Kenapa Pabrikan Smartphone Masih Suka Berlomba Banyak-Banyakan Kamera?

Dewasa ini, istilah quad camera pada suatu smartphone mungkin sudah tidak terdengar semengesankan dua atau tiga tahun yang lalu. Pasalnya, cukup dengan modal kurang dari dua juta rupiah saja, sekarang kita sudah bisa mendapatkan smartphone yang dibekali empat kamera belakang.

Sebagai perbandingan, flagship keluaran tahun 2018 seperti Samsung Galaxy S9+ hanya memiliki dua kamera belakang. Namun saya yakin kita semua tahu bahwa jumlah kamera sama sekali tidak bisa dijadikan patokan kualitas kamera dari suatu smartphone. Lebih banyak belum tentu lebih baik, sama halnya seperti megapixel — lebih besar angkanya juga tidak selamanya berarti lebih baik.

Pertanyaannya, kalau begitu, kenapa hingga sekarang pabrikan smartphone masih seakan berlomba banyak-banyakan kamera? Apakah memang didorong permintaan konsumen, khususnya di segmen entry-level di mana jargon quad camera memang paling sering digunakan belakangan ini?

Terkait hal ini, saya pun langsung menanyakan kepada Aryo Meidianto, PR Manager OPPO Indonesia. Saya penasaran apakah konsumen di segmen entry-level lebih condong menginginkan resolusi kamera utama yang tinggi, atau konfigurasi kamera sekunder yang lengkap, yang mencakup kamera ultra-wide, telephoto, makro, dan lain sebagainya.

“Sesungguhnya untuk entry-level, konsumen hanya menginginkan kamera perangkat yang bisa menghasilkan gambar yang jernih dan terang,” jawab Aryo ketika saya hubungi lewat WhatsApp. “Mindset konsumen Indonesia memang walaupun masih salah dan sulit diubah akhirnya membuat megapixel menempati urutan kedua dari alasan konsumen di entry-level. Mereka berpendapat megapixel besar, hasil kamera akan bagus,” imbuhnya.

Jawaban ini sangat menarik karena sangat relatable bagi saya pribadi. Di sini saya ingin memakai kedua orang tua saya sebagai contoh. Mereka bukanlah orang-orang yang fasih teknologi, dan smartphone pilihan mereka adalah yang masuk di kategori entry-level. Penggunaan mereka tidak lebih dari sebatas chatting, media sosial, dan sesekali memotret maupun merekam video.

Setiap kali mereka mengambil gambar menggunakan smartphone dan mendapati hasil yang bagus, komentarnya selalu “Wah, terang ya.” Bukan “tajam”, bukan “detail”, juga bukan “bokeh-nya bagus”. Kriteria utama hasil foto yang bagus bagi mereka cuma satu: terang.

Saya tahu kedua orang tua saya tidak bisa mewakili semua konsumen entry-level, tapi setidaknya dalam konteks ini apa yang dikatakan Aryo sangat akurat. Buat konsumen entry-level, mereka bahkan tidak terlalu mementingkan megapixel alias resolusi. Lalu kenapa pabrikan smartphone masih ‘menjual’ jargon quad camera kepada mereka?

Menurut Aryo, bagaimanapun juga konfigurasi kamera yang lengkap tetap bakal menjadi nilai tambah bagi konsumen. Di titik ini, sebagian dari kita mungkin berpikir, “Kenapa tidak dikurangi saja jumlah kameranya kalau memang tidak dibutuhkan? Kan seharusnya bisa menjadikan harga ponsel lebih murah lagi karena ongkos produksinya berkurang.”

Betul, tapi saya akan ajak Anda untuk melihat perdebatan ini dari sudut pandang yang berbeda.

Smartphone adalah motor penggerak utama demokratisasi fotografi

Fotografi adalah hobi yang mahal / Depositphotos.com
Fotografi adalah hobi mahal / Depositphotos.com

Yang saya maksud dengan kata demokratisasi di sini adalah bagaimana suatu hal yang dulunya jarang dilakukan, kini menjadi lumrah di kalangan masyarakat luas. Jauh sebelum smartphone eksis, fotografi merupakan hobi atau pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh sebagian orang saja. Sekarang, siapapun bisa mulai mendalami hobi fotografi hanya dengan bermodalkan suatu smartphone.

Fotografi, seperti halnya banyak hobi lain, adalah hobi yang tergolong mahal. Ketika Anda baru memulai, modal awal yang dibutuhkan memang tidak terlalu banyak. Namun ketika sudah mulai ‘terjerumus’, mulailah Anda berbelanja lensa makro, lensa fisheye, lensa tele, dan seterusnya sampai tagihan kartu kredit membengkak.

Yang ingin saya tanyakan adalah, sebagai seorang penggiat hobi fotografi atau bahkan fotografer profesional, apakah Anda butuh lensa-lensa tambahan ini? Butuh. Ok. Apakah Anda menggunakannya setiap hari? Bisa iya, bisa tidak, tergantung kebutuhan. Intinya, semua lensa itu berguna buat Anda walaupun mungkin jarang dipakai.

Prinsip yang sama pun sebenarnya juga bisa kita terapkan di smartphone. Konsumen entry-level mungkin tidak butuh kamera makro atau kamera monokrom, sehingga pada akhirnya mereka jarang sekali menggunakannya. Untuk lebih memastikan kalau kamera makro dan kamera monokrom benar jarang digunakan, saya pun mencoba mengadakan polling kecil-kecilan di media sosial.

Pertanyaan yang pertama adalah, “Seberapa sering menggunakan kamera makro di smartphone?” Dari 117 jawaban, 70 orang menjawab “jarang (kurang dari 5x seminggu)”, dan 47 sisanya menjawab “sering (lebih dari 10x per minggu)”. Seperti yang bisa dilihat, separuh lebih responden rupanya jarang mengutak-atik kamera makro di ponselnya.

Pertanyaan yang kedua adalah, “Untuk menghasilkan foto hitam-putih, biasanya pakai apa?” Pilihan jawabannya sendiri ada dua: A) “Memilih filter B/W di aplikasi kamera bawaan (hasil foto langsung hitam-putih”, atau B) “Memotret seperti biasa (hasil foto berwarna), baru memilih filter B/W waktu mengedit”. 50 orang menjawab B, dan 24 orang menjawab A, selisihnya dua kali lipat.

