LG Umumkan Trio Robot untuk Memanjakan Tamu Hotel, Bandara dan Pasar Swalayan

Kita sudah melihat bagaimana LG mencoba mewujudkan visinya menjadi perusahaan AI (artificial intelligence) lewat branding baru berlabel ThinQ. Di saat yang sama, pabrikan asal Korea Selatan ini tidak lupa akan visinya di bidang robotik, yang sejatinya sudah mulai mereka gencarkan sejak setahun silam.

Menyambut CES 2018, LG akan kembali memperkenalkan robot baru. Bukan cuma satu, tapi tiga robot yang dikembangkan secara spesifik untuk kebutuhan komersial di sektor hotel, bandara dan pasar swalayan. Ketiganya merupakan bagian dari brand baru khusus robot LG, yaitu CLOi, yang digarap secara paralel dengan lini ThinQ.

Robot yang pertama adalah Serving Robot, dimaksudkan untuk melayani para tamu hotel maupun lounge bandara dengan menyajikan makanan dan minuman secara cepat dan efisien. Tidak berhenti sampai di situ saja, Serving Robot juga bertanggung jawab mengumpulkan gelas kosong dari para tamunya.

Robot yang kedua, Porter Robot, didesain untuk memangkas waktu pelayanan di hotel. Selain bertugas mengantarkan barang bawaan tamu ke kamarnya, robot ini juga siap melayani proses check-in dan check-out, bahkan sampai ke proses pembayarannya, sebelum kemudian mengantarkan barang bawaan tamu keluar dan sampai di kendaraan yang menjemputnya.

Robot yang terakhir, Shopping Cart Robot, dirancang untuk memberikan pengalaman berbelanja yang nyaman kepada pengunjung pasar swalayan. Sang robot dibekali barcode scanner dan display untuk menampilkan harga produk sekaligus daftar belanja konsumen. Selain itu, ia juga bisa membantu menunjukkan letak suatu produk yang konsumen pilih di aplikasi ponsel.

Ketiga robot ini menyusul jejak Airport Guide Robot dan Airport Cleaning Robot yang belum lama ini sukses menjalani uji coba di Incheon International Airport. Kemudian ada juga Lawn Mowing Robot dan Hub Robot yang baru-baru ini juga diuji di salah satu institusi finansial terbesar di Korea Selatan.

Sumber: LG.

Robot Toyota T-HR3 Dirancang Agar Bisa Mengikuti Gerakan Anda Secara Presisi

Sejak tahun 80-an, Toyota telah memanfaatkan robot untuk membantu proses manufaktur. Namun pencapaian terbesar mereka di ranah robotik humanoid adalah lewat kesuksesan penciptaan Kirobo, robot astronot pertama Jepang, dengan menyumbang teknologi voice recognition. Kini, perusahaan otomotif terbesar di dunia itu siap memberikan gebrakan selanjutnya.

Di tanggal 21 November kemarin, Toyota memperkenalkan T-HR3, robot humanoid (artinya memiliki tubuh menyerupai manusia) generasi ketiga yang dirancang oleh tim Toyota Partner Robot Division. Perusahaan menjelaskan bahwa T-HR3 merupakan upaya mereka mengeksplorasi teknologi baru untuk ‘mengelola interaksi robot dengan lingkungan sekitarnya’ serta pendalaman sistem manuver jarak jauh.

Sederhananya, T-HR3 memiliki kemampuan buat mengikuti gerakan sang operator. Pengendalian dilakukan di unit Master Maneuvering System –  penampilannya menyerupai mesin arcade atau bangku simulator, dengan modul-modul berbeda yang ditambatkan di tubuh operator. Di sana, tiap gerakan Anda akan ditiru robot secara akurat dan mulus. Lalu supaya operator bisa melihat apa yang dilihat robot, MMS turut dibekali head-mounted display.

Master Maneuvering System menyimpan 16 modul torsi super-sensitif yang diposisikan di area tubuh dan tangan serta tak lupa dilengkapi sensor tekanan dan gerakan di kaki. Semua itu berfungsi untuk ‘memindahkan’ dan menyinkronkan gerakan operator di robot melalui 29 unit Torque Servo Module – dikembangkan secara kolaboratif oleh Toyota, Tamagawa Seiki, dan Nidec Copal Electronics.

