Tepati Janji, Rockstar Mulai Perbaiki Sederet Problem di GTA Trilogy Definitive Edition

Grand Theft Auto: The Trilogy – The Definitive Edition yang dirilis pada 11 November 2021 kemarin benar-benar dilanda segudang masalah. Saking parahnya, Rockstar sampai memutuskan untuk meminta maaf secara terbuka, dan mereka berjanji untuk memperbaiki versi remastered dari tiga game legendaris tersebut secara bertahap.

Kabar baiknya, janji tersebut sudah mulai ditepati oleh Rockstar. Mereka baru saja merilis update anyar (versi 1.03) untuk GTA Trilogy Definitive Edition yang membenahi banyak problem sekaligus; dari yang paling mengganggu seperti efek hujan yang super-jelek dan bermasalah, sampai yang sepele seperti typo pada beberapa objek yang memiliki teks di dalam game.

Versi 1.03 ini juga mengembalikan efek kabut yang tampak di kejauhan. Seperti diketahui, salah satu penyempurnaan visual yang ditawarkan versi remastered ini adalah peningkatan draw distance sehingga pemain bisa melihat lebih banyak di kejauhan. Masalahnya, hal ini justru membuat dunia di dalam ketiga game jadi terasa begitu kecil (karena bagian ujungnya bisa kelihatan dengan jelas dari kejauhan).

Tampilan kabut di kejauhan pada GTA: San Andreas pasca update versi 1.03 / Sumber: GTA Forums

Pada versi orisinalnya di PlayStation 2, efek kabut ini diterapkan demi mengakali keterbatasan performa hardware terkait draw distance, tapi di saat yang sama itu juga memberikan efek artistik yang membuat dunia di dalam game jadi terasa masif.

Salah satu keluhan terbesar lain dari para pemain GTA Trilogy Definitive Edition adalah terkait penampilan sejumlah karakter yang jadi sangat berbeda dari versi aslinya. Rockstar diam-diam rupanya mendengarkan masukan-masukan semacam itu, terbukti dari kembalinya penampilan asli seorang karakter minor di GTA: San Andreas bernama Old Reece. Saat versi remastered-nya pertama dirilis, wajah karakter tersebut tampak jauh berbeda dari yang ada di versi aslinya.

Update versi 1.03 untuk GTA Trilogy Definitive Edition juga mengembalikan penampilan karakter Old Reece sesuai versi orisinalnya / Sumber: Twitter

Tak hanya problem yang terlihat secara kasatmata, Rockstar rupanya juga memperbaiki isu-isu lain yang mungkin tidak begitu mengganggu buat para pemain yang baru pertama kali menikmati trilogi GTA ini, seperti misalnya perkara sound effect saat mengakses menu.

Saat pertama diluncurkan, ketiga game dari GTA Trilogy Definitive Edition menggunakan sound effect yang sama yang diambil dari GTA: San Andreas. Berkat update baru ini, tiap game kini telah dilengkapi sound effect-nya masing-masing seperti versi orisinalnya. Sepele, tapi krusial bagi mereka yang sempat menikmati versi aslinya dua dekade silam.

PR yang harus dikerjakan Rockstar memang masih banyak, dan kondisi GTA Trilogy Definitive Edition pasca update versi 1.03 pun masih jauh dari apa yang diharapkan banyak penggemarnya. Kendati demikian, ini tetap merupakan awal yang baik sekaligus menunjukkan komitmen Rockstar dalam menepati janjinya.

Saya sendiri masih akan terus menunggu sampai game-nya benar-benar dalam kondisi ‘sehat’ sebelum membelinya, sama halnya seperti saya menunggu expansion pack Cyberpunk 2077 sebelum memainkannya kembali. Kalau ingin tahu daftar lengkap problem yang diperbaiki di versi 1.03 ini, silakan langsung berkunjung ke laman support Rockstar.

Sumber: Game Informer dan IGN.

10 Game dengan Penghasilan dan Angka Penjualan Terbesar Sepanjang Sejarah

Popularitas game datang dan pergi. Biasanya, popularitas sebuah game akan memudar seiring dengan berjalannya waktu. Namun, ada beberapa game yang tetap dapat relevan bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun sejak ia diluncurkan. Kali ini, saya akan membahas game-game yang berhasil mencetak rekor di dunia. Dua tolok ukur yang saya gunakan adalah total pendapatan dan total penjualan.

