IEFTL Minggu ke-5, Ghazeto Perbesar Jarak dengan Remaong FC

Minggu lalu merupakan minggu ke-5 dari Indonesia Efootball Team Lobby (IEFTL). Saat ini, Ghazeto Storia masih menduduki posisi puncak di klasemen sementara dengan 52 poin dan selisih gol sebesar 49. Selisih poin Ghazeto dengan Remaong FC, yang kini menjadi runner-up, cukup jauh, mencapai 17 poin. Remaong FC sempat memuncaki klasemen sementara pada minggu ke-1. Namun, mereka tergelincir ke posisi ke-4 pada minggu ke-2. Sekarang, Remaong FC duduk di peringkat ke-2 dengan 35 poin.

Selisih poin antara tim-tim di peringkat 2 sampai peringkat 6 sangat tipis. Posisi ke-3 dan ke-4 diduduki oleh Garuda Ten dan Gatot Kaca. Keduanya sama-sama memiliki 34 poin. Hanya saja, Garuda Ten memiliki selisih gol yang lebih besar, mencapai 23 sementara selisih gol Gatot Kaca hanya mencapai 11. Tim yang duduk di peringkat ke-5 dan ke-6 juga memiliki poin yang sama, yaitu 33 poin.

IEFTL Minggu ke-5
Klasemen sementara IEFTL minggu ke-5. | Sumber: Facebook

Sementara itu, Ghazeto Storia berhasil mempertahankan posisinya di puncak klasemen sejak minggu ke-2. Memang, berdasarkan data dari IEFTL, Ghazeto merupakan tim dengan winning streak paling lama. Mereka berhasil memenangkan 20 pertandingan berturut-turut. Tak hanya itu, mereka juga memegang undefeated streak paling lama dengan 22 pertandingan tanpa kalah.

IEFTL diadakan dengan dua format pertandingan, yaitu liga dan IEFTL Cup. Pertandingan liga utama diadakan setiap hari Kamis dan Jumat sementara pertandingan IEFTL Cup diadakan setiap 2 minggu pada hari Selasa. Menurut data dari IEFTL, sepanjang minggu ke-5, tercipta 877 gol, dengan 737 gol tercipta di liga dan 140 sisanya di IEFTL Cup. Hal itu berarti, jumlah rata-rata gol pada setiap pertandingan IEFTL — baik liga maupun cup — mencapai 2,55 gol.

IEFTL Minggu ke-5
Statistik IEFTL minggu ke-5. | Sumber: Facebook

Masih menurut data statistik IEFTL, Ghazeto Storia dinobatkan sebagai tim penyerang terbaik. Hal ini terlihat dari fakta bahwa mereka mencetak gol paling banyak, yaitu 88 gol. Garuda Ten menjadi tim ofensif terbaik ke-2 dengan total gol 81, diikuti oleh Aliansi dengan 77 gol, Remaong FC dengan 73 gol, dan JCC E-Sports dengan 60 gol. Untuk soal kemampuan bertahan, Volcano menjadi tim dengan pertahanan terbaik, diikuti oleh Gatot Kaca, Aco Glory, Remaong FC, dan Ghazeto Storia.

IEFTL Minggu ke-3, Ghazeto Storia Masih Puncaki Klasemen

Minggu ke-3 dari Indonesia Efootball Team Lobby (IEFTL) baru saja berakhir. Ghazeto Storia, yang merebut posisi pertama dari Remaong FC pada minggu ke-2, masih duduk di peringkat pertama. Dari 4 pertandingan selama minggu ke-3, Ghazeto berhasil memenangkan semua pertandingan, termasuk ketika mereka melawan tim unggulan Aliansi dan Remaong FC. Melawan Aliansi, mereka menang dengan skor tipis 2-1 sementara saat berhadapan dengan Remaong FC, mereka menang dengan skor 5-1. Kini Ghazeto memiliki 28 poin dengan selisih goal sebanyak 23.

Sementara itu, tim Gatot Kaca, yang duduk di peringkat 2 pada minggu ke-2, kini harus puas dengan peringkat 7. Dari 4 pertandingan pada minggu ke-3, Gatot Kaca hanya bisa memenangkan 1 pertandingan. Ketika melawan Ghazeto pada hari ke-7, tim Gatot Kaca harus bertekuk lutut dengan skor tipis 0-1. Tak hanya itu, mereka juga kalah melawan tim Aco Glory dengan skor 0-2 dan hanya bisa bermain imbang ketika menghadapi tim Volcano.