Dari polling kecil-kecilan yang jauh dari kata ilmiah tadi, setidaknya saya bisa mendapat gambaran bahwa memang benar konsumen jarang menggunakan kamera makro maupun kamera monokrom di smartphone, dan itu bukan sebatas pendapat pribadi saja. Namun jarang dipakai bukan berarti useless, dan mungkin ini yang dimaksud nilai tambah oleh Aryo tadi.

Keberadaan kamera-kamera tambahan di smartphone pada dasarnya memungkinkan konsumen dari semua kalangan untuk bereksperimen dengan cabang-cabang spesifik fotografi. Kehadiran kamera makro misalnya, walaupun mungkin hanya beresolusi 2 megapixel, tetap memberikan peluang bagi konsumen untuk mencicipi hobi fotografi makro.

Demokratisasi, itulah kata kuncinya kalau menurut saya. Kalau menggunakan kamera biasa, Anda butuh modal ekstra yang cukup lumayan untuk mendalami teknik fotografi makro atau landscape dengan menggunakan lensa makro maupun lensa wide-angle. Di smartphone, semua itu sudah menjadi satu paket yang bisa didapatkan dengan modal sekitar dua jutaan rupiah.

Mengenai hasilnya bagus atau tidak, itu bukan masalah, yang penting aksesnya tersedia terlebih dulu. Sama halnya seperti di laptop, kualitas webcam bukanlah prioritas utama, tapi kita mungkin bakal frustasi seandainya tidak ada webcam sama sekali pada laptop tersebut, apalagi di kondisi pandemi seperti sekarang.

Tentu saja, kita juga tidak bisa menepis fakta bahwa quad camera terdengar lebih menjual daripada dual camera atau bahkan triple camera.

Memprediksi tren kamera smartphone ke depannya

Flagship tapi cuma dual camera, kenapa tidak? / Apple
Flagship tapi cuma dual camera, kenapa tidak? / Apple

Sebenarnya berapa jumlah kamera belakang yang ideal untuk smartphone? Ketika saya buat pertanyaan itu menjadi polling di media sosial, 47 orang menjawab “2”, 22 orang menjawab “3”, dan 13 orang menjawab “4”. Dua kamera belakang saja rupanya sudah cukup untuk sebagian besar orang.

Saya harus berasumsi jawaban ini bisa mewakili semua kalangan, termasuk halnya kalangan atas yang mengincar smartphone flagship. Pasalnya, di tahun 2021 ini pun masih ada ponsel flagship yang hanya memiliki dua kamera belakang saja, yakni iPhone 12. Pada kenyataannya, istilah quad camera hingga kini masih belum termasuk dalam kamus Apple, sebab LiDAR di iPhone 12 Pro tidak bisa digunakan secara terpisah sehingga tidak dapat digolongkan sebagai kamera.

Lalu apakah ke depannya Apple bakal menyusul? Atau malah sebaliknya, tren quad camera-lah yang bakal meredup dalam satu atau dua tahun ke depan? Kalau kita belajar dari sejarah, pengaruh iPhone memang sangat besar terhadap munculnya suatu tren baru di industri smartphone (Touch ID, layar berponi, hilangnya headphone jack, dan lain sebagainya). Mereka tidak harus jadi yang pertama, tapi sering kali kompetitor baru akan menempuh jalur yang sama setelah Apple memulainya.

Namun tidak jarang juga kondisinya berbalik menjadi Apple yang mengikuti tren. Kalau sekadar bicara jumlah, sepertinya triple camera atau quad camera masih akan terus bertahan. Kecil kemungkinan jumlahnya akan bertambah lagi. Kalau iya, Nokia 9 PureView semestinya tidak akan jadi ponsel pertama sekaligus terakhir yang menggunakan teknologi multi-kamera besutan Light.

Dari sisi focal length, konfigurasi triple camera seperti di iPhone 12 Pro (wide, ultra-wide, dan telephoto) saja sebenarnya sudah bisa dikatakan cukup buat sebagian besar orang. Namun seperti yang saya bilang tadi, tidak ada salahnya juga menyematkan kamera makro demi semakin mendemokratisasikan fotografi, apalagi kalau kamera makronya seunik yang terdapat pada OPPO Find X3 Pro, yang mampu mengambil gambar dengan tingkat perbesaran hingga 60x.

Tidak menutup kemungkinan juga jumlah kameranya bisa berkurang. Contohnya seperti Xiaomi Mi Mix Fold, yang mencoba menyatukan kamera makro dan telephoto ke dalam satu rumah lensa yang sama. Di luar konteks jumlah, tren lain yang tak kalah menarik adalah bagaimana sejumlah pabrikan mulai memprioritaskan kualitas kamera sekunder pada ponsel bikinannya.

Salah satu contohnya adalah OnePlus. OnePlus 9 Pro yang dirilis belum lama ini mengemas kamera ultra-wide dengan sensor berukuran lebih besar dari biasanya, bahkan hampir menyamai ukuran sensor kamera utamanya. Contoh lainnya lagi-lagi bisa kita lihat dari OPPO, yang menanamkan sensor yang sama persis pada kamera utama sekaligus ultra-wide milik Find X3 Pro.

Pinjam nama harganya $150 juta? / OnePlus
Pinjam nama harganya $150 juta? / OnePlus

Bicara soal OnePlus, tentu kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa mereka baru-baru ini juga ikut meramaikan tren kerja sama antara pabrikan smartphone dan pabrikan kamera. Tidak tanggung-tanggung, guna memaksimalkan kolaborasinya bersama Hasselblad selama tiga tahun ke depan, OnePlus rela menyiapkan dana sebesar $150 juta.

Di tempat lain, ada Vivo yang baru-baru ini meluncurkan X60 Pro dengan fitur unggulan berupa kamera hasil kolaborasinya bersama Zeiss. Tentu saja kita juga tidak boleh lupa dengan Huawei dan Leica, yang telah menjalin kemitraan selama lima tahun, dimulai dari diluncurkannya Huawei P9 di tahun 2016.