T-HR3 2

Torque Servo Module memungkinkan robot T-HR3 bergerak lebih natural dan intuitif, juga mengendalikan tekanan yang dihasilkan oleh interaksi robot dengan orang/objek, serta memberikan robot kemampuan menjaga keseimbangan saat bertabrakan dengan objek. Toyota percaya bahwa fungsi-fungsi tersebut akan memberikan dampak besar bagi penelitian robotik di masa depan, karena membuka kesempatan bagi mesin untuk beroperasi di lingkungan yang membutuhkan aspek keamanan dan keakuratan tinggi.

T-HR3 1

T-HR3 sendiri mempunyai tubuh seperti anak kecil, berdiri setinggi 1,54-meter dan berbobot 75-kilogram. Robot menyimpan 32 poros gerak, serta dibekali 10 jari (lima di masing-masing tangan) sehingga mampu memanipulasi objek. Bagian jari dikendalikan oleh aksesori data glove yang operator kenakan di tangan.

“Tim Partner Robot berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi di T-HR3 buat mengembangkan robot yang bersahabat dan dapat membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari,” tutur GM Partner Robot Division Akifumi Tamaoki. “Ke depannya, teknologi-teknologi inti yang digunakan di platform ini diharapkan bisa membantu penciptaan robot dengan mobilitas yang lebih baik.”

Sumber: Toyota.

MekaMon Adalah Robot Tempur Augmented Reality yang Dapat Dioperasikan dengan Smartphone

Perkembangan pesat teknologi augmented reality melahirkan kategori baru permainan hybrid yang melebur dunia fisik dan digital. Penggemar genre balapan bisa melirik Anki Overdrive, namun mereka yang lebih suka dengan pertempuran sengit antar robot dapat melirik MekaMon.

Dikembangkan oleh Reach Robotics, MekaMon sepintas terlihat seperti unit Dragoon milik ras Protoss di franchise StarCraft. Keempat kakinya bisa bergerak dengan lincah layaknya seekor laba-laba. MekaMon bahkan bisa jungkir balik, semuanya dengan pergerakan yang terkesan amat realistis.

Setelah tersambung via Bluetooth, MekaMon dapat dioperasikan menggunakan aplikasi smartphone. Anda bebas memilih untuk bertempur melawan AI dalam arena augmented reality atau melawan MekaMon lain. Di saat yang sama, tersedia pula mode co-op untuk menumpas gempuran AI bersama pemain lain.

MekaMon

MekaMon memanfaatkan empat sensor inframerah untuk mendeteksi lawannya secara akurat. Sinyal inframerah ini merupakan cara MekaMon berkomunikasi satu sama lain, sehingga apabila salah satu robot menembakkan senjatanya dan kena, robot lawannya bakal bereaksi kesakitan di titik yang tepat.

Elemen AR merupakan sentuhan yang sangat menarik pada MekaMon. Beragam objek seperti meja atau kursi yang ada di dalam ruangan dapat dideteksi oleh MekaMon, dan bisa dimanfaatkan untuk berlindung dari serangan musuh. Dengan begitu, pemain pada dasarnya bisa menciptakan arena pertempurannya sendiri.

Modularitas merupakan aspek lain yang diunggulkan MekaMon. Konsumen nantinya dapat meng-upgrade robotnya masing-masing dengan sejumlah aksesori, macam persenjataan baru atau proteksi yang lebih baik, tanpa harus membeli robot baru. Hadir dalam dua varian warna, MekaMon memiliki dimensi 30 x 30 x 15 cm, dengan bobot 1 kilogram.

Setelah mengembangkan MekaMon selama empat tahun dan menciptakan lebih dari 27 prototipe, Reach Robotics akhrinya siap memasarkannya secara luas mulai 16 November mendatang seharga $300. Paket standarnya sudah mencakup komponen persenjataan dan proteksi mendasar.

Sumber: VentureBeat dan The Verge.

Sony Hidupkan Kembali Robo-Dog AIBO, Lebih Pintar dan Lucu

Sony belum sepenuhnya mentas dari fase restrukturisasi yang panjang dalam upayanya membangun kembali reputasi di bidang inovasi dan teknologi. Sebagai salah satu bentuk komitmennya, Sony menghidupkan kembali robot lucu, AIBO setelah mati suri selama lebih dari satu dekade. Pengumuman generasi baru robot anjing AIBO ini dilakukan berbarengan dengan laporan finansial tahunan mereka yang disebut menunjukkan grafik membaik.

