Xiaomi Luncurkan Mainan Robot, Headset Bluetooth dan Mouse Portable Baru

Sejak menapakkan kakinya pertama kali di Indonesia, Xiaomi berusaha menunjukkan bahwa mereka berbeda dari mayoritas produsen handset. Xiaomi lebih fokus pada komunitas dan tidak ragu memasarkan aksesori serta pernak-pernik pelengkap perangkat bergerak. Di Indonesia, tidak sulit bagi kita untuk menemukan action cam, smartband sampai power bank dengan brand Mi.

Melengkapi jajaran produk mereka, Xiaomi belum lama ini memperkenalkan sejumlah device unik baru: mainan robot ala Lego bernama Toy Block, headphone Bluetooth Mi Sports dan periferal PC Mi Portable Mouse.

Toy Block

Toy Block adalah titik temu antara aspek modular mainan Lego dengan kerennya desain robot Gundam. Ia dibekali konektivitas ke perangkat bergerak, sepertinya disiapkan sebagai medium belajar coding untuk anak-anak dan dewasa. Bundel Toy Block berisi komponen-komponen seperti roda, roga gigi dan rantai, memungkinkan Anda merakit robot yang bisa bergerak.

Salah satu aspek paling menarik dari Toy Block adalah kehadiran chip ARM Cortex-M3 dan sensor gyroscope. Berkatnya, sang robot ini bisa menjaga tubuhnya tetap berdiri, lalu strukturnya didesain supaya sanggup menopang bobot hingga tiga kilogram. Tentu saja Toy Block ditemani oleh aplikasi khusus. Dengannya, Anda dapat mengendalikan serta mengkonfigurasi gerakan robot.

Mainan ini rencananya akan dijual seharga ¥ 500 atau setara US$ 73, tersedia mulai tanggal 11 November di Tiongkok.

Mi Sports

Produksi headphone memang bukanlah hal baru bagi Xiaomi, namun Mi Sports merupakan headset Bluetooth pertama mereka. Xiaomi tetap berkiblat pada rancangan in-ear tradisional, menambahkan strukutur loop demi menjaganya agar tidak mudah jatuh. Mi Sports telah memperoleh sertifikasi PPX4, yang berarti tahan air dan keringat, dengan berat hanya 17,8-gram. Mirip Plantronics BackBeat Go, bagian in-ear kiri dan kanan tersambung oleh kabel.

Xiaomi Mi Sports

Headset terkoneksi ke smartphone via Bluetooth 4.1, proses pairing-nya diklaim hanya berlangsung tiga detik saja, dan user dapat menyambungkan Mi Sports ke dua perangkat sekaligus. Di dalam, ia ditenagai baterai 110mAh, menyajikan talk time selama tujuh jam dan standby 280 jam.

Produk dijajakan seharga ¥ 150 atau kira-kira US$ 22, baru bisa dibeli di China tanggal 11 November nanti.

Mi Portable Mouse

Seperti Mi Notebook yang menyerupai MacBook Air, rancangan Mi Portable Mouse juga tampaknya ‘terinspirasi’ dari Apple Magic Mouse 2, dapat Anda lihat dari tubuh melengkungnya. Bedanya, mouse Bluetooth ini mempunyai bagian tombol membundar dengan dimensi 110,2×57,2×23,6mm dan berat 77,5-gram. Aspek spesial dari Mi Portable Mouse adalah fitur dual-mode, di mana user bisa menyambungkannya ke dua PC berbeda.

Xiaomi Mi Portable Mouse

Mi Portable Mouse dapat bekerja secara wireless hingga jarak maksimal 10 meter dari PC, dan dijanjikan menyuguhkan keakuratan 95 persen berkat sistem ‘high-speed laser positioning‘. Periferal ini membutuhkan dua baterai AA sebagai sumber tenaganya, kompatibel ke sistem operasi Windows 7, 8 dan 10.

Harganya sangat murah, cuma ¥ 100 (kurang lebih US$ 15), lagi-lagi baru akan tersedia di Tiongkok pada tanggal 11 November.