Apakah ke depannya kita bakal melihat semakin banyak lagi produsen smartphone yang mengambil jalur serupa? Mungkinkah ke depannya kita melihat produsen smartphone lain menggandeng produsen kamera yang lebih mainstream seperti Canon atau Fujifilm? Atau semua ini hanya sebatas tren sesaat?

Jujur saya tidak punya jawabannya, tapi saya setidaknya punya sedikit gambaran setelah menanyakan hal ini kepada Aryo. Menurutnya, langkah semacam ini terbilang populer karena perspektif konsumen cenderung baik terhadap berbagai produsen kamera atau lensa, sehingga pada akhirnya bisa mengangkat nama brand smartphone itu sendiri.

Saya tidak terkejut seandainya ada sebagian dari kita yang skeptis dan menganggap kolaborasi-kolaborasi seperti ini tidak lebih dari sekadar produsen smartphone meminjam nama produsen kamera, sebab memang tidak ada yang bisa mencegah konsumen menyalahartikannya.

Itulah mengapa pabrikan sebenarnya juga dapat mengambil opsi yang lebih subtle, yang semestinya malah lebih sulit disalahartikan. Opsi yang saya maksud adalah bekerja sama dengan produsen sensor — entah itu Sony ataupun Samsung (dua nama terbesar saat ini) — dalam menciptakan sebuah sensor kamera smartphone yang sifatnya eksklusif.

Satu hal yang pasti, kamera masih akan terus menjadi topik pembicaraan yang paling hangat ketika membahas suatu smartphone. Hal ini sungguh menarik karena kita hampir tidak pernah membahas bagaimana kamera-kamera terbaru bikinan Canon, Nikon, Sony, Fujifilm, maupun pabrikan-pabrikan lainnya jadi semakin canggih layaknya smartphone.

Kita tidak butuh kamera yang mampu menyaingi kecanggihan smartphone, akan tetapi kita butuh smartphone yang semakin hari hasil jepretannya semakin mengejar kualitas yang dihasilkan kamera mirrorless maupun DSLR.

Gambar header: Redmi 9 via Xiaomi Indonesia.

[Review] OPPO A9 2020: Quad Camera dengan Baterai, RAM, dan Internal yang Besar

OPPO mungkin juga memiliki strategi untuk memenuhi pasar Indonesia dengan smartphone keluarannya. Bagaimana tidak, setelah mengeluarkan OPPO Reno, Reno 10x Zoom, A1K, A5S, dan K3, belum lama ini OPPO kembali mengeluarkan seri A9 2020 dan A5 2020. Dan saat ini, OPPO A9 2020 sudah datang ke meja pengujian tim Dailysocial.

OPPO A9 2020

OPPO A9 2020 memang cukup membuat banyak orang kaget. Pasalnya, selama ini semua orang sangat tertarik dengan seri A dari OPPO karena memiliki harga yang sangat terjangkau dengan spesifikasi yang tidak jauh berbeda dari seri F. Kali ini, sepertinya OPPO A9 2020 ditempatkan untuk mengisi kekosongan pada seri F.

OPPO A9 2020 diumumkan memiliki harga nyaris empat juta rupiah. Tentunya hal tersebut juga disertai dengan peningkatan spesifikasi yang cukup jauh dari seri A sebelumnya. OPPO sendiri juga memiliki tagar #OPPOANewLevel yang menandakan bahwa memang OPPO menaikkan kelas dari seri A yang satu ini.

Spesifikasi dari OPPO A9 2020 adalah sebagai berikut

SoC Snapdragon 665
CPU 4×2.0 GHz Kryo 260 Gold + 4×1.8 GHz Kryo 260 Silver
GPU Adreno 610
RAM 8 GB
Internal 128 GB UFS2.1
Layar 6,5 inci 1600×720 IPS
Dimensi 163.6 x 75.6 x 9.1 mm
Bobot 195 gram
Baterai 5000 mAh
OS Android Pie 9.0 – ColorOS 6

Hasil dari CPU-Z dan Sensor Box adalah sebagai berikut

Unboxing

Di dalam paket penjualan dari OPPO A9 2020 dapat ditemukan perlengkapan sebagai berikut

OPPO A9 2020 - Unboxing

Desain

Sama seperti perangkat OPPO lainnya, A9 2020 juga menggunakan bahan plastik polikarbonat untuk bagian belakangnya. Dengan finishing gelas, OPPO membuat bagian belakangnya memiliki gradasi dua warna. Unit yang kami dapatkan memiliki warna gradasi biru kehijauan dan hitam. Build-nya sendiri terasa kokoh saat saya genggam dan tidak terasa licin.

OPPO A9 2020 - Kiri

Layar bagian depan dari OPPO A9 2020 menggunakan model poni Waterdrop. Dengan menggunakan layar IPS, tentu saja smartphone ini tidak memiliki in-display fingerprint dan meletakkan pemindainya pada bagian belakang dari A9 2020. Seperti biasa, layarnya sudah terlindungi dengan lapisan tahan gores langsung dari pabriknya.

OPPO A9 2020 menggunakan resolusi 1600 x 720, yang mungkin cukup rendah untuk rentang harga yang dimilikinya. Bahkan saudaranya, OPPO K3, memiliki resolusi yang lebih baik. Kami pun tidak mendapatkan informasi mengenai bahan kaca yang digunakan pada A9 2020.

OPPO A9 2020 - Bawah

Selain sensor sidik jari seperti yang telah disebut sebelumnya, bagian belakang dari OPPO A9 2020 empat buah kamera. Keempatnya adalah kamera wide angle 119 derajat, kamera utama, kamera mono, dan portrait. Dan sama seperti desain smartphone sebelumnya, bagian kameranya cukup menonjol sehingga bisa tergores saat ditaruh di atas meja. Gunakan saja rubber back case yang diberikan secara cuma-cuma.

Pada sisi kirinya, ditemukan slot SIM yang berisikan dua nano SIM dan microSD serta tombol volume naik dan turun. Pada sisi kanannya hanya ditemukan tombol power. pada sisi bawahnya terdapat slot audio 3.5mm, microphone, USB-C, dan speaker. Sebuah catatan untuk tombol power, tombol ini juga memiliki fungsi sebagai tombol Google Assistant. Untuk mematikan perangkat, tekan tombol selama 3 detik.

