PUBG Resmi Jalin Kolaborasi dengan Son Heung-min

Satu lagi tokoh terkenal yang menjalin kolaborasi dengan PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG). Kali ini kerjasama terjalin antara bintang sepakbola asal Korea Selatan dan Tottenham Hotspurs yaitu Son Heung-min dengan game bergenre battle royale ini.

Kabar kolaborasi antara PUBG dengan Son Heung-min diberitakan langsung melalui akun sosial media dari PUBG. Dengan tajuk Son is Coming dan karakter sang pemain yang siap bertempur menandakan kolaborasi ini akan segera dirilis oleh PUBG.

Meskipun begitu, masih belum banyak bocoran kerjasama yang diperlihatkan oleh pihak PUBG. Kita lihat saja apakah nantinya Son Heung-min hanya akan hadir dalam bentuk katakter atau skin saja ataukah nanti akan ada beberapa pernak-pernik item in-game yang hadir bersama penyerang sayap Tottenham Hotspurs tersebut.

Sumber Gambar: PlayerIGN

Menurut data mining, Son Heung-min akan hadir dengan beberapa bundel item. Bundel item yang dimaksud seperti jersey sepakbola, pakaian jas style Korea Selatan, helm, senjata, serta beberapa emoticon. Rumor yang beredar karater Son Heung-min nantinya akan hadir ke dalam PUBG pada akhir Juli 2021 mendatang.

Seperti yang kita ketahui bahwa PUBG juga baru saja memperkenalkan map baru bernama Taego. Map ini mempunyai tema latar belakang yang diambil dari negara Korea Selatan. Kemungkinan besar perilisan Son Heung-min akan berdekatan atau bahkan berbarengan dengan perilisan map Taego ini.

PUBG dan PUBG Mobile sepertinya akan terus mengembangkan kolaborasi mereka. Hingga kini tercatat banyak game, brand, film, dan tokoh terkenal yang pernah menjalin kerjasama dengan PUBG. Beberapa contohnya adalah Blackpink, game Metro Exodus, film Godzilla, serta Mclaren yang berakhir dengan kesuksesan.

Selain itu, kedatangan Son Heung-min ke dalam PUBG akan mempersengit persaingan antar game battle royale. Sebelumnya Fortnite juga telah menjalin kolaborasi dengan tim sepakbola PSG dan bintangnya yaitu Neymar beberapa waktu lalu.

Buriram United Esports Tampil Sebagai Juara PUBG Continental Series 4: Asia Pacific

Turnamen PlayerUnknown’s Battlegrounds PUBG Continental Series 4: Asia Pacific resmi berakhir. Turnamen PUBG tingkat internasional ini digelar pada 10 Juni hingga 25 Juni 2021 kemarin dan diikuti oleh 16 tim PUBG terbaik di Asia Tenggara dan Oseania.

Indonesia mengirimkan 2 wakilnya ke ajang tahunan game PUBG ini. 2 tim yang mewakili Indonesia adalah Eagle 365 Esports dan Victim Rise. Sayangnya, kedua tim tersebut tidak mampu berbicara banyak dan harus mengakui keunggulan tim-tim Asia Tenggara lainnya. Eagle 365 Esports harus puas berada di posisi 5 klasemen. Sementara Victim Rise finish di urutan 10 klasemen akhir PCS4: Asia Pacific.

Sumber Gambar: PUBG

Wakil dari Thailand yakni Buriram United Esports tampil sebagai juara PCS seri yang keempat ini. Tim Buriram United Esports tampil konsisten sejak minggu pertama digelarnya PCS4: Asia Pacific. Tim Buriram United Esports berhasil unggul tipis dari tim FURY yang menempati posisi runner-up klasemen akhir. Sementara posisi ketiga klasemen akhir berhasil diamankan oleh wakil dari Vietnam yakni BN United.

PUBG Continental Series 4: Asia Pacific sendiri merupakan ajang kualifikasi menuju turnamen PUBG Global Championship 2021. Buriram United Esports sebagai juara PUBG Continental Series 4: Asia Pacific berhak atas 1 slot mengikuti turnamen tahunan terbesar game PlayerUnknown’s Battlegrounds ini.

Analis Ungkap 4 Kunci Sukses Free Fire di Asia Tenggara dan Amerika Latin

Bila kita berbicara tentang battle royale, pikiran kita pasti akan langsung tertuju pada dua game battle royale terbesar di dunia: Fortnite dan PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG). Akan tetapi sebetulnya ada game lain yang diam-diam juga punya kesuksesan besar, bahkan melampaui Fortnite dan PUBG di beberapa negara. Game itu adalah Free Fire, battle royale besutan 111dots Studio dan Garena yang kini jadi kekuatan dominan di Asia Tenggara dan Amerika Selatan.