Robo-dog AIBO diklaim tak hanya mempunyai perawakan yang makin lucu, tapi juga jauh lebih cerdas dan ekspresif dibandingkan generasi terdahulu. Kemampuan merespon tindakan manusia disebut hampir menyerupai reaksi anjing sebenarnya. AIBO mampu merespon perintah, menggonggong, duduk dan menggoyangkan ekor. Teknologi kecerdasan buatan di dalamnya juga memungkinkan AIBO untuk mempelajari setiap perilaku pemiliknya, mampu memberikan hiburan dan bahkan terhubung ke cloud untuk mempelajari hal-hal baru dari robot AIBO lainnya.

33

AIBO ditenagai prosesor quad-core komputasi 64-bit dan baterai yang bisa diisi ulang dengan durasi bermain sampai dengan 2 jam. Desain mekanisnya diracang sedemikian rupa sehingga mampu bergerak seperti hewan sungguhan dengan 22 gerakan yang berbeda. Di bagian hidung AIBO, terdapat kamera wide-angle tersembunyi, satu lainnya di bagian ekor dan tambahan sensor untuk mengenali sentuhan serta teknologi AI, membantu robot untuk mengenali wajah, senyuman, dan juga perintah suara. Ada juga tambahan layar OLED di bagian mata yang dirancang untuk membantu membentuk ikatan batin antara robot dan pemiliknya.

AIBO dijadwalkan untuk mulai tersedia di pasar lokal Jepang pada bulan Januari tahun 2018 mendatang. Sony mengatakan juga bahwa AIBO bakal diperkaya dengan fitur seluler sehingga dapat terhubung ke internet dan mempermudah proses pembaruan piranti lunak. Sayang, robot ini terbilang mahal. Untuk satu “ekor” AIBO, Sony meminta mahar paling murah $1,730. Dan untuk menikmati berbagai fitur lainnya, pembeli dikenakan biaya berlangganan sampai dengan $800 untuk durasi kontrak selama 3 tahun.

Sumber berita Sony.

Honda RoboCas Adalah Robot Pembawa Barang dengan Fungsi yang Hanya Terbatasi Imajinasi

Selain memperkenalkan konsep mobil sport bermesin elektrik, Honda juga mengumumkan produk unik lain di ajang Tokyo Motor Show. Dijuluki RoboCas, ia pada dasarnya merupakan sebuah robot pembawa barang, dan seperti yang kita tahu, Honda sudah sangat berpengalaman di bidang pengembangan robot.

Sepintas, Honda RoboCas tampak seperti kulkas mini beroda tiga. Indikasi bahwa ia merupakan sebuah robot bisa dilihat dari sepasang mata LED-nya yang bisa bergerak-gerak. Kalau mengacu pada deskripsi resmi Honda, RoboCas adalah “wujud unik dari mobilitas elektrik”.

Honda RoboCas Concept

RoboCas bisa dibilang merupakan salah satu cara Honda untuk mendemonstrasikan teknologi elektrik dan kemudi otomatis yang dikerjakannya. Sebagai robot pembawa barang, perannya cukup efektif karena ia dapat mengikuti ke mana pemiliknya pergi, dan lagi bilik penyimpanannya juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Namun Honda membayangkan skenario dimana RoboCas mempunyai peran lebih dari sekadar kulkas berjalan. Bagian penutup atasnya bisa ditarik keluar, dan seketika itu juga pengguna dapat membuka kios makanan atau minuman dadakan. Di lain waktu, robot yang sama juga bisa menjadi meja DJ berjalan untuk menggelar pesta dadakan.

Honda RoboCas Concept

Semua ini memang masih sebatas konsep, dan prototipe yang dipamerkan juga belum bisa bergerak bebas seperti yang direncanakan. Honda juga belum menunjukkan bilik penyimpanannya seperti apa, namun mereka bilang bahwa volumenya cukup besar dan sanggup menggotong orang kalau memang perlu.

RoboCas tidak diciptakan untuk menjadi pengganti manusia dalam menyelesaikan pekerjaan berat, seperti fungsi kebanyakan robot pada umumnya. Honda bilang bahwa fungsinya hanya terbatas oleh imajinasi kita, namun semua itu baru bisa terbukti ketika Honda memutuskan untuk memproduksinya secara massal, yang kita tidak tahu kapan.