OPPO A9 2020 - Kanan

Audio juga menjadi bagian yang sangat menyenangkan pada OPPO A9 2020. Dengan menggunakan Dolby Atmos, membuat suara yang keluar dari lubang 3.5 mm tersebut terasa bagus untuk didengarkan. Hal ini tentu bisa menjadi bahan pertimbangan saat ingin membeli sebuah smartphone yang sekaligus menjadi perangkat untuk mendengarkan musik dan menonton video.

OPPO A9 2020 menggunakan Android Pie 9.0 sebagai sistem operasinya. Sistem operasi ini dibalut dengan antarmuka yang dinamakan ColorOS dengan versi 6. ColorOS 6 sudah menghilangkan app drawer sehingga semua icon aplikasi akan muncul pada homescreen.

Jaringan

OPPO selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. OPPO K3 sendiri mendukung band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900), 38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia.

Kamera

Seperti biasa, OPPO selalu membanggakan hasil tangkapan gambar dari kameranya. Pada OPPO A9 2020 ini, sensor yang digunakan pada kamera utamanya adalah Samsung ISOCELL GM1 dengan resolusi 48 MP. Sedangkan pada kamera ultrawide 119, OPPO mempercayakannya kepada Omnivision. Pada kamera swafotonya, sensor yang digunakan adalah Samsung ISOCELL S5K3P8.

OPPO A9 2020 - Kamera

Kamera utama yang digunakan memang cukup baik dalam mengambil gambar pada cahaya yang cukup. Pada kondisi malam, OPPO juga sudah memiliki mode malam yang dapat diandalkan dalam mengambil momen. Akan tetapi, noise yang muncul masih sedikit terlihat walaupun masih dapat diabaikan.

Kamera wideangle yang dimiliki juga cukup baik. Masih banyak perangkat yang memiliki kamera yang sama namun tidak memiliki tingkat ketajaman yang cukup. OPPO A9 2020 mampu mengambil gambar wideangle dengan cukup baik.

Untuk kamera swafoto juga dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Saat kondisi cahaya yang kurang, ternyata tidak membuat ketajamannya menurun. Walaupun begitu, jika ingin mengambil gambar pada ruangan yang cukup gelap, nyalakan saja screen flash nya, maka hasilnya akan menjadi lebih baik.

Pengujian

OPPO A9 2020 menggunakan chipset mainstream yang saat ini sudah cukup banyak digunakan oleh produsen smartphone, yaitu Snapdragon 665. Snapdragon 665 sendiri menggunakan dua inti Snapdragon Kryo 260 yang berbasis Cortex A73 yang kencang dalam menjalankan sistem operasi Android.

Dengan menggunakan SoC tersebut, kinerja bermain game sudah pasti tidak perlu diragukan lagi. Game yang kami coba pada perangkat ini adalah PUBG Mobile, LifeAfter, dan CoD Mobile. Akan tetapi, dengan layar yang lebar, pengguna harus melakukan setting ulang letak tombol virtual bagi yang memiliki jari-jari besar. Untuk CoD Mobile sendiri, saya dapat bermain dengan sangat nyaman dengan seting Very High Graphics dan Very High Frame Rate.

Sebagai pembanding, saya hadirkan dua SoC yang berada di atasnya dan di bawahnya. Snapdragon 712 dan 660 saat ini sepertinya sudah banyak digunakan oleh para vendor smartphone, sehingga menjadi pembanding yang cukup pas.

Uji Baterai dengan BatteryXPRT

DailySocial melakukan pengujian dengan menggunakan aplikasi BatteryXPRT. Mengapa BatteryXPRT? Karena aplikasi yang satu ini dapat menguji baterai smartphone mirip dengan penggunaan sehari-hari. Kami tidak melakukan pengujian saat smartphone berada dalam kondisi menyala tanpa henti atau yang sering disebut dengan Screen On Time.

OPPO A9 2020 - Benchmark BatteryXPRT

BatteryXPRT sendiri mengatakan bahwa smartphone dengan baterai 5000 mAh ini dapat bertahan sampai dengan 32.2 jam lebih. Hal ini tentu membuat OPPO A9 2020 juga cocok untuk mereka yang ingin memiliki smartphone yang dapat bertahan lebih dari satu hari. Tentunya saat digunakan untuk memainkan game, bisa saja smartphone ini tidak bertahan sehari.

Verdict

Sebuah smartphone kembali diluncurkan oleh OPPO, yang memang ingin mendominasi pasar Indonesia dengan perangkatnya. Kali ini, OPPO sedang menaikkan seri A dengan menyematkan berbagai feature serta kinerja yang tinggi, sama seperti seri F sebelumnya. Yang pertama diangkat derajatnya oleh OPPO adalah A9 2020.

Dengan menggunakan SoC Snapdragon 665, membuat kinerja smartphone yang satu ini patut diperhitungkan. Apalagi, dengan menggunakan resolusi HD, membuat kinerjanya semakin lebih baik dari sisi grafis dibandingkan dengan resolusi Full HD. Game yang ada dapat dimainkan dengan sangat baik tanpa lag, bahkan pada seting tertinggi.

Kamera yang dimiliki oleh OPPO A9 2020 memang menakjubkan. Hal ini membuat OPPO A9 2020 dapat dijadikan teman saat melakukan travelling. Dengan kamera yang ada, dapat menghasilkan gambar yang tajam serta minim noise. Bahkan di kondisi kurang cahaya sekali pun.

Harga yang memang cukup membuat orang kaget. OPPO memasarkan A9 2020 dengan harga Rp. 3.999.000. Hal ini memang membuat konsumen akan cukup bingung memilih antara A9 2020 atau K3 yang memiliki harga di bawahnya. Walaupun begitu, keduanya bisa diandalkan dalam pemakaian sehari-hari mau pun gaming.

Sparks

  • Kamera bagus
  • Kinerja tinggi
  • Daya tahan baterai bagus
  • Tombol Google Assistant bersamaan dengan power, lebih ringkas
  • Layar lebar
  • USB-C
  • Dolby Atmos

Slacks

  • Harga tinggi
  • Resolusi masih HD

 

Unboxing Huawei Nova 5T & Intip Hasil Jepretan Quad Camera-nya

Setelah beberapa bulan absen tidak merilis smartphone baru, Huawei akhirnya meluncurkan Nova 5T di Indonesia. Sesuai namanya, smartphone ini bisa dibilang merupakan penerus dari Nova 3i yang sudah berumur lebih dari satu tahun.