Via BGR, Mashable, Mi.com, dan MIUI.com.

Rovables Ialah Robot Mungil Sekaligus Perangkat Wearable

Di tahun 2004, perusahaan CuteCircuit memperkenalkan pakaian terkoneksi HugShirt, menandai terobosan besar penerapan teknologi wearable di dunia fashion. Istilah perangkat wearable mengacu pada aksesori yang menyimpan kemampuan komputasi, umumnya bersifat statis. Menariknya, kreasi baru para ilmuwan berpotensi menghadirkan inovasi selanjutnya di bidang ini.

Dalam konferensi ACM User Interface Software and Technology Symposium ke-29 di Tokyo, tim peniliti gabungan dari Massachusetts Institute of Technology dan Stanford memamerkan perpaduan antara robot dengan wearable device. Karya unik tersebut mereka namai Rovables, dan berkat kemampuan yang dimilikinya, pemanfaatan robot mini itu sangat luas – hampir menyerupai ide-ide di film-film fiksi ilmiah.

Rovables mempunyai tubuh yang kecil, tak lebih besar dari genggaman tangan Anda. Volumenya memang sengaja dibuat seminimal mungkin demi mendukung kapabilitas utamanya: Rovables didesain untuk berjalan di atas baju Anda, memanfaatkan kombinasi roda dan magnet (diposisikan di bagian dalam kain). Dengan berbekal rangkaian sensor dan kecerdasan buatan, robot rover mini tersebut dapat bekerja secara otomatis.

Para peneliti tentu tak lupa mengungkap sejumlah skenario di mana robot dapat berguna. Pertama, gerombolan Rovables bisa berformasi dan membentuk display di lengan, dan sang pemilik dipersilakan menonton video dalam perjalanan. Robot rover juga dapat jadi medium penyajian notifikasi, misalnya dengan menyentuh bahu Anda saat ada email masuk. Selanjutnya, Rovables bisa membantu kita menggulung lengan baju, menarik syal, dan saat bersepeda, mereka akan membentuk lampu keselamatan di punggung Anda.

Di versi awal ini, Rovables dilengkapi baterai build-in yang mampu menjaganya tetap aktif selama 45 menit – jika bekerja tanpa henti. Pengisian ulang baterai sendiri dilakukan secara wireless. Lalu ketika ia sudah menunaikan tugasnya, Rovables segera kembali masuk ke kantong baju.

Rovables 1

Fungsi canggih tersebut menuntut banyak hal yang perlu disiapkan tim ilmuwan dan menuntut mereka menemukan solusi agar Rovables sanggup menjelajahi bidang tiga dimensi. Dan meskipun para kreator telah memamerkan kapabilitas rover mini itu lewat video, mereka masih belum menciptakan unit micro-controller dengan kemampuan proses mumpuni buat menangani algoritma-algortima kompleks supaya Rovables bisa mengetahui arah.

Untuk sekarang, Rovables baru hadir berupa demo tech, dan belum terdengar adanya rencana buat menghidangkan robot sekaligus device wearable itu sebagai produk konsumen.

Via Recode. Sumber: ACM Digital Library.

Toyota Singkap Kirobo Mini, Robot Bayi Untuk Menghilangkan Kesepian

Nama Kirobo mungkin terdengar cukup akrab di telinga Anda. Ia adalah robot astronot Jepang pertama, dikembangkan oleh Universitas Tokyo untuk mendampingi Komandan Koichi Wakata di ISS. Kirobo sanggup mengenal suara dan bisa diajak bercakap-cakap secara natural. Dan kabarnya, Toyota saat ini sedang menggarap versi konsumennya.