Seberapa populerkah Free Fire? Menurut sebuah siaran pers dari Garena, Free Fire di pertengahan 2019 memiliki lebih dari 450 juta pengguna terdaftar, dan lebih dari 50 juta peak daily users. Pendapatan game ini juga cukup besar, dengan laporan dari Sensor Tower menunjukkan revenue di kuartal pertama tahun 2019 saja mencapai US$90.000.000 (sekitar Rp1,26 triliun).

Brasil menjadi negara dengan popularitas tertinggi di dunia Free Fire, dan menyumbang sekitar 31% dari pendapatan total. Negara kedua tertinggi adalah Thailand yang menyumbang 11% dari revenue keseluruhan. Mengapa game ini bisa begitu sukses, terutama di wilayah Asia Tenggara dan Amerika Selatan? Belum lama ini Henri Brouard, seorang analis di NetEase Games, mengutarakan pendapatnya lewat situs Gamasutra.

Bisa main di smartphone “kentang”

Hal pertama yang diutarakan Brouard adalah target pasar Free Fire yang memang ingin menjangkau negara-negara berkembang. Garena memastikan bahwa game ini bisa berjalan lancar di perangkat-perangkat berspesifikasi rendah. Brouard menyebutkan data dari Device Atlas, yang menunjukkan bahwa perangkat yang paling banyak ditunakan untuk memainkan Free Fire di kuartal kedua tahun 2019 adalah iPhone 7 dan Samsung Galaxy J2. Smartphone yang terakhir ini hanya memiliki RAM sebesar 1,5 GB dan storage antara 8-16 GB.

Free Fire - Screenshot
Free Fire tidak butuh spesifikasi tinggi | Sumber: Garena Free Fire Indonesia

Untuk memainkan Free Fire secara lancar, para pengguna memang hanya dituntut memiliki RAM 1 GB serta storage sebesar 900 MB. Ini jauh lebih rendah daripada misalnya PUBG Mobile, yang butuh RAM di atas 2GB serta storage 1,5 GB lebih. Free Fire juga menyediakan pilihan setting visual, sehingga pemain di smartphone canggih bisa mendapatkan pengalaman yang lebih baik.

Gameplay super kasual

Free Fire didesain dari awal agar mudah dimainkan siapa saja dan tidak butuh waktu lama. Ketika game dimulai, jumlah pemainnya adalah 50 orang. Artinya satu ronde bisa berakhir lebih cepat, rata-rata sekitar 10 menit saja. Bangunan juga tidak memiliki pintu atau jendela, sehingga pemain tidak bisa bersembunyi dengan mudah di dalamnya. Hal ini ditambah dengan elemen-elemen lain yang mempercepat permainan, seperti high loot area serta drone yang bisa menunjukkan lokasi musuh.

Free Fire - 10 Minutes
Permainan kasual dengan durasi 10 menit | Sumber: Google Play

Dari segi kesulitan, Free Fire menyediakan fitur aim assist yang cukup ekstrem, lebih ekstrem dari game shooter atau battle royale lainnya. Begitu ekstremnya sampai-sampai kursor akan tetap mengunci musuh meskipun mereka bergerak ke arah lain. Di samping itu, ketika pemain melakukan zoom senjata, kursor akan berubah menjadi warna merah bila musuh terkunci. Semua fitur bantuan ini menjadikan Free Fire game yang ramah bagi mereka yang tak terbiasa bermain game shooter.

Monetisasi dengan elemen RPG

Sekilas monetisasi Free Fire mungkin terlihat biasa saja. Pemain bisa mendapatkan imbalan cukup dengan bermain, dan akan mendapat imbalan ekstra bila membeli season pass. Game ini juga menawarkan fitur gacha (Luck Royale) yang akan memberikan item secara acak. Pemain bisa menggunakan mata uang gratisan ataupun premium untuk memainkan Luck Royale ini.

Free Fire - Characters
Battle Royale dengan elemen RPG | Sumber: Google Play

Perbedaan Free Fire dengan battle royale lainnya adalah bahwa game ini memiliki elemen serupa RPG. Di Free Fire, pemain bisa memilih satu dari puluhan karakter berbeda, dan masing-masing karakter ini memiliki keahlian berbeda pula. Sebagian karakter bisa didapatkan secara gratis, tapi ada juga yang harus dibeli dengan mata uang premium. Karakter-karakter ini kemudian bisa di-upgrade agar menjadi lebih kuat, dan tentunya proses upgrade itu akan lebih cepat bila menggunakan mata uang premium.

Ini masih ditambah lagi dengan adanya berbagai item yang akan memberikan keuntungan, seperti mengisi ulang HP, memanggil peti airdrop, dan sebagainya. Dengan mengabiskan lebih banyak uang, pemain bisa mendapat sedikit keuntungan dibandingkan pemain lainnya, dan ini memberikan daya tarik tersendiri.

