Robot Bernama Tally Ini Menjaga Stok Barang di Toko Tetap Tersedia

Sudah lama toko retail mengandalkan sistem IT untuk mengawasi stok barang mereka. Metode ini memuaskan dilihat dari perspektif perusahaan, namun beda halnya dengan kendala yang ditemui sehari-hari oleh pengelola toko. Kesalahan dan ketidakakuratan data pasokan berdampak negatif pada profit. Secara global, dalam setahun total kerugiannya mencapai ratusan miliar dolar.

Demi menyingkirkan masalah tersebut, sistem IT harus diracik lebih terperinci. Dan bagi satu tim asal Silicon Valley bernama Simbe Robotics, teknologi robotik merupakan salah satu jalan keluar paling optimal. Mereka memperkenalkan Tally, sebuah ‘solusi otomatis untuk mengaudit serta menganalisis rak penjualan pertama di dunia’. Deskripsi gamblangnya, ia diciptakan buat mengerjakan tugas yang paling membosankan dan repetitif.

Wujud Tally menyerupai robot telepresence, berdiri setinggi hampir satu meter (tepatnya 96cm), dengan bagian bawah melebar. Penampilan rampingnya mempermudah Tally ‘berpatroli’ di lorong-lorong toko, menjaga rak tetap terisi, mengawasi barang-barang yang mulai menipis, salah penempatan, ataupun salah harga. Langkah-langkahnya meliputi merekam, melaporkan serta memeriksa ketersediaan berdasarkan planogram.

Lewat Tally, Simbe menjanjikan proses yang murah, lebih sering, jauh lebih cepat, ditambah level akurasi hampir mendekati sempurna. Ia dilengkapi dengan sensor pendeteksi lingkungan dan pembaca lokasi barang, mampu kembali ke stasiun charge secara otomatis ketika baterai mulai menipis. Tally turut didukung platform dan API cloud, sehingga kita dimudahkan mengakses informasi detail mengenai toko.

Tally 02

Dari sana, Anda mendapatkan basis data buat menghitung performa penjualan, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta menghemat biaya operasional. Dan hebatnya lagi, Tally tidak memerlukan perubahan infrastruktur pada toko.

Brad Bogolea selaku CEO Simbe menjelaskan via Business Wire, “Dalam industri retail, pengalaman berbelanja sangatlah penting. Jika sebuah produk tidak tersedia saat sedang dibutuhkan, pedagang telah kehilangan kesempatan dan mengecewakan konsumennya. Tally membantu retailer mengadapi tantangan-tantangan itu melalui diagnosis yang cepat dan akurat, serta membebaskan staf agar mereka bisa fokus melayani pelanggan.”

Buat sekarang, Tally sedang berada dalam periode uji coba di sejumlah toko Amerika Utara. Ia dapat diintegrasikan ke sistem teknologi informasi yang sudah ada, dibangun dengan memanfaatkan platform open source Robot Operating System. Info soal harga dan waktu rilis bisa ditanyakan langsung ke tim Simbe lewat email [email protected].

Sumber: Simbe Robotics.

Nvidia Rilis Komputer Mungil untuk Menghadirkan Kecerdasan Buatan pada Drone

Beberapa hari yang lalu, kita baru saja membahas tentang komputer khusus drone ciptaan DJI dan Canonical. Kini, Nvidia rupanya tidak ingin ketinggalan momentum. Pabrikan GPU terbesar tersebut baru saja memperkenalkan Nvidia Jetson TX1, sebuah komputer mini yang dirancang untuk menghadirkan kecerdasan buatan pada drone.

Lewat Jetson TX1, Nvidia sebenarnya punya visi dimana drone nantinya tidak hanya terbang mengikuti instruksi manusia, tetapi juga mengendalikan dirinya sendiri melewati berbagai rintangan maupun mengidentifikasi adanya kegiatan yang mencurigakan. Semua ini bisa dicapai dengan teknologi seperti machine learning dan computer vision, tapi sebelumnya, dibutuhkan ‘otak’ yang sanggup mengolah semua itu dengan cepat.

Itulah peran yang diusung Jetson TX1. Secara total, ia sanggup mengerahkan performa dengan daya sebesar 1 teraflop – setara dengan supercomputer tercepat dari 15 tahun yang lalu – tapi di saat yang sama hanya mengonsumsi energi dalam jumlah yang amat sedikit. Semua ini dikemas dalam fisik berukuran 50 x 87 mm, bahkan lebih kecil daripada kartu kredit.

Ukuran Jetson TX1 yang sangat ringkas tersebut sebenarnya membuka peluang untuk diaplikasikan pada perangkat-perangkat lain selain drone, seperti misalnya perangkat Internet of Things (IoT). Singkat cerita, tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mempercepat proses berpindahnya artificial intelligence (AI) dari laboratorium riset ke perangkat di dunia nyata.

Nvidia sebenarnya tidak sendirian dalam mengejar pencapaian baru di bidang robotik ini. Jauh sebelumnya, tepatnya di ajang CES 2015 di bulan Januari kemarin, Intel sempat memamerkan inovasinya yang sanggup memberikan penglihatan pada drone. Dan tentu saja, seperti yang saya sebutkan di awal, DJI selaku pabrikan drone nomor satu tidak ingin tinggal diam begitu saja.

Buat para konsumen seperti kita, hasilnya mungkin baru bisa dinikmati paling cepat dua tahun dari sekarang. Nvidia sendiri baru akan mulai memasarkan Jetson TX1 ke para produsen seharga $299 tahun depan.

Sumber: Nvidia.

Secantik Origami dan Secanggih Drone, Bangau Kertas Ini Bisa Terbang

Entah kenapa, Jepang tampaknya sangat terobsesi dengan robot. Robot itu pun tak harus berwujud mecha yang bisa dikendalikan manusia sebagai alat bantu ‘perang’ raksasa bernama Kuratas. Di saat yang sama, Jepang juga memanfaatkan keandalannya di bidang robotik guna membangun sebuah pabrik selada otomatis. Continue reading Secantik Origami dan Secanggih Drone, Bangau Kertas Ini Bisa Terbang

Tim Jepang Sedang Bangun ‘Pabrik Selada’ Otomatis, Produksi 30.000 Bonggol per Hari

Tanpa tanah, hydroponic atau aeroponic memiliki banyak keunggulan dibanding menanam dengan teknik biasa: meminimalisir  hama, memastikan tanaman mendapatkan nutrisi optimal, dan menjaga kebersihannya. Jika hydroponic/aeroponic sudah terdengar cukup canggih, kabarnya perusahaan asal Kyoto akan menerapkan metode next-gen dalam budi daya sayuran. Continue reading Tim Jepang Sedang Bangun ‘Pabrik Selada’ Otomatis, Produksi 30.000 Bonggol per Hari