Model non-astronot tersebut lebih kecil dari robot asisten Komandan Wakata, itulah alasannya sang robot dinamai Kirobo Mini. Ia masih dibekali kapabilitas memproses bahasa sampai speech synthesis, meski tidak didesain buat beroperasi di kondisi nol gravitasi. Bagi tim Toyota, Kirobo Mini bukanlah sekedar mainan. Ia sengaja dirancang sebagai robot ‘bayi sintetis’, berfungsi untuk menemani mereka yang kesepian – terkait merosotnya angka kelahiran di Jepang.

kirobo_mini_top_slider_03

Tak hanya meyusutkan ukurannya, wujud Kirobo Mini memang dibuat agar menyerupai versi anak-anak dari Kirobo, dengan tinggi 10cm. Matanya terlihat lebih besar, dan secara keseluruhan tampak lebih lucu. Buat memperkuat kesan ini, robot juga dibundel bersama tas gendong bayi. Melihat dari cara Toyota mempresentasikan Kirobo Mini lewat concept movie, robot mempunyai penyajian serupa Sharp RoBoHon yang dibanderol lima kali lebih mahal.

Via Reuters, chief design engineer Fuminori Kataoka menjelaskan bahwa postur Kirobo Mini sengaja dibuat agak goyah agar mirip bayi. Pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan kesan bahwa sang robot belum bisa bergerak seimbang, dan kesan rentan itu dapat memincu ikatan emosi. Saat berinteraksi, Kirobo Mini akan mengedipkan matanya, dan mengeluarkan suara bernada tinggi ala anak kecil.

kirobo_mini_top_slider_11

Walaupun robot bukan makhluk hidup, Kataoka mengungkapkan pentingnya memberikan kesempatan bagi manusia untuk berinteraksi, dan bukan sekedar berbicara pada asisten digital seperti Siri atau Google Now. Lewat PCWorld ia menyampaikan, “Anak-anak biasanya berbicara dengan mainan mereka. Meskipun aktivitas ini bukanlah komunikasi sesungguhnya, mainan mampu mensimulasikannya. Itulah alasan manusia lebih mudah bercakap-cakap bersama robot companion ketimbang sistem navigasi.”

kirobo_mini_top_slider_01

Teknologi di belakang Kirobo Mini tidak terlalu kompleks. Robot mendengar suara Anda lewat microphone, dibantu app mobile di smartphone. Handset bertugas memindahkan audio ke sistem cloud Toyota untuk diolah (menentukan respons yang tepat), lalu data dikirim kembali ke Kirobo Mini.

Kirobo Mini dijajakan di harga yang sangat terjangkau, hanya 39.800 yen atau sekitar US$ 390, rencananya akan tersedia tahun depan. Tapi agar bisa beroperasi, Anda juga harus membayar biaya berlangganan 300 yen (US$ 3) tiap bulan.

Sumber: Toyota.

Usung Elemen Dota, RoboMasters Hadir Sebagai Lawan Tangguh Buat Robot Wars

Upaya menghidupkan kembali game show teknologi populer BBC bertajuk Robot Wars disambut meriah oleh para pemirsa. Dengan arena, robot dan presenter baru, episode perdananya ditonton jutaan orang dan menjadi trending topic di jejaring sosial. Namun tim produksi Robot Wars tidak boleh terlena, karena ada pesaing yang tidak kalah menarik datang dari Tiongkok.

Diadakan oleh produsen spesialis drone dan videography udara DJI, RoboMasters ialah turnamen pertempuran robot tahunan pertama di China, berhasil memikat perhatian ratusan universitas, hampir 1.000 perusahaan teknologi, serta menghimpun puluhan ribu fans. Misi DJI adalah menyediakan sebuah wadah bagi para pelajar dalam menuangkan kreativitas dan kemampuan mereka.

Robomasters 1

Ada sejumlah alasan mengapa DJI RoboMasters berpotensi menyingkirkan Robot Wars ke posisi kedua sebagai acara turnamen robot terpopuler. Faktor terpentingnya adalah dari segi penyajian program. Memang sangat seru menyaksikan robot-robot saling menghancurkan, namun DJI punya twist unik dalam menghidangkan RoboMasters. Mereka membumbuinya dengan salah satu tema kegemaran penduduk Tiongkok: video game, atau lebih spesifiknya, formula MOBA.