Sumber: The Verge dan Honda.

Sony Luncurkan Robot Asisten Imutnya, Xperia Hello

Di ajang IFA 2017 bulan kemarin, Sony memperkenalkan smart speaker perdananya yang ditenagai Google Assistant. Namun buat konsumen di kampung halamannya, Sony ternyata punya penawaran lain yang jauh lebih menarik ketimbang sekadar smart speaker, yaitu Xperia Hello.

Hello merupakan robot kecil yang, selain diproyeksikan menjadi asisten pribadi, juga dirancang untuk bertindak layaknya seorang anggota keluarga yang ramah terhadap siapapun. Konsep robot ini sebenarnya sudah diperkenalkan cukup lama pada awal tahun 2016, dan kala itu namanya masih Xperia Agent.

Sony Xperia Hello

Wujudnya yang mengerucut terdiri dari tiga bagian. Bagian teratas yang berbentuk bola merupakan kepalanya, lengkap dengan sepasang mata yang berfungsi untuk mengekspresikan perasaannya, plus kamera berteknologi pendeteksi wajah guna mengenal dan mengingat sejumlah anggota keluarga yang berbeda.

Di bagian perutnya yang dapat berputar 340 derajat, tertanam layar sentuh 4,6 inci. Setiap kali ada yang mengajaknya berbicara, Hello akan memutar tubuhnya ke arah orang tersebut. Melalui layarnya, pengguna bisa mengakses berbagai macam informasi maupun berita, mengirim dan menerima pesan melalui LINE, serta melakukan panggilan video lewat Skype.

Bagian yang paling bawah merupakan rumah untuk empat motion sensor dan tujuh buah mikrofon. Sony mengklaim Hello dapat mendeteksi seseorang yang datang menghampirinya dari jarak tiga meter. Sayang sekali tidak ada roda ataupun kaki di bagian dasarnya ini.

Sony Xperia Hello

Kemampuannya mengenali wajah pengguna yang berbeda berarti Hello juga bisa menyuguhkan informasi macam prakiraan cuaca atau kondisi lalu lintas yang sesuai dengan agenda masing-masing anggota keluarga. Sekali lagi, misi Hello adalah menjadi asisten pribadi, tapi bukan untuk satu orang saja, melainkan satu keluarga.

Sayangnya, seperti yang saya bilang di awal, Xperia Hello hanya tersedia di Jepang saja. Sony bakal memasarkannya mulai 16 November mendatang seharga 150 ribu yen, atau sekitar 17,9 juta rupiah – harga yang sangat tinggi untuk ibaratnya Amazon Echo Show versi robotik.

Sumber: Sony.

Miniatur Robot Stormtrooper Ini Bisa Berjalan dan Mengenali Wajah Orang di Sekitarnya

Tanggal 15 Desember mendatang, Disney dan Lucasfilm bakal kembali mendominasi bioskop lewat Star Wars: The Last Jedi. Seperti biasa, perilisan film Star Wars baru bakal didului oleh pernak-pernik unik bertema Star Wars, seperti contohnya miniatur robot BB-8 buatan Sphero dua tahun silam.

Tahun ini kita bakal kembali berjumpa dengan minatur robot bertema Star Wars, namun kali ini sedikit lebih seram dalam wujud Stormtrooper (versi First Order). Saya bilang “sedikit” karena penampilannya masih tergolong imut-imut berkat tubuhnya yang kerdil.

Namun jangan tertipu oleh gambar di atas, sebab tinggi miniatur Stormtrooper ini masih lumayan di angka 40 cm. Lebih penting lagi, jangan sekali-kali mengiranya action figure biasa, sebab ia dapat berjalan sendiri menggunakan kedua kakinya. Yup, ini merupakan sebuah robot – kalau tidak, kecil peluangnya untuk saya bahas di DailySocial.

UBTECH Stormtrooper

Dikembangkan oleh perusahaan robotik asal Tiongkok, UBTECH, robot ini ternyata juga dapat memahami sejumlah perintah suara sederhana. UBTECH bahkan telah menyematkan teknologi biometrik sehingga ia dapat mengenali dan mengingat-ingat tiga wajah yang berbeda, dan ini dilakukan tanpa sekalipun mengirim data ke cloud.