Nova series sendiri merupakan smartphone kelas menengah yang menyuguhkan cita rasa premium. Di mana Huawei membenamkan elemen-elemen flagship, pada Nova 5T kita bisa menemukan konfigurasi quad rear camera dan chipset kelas atas Kirin 980 dengan RAM 8GB beserta storage 128GB.

Dibanderol Rp6.899.000, sebenarnya Nova 5T bisa disebut smartphone high-end tapi tetap bukan flagship. Tersedia dalam pilihan warna midsummer purple dan crush blue, keran pre-ordernya sudah dibuka sejak 26 September sampai 2 Oktober mendatang.

Huawei-Nova-5T-1

Buat kalian yang penasaran dengan Nova 5T, meja redaksi Dailysocial sudah kedatangan smartphone quad camera ini. Saya sudah unboxing dan menjajal sedikit fitur kameranya.

Unit yang saya dapat berwarna midsummer purple, bila diperhatikan di bagian belakangnya terdapat pola logo Nova yang sangat unik. Dalam paket penjualannya kita akan mendapatkan silicon case, adaptor charger, kabel data USB Type-C, SIM ejector, dan earphone dengan ujung Type-C. Artinya keberadaan port jack audio 3,5mm sudah lenyap, selengkapnya bisa dilihat pada video unboxing Huawei Nova 5T di bawah ini.

Salah satu aspek unggulan dari Nova 5T ialah photography dengan five AI cameras. Satu kamera ditempatkan di muka, resolusinya 32MP lengkap dengan fitur AI HDR+ dan beautification mode.

Lalu, empat kamera lainnya disematkan di belakang dan Huawei merancang agar quad-camera Nova 5T bisa mencakup hampir semua jenis pemotretan. Jadi, kamera utamanya menggunakan sensor Sony beresolusi 48MP dengan aperture f1.8. Kamera sekunder yang utamanya 16MP dengan lensa super utra wide-angle 117 derajat.

Menurut saya, kombinasi dua kamera ini sudah sangat powerful, sementara dua lainnya masing-masing 2MP dengan lensa macro dan sebagai depth sensor. Ada beberapa catatan awal setelah mencoba kamera Nova 5T, pertama mode wide-angle hanya bisa digunakan pada mode 12MP.

Huawei-Nova-5T

Seperti biasa, antarmuka kameranya kaya akan fitur dan ada banyak mode pemotretan yang bisa kita explore. Saya sempat bingung bagaimana caranya beralih ke mode wide-angle, ternyata fitur tersebut tersemat pada fungsi zoom. Tekan sekali untuk zoom 1x, tekan lagi zoom 2x, dan tekan sekali lagi akan mengarah ke mode wide-angle.

Catatat kedua, secara default resolusi foto yang digunakan ialah 12MP dan kita bisa menggunakan mode 48MP atau mode 48MP AI Ultra Clarity di pengaturan kamera dan opsi resolusi.

Catatan ketiga, perekam videonya juga sudah cukup mumpuni. Bisa rekam sampai 4K 30 fps, 1080p 30 fps, 1080p 60 fps, dan 1080p 30 fps di mode full screen.

Namun fitur yang paling mengesankan menurut saya ada di mode Pro-nya. Sejumlah opsi seperti metering, ISO, shutter speed, exposure compensation, focus, dan white balance bisa kita atur sesuka hati.

Huawei-Nova-5T

Yang terpenting, kita diperbolehkan menyimpan hasil jepretannya dalam format Raw. Jadi begini, fitur AI camera pada Nova 5T sudah bekerja dengan sangat baik untuk menghasilkan foto yang ‘shareable‘ dalam sekali menekan tombol rana. Tapi dengan memotret di format Raw, potensi untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih bagus setelah diedit sangat besar.

Harus diakui, fitur-fitur kamera Huawei 5T memang lebih lengkap dibanding dengan kebanyakan brand smartphone lain. Saya juga penasaran, sampai di mana batasan kamera Nova 5T – kalau begitu kita akan lanjut lagi pada artikel review-nya nanti. Beberapa jepretannya ada di bawah ini:

Kesan Memotret Menggunakan Quad Camera realme 5 di Sumba

Pada tanggal 23 – 25 September kemarin, realme mengadakan trip bertajuk “realme Quad Camera Media Experience” ke Sumba Timur. Acaranya sangat seru, ada tujuh destinasi atau lebih yang dikunjungi. Berburu sunset di pantai Walakiri dan di bukit Wairiding, hingga mengejar sunrise di savana Puru Kambera.

Para awak media yang berpartisipasi ditantang untuk mengabadikan keindahan alam Sumba Timur dengan menggunakan quad camera pada smartphone terbaru realme. Hasil bidikan dan tips memotret menggunakan realme 5 Pro saat traveling ke Sumba bisa di lihat pada tautan ini.

Menurut saya, empat kamera belakang kepunyaan realme 5 Pro memang sangat ideal untuk diajak traveling. Kamera utamanya 48MP, lengkap dengan 8MP berlensa wide-angle yang cocok untuk memotret foto landscape, lalu dua lainnya masing-masing 2MP dengan lensa macro dan sebagai depth sensor untuk mencakup banyak skenario pemotretan.

PSX_20190926_192611

Lalu, bagaimana pengalaman dan kesan memotret menggunakan realme 5? Mari kita lihat susunan kameranya, Realme 5 memiliki kamera utama 12MP (f/1.8), 8MP dengan lensa ultra-wide, 2MP dengan lensa macro, dan 2MP sebagai depth sensor.

Saat memotret foto landscape di bukit Persaudaraan Mauliru dengan kondisi cahaya yang berlimpah, hasil foto realme 5 terbilang cukup mengesankan – bisa mengikuti realme 5 Pro pada mode foto 12MP. Pun demikian pada mode ultra-wide yang tak hanya mampu mencakup lebih banyak area tapi juga perspektif yang berbeda.

Kemudian saat mengejar sunrise di savana Purukambera pada hari ketiga, perbedaan kualitasnya baru terasa – utamanya saat dalam kondisi cahaya lebih rendah. Sebab meskipun aperture-nya sama-sama f1.8, namun pada mode foto 12MP kamera realme 5 Pro memiliki ukuran per piksel 1.6µm. Sementara, realme 5 punya ukuran per piksel 1.25µm.