IEFTL Minggu ke-3
Klasemen sementara dari IEFTL Minggu ke-3. | Sumber: Facebook

Kapten tim Gatot Kaca, Tri Susanto sempat diwawancara sebelum timnya melawan Ghazeto. Hasil wawancara ini lalu diunggah ke Facebook. Ketika ditanya tentang strategi Gatot Kaca untuk melawan Ghazeto, Tri menjawab, “Untuk strategi melawan Ghazeto kemungkinan Gatot Kaca akan menekan lawan di seluruh lapangan, menekan barisan pertahanan dalam setiap kesempatan dan tidak memberi ruang bergerak pada pemain terbaik Ghazeto.”

Dia mengakui, Ghazeto merupakan tim kuda hitam yang dapat menghambat ambisi mereka untuk menjuarai IEFTL musim ini. Meskipun begitu, dia mengungkap, semua pemain Gatot Kaca memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk bermain dengan fun tanpa harus memikirkan menang dan kalah. “Yang penting unggul minimal 1 gol di setiap pertandingan,” katanya sambil bergurau. Menurut Tri, ada 3 tim yang merupakan pesaing terberat di IEFTL musim ini, yaitu Remaong FC, Aliansi, dan Garuda Ten.

IEFTL minggu ke-3
Jumlah gol yang dicetak tim IEFTL setelah minggu ke-2 berlalu. | Sumber: Facebook

IEFTL menggunakan 2 format kompetisi, yaitu liga dan cup. Minggu lalu, tim IEFTL mengumpulkan data tentang produktivitas tim-tim yang ikut serta dalam IEFTL. Dari data itu, terlihat bahwa tim JCC E-Sports merupakan tim yang paling produktif dalam mencetak gol.

Per minggu ke-2, tim tersebut telah mencetak 38 gol: 11 gol pada ajang piala dan 27 gol pada liga. Itu artinya, per pertandingan, mereka mencetakk 4,75 gol. Tim yang paling produktif ke-2 adalah Garuda Ten dengan rata-rata gol per pertandingan sebanyak 4,38 gol. Ghazeto menjadi tim yang paling produktif membuat gol nomor 3. Mereka mencetak 4,25 gol per pertandingan.

IEFTL Masuki Minggu Ke-2, Posisi Puncak Klasemen Berpindah Tangan

Minggu lalu merupakan minggu ke-2 dari kompetisi Indonesia Efootball Team Lobby (IEFTL) yang diadakan oleh Online PES Community (OPC). Saat ini, puncak klasemen diduduki oleh Ghazeto Storia dengan 16 poin dan 14 selisih gol. Sementara Remaong FC, yang menduduki puncak klasemen pada akhir pekan pertama, harus puas dengan peringkat 4 setelah kalah dua kali berturut-turut dari tim Miracle dengan skor 1-4 dan dari tim Aliansi dengan nilai 0-3.

Pada minggu pertama, Ghazeto Storia duduk di peringkat empat. Dari dua pertandingan, mereka berhasil memenangkan satu pertandingan melawan Aco Glory dengan skor 5-2 dan bertanding imbang melawan Garuda Ten dengan skor 2-2. Mereka berhasil naik ke peringkat satu berkat empat kemenangan berturut-turut yang mereka raih pada IEFTL minggu ke-2.

Pada pekan ke-2, hari ke-3, Ghazeto menang melawan Black Mamba dengan nilai 3-0. Pada hari berikutnya, mereka mengalahkan tim Canon Ball dengan skor 3-0. Pada hari ke-5, mereka memenangkan pertandingan melawan Impromptu dengan skor 4-0 dan pada hari terakhir minggu ke-2, mereka berhasil mengalahkan tim Hanoman walau dengan skor tipis, 3-2.

IEFTL minggu ke-2
Klasemen sementara dari IEFTL pada akhir minggu ke-2. | Sumber: Facebook

Pada akhir pekan pertama, tim Gatot Kaca duduk di posisi kedua. Mereka berhasil mempertahankan posisi tersebut pada IEFTL minggu ke-2. Sama seperti Remaong FC, tim Gatot Kaca juga sukses mendapatkan dua kemenangan pada pekan pertama. Hanya saja, selisih gol mereka lebih kecil. Pada hari ke-3, pekan ke-2, tim Gatot Kaca harus bertekuk lutut di hadapan Remaong FC dengan skor 8-4. Namun, kekalahan tersebut tidak mematahkan semangat tim Gatot Kaca, yang kembali tampil perkasa pada hari ke-4. Mereka menang melawan tim Aliansi dengan skor 7-2. Pada hari ke-5 dan ke-6, Gatot Kaca juga mendapatkan  kemenangan berturut-turut.