Robomasters 2

RoboMasters menyuguhkan medan tempur mirip League of Legends atau Dota 2. Di sana ada dua tim berisi empat robot rover yang berupaya saling menghancurkan base lawan. Layaknya video game, arena menyediakan pilihan power-up – memberikan bonus serangan, pertahanan atau health. Ketika di Robot Wars, robot-robot di sana betul-betul saling melumat ala gladiator, RoboMasters mengusung arahan yang lebih ‘beradab’.

Tiap robot dilengkapi senjata proyektil dengan amunisi karet dan pelat yang bisa mendeteksi tekanan. Cara kerjanya mungkin sudah dapat Anda bayangkan: tembakan ke area tersebut akan mengurangi health lawan, dan jika health habis, maka robot jadi non-aktif. Power-up bisa diperoleh di area-area tertentu dalam arena atau menyelesaikan tantangan – contohnya ‘computer vision‘, menantang pemain buat menembak sasaran bergerak. Menariknya lagi, semuanya disuguhkan lewat perspektif orang pertama, mirip game shooter.

Robomasters 3

Buat mempertahankan base, tiap tim mempunyai tipe robot berbeda, terdiri dari infantri, hero, drone (UAV) dan stasiun pengisian amunisi. Infantri hanya bisa menembakkan amunisi karet, sedangkan hero dipersenjatai bola golf. Bola golf lebih susah diperoleh dan dapat menghasilkan damage lebih besar. Untuk mendapatkannya, tim harus mendesain sistem mekanik yang tepat dan efisien, misalnya memanfaatkan drone buat mengumpulkan bola golf.

Pendekatan distingtif ini sudah pasti memberikan RoboMasters keunggulan dibanding Robot Wars serta meningkatkan peluang bagi DJI dalam merangkul khalayak lebih luas – terutama kalangan gamer.

Update: Anda bisa saksikan ringkasan mengenai RoboMasters lewat video persembahan The Verge di sini:

Masih penasaran? Simak juga video-video RoboMasters di bawah:

Sumber: The Verge & RoboMasters. Gambar: RoboMasters.

Apa Itu Robot Wars?

Sempat muncul di BBC di akhir tahun 90-an sampai 2005, game show Robot Wars terlahir kembali di bulan Juli kemarin, dengan arena, robot dan presenter baru. Episode pertamanya jadi trending topic di Twitter, ditonton oleh dua juta orang lebih – berhasil mengalahkan jumlah pemirsa Top Gear episode terbaru yang tayang di jam serupa beberapa minggu sebelumnya.

Sesuai judulnya, Robot Wars menyuguhkan pertarungan sengit antara robot yang dikendalikan oleh tim operator di dalam arena tertutup. Hampir segala jenis senjata fisik diperbolehkan, kecuali teknik sabotase radio, cairan, api, listrik bertegangan tinggi, proyektil, dan laser di atas 1-miliwatt. Kemudian berat robot tidak boleh melewati 100kg.

Ada beberapa kondisi penyebab kekalahan, antara lain: robot tidak bisa bergerak selama 10 detik, keluar dari arena, atau terjatuh ke lubang. Jika syarat itu belum terpenuhi, juri akan menentukan pemenangnya, berdasarkan gaya, kendali, kerusakan yang dihasilkan serta jumlah serangan. Selama game show ini berjalan, sejumlah peraturan turut mendapatkan perubahan dan modifikasi.

Di seri revival ini, beberapa robot klasik kembali hadir, misalnya Storm II, Razer, serta Behemoth. Mereka tentu saja memperoleh upgrade baik pada penampilan, kecepatan gerakan, serta persenjataan. Selain tiga model itu, ada Bonk, Carbide, Kill-E-Crank-E, Nuts, Terrorhurtz dan The General. Arena kompetisi juga menyimpan jebakan-jebakan berbaya, misalnya lubang perangkap sampai ventilasi berapi, lalu pertempuran ‘dimeriahkan’ oleh kehadiran house robot.

