup ambisius untuk ada di posisi manajemen.”

Selain itu, hindari kandidat yang tidak murah hati. Menurut Hill, orang yang tidak bekerja baik dengan orang lain dan berpikir dia lebih pintar dari mereka, atau lebih baik, bukanlah orang yang tepat untuk menjadi manajer.

“Anda ingin pemimpin yang memberikan kredit KPI secara bebas, bersedia mengakui prestasi orang lain, tidak menghukum orang karena kelemahannya, dan mau membantu orang lain.”

Percaya kepada keputusan sendiri

Nyatanya, tidak ada orang yang mampu mencetak skor 10 untuk mencapai kesempurnaan. Jangan lupakan fakta bahwa Anda sedang mengukur potensial seseorang apakah mampu jadi bos orang lain. Ini adalah ilmu yang tidak sempurna. Akan tetapi coba ingat kembali ketika Anda pertama kali dipercaya menjadi manajer oleh bos Anda.

“Mengingat masa itu, Anda tahu bahwa kemampuan Anda sedang diuji dan ada seseorang yang percaya Anda mampu mengerjakan tanggung jawab itu. Disamping itu, ketika Anda memutuskan untuk promosikan kandidat yang cukup ambisius tersebut, sudah dipastikan dia tidak akan langsung berani melompat tanpa jaring pengaman. Itu adalah tugas Anda untuk membantu dia berkembang,” pungkas Ranieri.

Tips Manajemen Stres dari Para CEO

Stres merupakan hal yang wajar yang sering dialami manusia ketika sedang bekerja. Tinggi rendahnya tingkatan stres bisa dipengaruhi beberapa hal, seperti jumlah pekerjaan, lingkungan kerja dan hal-hal lain. Tingkat stres yang tinggi dapat berpengaruh terhadap kinerja kita sebagai pekerja di kantor. Stres yang tinggi akan cendrung membuat kita tidak tidak bersemangat, bingung apa yang harus dilakukan dan mengakibatkan hal-hal negatif lainnya.

Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi faktor-faktor umum penyebab stres:

1. Pekerjaan yang Banyak

99,99% pekerja pasti setuju bahwa beban kerja yang terlalu banyak dan berat akan membuat mereka mengalami stress di tempat kerja. Banyaknya beban pekerjaan yang dipikul akan membuat kita menggunakan seluruh kapasitas tenaga fisik dan juga pikiran yang dimiliki sehingga akan menyebabkan efek lelah

2. Lingkungan dan Rekan Kerja yang Tidak Produktif

Beberapa hal yang membuat seseorang betah di tempat kerja adalah lingkungan kantor dan juga rekan kerja termasuk para atasannya. Jika kita bekerja di lingkungan yang tidak kita sukai, dikelilingi dengan rekan kerja yang pemalas dan para atasan yang tidak supportive. Hal-hal ini akan meningkatkan tingkat stress kita di kantor.

3. Faktor Pribadi

Selain penyebab-penyebab eksternal atau yang berasal dari luar, terkadang stress juga disebabkan dari diri sendiri atau bisa disebut juga faktor internal. Permasalahan pribadi dengan pasangan, permasalahan keluarga, masalah finansial dan masalah-masalah pribadi lain yang tak jarang ikut mempengaruhi performa di tempat kerja.

Menjadi seorang CEO atau pemimpin di suatu perusahaan merupakan tantangan yang besar bagi seseorang, karena seorang CEO merupakan nahkoda yang menentukan kearah mana perusahaan akan berlayar. Ia bertanggung jawab terhadap kinerja tim secara keseluruhan. CEO-lah yang menjadi sorotan publik ketika terjadi permasalahan di perusahaan tersebut. Tingkat stres CEO dapat dipastikan tinggi. Yang membuat para CEO hebat adalah kemampuan mereka untuk mengatasi stres mereka.

Berikut ini adalah beberapa tips manajemen stres dari para CEO yang bisa kita pelajari bersama.