Selain itu, kelemahan lain pada realme 5 ialah layarnya. Resolusinya masih sebatas 720×1600 piksel dengan tingkat kerapatan 269 ppi. Saat di bawah terik matahari, saya kesulitan menyusun komposisi foto karena layarnya sukar untuk dilihat.

Berikut hasil jepretan dari kamera realme 5:

Bisa dimaklumi, mengingat harga realme 5 dipatok lebih murah. Ada tiga varian yaitu 3GB + 32GB dengan harga Rp1.999.000, 3GB+64GB seharga Rp2.199.000, dan 4GB+128GB dibanderol Rp2.699.000. Sementara, realme 5 Pro tersedia dalam 2 varian yaitu 4GB+128GB dengan harga Rp2.999.000 dan 8GB+128GB dibanderol Rp3.699.000.

Bila Anda mencari smartphone quad camera dengan kualitas yang lebih mumpuni, realme 5 Pro memang lebih direkomendasikan. Kecuali bila budget Anda mepet, realme 5 juga bisa menjadi pilihan alternatif.

Segitu saja, kesan mencoba kamera realme 5 di Sumba. Hampir 70 persen saya lebih memilih memotret dengan realme 5 Pro karena memang hasilnya lebih menjanjikan. Saya akan me-review realme 5 ini lebih lanjut dan video unboxing-nya bisa Anda di bawah ini.

Realme 5 dan 5 Pro Resmi Luncur dengan Gunakan Empat Kamera

Realme akhirnya kembali meluncurkan dua buah smartphone lagi di tahun 2019 ini. Kali ini, yang diluncurkan adalah Realme 5 Pro dan Realme 5 yang menggantikan dua smartphone dengan seri 3 yang sebelumnya sudah diluncurkan. Realme juga sekaligus merayakan masuknya mereka ke dalam jajaran 5 besar produsen smartphone di Indonesia.

Realme 5 Series - Launch

Hal baru yang dapat ditemukan pada kedua perangkat Realme seri 5 ini adalah penggunaan empat kamera pada bagian belakangnya. Secara berurutan, kamera yang ada pada bagian belakang tersebut adalah kamera wide angle 119 derajat, kamera utama, kamera portrait, dan kamera makro. Jadi, Realme memang ingin memulai penggunaan empat buah kamera mulai dari seri ini.

Untuk spesifikasi dari keduanya adalah sebagai berikut

Realme 5 Pro Realme 5
SoC Snapdragon 712 Snapdragon 665
CPU 2×2.3 GHz Kryo 360 Gold + 6×1.7 GHz Kryo 360 Silver 4 x 2.0 GHz Kryo 260 Gold & 4 x 1.8 GHz Kryo 260 Silver
GPU Adreno 616 Adreno 610
RAM 4 / 8 GB 3 / 4 GB
Internal 128 GB 32 / 64 / 128 GB
Layar IPS 6,3 inch 2340×1080 IPS 6,5 inci 1600 x x720
Dimensi 157 x 74.2 x 8.9 mm 164.4 x 75.6 x 9.3 mm
Bobot 184 gram 198 gram
Baterai 4035 mAh 5000 mAh

Pada perangkat terbarunya ini, Realme menggunakan desain baru pada bagian belakangnya. Desain diamond cutting yang ada dibelakangnya tersebut memiliki dua warna, Crystal Blue dan Crystal Purple untuk Realme 5, serta Sparkling Blue dan Crystal Green untuk Realme 5 Pro.

Realme 5 Series - Realme 5

Realme 5 Pro tersedia dalam 2 varian, 4GB+128GB dengan harga Rp 2.999.000 dan 8GB+128GB dengan harga Rp 3.699.000. Selain itu, Realme 5 akan tersedia dalam 3 varian, 3GB + 32GB dengan harga Rp 1.999.000, 3GB+64GB dengan harga Rp 2.199.000, dan 4GB+128GB dengan harga Rp 2.699.000.

Gunakan Gorilla Glass 3+

Kedua perangkat Realme seri 5 ini datang dengan menggunakan Gorilla Glass 3+. Padahal, Realme 3 Pro dan Realme X menggunakan Gorilla Glass 5 yang kelasnya berada di atasnya. Apa alasan dibalik itu?

Realme 5 Series - Realme 5 Pro

Penggunaan Gorilla Glass 3+ menurut Felix Christian, Product Manager Realme Indonesia, merupakan salah satu strategi untuk mengurangi harga.  Hal tersebut dikarenakan penggunaan spesifikasi yang tinggi serta empat kamera yang tidak murah untuk diimplementasikan.

Felix berharap bahwa Gorilla Glass 3+ juga dapat bertahan pada saat digunakan nantinya. Untuk kasus Realme X, penggunaan Gorilla Glass 5 cukup berkaitan dengan in display fingerprint sehingga mengharuskan kaca yang lebih tipis.

Tidak Ghoib?

Dengan penetapan harga yang cukup terjangkau, sebuah smartphone bisa menjadi sebuah barang langka di pasaran. Hal tersebut juga bisa terjadi pada kedua perangkat baru dari Realme ini. Namun, Felix menepis bahwa kedua perangkat ini nantinya bakal langka di pasaran.

Realme 5 Series - QnA

Realme menggunakan strategi target triple double untuk Realme 5 Pro dari sebelumnya. Kapasitas produksi sudah lengkap dan sudah tersebar di seluruh toko di Indonesia. Hal ini cukup memastikan bahwa produk Realme 5 Pro tidak akan langka di Indonesia.

Realme Seri 3 End of Life

Harga dari Realme seri 5 memang terpaut cukup kecil dengan Realme seri 3. Walaupun begitu, ternyata Realme sudah terlebih dahulu menghentikan produksi dari Realme seri 3. Jadi, semua Realme seri 3 yang ada dipasaran merupakan produk yang sudah berhenti masa produksinya.

Felix mengatakan bahwa setiap kali Realme mengeluarkan produk baru, secara otomatis produk lamanya akan berhenti berproduksi. Hal ini juga berkaitan dengan volume produksi dari pabrik mereka. Namun, semua itu juga tergantung dengan umur dari produk yang mereka tentukan.