Merangkul komunitas lokal

Free Fire sangat gencar dalam menapakkan kakinya di pasar lokal, dan ini dilakukan lewat sejumlah aspek berbeda. Hal pertama yang langsung terlihat adalah kanal media sosial resminya terpisah berdasarkan negara. Anda bisa menemukan akun Facebook, Twitter, bahkan YouTube Free Fire khusus untuk pasar Indonesia, Brasil, India, dan sebagainya.

Free Fire - Dia de los Muertos
Event Dia de los Muertos di Free Fire | Sumber: Free Fire South America

Pendekatan kedua adalah pengembangan konten-konten dengan nuansa lokal. Free Fire memiliki event khusus bertema Karnaval Brasil, Dia de los Muertos (perayaan Meksiko), karakter Monkey King (Tiongkok), dan masih banyak lagi. Selain itu, game ini juga banyak mengambil inspirasi dari film atau game lain yang terkenal. Anda bisa menemukan kostum yang mirip Joker, karakter yang mirip John Wick, dan banyak lagi.

Pendekatan lokal berikutnya adalah esports. Di negara-negara barat, esports di platform mobile tidak begitu populer. Tapi lain halnya dengan negara-negara yang bersifat “mobile-first” seperti wilayah Asia Tenggara dan Amerika Selatan. Esports mobile sangat banyak diminati, dan Garena memfasilitasinya lewat kompetisi-kompetisi nasional maupun internasional.

Siaran Free Fire World Cup 2019 yang tayang live di YouTube berhasil meraih 1,4 juta viewer di channel Free Fire Indonesia, dan 1,7 juta viewer di channel Free Fire India. Sementara di Brasil, acara ini ditonton hingga 5,3 juta viewer. Popularitas esports ini kemudian didukung juga oleh keaktifan para YouTuber dan influencer lokal, menciptakan komunitas yang solid di tiap wilayah.

Keberhasilan Free Fire mencapai kesuksesan ini membuat Henri Brouard menyebutnya sebagai “the other king of battle royale”. Apakah Free Fire bisa melampaui kesuksesan Fortnite dan PUBG secara global? Belum tentu, tapi tidak harus juga. Garena berhasil menemukan “sweet spot” dengan cara memahami karakteristik gamer di pasar mereka, dan hasilnya adalah sebuah game yang sukses dengan caranya sendiri.

Sumber: Henri Brouard/Gamasutra

PUBG Global Championship Makin Dekat, Jangan Ketinggalan Event In-Game Ini

Penggemar PUBG di seluruh tanah air, apakah Anda sudah siap menyambut puncak kompetisi PUBG di tahun 2019 ini? Setelah melalui kalender kompetisi sepanjang tahun yang disebut Phase 1, Phase 2, dan Phase 3, PUBG Corporation bersiap-siap meluncurkan event akbar bernama PUBG Global Championship alias PGC. Setelah sedikit teaser di bulan Agustus kemarin, kini akhirnya PUBG Corporation mengungkan informasi lebih detail tentang event ini.

PUBG Global Championship akan berjalan selama tiga minggu, dengan jadwal sebagai berikut:

  • Group Stage: 8 – 10 November 2019
  • Semifinals: 15 – 17 November 2019
  • Grand Finals: 23 – 24 November 2019

Kompetisi ini mengambil lokasi di negara bagian California, Amerika Serikat. Untuk Group Stage dan Semifinals, pertandingannya diadakan di OGN Super Arena, Los Angeles. Sementara Grand Finals diadakan di Oakland Arena, Oakland. Tim-tim terbaik dari seluruh dunia akan berkumpul di sana untuk memperebutkan gelar 2019 PUGB Global Champions, serta membawa pulang hadiah senilai lebih dari US$2.000.000 (sekitar Rp28,3 miliar).

PGC mengumpulkan 32 tim dari 9 wilayah kompetisi PUBG di berbagai negara/wilayah, sesuai dengan jumlah liga resmi PUBG yang ada saat ini. Liga-liga itu antara lain PUBG Korea League (PEL), PUBG SEA Championship (PSC), North American National PUBG League (NPL), PUBG Europe League (PEL), dan sebagainya.

Korea Selatan dan Eropa menjadi wilayah dengan wakil terbanyak, masing-masing sebanyak 6 tim dari PUBG Europe League (PEL) dan PUBG Korea League (PKL). Alasannya karena tim-tim ini menunjukkan performa yang baik di turnamen-turnamen PUBG Classics dan PUBG Nations Cup.

PUBG Global Championship 2019 - Skins

Menyambut kedatangan PUBG Global Championship sebentar lagi, PUBG Corp meluncurkan event dan konten menarik yang bisa dinikmati oleh para pemain PUBG. Mulai tanggal 5 November, Anda bisa membeli berbagai macam item eksklusif, dan 25% dari hasil penjualannya akan ditambahkan ke dalam prize pool PGC. Ini adalah kesempatan untuk memberikan dukungan pada tim esports kesayangan Anda.