Saat dihubungi melalui pesan singkat, Prima Bastian dari OPC menjelaskan, tergesernya Remaong FC dari posisi pertama bukanlah hal yang aneh. Menurutnya, salah satu hal yang menarik dari format 11v11 adalah biasanya, tidak ada satu tim yang terlalu dominan. “Pertandingan dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya koneksi internet. Pada saat bermain, jika kiper tiba-tiba disconnect, harus diganti oleh pemain yang masih bermain,” ujarnya. “Lalu, lineup pemain yang turun jika lapis kedua atau yang sering bermain tiba-tiba berhalangan, diganti dengan yang jarang bermain.”

IEFTL minggu ke-2
Hasil pertandingan pada hari ke-6 IEFTL minggu ke-2. | Sumber: Facebook

Dalam sebuah liga sepak bola, tim dituntut untuk bermain secara stabil agar bisa menjadi juara. Begitu juga dalam IEFTL. Ketika ditanya tentang bagaimana cara agar sebuah tim bisa memiliki performa yang stabil sepanjang liga, Prima menjawab, “Seperti layaknya sepak bola asli, kehadiran pemain atau rekan bermain yang bisa mempertahankan mental bermain sesama player. Sebisa mungkin, tidak memengaruhi mental sesama player. Jangan sampai satu atau dua player drop kepercayaan dirinya.”

Saat mengadakan IEFTL, OPC ingin meniru format liga sepak bola sebenarnya. Karena itu, selain menyelenggarakan liga utama — yang pertandingannya diadakan setiap hari Kamis dan Jumat — OPC juga menyelenggarakan IEFTL Cup. Jadwal IEFTL Cup adalah pada hari Selasa setiap 2 minggu. IEFTL bakal berlangsung selama 8 minggu dengan 1 minggu break, yaitu saat pada libur lebaran. IEFTL mulai diadakan pada 2 Mei 2020. Berbeda dengan kebanyakan pertandingan PES lainnya, IEFTL menawarkan format 11v11.

Kompetisi Team Lobby tersebut kini memasuki minggu ke-3. Pertandingan hari ke-7 dan ke-8 akan diadakan pada 14 Mei 2020 sementara hari ke-9 dan ke-10 akan diadakan pada 15 Mei 2020. Pada minggu ke-4, akan diadakan IEFTL Cup Quarter-Finals pada 19 Mei 2020. Sementara pertandingan untuk liga utama IEFTL tetap berjalan seperti biasa. Dalam minggu ke-4, 2 hari pertandingan untuk liga utama diadakan pada 21 Mei dan 22 Mei. Minggu berikutnya adalah jeda istirahat, yang juga bertepatan dengan bursa transfer pemain.

Pada minggu ke-5, selain diadakannya  IEFTL Cup Semi-Finals pada 2 Juni 2020, pertandingan untuk liga IEFTL tetap berjalan. Di minggu ke-6, dua hari pertandingan liga utama akan diadakan pada 11 Juni dan 12 Juni 2020. IEFTL Cup Grand Final akan diadakan pada minggu ke-7, untuk lebih tepatnya, pada 16 Juni 2020. Sementara liga utama IEFTL akan berlanjut ke minggu ke-8. Dalam minggu terakhir ini, pertandingan akan diadakan pada 25 dan 26 Juni 2020.

Online PES Community Adakan Kompetisi PES Team Lobby

Indonesia Efootball Team Lobby (IEFTL) di bawah Online PES Community (OPC) menyelenggarakan kompetisi PES Team Lobby dengan format 11v11. Dalam kompetisi tersebut, ada 16 tim yang ikut serta. Masing-masing tim memiliki sekitar 20-25 pemain. Jadi, setidaknya, kompetisi ini diikuti oleh 320 orang. Sama seperti pertandingan sepak bola biasa, kompetisi tersebut akan menggunakan sistem kandang dan tandang (home & away).