Setelah melewati enam epsiode dan menyelesaikan sembilan pertandingan, di tanggal 28 Agustus lalu Apollo dengan operator Dave Young, Marc Dermott serta Ben Bacon sukses menyingkirkan Carbide di babak grand final. Kemenangan Apollo diputuskan oleh tiga orang juri, yakni Profesor Noel Sharkey, Dr. Lucy Rogers dan Profesor Sethu Vijayakumar. Mereka setuju bahwa Apollo memiliki kemampuan kendali yang luar biasa, agresif, serta membuat banyak kerusakan pada lawan.

Jujur saja, menjelaskan serunya Robot Wars lewat kata-kata tidaklah mudah, dan Anda sangat disarankan buat menyaksikannya sendiri. Sebagai pemanasan, silakan simak highlight dan recap dari masing-masing episode di bawah ini:

Episode 1

Episode 2

Episode 3

Episode 4

Episode 5

Grand Final

Ciptakan Octobot Bertubuh ‘Lembut’, Tim Harvard Buat Terobosan Besar di Ranah Robotik

Gurita sudah lama menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang menggeluti bidang robotik. Hewan laut ini pintar, mampu bergerak lincah serta kuat, meskipun ia tidak mempunyai tulang di dalam tubuhnya. Setelah peniliti Yunani memamerkan robot gurita di konferensi IEEE 2014, kali ini giliran tim Harvard membuahkan satu terobosan besar dengan mengusung basis serupa.

Di bulan Agustus ini, tim insinyur Harvard menyingkap kreasi terbaru bernama Octobot, sebuah robot yang mampu meniru aspek-aspek alami dari gurita. Inovasi para inventor ialah mereka mengganti segala hardware keras dan bagian-bagian kaku dengan komponen lembut. Tak cuma itu, robot dibuat agar bisa beroperasi secara otonom/mandiri, tanpa memerlukan input dan panduan dari operator.

Octobot 2

Berukuran mungil, Octobot adalah buah dari eksperimen intensif dan pemikiran ‘outside the box‘. Peneliti memakai beberapa metode fabrikasi berbeda, misalnya 3D printing, litografi di objek lunak, sampai pengecoran. Pada umumnya, baterai, sirkuit elektronik dan otak merupakan komponen penyebab robot jadi tidak fleksibel; namun lewat wujud Octobot yang lembut, ia dapat masuk ke area-area sempit, menyesuaikan tubuh dengan ruang di sekitarnya, serta membawa objek-objek ringkih.

Tubuh Octobot terbuat dari bahan polimer silikon, dicetak agar menyerupai bentuk gurita. Kemudian dengan menggunakan printer 3D, penciptanya menanamkan tinta khusus, diposisikan di sekeliling polimer. Selanjutnya, tim ilmuwan memanaskan Octobot untuk memperkuat strukturnya, juga dimaksudkan supaya tintanya menguap dan menyisakan jaringan ruang yang saling tersambung, juga sebagai tempat buat menempatkan otak.

Octobot 1

Untuk otaknya, peneliti Harvard memanfaatkan sirkuit microfluidic fleksibel yang mampu mengarahkan bahan bakar cair melewati saluran, dengan katup dan switch berbasis tekanan – berfungsi mengendalikan dua grup lengan Octobot. Robert Wood dari Harvard menjelaskan, “Teknik ini dapat dianalogikan seperti sirkuit elektrik biasa. Tapi bukannya menghantarkan elektron, kami menggunakan cairan dan gas.”

Ilmuwan memanfaatkan larutan hidrogen peroksida 50 persen sebagai bahan bakarnya. Ketika cairan ini terkena logam platina yang ditanam di jaringan internal Octobot, ia akan terurai menjadi air dan oksigen, menghasilkan gas bertekanan buat mendorong tentakel, dan keluar melalui ventilasi pembuangan.