10 Game dengan Pemasukan Terbesar Sepanjang Masa

Daftar ini dibuat menggunakan data dari Video Games Sales Wiki. Angka penjualan dari game disesuaikan dengan tingkat inflasi menggunakan kalkulator inflasi.

1. Space Invaders (1978) – per 2021 – US$34 miliar

Percaya atau tidak, Space Invaders — game yang diluncurkan pada 1978 — memegang gelar game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Game shooting buatan developer Jepang ini bisa dimainkan di arcade dan juga konsol Atari. Dari penjualan mesin arcade, total pemasukan Space Invaders mencapai US$7,5 miliar pada 1982 atau sekitar US$21,26 miliar pada 2021.

Selain dari penjualan arcade, Space Invaders juga mendapatkan pemasukan dari coin drop. Pada 1983, pemasukan Space Invaders dari coin drop mencapai US$4,4 miliar. Jika Anda menghitung inflasi, angka itu setara dengan US$12,47 miliar pada 2021. Sementara itu, dari konsol Atari, Space Invaders mendapatkan pemasukan sebesar US$151 juta pada 1990, sekitar US$316 juta pada 2021. Jadi, secara total, pemasukan yang didapat oleh Space Invaders adalah US$34 miliar.

2. Pac-Man (1980) – per 2021 – US$27,50 miliar

Peringkat kedua masih diisi oleh game klasik, yaitu Pac-Man, yang diluncurkan pada 1980. Game ini tersedia di arcade dan konsol. Dari penjualan mesin arcade, Pac-Man mendapatkan US$9,34 miliar pada 1982, yang setara dengan US$24,68 miliar. Masih di tahun 1982, Pac-Man mendapatkan US$319,2 juta (sekitar US$905 juta pada 2021) dari penjualan game untuk konsol.

Sementara itu, per 1987, penjualan Pac-Man di PC menyumbangkan US$2 juta (setara dengan US$4,82 juta pada 2021). Nantinya, Pac-Man juga diluncurkan untuk mobile. Dari mobile, Pac-Man mendapatkan US$84 juta per 2012, sekitar US$100 juta jika Anda menghitung inflasi. Jadi, secara total, pemasukan Pac-Man mencapai US$27,5 miliar.

3. Street Fighter II (1991) – per 2017 – US$21,3 miliar

Street Fighter II diluncurkan pertama kali pada 1991 sebagai game arcade. Satu tahun berikutnya, Capcom meluncurkan beberapa versi baru dari Street Fighter II, seperti Street Fighter II: Champion Edition, Street Fighter II Turbo, Super Street Fighter II, dan Super Street Fighter II Turbo. Keempat game itu masih merupakan game arcade. Masih di 1982, Capcom merilis Street Fighter II: The World Warrior untuk Super Nintendo Entertainment System (SNES). Game itu terjual sebanyak 6,3 juta unit.

Pada 1993, Capcom meluncurkan Street Fighter II Turbo untuk SNES dan Street Fighter Special Champion Edition untuk Mega Drive. Setahun kemudian, Super Street Fighter II diluncurkan untuk SNES. Setelah itu, Capcom berhenti untuk meluncurkan Street Fighter II untuk platform apa pun selama 12 tahun. Baru pada 2006, Capcom merilis Street Fighter II untuk PlayStation Portable (PSP) sebagai bagian dari Classics Collection Reloaded. Dua tahun kemudian, pada 2008, Capcom merilis Super Street Fighter II Turbo HD Remix untuk PlayStation 3 dan Xbox 360.

 

Super Street Fighter II Turbo HD Remix. | Sumber: GameSpot

Nintendo meluncurkan Switch pada Maret 2017. Di tahun yang sama, Capcom merilis Ultra Street Fighter II: The Final Challengers untuk konsol Nintendo tersebut. Di tahun yang sama, Capcom juga sempat meluncurkan Super NES Classic Edition untuk SNES. Secara total, pemasukan yang Capcom dapat dari Street Fighter II adalah US$10,61 miliar pada 1991. Dengan inflasi, angka itu naik menjadi US$21,3 miliar.