Dengan melakukan pembelian item PGC apa pun, pemain juga bisa berpartisipasi dalam event PGC Pick ‘Em Challenge. Di sini Anda bisa memprediksi tim apa yang akan menjadi pemenang, dan bila tebakan itu berhasil, Anda akan memperoleh hadiah eksklusif yang tidak akan didapatkan di tempat lain.

Item ekslusif PGC 2019 terdiri dari Clothing Set, Combat Set, M416 Weapon Skin, serta Dacia Skin, totalnya berjumlah 11 item. Anda dapat membelinya secara terpisah, atau dalam paket PGC 2019 Bundle seharga US$29,99. Tersedia juga PGC 2019 “Victory Dance” Emote tersendiri seharga US$2,99. Anda dapat mengintip penampakan seluruh item itu dalam video di atas. Bagaimana, apakah Anda berniat membeli berbagai item eksklusif ini dan menunjukkan dukungan ke PGC?

Pemain PUBG PS4 dan Xbox One Akan Bisa “Mabar” dalam Waktu Dekat

PlayerUnknown’s Battlegrounds alias PUBG hingga kini masih tetap menjadi salah satu game bergenre battle royale paling populer. Ketenarannya di PC dan mobile tak perlu diragukan, tapi versi console pun rupanya juga memiliki basis penggemar yang cukup besar. Versi PS4 contohnya, sempat meraih predikat most downloaded game di PS Store Amerika Serikat di bulan Desember 2018.

Keistimewaan PUBG versi console dibanding versi-versi lainnya adalah konten-konten eksklusif yang didapatkan. Kolaborasi PUBG dengan judul-judul seperti Horizon Zero Dawn atau Uncharted memberi insentif lebih bagi mereka yang bermain di PS4. Sementara pengguna Xbox One bisa langsung melakukan streaming lewat Mixer yang sudah terintegrasi dalam console tersebut.

Belum lama ini, PUBG Corporation mengumumkan update baru untuk para pemain versi console. Fitur yang sudah banyak dinanti, yaitu cross play, akan segera dirilis di akhir tahun 2019 ini. Dengan fitur tersebut maka para pemain PUBG di Xbox One akan bisa “mabar” dengan pemain versi PS4. Rencananya fitur ini akan diluncurkan secara penuh di bulan Oktober, tapi sebelum itu para penggemar bisa mencobanya di Public Test Server (PTS) mulai akhir September.

PUBG Corporation juga menjanjikan perilisan update konten yang lebih cepat untuk versi console. Bila PUBG versi PC mendapat update, rencananya versi console akan mendapat update yang sama paling lambat dua minggu setelahnya. Sebagai langkah awal, update PUBG Season 4 meluncur ke console pada tanggal 27 Agustus, menjadikan seluruh konten yang ada saat ini seragam untuk console dan PC.

PUBG Season 4 sendiri merupakan update yang cukup signifikan, bahkan disebut-sebut  sebagai “update terbesar selama ini”. Isinya mencakup perombakan total visual di map Erangel, rebalance senjata dan kendaraan, serta Survivor Pass 4: Aftermath. PUBG juga mendapat update berupa sedikit cerita (lore) di balik map Erangel, tapi jujur saja, rasanya tidak ada orang yang bermain PUBG demi mencari cerita

Seperti Battle Pass pada umumnya Survivor Pass ini akan memberikan berbagai imbalan seiring pemain meningkatkan levelnya, namun khusus Season 4 imbalan-imbalannya akan bertema Erangel. Survivor Pass 4: Aftermath bisa dibeli dengan 1.000 G-coin atau lewat bundel seharga US$14,99 (sekitar Rp214.000).

Sumber: PUBG Corporation

PUBG Corporation Ikat Kontrak Eksklusif dengan Lagardère Sports untuk Dua Kompetisi

PUBG Corporation, studio pengembang dan penerbit PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG), baru-baru ini telah mengikat kerja sama dengan organisasi Lagardère Sports. Dengan ikatan tersebut, Lagardère Sports sekarang menjadi agen eksklusif untuk memasarkan hak-hak komersial di kompetisi PUBG Nations Cup 2019 dan PUBG Lobal Championship 2019. Kabar ini disampaikan oleh Lagardère Sports melalui siaran pers pada tanggal 8 Juli 2019.

Lagardère Sports adalah sebuah agensi pemasaran olahraga dan esports berjangkauan global yang berbasis di Perancis. Merupakan bagian dari perusahaan Lagardère Sports and Entertainment yang memiliki lebih dari 1.700 karyawan di seluruh dunia serta pengalaman selama 50 tahun, agensi ini sebelumnya juga sudah berkolaborasi dengan PUBG Corporation untuk memasarkan hak-hak komersial kompetisi PUBG Global Invitational 2018. Kini Lagardère Sports bertugas menciptakan oportunitas bisnis baru serta mengkomersilkan properti PUBG Esports yang sudah ada.