Dengan bahan bakar sebanyak 1-mililiter, Octobot dapat aktif selama delapan menit. Buat sekarang, ia belum bergerak seperti gurita sungguhan dan belum memiliki tugas khusus, hanya dimaksudkan untuk mendemonstrasikan pendekatan inovatif tersebut di ranah robotik.

Sumber: Nature.

Xpider Ialah Robot Laba-Laba Lucu yang Bisa Mengenali Pemiliknya

Laba-laba bukanlah hewan favorit banyak orang. Di negara barat, 55 persen wanita dan 18 persen pria takut pada artropoda berkaki delapan ini. Meski demikian, inventor sudah lama mengadopsi bentuk tubuhnya ke ranah robotik, khususnya dalam menciptakan robot quadrupedal. Dan kreasi tim Roboeve mungkin bisa mengubah pandangan para penderita arachnophobia.

Pakar robot dan desainer industri muda itu memperkenalkan Xpider, robot laba-laba yang mungil dan lucu, terinspirasi dari karakter Mike Wazowski di film Monsters Inc. Tentu saja developer tidak langsung mengadopsi wujud tokoh itu. Awalnya mereka menuangkan ide tersebut dalam robot bernama Hexbug, sebelum akhirnya menyempurnakan rancangannya dan menyingkap Xpider.

Xpider 1

Xpider mempunyai tubuh bulat kecil dan enam buah kaki, berdiri setinggi 85-milimeter dengan berat hanya 150-gram. Robot memiliki sebuah ‘mata’ berupa kamera, dan Anda bisa melihat apa yang Xpider lihat serta mengambil alih kendali menggunakan smartphone ataupun controller game. Salah satu keunggulan utama dari robot laba-laba ini adalah kemudahan dalam memprogramnya – cukup melalui teknik drag and drop via software SmartNode.

Karya Roboeve ini bukanlah sekedar mainan. Ia mampu ‘melihat’ dan mengetahui keadaan lingkungan di sekitarnya, bahkan mengenal wajah seseorang, tercapai berkat teknologi computer vision. Dengan kapabilitas ini, Xpider dapat dibebaskan berkeliaran dan Anda tidak perlu cemas robot akan tersangkut. Selain itu, robot bisa menari saat melihat pemiliknya serta memberi tahu jika sesorang mendekati Anda.

Xpider 2

Segala kapabilitas tersebut dapat Xpider lakukan berkat kehadiran modul Intel Edison serta Intel Curie, sebuah komputer low-power seukuran kancing baju. Roboeve menghabiskan waktu selama delapan bulan buat menciptakan Xpider, dan hingga kini proses pengerjaannya masih terus berlangsung. Robot laba-laba itu sendiri telah mengalami beberapa kali perubahan desain, dari mulai penambahan bagian ‘armor‘, sampai revisi pada ukuran tubuh serta struktur kaki.

Akhirnya di awal tahun 2016, aspek desainnya mulai matang. Developer memutuskan buat memadatkan tubuh dan platform, menurunkan pusat bobot, memperkokoh kaki, serta memastikan Xpider ‘tampil lebih tampan’. Mereka turut menambahkan sensor postur di board Edison, sehingga robot bisa bergerak dan memanjat secara lebih anggun.

Selanjutnya, developer berencana untuk melangsungkan program crowdfunding di Indie Gogo serta menawarkan sejumlah desain custom khusus bagi backer. Kampanye kabarnya akan dimulai di bulan Agustus, tapi saat artikel ini ditulis, Xpider masih belum muncul di situs tersebut.

Sumber: Xpider.me.

Berbekal Integrasi Smart Home, Robot Big-I Siap Temani Anggota Keluarga Anda

Robot sebagai pembantu rumah tangga kedengarannya hanya bisa dipraktekkan di film fiksi ilmiah. Namun perkembangan teknologi machine learning dan artificial intelligence (AI) yang begitu pesat belakangan ini membuatnya mungkin terwujud di dunia nyata. Tidak percaya? Coba Anda temui Big-I.