Dari 16 tim, saat ini, Remaong FC duduk di peringkat pertama dengan poin 6. Mereka berhasil menang melawan Impromptu dengan skor 4-0 pada hari pertama. Sementara pada hari kedua, Remaong FC dapat menang telak melawan Hanoman dengan skor 7-1. Posisi kedua diduduki oleh tim Gatot Kaca, yang juga berhasil memenangkan dua pertandingan dalam dua hari. Hanya saja, selisih skor Gatot Kaca lebih kecil. Pada hari pertama, Gatot Kaca menang melawan Miracle Team dengan skor tipis 3-2. Sementara pada hari kedua, mereka juga dapat menang dengan skor 2-1 melawan Incredible Squad.

pes team lobby
Klasemen sementara, hasil pertandingan hari kedua. | Sumber: Facebook

Dalam unggahan di media sosial, IEFTL menjelaskan bahwa alasan mereka mengadakan turnamen 11v11 adalah agar format tersebut bisa format alternatif kompetisi PES. Saat ini, kompetisi PES biasanya diadakan dengna format 1v1, 2v2, atau bahkan 3v3. Pertandingan 11v11 diharapkan akan menjadi format yang unik karena menyerupai pertandingan sepak bola sebenarnya.

Salah satu alasan IEFTL mengadakan turnamen Team Lobby ini adalah untuk mendorong komunitas game PES di Indonesia untuk tetap melakukan kegiatan positif di tengah pandemi virus corona. Memang, di kala karantina seperti sekarang, esports bisa menjadi pelipur lara bagi fans sepak bola yang kecewa karena banyak liga sepak bola dibatalkan. Saat dihubungi melalui pesan singkat, Prima Bastian dari OPC juga mengatakan, tujuan lain mereka mengadakan kompetisi 11v11 adalah membangun sistem yang kompetitif sehingga terlahir tim PES Indonesia yang dapat berlaga di pertandingan Team Lobby.

Prima mengatakan, menyelenggarakan kompetisi dengan format Team Lobby justru memudahkan OPC sebagai penyelenggara untuk berkomunikasi dengan perwakilan tim. Pasalnya, dalam turnamen 1v1 atau 2v2, penyelenggara harus menyediakan setidaknya 64 slot/tim/pemain. Itu berarti, penyelenggara harus berkomunikasi dengan 64 orang pemain yang berbeda-beda. “Sedangkan di sini, OPC hanya mengawasi 16 slot/tim,” ujarnya. “Peraturannya pun sudah kami buat sedemikian rupa agar tidak memberatkan peserta.”

Lebih lanjut dia menjelaskan, “Kalau per tim, mereka sudah punya komitmen dalam bermain dan punya kebanggaan tersendiri dalam membantu tim mereka untuk menang. Euforianya sudah seperti pemain sepak bola sebenarnya.” Dia yakin, kompetisi Team Lobby memiliki hype yang berbeda dari pertandingan individual. “Motivasi kami sekarang adalah agar dilirik organisasi yang lebih besar. Kalau bisa yang memang official, seperti PSSI.”

Wawancara Singkat Skyegrid Tentang Kondisi Pasar Cloud Gaming dan Prospeknya

Layanan cloud gaming lokal Skyegrid belum lama ini menambahkan game baru pada katalognya. Bukan sembarang game, melainkan salah satu yang masuk kategori game sejuta umat, yaitu eFootball PES 2020 Lite garapan Konami.

Game ini sekarang sudah bisa dinikmati seluruh pelanggan Skyegrid, baik yang berlangganan paket bulanan, mingguan, ataupun hariannya. Dan karena game-nya sendiri gratis, pelanggan hanya perlu memiliki akun Steam (yang dapat dibuat secara gratis), tanpa ada biaya tambahan lagi.

Dibandingkan versi full-nya, PES 2020 Lite tidak dilengkapi fitur online multiplayer. Pun begitu, mode co-op atau Local Match tetap tersedia, dan Skyegrid melihat ini sebagai alternatif yang pas untuk menemani masa-masa swakarantina seperti sekarang.

Dengan masuknya PES 2020 Lite, Skyegrid kini sudah mempunyai total 87 judul game yang berbeda, dengan komposisi 50:50 untuk game berbayar dan game free-to-play. Pertanyaannya, apakah ke depannya Skyegrid juga bakal menghadirkan PES 2020 versi full?

“Betul, rencananya akan seperti itu,” jawab CEO sekaligus founder Skyegrid, Rolly Edward, saat saya hubungi melalui email. “Karena gim ini juga didaulat jadi cabang olahraga e-sport di tingkat regional, bahkan internasional. Jadi, ini sekaligus komitmen Skyegrid dalam menciptakan channelchannel baru untuk bibit atlet e-sport di tanah air.”