Kami juga sudah menguji Realme 5 Pro pada tautan yang satu ini.

[Review] Realme 5 Pro: Empat Kamera dengan Kinerja Tinggi

Setelah mengeluarkan tiga smartphone dengan nama Realme 3, 3 Pro, dan X, produsen asal Tiongkok ini ternyata belum berhenti. Realme saat ini ingin cepat-cepat meramaikan pasar perangkat komunikasi pintar dengan smartphone terbarunya yang memiliki sebuah kamera makro. Perangkat tersebut adalah Realme 5 Pro.

Realme 5 Pro

Realme 5 Pro datang dengan spesifikasi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan Realme X. Realme 5 Pro juga tidak menggunakan kamera mekanik untuk mengambil gambar swafoto. Layar depannya menggunakan desain waterdrop sehingga kamera bagian depannya dapat disematkan ke dalam poni tersebut.

Spesifikasi dari Realme 5 Pro berbandingkan Realme X adalah sebagai berikut

Realme 5 Pro Realme X
SoC Snapdragon 712 Snapdragon 710
CPU 2×2.3 GHz Kryo 360 Gold + 6×1.7 GHz Kryo 360 Silver 2×2.2 GHz Kryo 360 Gold + 6×1.7 GHz Kryo 360 Silver
GPU

Adreno 616

RAM

8 GB

Internal

128 GB

Layar IPS 6,3 inch 2340×1080 Amoled 6,53 inch 2340×1080
Dimensi 157 x 74.2 x 8.9 mm 161.2 x 76 x 9.4 mm
Bobot 184 gram 191 gram
Baterai 4035 mAh 3765 mAh
Kamera utama/depan 12MP atau 48 MP, 8 MP UltraWide, 2 MP Macro, 2 MP Bokeh / 16 MP 12 MP atau 48 MP, 5 MP Bokeh / 16 MP Pop Up
OS

Android 9 Pie dengan ColorOS 6

Realme 5 Pro - Belakang

SoC yang digunakan memiliki sedikit peningkatan pada bagian prosesor berkinerja tinggi, yaitu 100 MHz. Selain itu, Realme 5 Pro memiliki baterai yang lebih besar dibandingkan dengan Realme X. Keduanya juga masih menggunakan Android 9 Pie dengan ColorOS 6.

Hasil dari CPU-Z nya adalah sebagai berikut

Hasil Sensor Box nya adalah sebagai berikut

Realme 5 Pro - Sensor Box

Unboxing

Inilah isi dari paket penjualan Realme 5 Pro

Realme 5 Pro - Unboxing

Desain

Desain yang dimiliki oleh Realme 5 Pro kurang lebih sama dengan Realme 3 Pro. Pada bagian belakangnya masih terbuat dari bahan plastik polikarbonat yang finishing-nya sangat ramah terhadap sidik jari. Realme 5 Pro menggunakan desain seperti pecahan kaca pada bagian belakangnya. Warna dari perangkat yang kami dapatkan adalah hijau daun atau Crystal Green.

Realme 5 Pro - Bagian Bawah

Resolusi yang dimiliki oleh Realme 5 Pro sama dengan Realme 3 Pro, yaitu 2340×1080 yang memiliki rasio 19,5:9. Perbedaannya adalah penggunaan pelindung layarnya. Layar dari Realme 5 Pro sudah terlindungi dengan Gorilla Glass 3+. Corning sendiri meningkatkan kekuatan GG 3+ saat terjatuh, lebih kuat dari GG3, yang menempatkannya di antara GG3 dengan GG5.

Realme 5 Pro kembali mengusung desain berponi dengan model Waterdrop. Hal ini tentu saja hanya menggunakan sebagian kecil dari bagian atas layar sehingga membuat informasi pada notification bar lebih luas. Dan pada poni tersebut tentu saja disematkan kamera dengan resolusi 16 MP untuk mengambil swafoto.

Realme 5 Pro - Bagian Kanan

Pada bagian belakang Realme 5 Pro dapat ditemukan empat buah kamera lengkap dengan LED Flash. Bagian ini cukup menonjol sehingga cukup merisaukan saat smartphone ditaruh di atas meja dan tergeser, membuat kaca lensa dapat baret, walau menggunakan kaca Sapphire. Oleh karenanya, gunakan saja back case transparan bawaannya sehingga dapat membuat bagian kameranya tidak menonjol.

Pada bagian kanannya dapat ditemukan tombol power untuk menyalakan dan mematikan perangkat. Pada bagian kirinya dapat ditemukan slot SIM dan tombol volume. Di bagian bawahnya dapat ditemukan port Audio 3.5mm, USB-C, speaker, dan microphone.

 

Realme 5 Pro - Bagian Kiri

Sistem operasi yang digunakan pada Realme 5 Pro sama dengan yang digunakan pada Realme 3 Pro. Dengan basis Android 9 Pie, Realme 5 Pro menggunakan ColorOS versi 6. Dan berbeda dengan yang digunakan pada OPPO, ColorOS 6 yang digunakan pada Realme 5 Pro menghadirkan app drawer.

Jaringan LTE

Realme selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Realme 5 Pro sendiri mendukung band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900),  34(2000), 38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Realme 5 Pro  menggunakan LTE Cat 6 yang mendukung 2 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 300 Mbps.

Kamera

Realme 5 Pro memiliki sensor yang sama pada kamera utama dan depannya dengan Realme X. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX 586 yang memiliki fasilitas pixel binning hingga 48 MP. Kamera depannya juga memiliki teknologi yang sama dengan menggunakan sensor Sony IMX 471.

Realme 5 Pro - Quadcam

Untuk hasil kamera utamanya, Anda dapat lihat pada link yang satu ini (Jajal Kamera Realme 5 Pro). Beberapa foto bisa menjadi bahan acuan untuk memperlihatkan bagaimana kinerja kamera utamanya. Yang pasti, hasilnya kurang lebih sama dengan Realme X.