4. Dungeon Fighter Online (2005) – per 2020 – US$15 miliar

Sejak diluncurkan pada 2005, Dungeon Fighter Online berhasil mendapatkan total pemasukan sebesar US$15 miliar, berdasarkan laporan keuangan Nexon untuk Q1 2020. Game beat-em up 2D action ini sangat populer di Tiongkok. Meskipun begitu, ia tidak terlalu populer di tingkat global. Buktinya, walau game itu tersedia di Steam, jumlah rata-rata dari concurrent players Dungeon Fighter Online di Steam hanya mencapai 450 pemain. Padahal, menurut laporan MMOS, pada puncaknya, jumlah concurrent players di Tiongkok bisa mencapai 3 juta orang.

Meskipun begitu, spending dari para gamers di Tiongkok sudah cukup untuk membuat Dungeon Fighter Online masuk dalam daftar game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Setiap bulan, game ini juga sering masuk dalam daftar game PC dengan pemasukan terbesar, menurut data dari Superdata Research.

Dungeon Fighter Online sering masuk dalam daftar game dengan pemasukan terbanyak. | Sumber: Superdata Research

5. CrossFire (2007) – per 2019 – US$14,2 miliar

CrossFire merupakan game FPS buatan Smile Gate yang dirilis pada 2008. Pada 2008-2009, pemasukan game itu hanya mencapai US$213 juta atau setara dengan US$250 juta pada 2021. Namun, pada 2010, pemasukan CrossFire meningkat pesat, mencapai US$1,2 miliar. Sejak saat itu, setiap tahun, pendapatan dari CrossFire tidak pernah kurang dari US$1 miliar. Per 2019, total pemasukan yang didapat oleh CrossFire mencapai US$14,2 miliar.

6. World of Warcraft (2004) – per 2017 – US$12,05

Menurut data dari Video Games Sales Wiki, pemasukan World of Warcraft pada 2005 mencapai US$250 juta. Angka ini naik menjadi US$597 juta pada 2006 dan menjadi US$843 juta pada 2007. Pemasukan World of Warcraft menembus US$1 miliar untuk pertama kalinya pada 2008. Sampai 2011, pemasukan World of Warcraft terus ada di atas US$1 miliar.

Namun, pada 2012, pendapatan dari game MMORPG ini mulai turun, menjadi US$901 juta. Angka ini kembali turun pada 2013 — menjadi US$805 juta — dan pada 2014, menjadi US$728 juta. Pada 2015, pemasukan World of Warcraft memang sempat naik, menjadi US$814 juta. Namun, pada 2017, total pemasukan World of Warcraft kembali turun, menjadi US$472 juta. Secara total, jika Anda menghitung inflasi, pemasukan World of Warcraft dalam periode 2005-2017 mencapai US$12, 02 miliar.

7. League of Legends (2009) – per 2020 – US$11,866 miliar

Diluncurkan pada 2009, League of Legends adalah game pertama buatan Riot Games. Selama 10 tahun ke depan, League of Legends menjadi satu-satunya game besutan studio asal Los Angeles tersebut. Fokus Riot untuk mengembangkan game MOBA itu tidak sia-sia. Per 2020, total pemasukan yang Riot Games dapatkan dari League of Legends hampir mencapai US$12 miliar. Jika Anda penasaran bagaimana Riot bisa fokus pada League of Legends selama bertahun-tahun, Anda bisa membacanya di sini.

Pemasukan League of Legends pada 2015-2020. | Sumber: Statista

Pada 2012, pemasukan dari League of Legends mencapai US$200 juta. Perlahan tapi pasti, angka ini terus naik. Dalam satu tahun, pada 2013, pemasukan League of Legends melonjak menjadi US$624 juta. Pada tahun berikutnya, pemasukan game itu kembali naik, menjadi US$964 juta. Dan sejak 2015 sampai 2020, pemasukan League of Legends tidak pernah kurang dari US$1 miliar, menurut data Statista. Pada 2017, pemasukan dari League of Legends bahkan menembus US$2,1 miliar.

8. Honor of Kings (2015) – per 2021 – US$10 miliar

Minggu lalu, pemasukan Honor of Kings mencapai US$10 miliar. Dengan begitu, game MOBA tersebut menjadi mobile game pertama yang mendapatkan pencapaian tersebut. Ironisnya, Honor of Kings hanya membutuhkan waktu 6 tahun untuk bisa mendapatkan US$10 miliar. Padahal, League of Legends — yang menjadi inspirasi dari Honor of Kings — membutuhkan waktu 10 tahun untuk mendapatkan US$10 miliar.