Untuk apa ia harus mengenali wajah? Supaya tidak ada orang asing yang berani masuk ke kamar tuannya. Yup, UBTECH tidak lupa membekalinya dengan sentry mode: buka aplikasi pendampingnya di ponsel, lalu tetapkan area patroli sang robot yang diinginkan. Selagi berjaga-jaga, ia akan memperingatkan siapapun di luar tiga wajah yang dikenalinya untuk menjauh.

Kalau peringatannya tidak mempan, ia bakal mengeluarkan Blaster. Oke, ini cuma bercanda, tapi toh tidak masalah seandainya sungguhan mengingat hampir setiap tembakan Stormtrooper sudah pasti meleset. Oke, saya sudahi bercandanya.

Tertarik? Saya juga. Sayang harganya cukup mahal, yakni $300, dan baru akan dipasarkan mulai bulan November mendatang. Kendati demikian, setidaknya ia lebih pantas dikategorikan sebagai robot ketimbang Sphero Spider-Man yang tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berceloteh.

Sumber: io9 dan Engadget.

Sphero Mini Adalah Bola Robotik Mungil yang Siap Diajak Bermain atau Belajar Coding

Kesuksesan miniatur robot BB-8 di tahun 2015 menjadi penggerak Sphero untuk terus mengebut perkembangannya di kategori connected toys lewat sejumlah franchise lain Disney, mulai dari Lightning McQueen sampai Spider-Man. Namun semua ini tidak membuat Sphero lupa akan jati diri mereka sebenarnya, dan kali ini mereka memutuskan untuk kembali ke akarnya.

Dari situ lahirlah Sphero Mini, yang pada dasarnya merupakan Sphero 2.0 versi mungil. Dengan diameter 42 mm (tidak lebih besar dari bola pingpong) dan bobot 46 gram, Sphero Mini harus rela mengorbankan sejumlah kelebihan kakaknya yang lebih besar, utamanya wireless charging dan ketahanan air.

Sphero Mini

Selebihnya, Sphero Mini masih secanggih kakaknya. Berbekal gyroscope, accelerometer dan konektivitas Bluetooth, ia dapat dikendalikan layaknya mobil R/C hanya dengan menggunakan smartphone. Sphero bahkan tak lupa menambahkan fitur Face Drive, yang memungkinkan pengguna untuk mengendalikan Mini menggunakan ekspresi wajahnya.

Lebih lanjut, Mini dapat dijadikan controller untuk sejumlah mini game pada aplikasi pendamping Sphero. Sphero bilang kalau Mini dapat mendeteksi Mini lain di dekatnya, namun mereka sejauh ini masih menggodok fitur yang ideal untuk kemampuan tersebut. Terakhir, Sphero Mini juga merupakan medium belajar coding yang menyenangkan.

Sphero Mini

Mini turut dilengkapi lampu LED yang bisa menyala dalam jutaan warna yang diinginkan. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 45 menit sebelum perlu diisi ulang via micro USB selama sekitar satu jam.

Pada akhirnya, tujuan utama Sphero menciptakan Mini adalah untuk memastikan produknya lebih mudah diakses oleh semua kalangan konsumen. Itulah alasan di balik banderol Mini yang cukup terjangkau, tepatnya $50.

Sumber: TechCrunch.

Tim Carnegie Mellon Berhasil Ajarkan Komputer Agar Bisa Membaca Bahasa Tubuh Manusia

Hardware dan software yang semakin canggih memungkinkan teknologi kendali berbasis gerakan diterapkan pada produk konsumen. Wii, PlayStation Move dan Microsoft Kinect ialah beberapa contohnya. Perangkat seperti Kinect bahkan tak hanya dipakai di ranah hiburan. Peneliti di Google dan MIT bahkan turut memanfaatkannya untuk membantu pengembangan robot.

Hal tersebut menunjukkan pada kita krusialnya sistem kendali motion di ranah robotik. Dan belum lama ini, para peneliti sukses meraih satu pencapaian penting. Tim Robotics Institute di Carnegie Mellon University berhasil mengajarkan komputer sehingga sistem bisa membaca gerakan serta bahasa tubuh manusia, baik secara langsung maupun dari video. Hebatnya lagi, komputer dapat mendeteksi bagian-bagian terkecil di badan – seperti jari.