Rolly lanjut menjelaskan bahwa PES 2020 Lite dipilih karena game-nya gratis dan mereka ingin memantau animo konsumen terlebih dulu. Kalau memang menjanjikan dan banyak konsumen yang tertarik, mereka akan segera menambahkan PES 2020 versi full.

Saya juga sempat menyinggung soal optimasi teknologi yang Skyegrid lakukan untuk game sejuta umat ini, dan Rolly bilang bahwa mereka belakangan gencar menerapkan optimasi algoritma dari sisi port forwarding software demi menekan angka input latency.

Juga baru pada Skyegrid adalah fitur hardware acceleration, yang memungkinkan game untuk memanfaatkan tenaga dari GPU milik PC atau laptop masing-masing pengguna. Singkat cerita, semua game dipastikan berjalan lebih mulus (frame rate-nya naik) dan stabil dibandingkan pada Skyegrid versi sebelumnya.

Kondisi pasar cloud gaming di Indonesia

PES 2020 Lite

Saya juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menanyakan kondisi pasar cloud gaming di Indonesia, dan apakah kehadiran game sejuta umat macam PES bisa membantu menarik minat konsumen secara signifikan.

“Kondisi pasar masih tetap tumbuh dan menjanjikan, meski saat ini masih relatif stagnan,” jawab Muhammad Chandrataruna yang menjabat sebagai Chief Communications Officer di Skyegrid. “Belum signikan. Karena tantangannya di Indonesia belum berubah: infrastruktur telekomunikasi yang belum merata dan lisensi game AAA yang masih mahal dan belum menaruh komitmen pada cloud gaming,” lanjutnya.

Pada kenyataannya, industri cloud gaming secara global juga masih menemui sejumlah tantangan. Kita tahu bahwa Google Stadia banyak dikeluhkan oleh pelanggannya, dan terkadang juga masih terkendala soal performa. Lebih parah lagi adalah problem yang dialami Nvidia GeForce Now, yang ditinggal oleh sejumlah publisher game ternama.

“Untuk PES sendiri, selama seminggu terakhir animonya sangat baik dan terus bertambah. Jumlah pelanggan Skyegrid pun bertumbuh signifikan, yang kami yakini karena terdorong anjuran pemerintah agar #dirumahaja,” lanjut Chandra. Bukan cuma di Indonesia, kenyataannya memang belakangan semakin banyak yang mengisi waktunya dengan bermain game, dan itu dibuktikan oleh rekor jumlah concurrent users Steam baru-baru ini.

Prospek cloud gaming ke depannya

Skyegrid

Terkait prospek cloud gaming, Chandra bilang prospeknya sangat menjanjikan, meski perjalanannya masih panjang. Beliau merujuk pada riset dari Qurate, yang meramalkan bahwa di tahun 2020 market size dari industri cloud gaming secara global akan menembus angka $317,9 juta.

“Negara-negara maju, seperti Amerika, China, Eropa, telah lebih dulu mendapatkan momentum ini, karena secara infrastruktur dan sumber daya, mereka jauh lebih siap. Indonesia tidak jauh tertinggal, namun untuk beberapa hal, kita terpaksa harus lebih sabar,” lanjut Chandra.

Kunci utama cloud gaming sejatinya adalah koneksi internet, dan kita semua tahu kondisi internet di Indonesia belum sebaik di negara-negara maju seperti yang disebutkan Chandra itu tadi. Di sinilah faktor optimasi itu penting, dan untungnya Skyegrid juga memperlakukannya sebagai salah satu prioritas.

Cloud gaming dan esports

CEO sekaligus founder Skyegrid, Rolly Edward / Skyegrid
CEO sekaligus founder Skyegrid, Rolly Edward / Skyegrid

Saya tahu, dua hal ini memang terkesan bertolak belakang. Di satu sisi esports mengharuskan game berjalan mulus dan tanpa lag sedikitpun agar performa pemainnya bisa maksimal. Di sisi lain cloud gaming justru masih dilanda problem input latency.

Namun anggap koneksi sudah bukan masalah dan cloud gaming tak lagi terkendala performa, mungkinkah ke depannya esports bisa dijalankan via cloud gaming?

“Saya yakin bisa, sebab salah satu, atau mungkin satu-satunya, teknologi yang akan menggantikan konsol seperti PlayStation dan Xbox, adalah cloud gaming,” jawab Rolly. “Sedangkan device-nya bisa jadi perangkat yang dipakai semua orang hari ini: laptop, all-in-one PC, smart TV, dan smartphone,” lanjutnya.