Big-I sepintas terlihat seperti sebuah tong sampah, akan tetapi ia memiliki ‘mata’ yang akan selalu memperhatikan berbagai hal dan mengenali orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya mengenali, Big-I tahu kebutuhan masing-masing anggota keluarga.

Robot ini tidak perlu dikendalikan secara manual, namun ia juga bisa merespon terhadap perintah suara. Anda juga dapat memberikan instruksi ala IFTTT, jadi semisal ada orang asing yang masuk ke rumah saat Anda pergi, Big-I akan langsung mulai mengawasi dan merekam aksi jahilnya.

Yang tak kalah menarik adalah potensi Big-I untuk diintegrasikan dengan berbagai perangkat smart home. Sistem operasinya juga telah dirancang supaya pengguna bisa mendidiknya; misalnya jika pengguna melambaikan tangan saat berada di ruang makan, itu tandanya Big-I diminta untuk mematikan televisi di ruang tamu.

Contoh lain pengaplikasian Big-I yang bergantung situasi adalah: jika Big-I mendeteksi anak Anda tertidur di sofa, maka ia akan segera mengingatkan Anda untuk membawanya ke kamar tidur. Hal ini dimungkinkan berkat teknologi pengenal wajahnya tadi.

Sejauh ini, NXRobo selaku pengembang Big-I masih belum mengungkapkan jadwal pemasaran robot pintarnya tersebut. Kemungkinan besar ia akan hadir dalam versi developer terlebih dulu sehingga ekosistem aplikasi dan integrasinya sudah cukup melimpah saat dipasarkan ke konsumen nantinya.

Sumber: Engadget dan NXRobo.

Sepasang Robot Laba-Laba Ini Bisa ‘Menenun’ Struktur Serat Karbon

Ilmuwan berpendapat, pengembangan robot yang terinspirasi dari hewan sebetulnya bukan sekedar mencoba menciptakan tiruannya. Ambil contohnya robot salamander EPLF, ia dirancang agar peneliti bisa memelajari hubungan antara tulang belakang dan gerakan tubuh, demi mempermudah proses terapi serta pembuatan perangkat prostetik. Begitu pula kreasi ICD Stuttgart ini.

Kita sudah menjadi saksi lahirnya bermacam-macam biorobot, dan kali ini, ada kabar gembira buat para fans Spider-Man. Dipimpin oleh Maria Yablonina, tim peneliti dari Jerman tersebut menyingkap Mobile Robotic Fabrication System for Filament Structures, yaitu sepasang robot high-tech mirip laba-laba yang mampu membangun (atau lebih tepatnya menenun) struktur di tembok.

Mobile Robotic Fabrication System for Filament Structures 1

Untuk bisa memanjat tembok atau melintasi atap bangunan secara terbalik, kedua robot menggunakan teknik sedot mirip vacuum cleaner. Mereka diklaim mampu beroperasi di permukaan jenis apapun. Untuk sekarang, sang robot memang masih membutuhkan bantuan manusia. Pertama, ilmuwan menempatkan (memaku) jangkar-jangkar logam di dinding, kemudian robot dapat mulai menyambungkan tali berbahan serat karbon.

Mengusung algoritma unik, robot akan mengira-ngira volume struktur yang ingin Anda bangun, membuat mereka bekerja layaknya versi kecil dari kawanan hewan. Mereka saling mengoper filamen, memotong, menarik dan mengulur, hingga tercipta struktur kompleks mirip jaring laba-laba. Hasilnya bisa dipakai sebagai sekedar pajangan atau bagian dari arsitektur, tapi juga cukup kuat buat dijadikan furnitur seperti tempat tidur gantung.

Mobile Robotic Fabrication System for Filament Structures 3

Ilmuwan menjelaskan bahwa kapabilitas robot laba-laba dalam memanjat dan menenun memberikan mereka kemampuan melampaui proses pabrikasi oleh robot pada umumnya; dan dapat dimanfaatkan secara luas di beragam skenario, baik di lingkungan perkotaan serta interior. Bayangkan ketika Ikea tidak lagi menjual furnitur, tetapi menjajakan jasa penyewaan robot seperti ini.