PUBG Global Invitational 2018
PUBG Global Invitational 2018 | Sumber: Red Bull

“PUBG adalah salah satu game paling banyak dimainkan sepanjang sejarah dan kami telah bekerja keras untuk meluncurkan ekosistem esports global tahun ini bersama para pemain profesional terbaik di seluruh dunia. Kami ingin menciptakan sesuatu yang layak bagi para penggemar dan pemain kami, sesuatu yang akan mereka cintai seumur hidup. Karena itulah penting bagi kami memilih agensi top sebagai partner untuk acara-acara esports global flagship kami. Lagardère Sports adalah pilihan yang jelas karena sejarah mereka di dunia olahraga tradisional serta rekam jejak yang sudah terbukti di esports. Mereka paham cara menumbuhkan value aset-aset premium kami dan menyampaikan kisah kami untuk mendapatkan partnership pilihan yang sesuai dengan misi dan identitas brand kami,” papar Julian Schwartz, Central Esports Business Development Manager di PUBG Corporation.

“Dalam setahun terakhir, kami telah melihat peningkatan minat di antara developer game untuk bekerja sama dengan brand besar yang mampu menciptakan value nyata bagi para penggemar melalui produk, konten, dan pengalaman mereka. Pendekatan fan-centric ini sesuai dengan banyak brand besar yang ingin melepaskan tradisi lama dan merangkul kultur kuat yang benar-benar dapat dirasakan penggemar. Skala dan jangkauan PUBG yang begitu besar memberikan kami platform kuat untuk membantu brand baik endemic maupun non-endemic untuk mencapai marketing objective mereka,” ujar Malcolm Thorpe, Vice President of Business Development di Lagardère Sports Asia.

PUBG Nations Cup
PUBG Nations Cup 2019 | Sumber: PUBG Corporation

PUBG Nations Cup 2019 adalah turnamen invitational global yang mempertandingkan pemain-pemain perwakilan berbagai negara di satu tempat. Turnamen ini akan berlangsung pada tanggal 9 – 11 Agustus, dan para pemenangnya berhak membawa pulang hadiah senilai total US$500.000. Total terdapat 16 negara peserta kompetisi ini, sedangkan lokasi turnamennya akan diadakan di Seoul, Korea Selatan.

Sementara PUBG Global Championship 2019 merupakan puncak kompetisi PUBG Esports yang meliputi sejumlah kompetisi sepanjang tahun 2019. PUBG Esports itu sendiri dibagi menjadi tiga fase dan sembilan wilayah, yaitu Amerika Utara (NPL), Eropa (PEL), Korea (PKL), Tiongkok (PCL), Jepang (PJS), Tiongkok Taipei (PML), Asia Tenggara, Amerika Latin (LPPS), dan Oseania. Tim-tim terbaik dari tiap wilayah nantinya akan bertanding di PUBG Global Championship 2019 pada bulan November.

PUBG Nations Cup Segera Digelar di Seoul, Tandingkan Tim dari 16 Negara

Satu lagi kompetisi level internasional akan segera diselenggarakan untuk para pecinta battle royale. PUBG Corporation selaku penerbit game PUBG baru saja mengumumkan penggelaran turnamen esports berjudul PUBG Nations Cup yang berlokasi di Seoul, Korea Selatan. Disebut-sebut sebagai ajang all-star pertama di PUBG Esports, turnamen ini mendatangkan tim dari berbagai penjuru dunia untuk mengibarkan kebanggaan bangsa serta memperebutkan hadiah senilai total US$500.000 (sekitar Rp7,08 miliar).

Terdapat 16 negara yang berpartisipasi dalam PUBG Nations Cup, yaitu Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Finlandia, Jerman, Jepang, Rusia, Korea Selatan, Thailand, Turki, Inggris Raya, Amerika Serikat, Vietnam, serta Tionghoa Taipei (Taiwan). PUBG Corporation membebaskan setiap negara untuk memilih perwakilannya, apakah itu berdasarkan kesepakatan atau cara lain yang ditetapkan bersama. Jadi bisa saja setiap negara mengadakan turnamen lokal sendiri-sendiri untuk menentukan siapa tim yang akan menjadi wakil.

PUBG Nations Cup - Countries
Negara-negara partisipan PUBG Nations Cup | Sumber: PUBG Corporation

PUBG Nations Cup adalah turnamen penutup musim panas dalam dunia PUBG Esports. Sebelum turnamen ini, juga digelar dua turnamen lain yaitu GLL Grand Slam: PUBG Classic di Stockholm, Swedia, dan MET Asia Series: PUBG Classic di Bangkok, Thailand. Kedua event PUBG Classic tersebut juga menawarkan hadiah besar senilai masing-masing US$300.000, dan memberikan slot kualifikasi pada juaranya untuk maju ke turnamen PUBG Global Championship di akhir tahun nanti.