Rolly juga menuturkan bahwa keputusan soal esports dan cloud gaming ini tidak bisa sepihak saja, melainkan juga harus dirundingkan dengan pihak asosiasi, penyelenggara, pemerintah, publisher, dan lain sebagainya. “Mungkin 3 – 5 tahun lagi, saya perkirakan baru dimulai perumusannya. Sekarang masih terlalu dini untuk Indonesia,” tutup Rolly.

Learning about Differences, Fighting Spirit, and Limitations from A Disabled Gamer

His face was beaming while waving his hand beneath his chin when my video call was connected with Angga. With his mother that was devoted to stay beside him in a small modest room, Angga did not limp even though he was on a wheelchair.

The conversation between us three was different with the most video call. Angga typed the answers via WhatsApp for the questions I asked through video call because he is also a mute. Angga’s mother, Nurhikmah, sometimes translate Angga’s sighs so it was easier to understand.

The Story of Angga Tribuana Putra

Angga with his mother
Angga with his mother. Source: Angga Zerotoshine

Angga Tribuana Putra is his complete name. He could not speak nor could his legs move. “The doctor said that I have acute polio. So, my spinal nerve is pinched and my voice cord does not work. If I don’t drool, my head grows big,” said Angga. Angga’s mother added that only the fingers on his right hands that could move.

The gamer that likes Pro Evolution Soccer (PES) and Clash Royale explains that he likes to play game because he could get spirit, aside from happiness. For him, game is not just a hobby. He sees game as a medium to achieve something. For Angga, esports is one of the things that could make him face the world with a smile. The thing is, in esports he could develop his talent, use his brain, and exercise his hands.

Angga likes PES because in his opinion that game is the most realistic one. He admitted that he was undergoing a license for PSSI training. Because of that thing he always plays PES because he believes that the strategy in PES can be applied as well in football. “I knew football from PES. I play not to win but to fathom the tactics,” said Angga who wants to be a football coach.

Source: Liga1PES
Source: Liga1PES

For those of his disabled friends Angga asked them to fight against the emotional conflict and stopped asking about the justice of God. For him, people with disability are phenomenal humans that must be able to show the world that they have outstanding class and abilities.

I also managed to talk with the mother through WhatsApp to find out more about Angga’s daily life. On daily basis, Angga always got help from his mother because of his limitations. However, his mother is still grateful because she thinks that Angga possesses a lot of abilities.

His mother says that Angga can use PS3 or PC without any help. To this day, Angga does not go to school. His mother said that there are two reasons for that, one is that they don’t have enough money and that Angga does not want to go to school. “He said, I don’t have to go to school, Mom. I can do it myself,” said his mother copying Angga.

Source: Angga Zerotoshine
Source: Angga Zerotoshine

His mother never expected that Angga can learn to read or use computer by himself. She also said that a lot of people who mocked Angga and degrade him. Even according to his mother, she is the only one who supports him from the family’s side.

His mother hopes that Angga can always be passionate and fight for his dreams and ambition even though he always been underestimated and considered as hallucinating. “I’m relieved. Insya Allah Angga can make me proud. Angga doesn’t want to see mum being sad all the time,” said Nurhikmah copying Angga once more.

That was a piece of story about Angga and his mother, Nurhikmah, about each of their own struggles. Of course it’s a bit inconsiderate to condense one life story in one writings, even a thousand pages. But, I personally believe there are two important things that we can learn from the struggles of Angga and his mother.

Gamer Community Should Be an Inclusive Community

From Angga’s story, game is one activity that can make him passionate to go through life. Game could give him challenges without seeing the limitation of physical aspects. Esports can give him a sense of achievement that maybe unable to present in another area.

Actually, other areas that are more traditional such as art (music, painting, et cetera) can also give challenges and new goals without seeing physical limitations. However game and esports now can become a new life goal for everyone, without exceptions.

Source: Angga Zerotoshine
Source: Angga Zerotoshine

Unfortunately the social network that is very dominant in our daily life as a modern society often sharpen the differences, including in the gamer community.

The fact is, the debate between which MOBA is better, which games that is more valid to be included in sports events such as SEA Games or ASIAN Games, which gaming platform that is more ideal, and any other kinds of debate that do not give positive impact for the development of Indonesian game or esports industry; at least if the debate is limited to the foolishness that often happen in the cyberspace now.

I’ve been included in the gaming industry for 10 years and I got new friends, fellow gamers from different social, culture, economic background. For me, this is how a gamer community should be: a community that does not discriminate about religion, political views, economic class, cultural background, sex, even physical limitations.