9. Lineage (1998) – per 2019 – US$9,635 miliar

Lineaga dirilis pada September 1998. Per 2019, total pemasukan yang didapat game MMORPG asal Korea Selatan ini mencapai US$9,7 miliar, menjadikannya sebagai salah satu game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Faktanya, Lineage merupakan salah satu franchise game paling populer di Korea Selatan.

Berkat kesuksesan Lineage, franchise itu menelurkan banyak game lain. Misalnya, pada 2003, Lineage II dirilis. Game itu merupakan prekuel dari Lineage, dengan setting waktu 150 tahun sebelum Lineage. Pada 2017, tiga game Lineage diluncurkan sekaligus, yaitu Lineage 2 Revolution, Lineage 2 M, dan Lineage Red Knights. Ketiganya merupakan mobile game. Lineage 2 M — yang merupakan versi mobile dari Lineage II — diluncurkan pada 2019.

10. Monster Strike (2013) – per 2021 – US$9,3 miliar

Monster Strike menjadi mobile game kedua yang masuk dalam daftar game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Diluncurkan pada 2013, Monster Strike dengan cepat menjadi populer di Jepang. Per Oktober 2018, total pemasukan dari game itu mencapai US$7,2 miliar. Ketika itu, Monster Strike berhasil menjadi mobile game dengan pemasukan terbesar, menggeser Puzzle & Dragons yang sebelumnya memegang gelar tersebut.

Monster Strike. | Sumber: VentureBeat

Dari daftar di atas, saya mencoba untuk menarik beberapa kesimpulan. Pertama, di era sebelum konsol, penjualan mesin arcade menjadi sumber pemasukan terbesar untuk game. Dan walau tiga peringkat teratas diisi oleh game klasik, hal itu bukan berarti industri game menyusut. Data dari berbagai perusahaan riset menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, industri game terus berkembang.

Lalu, kenapa tidak ada game modern yang pemasukannya mengalahkan game klasik? Kemungkinan, hal ini terjadi karena banyaknya game yang tersedia di pasar. Jadi, total belanja yang dihabiskan oleh pemain juga terbagi ke jauh lebih banyak game. Sehingga, tidak ada satu game yang berhasil mendapatkan pemasukan yang sangat besar.

Kesimpulan kedua, pemasukan mobile game tidak kalah besar dari pemasukan game-game PC atau konsol. Buktinya, Honor of Kings dan Monster Strike berhasil masuk dalam daftar 10 game dengan penghasilan terbesar sepanjang masa, walau kedua game itu baru diluncurkan pada era 2010-an.

Kesimpulan lain yang bisa ditarik dari kesuksesan Honor of Kings dan Monster Strike adalah jika sebuah game berhasil sukses di pasar game yang besar, maka developer bisa fokus pada satu pasar itu saja. Honor of Kings sangat populer di Tiongkok dan Monster Strike di Jepang. Namun, keduanya tidak terlalu populer di dunia internasional. Meksipun begitu, keduanya tetap dapat meraup penghasilan miliaran dollar. Hal ini bisa terjadi karena Tiongkok merupakan pasar game terbesar, dan Jepang pasar game terbesar ketiga.

Kesimpulan terakhir, 6 dari 10 game dalam daftar di atas merupakan game free-to-play. Hal ini menunjukkan besarnya potensi dari model bisnis ini. Jadi, tidak heran jika sejumlah perusahaan game merombak model bisnis dari franchise lama mereka, seperti Konami yang meluncurkan eFootball sebagai game free-to-play.

Bagi developer game, salah satu daya tarik model bisnis free-to-play game adalah game tetap bisa memberikan pemasukan bertahun-tahun sejak game itu diluncurkan. Sementara jika developer menggunakan model bisnis game premium — jadi Anda cukup membeli game itu sekali dan Anda bisa memainkannya selamanya — mereka hanya punya dua kesempatan untuk mendapatkan pemasukan. Pertama, ketika mereka pertama kali meluncurkan game mereka. Kedua, saat mereka meluncurkan DLC.

10 Game dengan Angka Penjualan Terbesar

Selain total pemasukan, metrik lain untuk mengukur kesuksesan sebuah game adalah menghitung angka penjualan game tersebut. Berikut 10 game dengan angka penjualan tertinggi.