GLL Grand Slam: PUBG Classic akan digelar pada tanggal 19 – 21 Juli 2019 di venue Stockholmsmässan (Stockholm International Fairs). Disusul MET Asia Series: PUBG Classic beberapa hari setelahnya, yaitu tanggal 26 – 28 Juli dengan lokasi di gedung BITEC (Bangkok International Trade & Exhibition Centre) Bang Na.

Sementara PUBG Nations Cup sendiri akan diselenggarakan pada tanggal 9 Agustus, berlokasi di Jangchung Arena Seoul. Nations Cup juga menjadi turnamen terakhir sebelum PUBG Esports memasuki periode Phase 3, yaitu periode terakhir yang berjalan dari pertengahan Agustus hingga pertengahan Oktober 2019. Setelah Phase 3, PUBG Esports akan mulai bersiap-siap menyambut turnamen puncak dan paling prestisius, yaitu PUBG Global Championship di bulan November.

“Tidak ada istirahat bagi mereka yang bertalenta di PUBG Esports,” demikian kata PUBG Corporation di situs resminya. Dengan banyak event internasional, dan masih ditambah lagi oleh pertandingan-pertandingan regular season, PUBG Corporation tampaknya benar-benar ingin mencari para pemain dengan keahlian dan ketahanan terbaik. Jadwal yang padat artinya lebih banyak hiburan bagi para pecinta PUBG Esports. Akan tetapi PUBG Corporation juga harus berhati-hati jangan sampai jadwal demikian berdampak buruk bagi kesehatan para atlet akibat kegiatan yang terlalu banyak.

Sumber: PUBG Corporation

Opini Shroud tentang Mengapa Battle Royale Tidak Akan Sukses Sebagai Esports

Battle royale dalam beberapa tahun terakhir sudah menjadi genre besar di dunia esports. Apalagi dua raksasa battle royale dunia yaitu PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG) dan Fortnite Battle Royale sama-sama menunjukkan dukungan maksimal terhadap ekosistem esports mereka. Termasuk mengadakan kompetisi-kompetisi besar kelas dunia, seperti PUBG Mobile Star Challenge dan Fortnite World Cup yang kini sedang berjalan.

Akan tetapi di balik gegap gempitanya turnamen-turnamen tersebut dan jutaan dolar hadiah yang menyertainya, battle royale sudah lama memunculkan kekhawatiran. Banyak pihak—baik atlet, kreator konten, atau tim—merasa bahwa battle royale tidak nyaman untuk dimainkan secara kompetitif, bahkan mungkin tidak akan bertahan lama.

Screenshot dari PlayerUnknown's Battleground

Salah satu figur publik yang baru-baru ini angkat suara tentang hal ini adalah shroud (Michael Grzesiek), mantan atlet profesional Counter-Strike: Global Offensive yang kini dihormati sebagai pemain battle royale terbaik di jagat Twitch. Dilansir dari Dot Esports, shroud sempat berkata di tayangan live stream miliknya bahwa battle royale memang menyenangkan untuk dimainkan secara kasual, tapi sebagai esports tidak akan sukses karena terlalu mengandalkan keberuntungan.

“Anda tidak mungkin menghilangkan RNG (random number generator) di awal game, tentang siapa yang mendapat loot apa. Hal itu akan tetap ada, itulah yang membuat (battle royale) menarik. Tapi seiring waktu berjalan, yang membuatnya jadi kurang menarik adalah di mid-game. Karena di mid-game semua orang bersembunyi, lalu late game jadi kacau-balau karena semua orang tadi bersembunyi saat mid-game,” papar shroud.

Alur permainan seperti ini, kata shroud, pada akhirnya menghasilkan kejadian di mana “ada 40 orang yang bertarung di akhir”. Dengan pertempuran sedemikian rusuh di circle (area pertempuran) yang sangat kecil, peran keahlian bermain jadi berkurang dan kemenangan lebih ditentukan oleh siapa yang lebih beruntung saja. Menurut shroud seharusnya tidak seperti itu. Bila ada unsur keberuntungan di awal game itu tidak apa-apa, namun jangan sampai keberuntungan menentukan hasil seluruh pertandingan. “Pasti ada jalan keluarnya,” kata shroud kemudian.

Sistem battle royale dalam dunia esports memang sedikit kurang seimbang, karena penggunaan sistem poin yang ditentukan oleh peringkat akhir tiap rondenya. Meski ada poin bonus dari hasil kill, pada akhirnya hasil terbaik ditentukan oleh siapa yang paling lama bertahan hidup. Karena itu menghindari pertempuran merupakan taktik valid, namun akan membuat pertandingan jadi tidak menarik ditonton.