Agreed or not, for me true gamers are those who are open to every kind of differences. Why? Because the fact is, game is a culmination between the meeting point of art and technology that is considered to be too distinct for traditional people.

A True Gamer Does Not Easily Complain and Never Stops Fighting

Source: Angga Zerotoshine
Source: Angga Zerotoshine

The reality is, there are a lot of people who think that they are the most miserable ones in this world. Often, us humans tend to see limitations and unfortunate aspects of each of our own lives easier.

I personally believed that a true gamer is supposed to be like Angga. With all his limitations, he never stopped fighting. He does not want to give up and blame the fate. Aside from Angga, I think we can learn about the diligence and perseverance from his mother because she always tries to provide the best for Angga.

Apart from the fact if Angga can reach his dreams or not later, I think we can think about that some other time. The more important thing here, for me, is how we don’t use our limitations to stop fighting. The fact is, true gamers should be the ones who are attracted to find new or hard challenges.

Source: Angga Zerotoshine
Source: Angga Zerotoshine

No matter if it’s single player or multi player, we enjoy the process of playing games because there are challenges and goals that we want to finish—except if you are playing Pou or My Little Pony on Android or iOS (which means that you enter the wrong website).

Finally, there is nothing wrong if we reflect from Angga and his mother. There is a big chance that we are luckier than Angga because our limitations are mostly about social and economic order (it’s also not that as bad as what you imagine if you still have access to internet). So, be grateful and keep fighting…


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian.

A Long Pass from Liga1PES Working on PES Esports in Indonesia

After we talked about fighting game’s world in Indonesia with Advance Guard several times ago, in this opportunity, we’d like to talk about another esports that can be said as minority as well, Pro Evolution Soccer.

I have invited Liga1PES Founder Valentinus Sanusi to have a talk over a coffee with us. Liga1PES is the biggest PES community in Indonesia becoming a place for gamers of KONAMI football games to gather.

PES Esports State in Indonesia

To begin, I asked about the state of PES esports’ ecosystem in Indonesia. “It’s almost every week that the community at PS (PlayStation) rental place set up a competition of PES or as it’s once known as Winning Eleven,” answered Valentinus.

“From what they’re doing, we as Liga1PES representative see that they don’t have any proper place and management to get a proper competition done. That’s why since 2016, we’ve tried to develop a structured national competition system together with the PS rental place and the community,” he added.

Since a long time ago, PES series have always been compared to EA’s FIFA. We can say that both of them now are quite marginalized as the increasing popularity of mobile platform as a preferred platform and MOBA as a preferred genre (followed closely by Battle Royale).

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

How is the comparison of esports state between FIFA and PES in Indonesia? Before the FIFA fans argue, we’re going to get an answer from Indonesia’s FIFA representative next time.

Valentinus said many things about this. Liga1PES competition has entered its fourth year, and through this competition, they are not only looking for the best PES player at national level but also trying to distribute and provide chances for national players to compete at a higher level like SEA (Southeast Asia) or international competition.

Originally, Liga1PES would like to bring the best Indonesia players to compete at SEA events against other best players from neighboring countries like Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapore, and Myanmar.

“In terms of esports, I dare to claim that PES is far way better than FIFA as we already have a routine national scale competition system, interconnected with regional competition, and now we’re working on international competition with European and American community.”

PES Esports Challenges in Indonesia

An interesting thing about Indonesia’s PES is that one could say of it as the best-selling game in its glory day, the era of PS1 and PS2, and most likely PES is the most played game at every rental place in Indonesia. I am sure that most gamers, both PC and consoles, have played, at least once, PES or WE on those days.

However, as technology develops, PES fame began to fade and was replaced by MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) that is now still being the most popular esports. PC and consoles are also crushed by Android platform.

How does Valentinus respond to that?

“I think that this doesn’t only happen to PES. Esports itself is a new, fast-growing industry dominated by PC and mobile platform.”

He also added that there were a lot of factors affected PES popularity, and one thing that couldn’t be denied was that mobile market was indeed bigger than consoles.

“Most of Indonesians own at least a phone and can access games easily without TV, and it is the one reason that makes MOBA grow faster. It’s easily accessible.”

Valentinus also said, “It’s not that people are not interested in PES, the game is just lacking of exposure.” The console market itself is more segmented than PC or mobile.

“For instance, RPG fans around the world is bigger in number than MOBA fans but this comparison is not fair and even, just like comparing MOBA with PES.”