1. Tetris – 500+ juta unit

Menghitung angka penjualan Tetris tidak mudah, mengingat game ini pertama kali diluncurkan pada 1984. Menurut Digital Trends, penjualan fisik dari Tetris mencapai 70 juta unit. Sekitar 35 juta unit berasal dari paket bundling Tetris dengan Nintendo Game Boy. Setelah itu, Tetris diluncurkan di mobile, yang mendorong angka penjualan. Pada 2014, VentureBeat melaporkan bahwa game Tetris yang berbayar telah diunduh sebanyak 425 juta kali. Angka ini tidak mencakup versi gratis dari Tetris. Jadi, kemungkinan,  total penjualan Tetris bahkan lebih tinggi dari 500 juta unit.

2. Minecraft – 238+ juta unit

Ketika pertama kali diluncurkan pada 2009, Minecraft bisa dimainkan dengan gratis. Beberapa bulan kemudian, Minecraft dijual dengan sistem pre-order. Sekarang, Anda bisa memainkannya dengan gratis. Namun, jika Anda ingin memainkannya di PC atau konsol, Anda harus membelinya. Total penjualan dari Minecraft dari PC, konsol, dan mobile diperkirakan mencapai lebih dari 200 juta unit.

Total penjualan Minecraft. | Sumber: Statista

3. Grand Theft Auto V – 150+ juta unit

Berdasarkan laporan keuangan Take-Two pada Q1 2020, sejak diluncurkan pada 2013, Grand Theft Auto V telah terjual sebanyak 135 juta unit. Sebanyak 15 juta unit terjual pada 2020. Per Agustus 2021, total penjualan GTA V menembus 150 juta unit. Angka ini mencakup penjualan GTA V di semua platform.

4. Wii Sports – 82,9 juta unit

Total penjualan Wii Sports mencapai 82,9 juta unit, menjadikannya sebagai salah satu game paling laris sepanjang masa. Namun, angka penjualan itu tidak menggambarkan kesuksesan game tersebut. Pasalnya, game itu memang dijual bersamaan dengan konsol Wii. Jadi, setiap orang yang membeli Wii akan mendapatkan game Wii Sports, tidak peduli apakah dia ingin membeli game tersebut atau tidak.

5. PUBG – 70+ juta unit

PlayerUnknwon’s Battlegrounds (PUBG) pertama kali diluncurkan pada 2017.  Hanya dalam waktu 4 tahun, game tersebut berhasil terjual sebanyak 70 juta unit. Dan angka penjualan PUBG masih menunjukkan angka naik. Tak hanya itu, PUBG juga cukup populer di mobile. Versi mobile dari PUBG telah diunduh sebanyak lebih dari 1 miliar kali. Hal ini menjadikan PUBG Mobile sebagai salah satu mobile game terpopuler sepanjang masa.

6. Super Mario Bros. – 48,24 juta unit

Super Mario Bros. diluncurkan pertama kali untuk Nintendo Entertainment System (NES). Ketika itu, game tersebut berhasil terjual sebanyak 40 juta unit. Setelah itu, game ini juga dirilis untuk beberapa konsol buatan Nintendo lainnya, seperti Game Boy Color, Game Boy Advance, dan Wii Virtual Console. Di ketiga platform tersebut, Super Mario Bros. terjual sebanyak 8 juta unit.

Super Mario Bros. untuk NES. | Sumber: Digital Trends

7. Pokemon Gen. 1 – 47,52 juta unit

Game Pokemon generasi pertama hadir dalam empat versi: Red, Blue, Yellow, dan Green. Di Jepang, ada dua game Pokemon generasi pertama, yaitu Red dan Green. Namun, untuk peluncuran global, Nintendo merilis tiga varian, yaitu Red, Blue, dan Yellow. Secara total, keempat game Pokemon generasi pertama terjual sebanyak 47,52 juta unit. Menurut Digital Trends, sekitar 46 juta unit dari game Pokemon generasi pertama terjual di Game Boy. Sementara sekitar 1,5 juta lainnya terjual melalui Nintendo 3DS Virtual Console.

8. Mario Kart 8/Deluxe – 45,53 juta unit

Mario Kart 8 adalah game Wii U dengan angka penjualan tertinggi. Meskipun begitu, total penjualan Mario Kart 8 di Wii U hanyalah 8,45 juta unit. Hal ini tidak aneh, mengingat Wii U hanya terjual sebanyak 13,56 juta unit per Desember 2019. Angka penjualan Mario Kart 8/Deluxe naik ketika Nintendo meluncurkan game itu di Switch. Di konsol itu, Mario Kart 8 Deluxe terjual sebanyak 37,08 juta unit, menurut Nintendo.