Turnamen Twitch Rivals Apex Legends beberapa waktu lalu sedikit mengubah hal itu dengan cara memberikan poin lebih sedikit pada tim yang menang. Hanya tim peringkat 1 yang mendapat poin, yaitu senilai 5 poin saja, sementara setiap kill akan memberikan 1 poin. Jadi tim yang tereliminasi di tengah ronde sangat mungkin memperoleh hasil lebih tinggi daripada tim yang berhasil “Chicken Dinner”.

Apex Legends sendiri memang merupakan game dengan irama permainan cepat, dan memiliki arena lebih kecil dari battle royale pada umumnya. Jadi membuat pertandingan heboh yang penuh aksi di Apex Legends cenderung lebih mudah. Developer battle royale lain perlu memutar otak untuk menciptakan keseruan yang sama, agar esports battle royale jadi lebih seru untuk ditonton dari awal hingga akhir.

Sumber: Dot Esports

Tak Dapat Izin Pemerintah, PUBG Mobile Akhirnya Gulung Tikar di Tiongkok

PUBG Mobile saat ini dikenal sebagai salah satu mobile game terpopuler di dunia. Seteahun setelah dirilis global, game bergenre battle royale ini telah berhasil meraih lebih dari 200 juta pengguna dan mendatangkan pendapatan sekitar Rp3,4 triliun. Tentu bukan pencapaian yang sembarangan.

Ironisnya, revenue sebesar itu justru tidak mendapat kontribusi dari Tiongkok yang notabene merupakan negara asal dari perusahaan induk pemilik PUBG Mobile, Tencent Games. Walaupun PUBG Mobile telah diunduh sebanyak lebih dari 100 juta kali di negara tersebut, pemerintah Tiongkok masih belum memperbolehkan Tencent untuk melakukan monetisasi. Salah satu alasannya yaitu karena adanya regulasi baru yang membatasi masuknya game dari luar negeri. Wajar bila PUBG yang merupakan properti intelektual perusahaan asal Korea Selatan (Bluehole) ikut terkena imbas.

Game for Peace
Game for Peace | Sumber: Tencent

Setelah sekian lama melalui proses yang tak membuahkan hasil, Tencent akhirnya mengumumkan bahwa mereka akan mengakhiri periode testing untuk PUBG dan menariknya dari pasaran. Hal ini dilaporkan oleh Reuters dengan sumber dari akun resmi Tencent di media sosial Weibo. Sebagai gantinya, Tencent kini merilis game baru yang sangat mirip dengan PUBG Mobile namun memiliki berbagai perbedaan yang membuatnya lebih “family friendly”.

Game baru tersebut berjudul Game for Peace (alias He Ping Jing Ying/Elite Force for Peace), dan sangat mirip dengan PUBG Mobile dari sejumlah aspek, baik itu tampilan grafis, desain karakter, serta gameplay. Bahkan, para pemain PUBG Mobile di Tiongkok yang beralih ke Game for Peace dapat mentransfer semua progres permainan mereka.

Perbedaan-perbedaan baru akan terlihat ketika kita mulai memainkan game tersebut. Pertama, tidak seperti PUBG Mobile yang bertema bunuh-membunuh demi bertahan hidup, Game for Peace justru mengangkat tema seputar perang anti terorisme. Game ini juga tidak memiliki efek darah bila karakter terkena tembakan. Bahkan bila ada karakter yang “mati” ia tidak akan benar-benar mati dan meninggalkan mayat, tapi hanya akan menghilang dari layar layaknya musuh-musuh di Super Mario Bros.

Selain itu game ini juga dikembangkan langsung oleh Tencent, membuatnya tidak terhitung sebagai produk impor. Dalam deskripsi di situs resminya, Tencent menyebut Game for Peace sebagai game yang “memberi penghargaan pada pasukan langit biru yang menjaga kedaulatan udara negara kita”. Ini pun merupakan bentuk tema patriotisme yang dilakukan untuk membuat Game for Peace diterima oleh pemerintah.

Semua langkah di atas, meskipun terbilang drastis, terbukti berhasil. Setelah perilisan Game for Peace, nilai saham Tencent di bursa saham naik sebesar 2 persen. Game ini juga sudah mendapat izin monetisasi dari pemerintah Tiongkok sejak bulan April lalu. Menurut analis di China Renaissance, mengingat PUBG Mobile memiliki sekitar 70 juta daily active users, Game for Peace berpotensi menghasilkan pemasukan antara 8 miliar hingga 10 miliar Yuan, atau sekitar Rp21 triliun per tahun. Sensor Tower pun melaporkan bahwa Game for Peace sekarang sudah menduduki peringkat Top Grossing di Apple App Store Tiongkok.