Valentinus also believes that PES actually has bigger market potential than other genres, as PES is a football genre and football is the world’s most favorite sport.

That’s why he argued that it would be way easier to invite commoners to watch football game esports than any other genre and it has also been proved as PES esports is growing so fast in Europe and Asia. Some big football clubs even has begun to recruit PES players to represent their club.

“PES esports in Thailand even has been supported by their government and KONAMI will conduct an esports league for Thailand’s football clubs. With this growth, I think the mixed exposure between football and its esports will be a great combination in years to come.”

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Various Parties’ Support for PES Community

While it’s lacking of exposure in Indonesia, PES community has gotten many supports from various parties.

Liga1PES having vision to make PES gamers as people’s and gamer community’s role model by providing a place for the community to play PES positively and win achievements both nationally and internationally, according to Valentinus, has gained support from True Digital Plus Indonesia, Telkom Group, and other local partners.

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

They also have close relation with KONAMI and received official licenses (endorsement and validation) from KONAMI for their tournaments. The PES League Asia 2v2 earlier this year (2018) is one of the examples, as Liga1PES and KONAMI conducted qualification in 7 cities and online as well. They successfully brought Indonesia players to compete in Bangkok, Thailand. At that time, Indonesia became Runner-Up as they’re losing to Japan in final.

Liga1PES was also involved in Asian Games 2018 by conducting PES Party before that huge event started, and it was supported by KONAMI. Liga1PES also became the organizer in a qualification for Indonesia representative in Asian Games 2018.

Valentinus said that they could give direct feedback to KONAMI, both in terms of games and community, esports, or their marketing matters. Mutually, KONAMI is also able to access PES Indonesia community growth via Liga1PES.

“Of course with this relationship we really hope that there would be a concrete action that could be manifested in the community. But it always requires a long, restless process for every policy or program related to KONAMI,” he closed the talk.

That was our brief talk with Valentinus related to PES Indonesia community and Liga1PES.

Valentinus Sanusi. Dokumentasi: Valentinus
Valentinus Sanusi. Dokumentasi: Valentinus

On one side, what he said about football being easily accepted by many people might be right, yet on the other side, football games are not only PES, EA’s FIFA has always been their biggest rival.

Next time I’ll invite FIFA community representative to hear their opinion about the same matters. The real work is not only for the community to get done, KONAMI and EA also need to work more for football game esports growth, including in Indonesia.

I personally would like to see both of them growing big and popular, even the MOBA itself. That’s why, I brought the name of FIFA purposely to provoke KONAMI to invest more in Indonesia before EA does – and vice versa. Hahaha…

Thank you for Valentinus to have spent his time and share his story to us. We hope PES and Liga1PES community would be way stronger in times to come!

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian.

Game Sepak Bola PES 2016 Bakal Hadir dalam Versi Free-To-Play

Kecuali Anda benar-benar benci dengan olahraga sepak bola, besar kemungkinan Anda mengenal game berjudul Pro Evolution Soccer alias PES. Seri terbarunya, PES 2016, bakal hadir dalam versi free-to-play pada tanggal 8 Desember 2015 mendatang.

Kabar ini langsung datang dari Konami selaku pihak pengembangnya melalui sebuah siaran pers. Jadi mulai tanggal tersebut, pemilik console PlayStation 3 dan PlayStation 4 bisa mengunduh PES 2016 secara cuma-cuma – tentu saja dengan fitur yang terbatas.

Versi free-to-play ini sangat cocok bagi mereka yang hanya sekedar ingin mengadu ketangkasan bersama rekan dengan cepat melalui Exhibition Mode. Dalam mode ini, terdapat 7 tim yang bisa dipilih, baik klub seperti Juventus dan AS Roma maupun tim nasional seperti Brasil dan Perancis.

Exhibition Mode ini bisa dimainkan secara offline. Tapi kalau ada koneksi internet, pemain juga bisa mengakses fitur myClub yang cukup populer. Dalam mode ini, pemain akan merangkap peran sebagai manajer tim. Di sinilah Konami menawarkan sederet opsi in-app purchase yang bisa dibeli untuk membantu membangun tim impian masing-masing.

Konami menjanjikan bahwa pengalaman bermain yang ditawarkan oleh versi free-to-play ini tidak bakal berbeda dari versi standarnya. Lebih lanjut, update konten maupun gameplay yang diterima PES 2016 juga bakal menghampiri versi free-to-play-nya.

Sumber: Digital Trends. Gambar header: Konami.