9. Wii Fit dan Wii Fit Plus 43,8 juta unit

Wii Fit dijual bersama aksesori Balance Board. Sesuai namanya, Wii Fit mengintegrasikan kegiatan olahraga ke dalam game, mendorong para pemilik Wii untuk menggerakkan badan mereka. Dan ternyata, “gameplay” ini terbukti populer. Wii Fit terjual sebanyak 22 juta unit. Sementara Wii Fit Plus — yang memiliki lebih banyak olahraga — terjual sebanyak 21 juta unit. Dengan begitu, Wii Fit menjadi game terpopuler ke-2 di Wii, hanya kalah dari Wii Sports.

10. Red Dead Redemption 2 – 38 juta unit

Red Dead Redemption 2 adalah salah satu game paling ambisius buatan Rockstar. Dan Rockstar berhasil membuat game open world dengan karakter yang realistis dan detail visual yang fantastis. Menurut ScreenRant, per Agustus 2021, game itu telah terjual sebanyak 38 juta unit.

Red Dead Redemption 2. | Sumber: Polygon

Dari daftar kali ini, salah satu hal yang bisa saya simpulkan adalah game klasik sekali pun tetap bisa populer jika ia diluncurkan di platform yang sesuai. Selain itu, angka penjualan sebuah game bisa didorong jika game tersebut diluncurkan di banyak platform, seperti yang dibuktikan oleh Minecraft dan Grand Theft Auto.

Selain menjadi salah satu game dengan angka penjualan terbanyak, GTA V juga merupakan salah satu game yang paling laris dalam waktu paling singkat. Ketika diluncurkan untuk PlayStation 3 dan Xbox 360, game itu terjual sebanyak 11,21 juta hanya dalam waktu 24 jam. Menariknya, Monster Hunter Rise menjadi salah satu game yang terjual dengan cepat. Dalam waktu 3 hari, game itu terjual sebanyak 4 juta unit. Padahal, game tersebut hanya tersedia untuk Switch, setidaknya untuk saat ini.

10 Mobile Game dengan Pemasukan Paling Besar

Jika dibandingkan dengan jumlah gamers PC dan konsol, jumlah mobile gamers jauh lebih banyak. Namun, spending yang dikeluarkan oleh para mobile gamers belum tentu sebesar total belanja dari gamers konsol dan PC. Karena itu, di segmen ini, saya ingin fokus pada mobile game untuk melihat berapa banyak pemasukan yang bisa didapat oleh mobile game.

1. Honor of Kings (2015) – US$10 miliar

Seperti yang sudah saya sebutkan, Honor of Kings merupakan mobile game pertama yang mendapatkan pemasukan lebih dari US$10 miliar. Saat ini, game itu merupakan game paling sukses dari Tencent. Dan ke depan, Honor of Kings akan tetap berkontribusi pada pemasukan Tencent. Pasalnya, sampai saat ini, game tersebut masih punya 100 juta pemain aktif harian.

Honor of Kings sangat sukses di Tiongkok. Pada 2018, 98% pemasukan dari game ini berasal dari gamers di Tiongkok. Begitu suksesnya Honor of Kings sehingga ia disebut sebagai sebagai “candu”. Dan hal ini mendorong pemerintah Tiongkok untuk memperketat regulasi terkait waktu bermain anak dan remaja di bawah umur.

2. Monster Strike (2013) – US$9,3 miliar

Monster Strike diluncurkan pada Agustus 2013 oleh developer Jepang Mixi. Game ini merupakan game RPG dengan elemen puzzle serta fitur multiplayer. Monster Strike sangat populer di Jepang. Selain di Jepang, game ini juga diluncurkan di Amerika Utara, Taiwan, dan Korea Selatan. Hanya saja, Monster Strike tidak begitu populer di negara-negara itu.

Namun, spending dari para gamers di Jepang sudah cukup untuk membuat Monster Strike menjadi salah satu mobile game dengan pemasukan terbesar speanjang masa. Faktanya, pada 2014, game itu menjadi mobile game dengan pemasukan terbesar. Mixi — yang dulunya dikenal dengan nama XFLAG —  bahkan mengaku bahwa Monster Strike menyelamatkan mereka dari kebangkrutan.