Beberapa penggemar PUBG Mobile di Weibo mengaku sempat kaget ketika mendengar kabar bahwa game tersebut gulung tikar. Tapi kemudian lega karena ternyata progres mereka tidak hilang. Sementara sebagian lainnya menyuarakan protes terhadap cara pemerintah melakukan sensor terhadap game ini. Tapi Tiongkok memang terkenal punya standar ketat perihal sensor game, dan selama ini sudah banyak judul besar melakukannya. Bila imbalannya adalah akses terhadap pasar gamer Tiongkok yang begitu besar, “pengorbanan” demikian jelas bukan harga yang terlalu mahal untuk dibayar.

Sumber: Reuters

Batalkan Tuntutan Hukum, PUBG Corp dan NetEase Akhirnya Berdamai

Perseteruan di dunia battle royale tidak hanya terjadi antar para pemainnya, tapi juga antar para developernya. Dengan meledaknya PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG) beberapa tahun terakhir, bukan kejutan bila kemudian muncul developer-developer lain yang meluncurkan game dengan tema serupa. Dan terkadang kemiripan itu dapat menimbulkan masalah, bahkan sampai berlanjut ke urusan meja hijau alias pengadilan.

Hal itulah yang terjadi antara PUBG Corp dengan NetEase, developer asal Tiongkok yang merupakan kreator dari game Knives Out dan Rules of Survival. Bulan April 2018 kemarin PUBG Corp menuntut NetEase atas tuduhan menciptakan dua mobile game yang sangat mirip dengan PUBG untuk “mencuri” audiens milik PUBG, terutama menjelang peluncuran PUBG versi mobile. Saat itu PUBG Corp menunjukkan berbagai elemen visual, audio, serta gameplay yang menunjukkan bahwa karya-karya NetEase memang serupa dengan PUBG.

PUBG RoS - Comparison
Kemiripan PUBG dengan Rules of Survival yang dipermasalahkan | Sumber: McArthur Law Firm

Tak terima dituduh menyontek, NetEase pun membalas tuntutan PUBG Corp dengan tuntutan lain. Mereka menuduh bahwa PUBG Corp sedang berusaha memonopoli genre battle royale, sehingga menutup kesempatan pihak lain untuk berkompetisi secara adil. NetEase memprotes tindakan PUBG Corp yang seolah berusaha untuk mengklaim hak cipta atas elemen-elemen game yang umum, seperti tampilan health bar, fitur lobby, hingga kalimat “Winner Winner Chicken Dinner” yang merupakan jargon populer di Las Vegas.

Baik PUBG, PUBG Mobile, Knives Out, serta Rules of Survival kini sama-sama sudah beredar di pasaran dan meraih kesuksesan masing-masing. Knives Out, misalnya, dilaporkan telah memiliki lebih dari 100 juta pengguna terdaftar dan mendatangkan penjualan senilai kurang lebih US$24.000.000 (sekitar Rp340 miliar). Terlebih-lebih PUBG Mobile, jangan ditanya lagi. Hanya setahun setelah rilis, game ini menghasilkan revenue sebesar US$242.000.000 (sekitar Rp3,4 triliun).

Persaingan dua perusahaan ini menyangkut jumlah uang yang sangat besar, jadi wajar saja bila PUBG Corp mengambil langkah untuk melindungi hak cipta mereka. Tapi di sisi lain argumen NetEase juga tidak salah, karena selama mereka tidak mencuri source code atau aset audio visual PUBG secara langsung, elemen-elemen dalam sebuah game secara sendiri-sendiri memang bukan sesuatu yang bisa dipatenkan.

DOOM - Screenshot
DOOM bukan first-person shooter pertama, tapi DOOM mempopulerkan genre tersebut | Sumber: Steam

Dulu ketika DOOM muncul pada tahun 1993, developer seluruh dunia berbondong-bondong menciptakan game dengan fitur serta tampilan visual menyerupai DOOM. Pada awalnya berbagai game itu disebut sebagai “DOOM clone”, tapi kini sudah tidak ada yang menggunakan istilah itu. “DOOM clone” telah berubah menjadi genre baru yaitu first-person shooter, dan hal yang sama pun sedang terjadi dengan PUBG dan genre battle royale.

Mungkin karena sadar bahwa bertengkar di meja hijau tidak akan mendatangkan hasil, kini PUBG Corp dan NetEase dilaporkan telah mencapai suatu kesepakatan dan akan membatalkan tuntutan mereka. Isi kesepakatan itu sendiri sifatnya rahasia, jadi kita tidak tahu seperti apa detailnya (misalnya apakah NetEase setuju untuk mengubah unsur-unsur game mereka yang mirip PUBG).

Kita pantau saja dalam beberapa bulan ke depan, apakah akan muncul perubahan drastis di Knives Out dan Rules of Survival atau tidak. Bila ternyata tidak terjadi, itu artinya PUBG Corp dan NetEase benar-benar telah berdamai.

Sumber: gamesindustry.biz, McArthur Law Firm