Yaser Sheikh selaku associate professor Carnegie Mellon menjelaskan bahwa sistem pelacak gerakan canggih ini membuka cara interaksi baru antara mesin dengan manusia, dan mesin dengan lingkungan di sekitarnya. Berkat kemampuan mengenal pose tangan, user bisa menggunakan komputer secara lebih natural. Bayangkan saja jika PC dapat mengetahui objek atau icon yang Anda tunjuk.

Pengembangan teknologi ini dibantu oleh Panoptic Studio, sebuah struktur berbentuk kubah setinggi dua lantai berisi 500 kamera. Luar biasanya, inkarnasi terbaru dari sistem itu dapat digunakan oleh siapa saja, dengan memanfaatkan satu laptop dan sebuah kamera. Melalui setup tersebut, komputer bisa melakukan tugas-tugas sulit, misalnya memantau anggota tim sepak bola atau membuat mobil driverless mengetahui kapan ada pejalan kaki yang mau menyeberang.

Dan dengan mampu memahami perilaku manusia, komputer dapat membantu ahli medis menyelamatkan jiwa. Misalnya lewat diagnosis awal autisme, dyslexia dan depresi, serta membantu mereka di tahap rehabilitasi. Lalu di bidang olahraga, kemampuan ini memungkinkan komputer melacak posisi pemain di arena sembari mempelajari postur kaki, tangan dan kepala buat dipelajari lebih lanjut.

Demi mendorong dilakukannya lebih banyak riset dan penerapan praktis, peneliti Carnegie Mellon telah melepas kode OpenPose. Kode tersebut kabarnya sudah mulai dimanfaatkan oleh tim ilmuwan lain dan ada lebih dari 20 perusahaan komersial juga menyampaikan ketertarikan mereka untuk melisensi teknologi ini, termasuk sejumlah perusahaan otomotif.

Rencananya, Yaser Sheikh dan tim akan mempresentasikan hasil uji coba sistem pendeteksi hand-pose and multiperson mereka di ajang CVPR (Computer Vision and Pattern Recognition Conference) 2017 yang akan dilangsungkan pada tanggal 21 sampai 26 Juli nanti di Honolulu, Hawaii.

Sumber: Carnegie Mellon University.

Sphero Dirikan Perusahaan Baru Demi Berfokus pada Pengembangan Robot Rumahan

Sphero, produsen robot mainan sekaligus merchandise super-keren untuk sejumlah franchise Disney macam Star Wars, Cars dan Spider-Man, mengumumkan bahwa mereka tengah mendirikan perusahaan baru yang berfokus pada pengembangan robot untuk kebutuhan rumahan. Mengambil nama Misty Robotics, perusahaan ini sebenarnya sudah mulai berjalan di bawah bendera Sphero selama sekitar satu setengah tahun.

Setidaknya ada sekitar enam personil Sphero yang dipindah tugaskan ke Misty Robotics, termasuk co-founder Sphero sendiri, yaitu Ian Bernstein. Mereka memutuskan untuk memberi lampu hijau pada ‘perpecahan’ ini demi mengejar misi yang lebih ambisius.

Ambisius karena ke depannya Misty Robotics ingin robot bisa menjadi mainstream dalam konteks rumahan. Robot-robot ini dipastikan bisa mengerjakan tugas secara otomatis, dengan premis mirip seperti yang ditawarkan lini robot vacuum cleaner Roomba dari iRobot.

Misty Robotics

Sejauh ini belum jelas seperti apa robot yang sedang dikerjakan oleh Misty. Mereka hanya memberikan secuil gambar teaser seperti di atas, dan kelihatannya lebih menyerupai manusia atau hewan ketimbang Roomba yang berwujud bak hockey puck raksasa.

Berbekal pengalamannya bersama Sphero dan pendanaan Seri A sebesar $11,5 juta, tim Misty Robotics berharap bisa meluncurkan produk pertamanya paling cepat tahun depan. Kendati demikian, sejumlah produk awal Misty ini bakal ditargetkan untuk kalangan hobbyist ketimbang konsumen mainstream. Dari situ mereka berniat untuk terus mematangkan teknologinya sekaligus memikirkan fungsionalitas yang tepat untuk meracik robot yang ideal bagi banyak kalangan.

Sumber: TechCrunch.