3. Clash of Clans (2012) – US$7,7 miliar

Clash of Clans pertama kali diluncurkan untuk iOS pada Agustus 2012. Satu tahun kemudian, Supercell meluncurkan game ini di Android. Clash of Clans adalah game buatan Supercell yang paling sukses. Faktanya, kesuksesan Clash of Clans yang membuat nama Supercell menjadi sangat dikenal seperti sekarang. Setelah sukses dengan Clash of Clans, Supercell meluncurkan empat game spin-off dari game tersebut, yaitu Clash Royale, Clash Mini, Clash Quest, dan Clash Heroes.

4. Candy Crush Saga (2012) – US$6,4 miliar

Pada awalnya, Candy Crush Saga diluncurkan sebagai broswer game. Kemudian, game ini diluncurkan di iOS pada November 2012 dan di Android pada Desember 2012. Candy Crush dianggap sebagai salah satu mobile game dengan model freemium yang paling sukses. Memang, Anda bisa memainkan game match-three puzzle ini tanpa harus mengeluarkan uang. Namun, para pemain tetap terdorong untuk membeli item dalam game karena item membantu membantu mereka untuk melalui level yang sulit.

5. PUBG Mobile (2018) – US$6,2 miliar

PUBG adalah salah satu pelopor genre battle royale. Versi PC dari PUBG dirilis pada 2017. Satu tahun kemudian, pada Maret 2018, PUBG Mobile diluncurkan. Pada awalnya, PUBG menghadapi persaingan ketat dengan Fortnite, yang juga mengadopsi genre battle royale. Namun, PUBG berhasil bertahan dan menjadi salah satu game battle royale paling sukses di mobile.

Di Tiongkok, Tencent menjadi publisher dari PUBG. Pada awalnya, mereka juga menghadapi masalah. Pasalnya, regulator Tiongkok tengah memperketat peraturan terkait peluncuran dan monetisasi game baru. Tencent dilarang untuk memonetisasi PUBG Mobile karena game itu dianggap melanggar peraturan terkait kekerasan dalam game. Pada akhirnya, PUBG Mobile ditarik dari Tiongkok dan diluncurkan kembali dengan nama Peacekeeper Elite atau Game for Peace.

Battleground India Mobile adalah versi India dari PUBG Mobile.

Tak hanya di Tiongkok, PUBG Mobile juga mengalami masalah di beberapa negara lain, termasuk India, yang merupakan salah satu pasar terbesar untuk PUBG Mobile. Alasan pemerintah India menarik PUBG Mobile dari App Store dan Play Store adalah karena mereka khawatir akan keamanan siber dari game itu. Selain itu, mereka juga khawatir Tiongkok akan menyadap data pemain PUBG Mobile, mengingat game itu dinaungi oleh Tencent sebagai publisher. Hal ini mendorong Krafton untuk menjadi publisher dari PUBG Mobile di India. Setelah PUBG Mobile dilarang, Krafton meluncurkan kembali game itu dengan nama Battlegrounds India Mobile.

6. Puzzle & Dragons (2012) – US$5,6 miliar

Sejak diluncurkan pada Februari 2012, Puzzle & Dragons itu telah diunduh sebanyak 80 juta kali. Tidak hanya itu, game ini juga merupakan mobile game pertama yang berhasil mendapatkan pemasukan lebih dari US$1 miliar. Jepang memberikan kontribusi terbesar pada pemasukan dari Puzzle & Dragons. Saat ini, pemasukan game ini memang menunjukkan tren turun. Namun, setiap bulan, pemasukan Puzzle & Dragons tetap mencapai puluhan juta dollar.

7. Fate/Grand Order (2015) – US$5,4 miliar

Fate/Grand Order adalah game RPG buatan Aniplex yang didasarkan pada franchise Fate/stay night dari Type-Moon. Game ini pertama kali diluncurkan untuk Android di Jepang pada Juli 2015. Dua minggu kemudian, game tersebut dirilis untuk iOS. Versi bahasa Inggris dari game ini diluncurkan pada Juni 2017.

Game Fate/Grand Order sangat populer di Jepang. Faktanya, gamers Jepang memberikan kontribusi 82% dari total pemasukan game itu. Pemasukan Fate/Grand Order mencapai lebih dari US$5 miliar, menjadikannya sebagai salah satu mobile game Sony yang paling populer. Pasalnya, Aniplex merupakan bagian dari Sony Music Entertainment di Jepang.