Yang cukup membikin penasaran adalah kamera dengan lensa makro. Sayangnya, kamera ini hanya menggunakan resolusi 2 MP saja. Hasilnya memang cukup baik, namun tidak terlalu tajam. Berikut adalah contohnya

Lalu bagaimana dengan hasil kamera selfie-nya? Hasilnya memang cukup baik. Hanya saja, saya tidak terlalu suka menggunakan fitur Beautify sehingga lebih memilih dimatikan. Berikut adalah hasilnya

Pengujian

Realme 5 Pro menggunakan chipset high end yang saat ini baru digunakan pada saudara , yaitu Snapdragon 712. Snapdragon 712 sendiri menggunakan dua inti Snapdragon Kryo 360 yang berbasis Cortex A75 yang kencang dalam menjalankan sistem operasi Android.

Dengan menggunakan SoC tersebut, kinerja bermain game sudah pasti tidak perlu diragukan lagi. Game yang kami coba pada perangkat ini adalah PUBG Mobile, LifeAfter, dan AoV. Akan tetapi, dengan layar yang lebar, pengguna harus melakukan setting ulang letak tombol virtual. Saya sering kali gagal menembak lawan pada game PUBG Mobile karena tombol tembak tidak tertekan karena letaknya berbeda dari biasanya.

Dengan menggunakan Snapdragon 712, kami menghadirkan kembali Realme X yang menggunakan Snapdragon 710 serta sebuah smartphone yang menggunakan Snapdragon 845. Tentu saja hal ini untuk membandingkan seberapa baik kinerja Realme 5 Pro.

Uji Baterai dengan MP4

Pengujian kami kali ini menggunakan video MP4 yang dimainkan secara berulang-ulang. Videonya sendiri menggunakan resolusi 1920×1080 dengan codec H.264 dan berdurasi 120 menit. Kami tidak menggunakan BatteryXPRT karena algoritma penghemat baterai yang sangat ketat pada ColorOS 6 versi RealMe 5 Pro ini.

Pengujian berlangsung selama 14 jam 25 menit pada unit yang kami dapatkan. Setelah baterai habis dan perangkat mati, kami langsung menguji VOOC dengan charger bawaan Realme 5 Pro, karena tidak mendapatkan charger aslinya. Hasilnya, kami dapat mengisi sampai penuh dalam waktu 1 jam 37 menit dengan kondisi perangkat dinyalakan.

Verdict

Realme lagi-lagi menawarkan sebuah perangkat yang sangat menarik dengan harga yang cukup terjangkau. Dengan harga Rp. 3.699.000, smartphone ini mampu bersaing dengan perangkat yang memiliki harga di atasnya. Hal ini yang terus ditawarkan Realme pada setiap perangkatnya, termasuk Realme 5 Pro.

Kinerja menjadi salah satu andalan Realme pada 5 Pro. Smartphone ini mampu memainkan beberapa game, termasuk PUBG Mobile, dengan setting tinggi tanpa lag. Hal tersebut juga didukung dengan baterai yang besar sehingga waktu bermain game akan lebih lama.

Kamera juga menjadi poin penjualan dari Realme 5 Pro. Untuk kamera utamanya, hasilnya tidak perlu diragukan lagi. Untuk perangkat seharga tiga jutaan, hasil kameranya bisa diandalkan. Kamera dengan lensa makro juga membuat perangkat ini berbeda. Sayangnya, resolusi 2 MP yang ada rasanya kurang bisa menangkap detail obyek yang diambil.

Perangkat ini memang bisa menjadi pilihan utama saat Anda ingin memiliki smartphone dengan kinerja tinggi. Akan tetapi, bagi pemilik Realme 3 Pro dan Realme X, Anda tidak perlu pindah ke Realme 5 Pro karena memiliki perbedaan yang tidak terlalu banyak.

Sparks

  • Kinerja tinggi
  • Hasil kamera utama dan selfie bagus
  • Daya tahan baterai bagus
  • Responsif
  • Fingerprint cepat
  • Desain belakang cukup cantik

Slacks

  • Hasil kamera makro kurang baik
  • Bagian belakang ramah terhadap minyak sidik jari
  • Bloatware cukup banyak

 

Motorola One Zoom Ramaikan Tren Smartphone Quad Camera

Motorola One Action yang diumumkan sebulan lalu bukanlah smartphone flagship, tapi ia tetap menarik berkat sistem kameranya yang unik. Belum lama berselang, Motorola kembali merilis ponsel lain yang lagi-lagi mengunggulkan sistem kameranya, yakni Motorola One Zoom.

Diperkenalkan di ajang IFA 2019, One Zoom merupakan jawaban Motorola atas tren quad camera yang sedang naik daun. Kamera utamanya mengandalkan sensor 48 megapixel dan lensa f/1.7, sedangkan kamera keduanya dengan sensor 16 megapixel dan lensa wide-angle (117 derajat).

Kamera yang ketiga adalah alasan mengapa Motorola menamai perangkatnya demikian: 8 megapixel, dengan lensa telephoto yang menawarkan optical zoom sebesar 3x, lengkap beserta sistem OIS (optical image stabilization) seperti pada kamera utamanya. Terakhir, kamera keempatnya merupakan sensor 5 megapixel yang bertugas merekam informasi depth.

Motorola One Zoom

Di depan, ada kamera selfie 25 megapixel f/2.0 yang bernaung di balik notch. Seperti kamera utamanya, kamera depan ini juga dilengkapi mode khusus low light yang akan mengaktifkan metode pixel binning, menggabungkan empat pixel jadi satu agar hasil akhir fotonya kelihatan lebih jernih dan lebih terang.

Layarnya sendiri merupakan panel OLED 6,39 inci, dengan resolusi 2340 x 1080 pixel dan sensor sidik jari terintegrasi. Motorola memercayakan chipset Qualcomm Snapdragon 675 sebagai otak One Zoom, tidak ketinggalan pula RAM 4 GB dan storage internal 128 GB (plus slot microSD). Kapasitas baterainya pun cukup mumpuni di angka 4.000 mAh.

Semua ini bisa didapat dengan mahar $450 saja, menjadikannya sebagai salah satu penawaran terbaru yang memikat di kelas menengah. Satu hal yang agak aneh sekaligus mengejutkan, Motorola One Zoom tidak termasuk dalam program Android One, terlepas dari namanya yang demikian. Untungnya Motorola tidak pernah memodifikasi OS-nya secara berlebihan.

Sumber: Ubergizmo dan Engadget.