Aspek ketangguhannya tidak perlu Anda cemaskan. Serat karbon sebetulnya sering dipakai di beragam produk, misalnya mobil dan pesawat. Peneliti ICD Stuttgart juga yakin bahwa serat karbon merupakan tipe bahan yang ringan, kuat serta ekonomis. Dengan komposisi tepat, ia bisa menandingi baja. Selain menawarkan metode baru, robot laba-laba juga dipercaya akan membuka potensi pemanfaatan material serat karbon, di mana sejauh ini masih cukup batas.

Jika Anda masih penasaran tentang cara kerja Mobile Robotic Fabrication System for Filament Structures, silakan baca makalah lengkapnya di tautan ini.

Via Fastcodesign.com.

Peringati Ulang Tahun ke-4 Curiosity Rover, NASA Luncurkan Game Mars Rover

Sejak tiba di Gale Crater tanggal 6 Agustus 2012, robot rover Curiosity berhasil menemukan banyak hal penting terkait Mars: ia mendeteksi metana di atmosfer dan zat karbon organik di bebatuan, mengetahui bahwa level radiasi di sana masih cukup tinggi, dan berkatnya, September lalu NASA mengonfirmasi adanya air mengalir. Info-info ini sangat berguna buat misi selanjutnya.

Tepat pada tanggal 6 Agustus besok, rover Curiosity merayakan ulang tahun keempat kehadirannya di Mars (atau 1460 hari di Bumi per tanggal 5 Agustus 2016). Sebagai penciptanya, National Aeronautics and Space Administration telah menyiapkan satu persembahan yang bisa dinikmati semua orang: game berjudul Mars Rover, disajikan gratis untuk handset Android, iDevice serta PC lewat browser.

Permainan ini cukup sederhana. Sebagai operator, tugas Anda adalah memandu rover menjelajahi Mars, disajikan dalam tampilan side-scrolling 2D. Tantangan utamanya ialah menjaga robot agar tetap utuh dan tidak terbalik, serta memastikannya tetap berada di jangkauan kamera. Rover akan mengaktifkan radar saat melewati air di bawah permukaan tanah, memberikan Anda skor tambahan. Fitur ini rencanya akan dibubuhkan pada robot versi baru NASA di misi ke Mars yang akan dilangsungkan tahun 2020.

Tentu praktek tidak semudah teorinya; ketidakseimbangan sedikit saja membuat rover terbalik, lalu jatuh dari ketinggan menyebabkan rodanya rusak. Hal-hal tersebut segera mengakhiri permainan.

Tingkat kesulitan yang tinggi mungkin diusung untuk mewakilkan susahnya mengendalikan Curiosity dari jarak ratusan juta kilometer. Berbeda dari game, pengendali rover tidak bisa mengontrol Curiosity secara langsung. Mereka mengirimkan daftar perintah sekali sehari, dan robot dapat mengisi ulang baterai saat sudah mengerjakan semuanya. Curiosity bergerak di kecepatan lambat, maksimal 2-inci per detik, kira-kira membutuhkan waktu setengah jam buat melintasi lapangan sepak bola.

“Kami sangat bersemangat memberikan cara baru bagi khalayak untuk terlibat dalam petualangan Curiosity saat ini dan juga terhadap rencana eksplorasi planet Mars di tahun 2020,” ujar Michelle Viotti selaku manager PR Jet Propulsion Laboratory NASA. “Dengan menggunakan jejaring sosial, pemain dapat saling berbagi kesenangan bersama kawan-kawan. Beberapa aspek di game juga dibuat agar kita lebih memahami ilmu pengetahuan, teknologi, ilmu teknik dan matematika.”

Buat menghidangkan  Mars Rover, Jet Propulsion Laboratory bekerja sama dengan Gamee. Penasaran? Segera jajal Mars Rover, bisa diperoleh di Apple app store dan Google Play, atau mainkan langsung di browser tanpa proses instalasi.

Sumber: NASA.