1. Keep it Simple ala Co-Founder Apple Steve Jobs

Co-Founder Apple Steve Jobs
Co-Founder Apple Steve Jobs

Siapa yang tidak tahu Steve Jobs? Orang yang paling berjasa di dunia Apple. Kerja keras dan kreativitasnya membuat Apple kini menjadi perusahaan raksasa di dunia. Menjadi Co-Founder dan CEO sekaligus pasti membuat seseorang merasa stress akibat banyaknya pekerjaan dan masalah yang harus diselesaikan. Untuk mengatasinya, Steve Jobs menggunakan prinsip “Keep it Simple”. Maksudnya, ketika ia merasa stres karena pekerjaan, ia akan berusaha untuk tenang dan tidak gegabah.

Steve Jobs juga tidak suka membesar-besarkan suatu masalah, sehingga setiap masalah yang datang dan menyebabkan dirinya semakin stres akan ia atasi dengan cara menganggap masalah tersebut kecil dan mudah diatasi. Pola pikir seperti ini yang akhirnya membuat masalah tersebut benar-benar terasa ringan dan bisa ia hadapi. Untuk mendapat ketenangan, meditasi dan yoga adalah cara yang terbaik.

2. Hilangkan Rasa Takut ala Founder dan CEO Tesla Elon Musk

Pendiri Tesla Elon Musk
Pendiri Tesla Elon Musk

Stres dan rasa takut merupakan satu paket yang tidak terpisahkan. Disadari atau tidak, rasa takut yang ada di diri kita akan semakin liar dan menjadi-jadi jika kita terus memikirkan sesuatu yang menakutkan tersebut. Beberapa di antara kita kerap kali menakutkan hal-hal buruk yang belum terjadi. Nah, itu dia yang akhirnya membuat kita semakin stres dan tidak bisa mengontrol rasa stres kita. Elon Musk menyarankan kita untuk menghilangkan rasa takut tersebut agar Anda bisa mengambil keputusan dengan jernih juga mengerjakan pekerjaan dengan lebih fokus.

3. Jangan Berhenti Apapun yang Terjadi ala CEO Krux Digital Inc Tom Chaves

CEO Krux Digital Tom Chavez
CEO Krux Digital Tom Chavez

Saran selanjutnya datang dari Tom Chaves, CEO Krux Digital Inc. Saat kamu berada di tengah-tengah pekerjaan yang menggunung dan beban kerja lainnya sampai kamu merasa stres, pastinya kamu ingin bersembunyi dan menghilangkan diri dari kantor. Daripada menghindar, lebih baik kita bisa mengikuti saran Tom Chaves, seorang CEO yang sangat gentleman karena dia memiliki prinsip apapun yang terjadi harus dihadapi dan jangan lari. Meskipun terdengar gila tapi itulah kenyataan yang kamu hadapi dan kamu harus terus selesaikan pekerjaan atau masalah tersebut satu persatu.

4. Berolahraga ala CEO iPrice Group David Chmelar

CEO iPrice David Chmelar
CEO iPrice David Chmelar

Kalau kamu sudah cukup tidur, cukup makan, cukup keras bekerja tetapi masih belum bisa mengatasi rasa stres tersebut sekarang saatnya kamu untuk berolahraga. CEO iPrice Group, sebuah layanan e-commerce yang tersebar di 7 negara, David Chmelar, selalu berolahraga saat ia merasa stres. Pergi ke gym atau jogging di taman kota adalah alternatif paling sederhana yang ia lakukan untuk berolahraga. Saat berolahraga itulah ia akan merasa kembali bersemangat, lebih segar, dan siap menghadapi segudang pekerjaan yang menantinya di kantor.


Disclosure: Tulisan tamu ini dibuat oleh Santika Juliawati. Ia bisa dikontak melalui LinkedIn.

Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan iPrice Group

Beberapa Cara untuk Berdamai dan Bangkit dari Kegagalan

Kegagalan pasti pernah dihadapi oleh semua orang. Yang membuat berbeda adalah bagaimana masing-masing menyikapi kegagalan. Ada yang mengutuk keadaan sambil mencari-cari alasan, ada pula yang bangkit dengan menggunakan pengalaman gagal sebagai pijakkan untuk tidak jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. Bagi pebisnis, cara mereka untuk bangkit dari kegagalan dan kembali menatap masa depan adalah salah satu hal kunci. Sikap seperti itu bisa dipelajari, bisa dibiasakan. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk berdamai dengan kegagalan dan menjadikannya tumpuan untuk bangkit.

Jangan sembunyikan kegagalan

Tidak mudah memang untuk menerima kenyataan bahwa kita telah mengalami kegagalan. Tidak mudah pula untuk menerima bahwa banyak yang tahu kita mengalami kegagalan, padahal hal itu justru lebih baik daripada menyembunyikan kegagalan. Orang malah akan bertanya-tanya jika mereka mendapat kabar kegagalan kita dari orang lain, dengan demikian tekanan justru akan lebih banyak. Sebisa mungkin ceritakan kabar kegagalan melaluo diri sendiri.

Buat penjelasan, bukan alasan atau bahkan mencari kambing hitam

Setiap kabar mengenai kegagalan pasti diikuti dengan pertanyaan “kenapa?”, “mengapa bisa seperti itu?”, dan lain-lain. Untuk bisa berdamai dengan keadaan, kegagalan, buat penjelasan sejujur mungkin, hindari membuat alasan-alasan atau kambing hitam atas kegagalan yang terjadi. Hal tersebut bisa menjadi pembiasaan buruk dan menutup kesempatan untuk kita bisa menerima kegagalan.

Buat rencana untuk memperbaiki kegagalan

Jika mendapati kegagalan diibaratkan dengan masuk ke dalam kubangan lumpur, untuk bisa melanjutkan perjalanan kita harus mencari cara untuk mandi dan terlihat membereskan noda-noda lumpur. Tak perlu menunggu dan mengharapkan seseorang untuk datang membawa air dan handuk yang bersih. Setiap mendapati kegagalan selalu rencanakan untuk menyelesaikannya, kemudian lakuakan dengan baik.

Miliki rencana pencegahan

Pastikan kegagalan selalu ada dalam hitungan matematis perencanaan sehingga kita tidak terlalu abai. Kita bisa menyiapkan dulu rencana untuk terhidar dari kegagalan. Risiko kegagalan bisa diminimalisir.

Ambil waktu sejenak untuk berfikir, kemudian lari menjauh dari kegagalan

Jika sudah mendapati kegagalan, pastikan ambil waktu untuk bisa berdamai dengan keadaan, dengan kegagalan. Ambil semua pelajaran yang bisa diambil, kemudian tinggalkan kegagalan dengan berlari, kembali ke jalur yang benar dengan membawa sejumlah kegagalan dan pengalaman.

Cara pandang dan optimisme

Ini adalah bagian paling penting untuk bisa berdamai dan menerima kegagalan. Berkaitan dengan penjelasan dan alasan, cara pandang adalah kemampuan personal. Orang yang punya kemampuan untuk menerima kegagalan biasanya memandang kegagalan disebabkan oleh sesuatu langkah yang salah dan itu bisa dibenahi, bukan menyalahkan sesuatu di luar kendali mereka seperti rasa malas, pengetahuan dan lain-lain. Selanjutnya, orang-orang yang sudah terbiasa berdamai dengan kegagalan mempunyai optimisme yang besar untuk bangkit kembali.

Gigih dalam perjuangannya untuk bangkit

Jika cara pandang dan optimisme berada di ranah mental, gigih berada di ranah tindakan. Bagaiman melakukan sesuatu dengan yakin dan pasti, dengan optimis. Orang-orang yang gigih terlihat dari cara mereka bangkit ketika berkali-kali jatuh dalam lubang kegagalan.

Selanjutnya, bawa hal-hal di atas secara bersamaan, satu paket utuh. Pemikiran yang optimis dan tindakan yang positif bisa menggusur awan gelap kegagalan menjadi cahaya terang menuju keberhasilan.

Ketika Harus Menutup Startup

Pemberitaan yang marak beredar dan kegiatan pemasaran yang masif di awal munculnya startup, ternyata bukan menjadi penentu keberhasilan sebuah startup. Menurut data Statistic Brain, hanya tersisa 50% startup yang bisa menjalankan bisnisnya dalam waktu 5 tahun.

Tentunya banyak alasan mengapa pada akhirnya startup terpaksa harus gulung tikar dan menghentikan usaha, mulai dari jumlah pengguna yang tidak bertambah, pendapatan yang menurun hingga teknologi yang sulit untuk diadopsi. Diperlukan faktor pendukung lainnya untuk bisa menjalankan bisnis, bukan hanya sekedar kecintaan serta kemampuan terhadap produk, namun faktor keberuntungan terkadang juga menentukan keberhasilan startup.

Artikel berikut ini akan mengupas tiga hal yang mempengaruhi kegagalan dari startup, dan bagaimana langkah tepat yang harus diambil untuk bisa menerima kegagalan dan mulai lagi dari awal.

Persiapan dan antisipasi

Saat Anda baru mulai membangun startup, jangan harapkan untuk langsung bisa menuai kesuksesan dalam dua tahun pertama, faktanya adalah dua tahun pertama justru merupakan momen yang paling merugikan dan sarat dengan pengeluaran dalam jumlah yang besar untuk bisa menjalankan usaha. Terapkan strategi yang tepat untuk bisa keluar dari kesulitan tersebut, salah satu langkah yang baiknya mulai dipikirkan adalah menutup startup Anda.

Tidak memiliki motivasi

Di awal berdirinya startup mungkin Anda masih memiliki semangat dan keinginan yang kuat untuk membangun startup, namun jika saat ini Anda mulai merasakan jenuh dan terjebak dengan rutinitas yang ada, hal tersebut perlu dicermati karena akan berakhir dengan kegagalan dan berhentinya usaha di tengah jalan.

Stres dan depresi

Menjadi seorang entrepreneur dan memiliki perusahaan sendiri artinya Anda harus siap selama 24 jam menjalankan bisnis yang ada. Jika Anda kerap merasa stres, depresi hal tersebut akan berimbas kepada kesehatan yang menurun. Sebagai pemilik perusahaan, Anda bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan.

Terima kegagalan dengan ikhlas

Saat ini sudah banyak pemilik startup yang akhirnya menutup startup mereka dan menghentikan usaha yang ada, meskipun telah memiliki jumlah unduhan aplikasi yang banyak, namun demikian kegagalan pun tidak dapat dihindari. Jika kegagalan terjadi kepada startup Anda, jangan menjadi malu atau enggan untuk mencoba kembali menjadi seorang entrepreneur. Terima semua kegagalan dengan kerendahan hati, pelajari dan koreksi kesalahan yang telah Anda buat di startup sebelumnya.

Terkadang kegagalan yang dialami di awal usaha bisa menjadi sebuah momentum yang tepat untuk Anda mempelajari kembali kekurangan dan kesalahan yang telah dibuat. Menutup perusahaan adalah cara yang paling bijak dilakukan, jika usaha tidak menunjukkan profit yang jelas. Lebih cepat Anda memutuskan untuk menutup startup, lebih sedikit risiko yang nantinya harus Anda tanggung.

Tentunya banyak pilihan yang kemudian bisa Anda lakukan, apakah ingin memulai kembali perjalanan karir Anda menjadi seorang entrepreneur, kembali bekerja menjadi seorang pegawai, atau mulai mencari bisnis atau pekerjaan ideal yang berbeda dari profesi Anda sebelumnya. Cobalah renungkan kembali pilihan yang paling ideal untuk Anda, setelah keputusan menutup startup telah dilakukan.