8. Pokemon Go (2016) – US$5,2 miliar

Diluncurkan pada Juli 2016, Pokemon Go dengan cepat menjadi fenomena di seluruh dunia. Salah satu daya tarik dari game ini adalah elemen Augmented Reality yang developer Niantic integrasikan pada game ini. Gameplay Pokemon Go juga mendorong para pemainnya untuk berjalan-jalan dan menjelajah di dunia nyata. Hal ini berkebalikan dengan kebanyakan mobile game, yang  biasanya membuat para pemainnya duduk diam.

9. Fantasy Westward Journey (2015) – US$4,7 miliar

Fantasy Westward Journey merupakan mobile game yang diadaptasi dari game MMORPG untuk PC dengan judul yang sama. Versi PC dari game itu diluncurkan pada Desember 2001. Sementara versi mobile dari Fantasy Westward Journey dirilis untuk iOS dan Android pada Maret 2015.

Fantasy Westward Journey 3D bakal diluncurkan dalam waktu dekat. | Sumber: Twitter

Pada 2016, Fantasy Westward Journey berhasil menjadikan developer NetEase sebagai perusahaan mobile game dengan pemasukan terbesar. Sampai sekarang, game itu tetap memberikan kontribusi besar pada pemasukan NetEase. Faktanya, di Tiongkok Fantasy Westward Journey sering masuk ke dalam daftar game dengan players spending setiap bulan. Biasanya, game ini ada di peringkat 2, kalah dari Honor of Kings.

10. Lineage M (2017) – US$3,5 miliar

Lineage M diriliis pada 2017. Game ini merupakan versi mobile dari MMORPG Lineage yang diluncurkan pada 1998. Di Korea Selatan, Lineage adalah salah satu franchise paling populer. Jadi, tidak heran jika hanya dalam waktu tujuh jam sejak ia diluncurkan, Lineage M berhasil menjadi game paling populer di App Store Korea Selatan.

Dalam waktu sebulan sejak peluncuran, Lineage M berhasil mendapatkan US$233 juta. Pemasukan game itu menembus US$1 miliar pada Juni 2018. Seperti yang disebutkan oleh Pocket Gamer, sampai sekarang, Lineage M adalah salah satu game paling menguntungkan untuk developer NCSoft.

Dalam daftar mobile game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa, umur mobile game yang masuk dalam daftar tersebut relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan game-game dalam daftar game dengan pemasukan terbesar. Tidak heran, mengingat mobile adalah platform yang relatif baru dari konsol atau PC. Meskipun begitu, semua mobile game itu memiliki pemasukan lebih dari US$1 miliar.

Hal menarik lainnya yang dapat disimpulkan dari daftar mobile game dengan pemasukan terbesar adalah beragamnya genre dari game yang masuk daftar tersebut. Di satu sisi, game-game seperti Honor of Kings, PUBG Mobile, dan Lineage M merupakan game dengan gameplay yang ditujukan untuk hardcore gamers. Di sisi lain, game-game kasual — seperti Monster Strike, Candy Crush Saga, dan Puzzle & Dragons — juga berhasil masuk dalam daftar. Hal ini menjadi bukti bahwa game kasual pun punya pasar yang tidak kalah besar.

Sumber header: PC Mag

Keberadaan Trilogi GTA Remastered Semakin Menguat

Setelah beragam rumor dan spekulasi yang mengemuka di berbagai forum dunia maya mengenai keberadaan GTA Remastered, akhirnya spekulasi ini semakin menguat setelah beberapa media game besar menginformasikan tentang kehadiran game ini.

Semua ini bermula ketika beberapa waktu lalu secara tiba-tiba induk perusahaan Rockstar, Take-Two mulai menghapus mod game-game GTA dari berbagai website. Apalagi secara spesifik Rockstar menarget mod untuk seri lawas GTA seperti GTA San Andreas dan Vice City.

Dari kasus tersebut komunitas modder dan fans mulai mencurigai bahwa Rockstar tengah merencanakan sesuatu. Apalagi setelah laporan finansial terbaru dari induk perusahaan Take Two Interactive menunjukkan bahwa Rockstar memiliki setidaknya tiga buah proyek remake/remaster yang masih dirahasiakan.

Image credit: Rockstar

Meskipun tiga buah remaster/remake ini masih belum dikonfirmasi, namun Kotaku berani mengonfirmasi dari sumber terpercaya yang mereka miliki bahwa 3 game tersebut adalah Grand Theft Auto III, Grand Theft Auto Vice City, dan juga favorit para fans Grand Theft Auto San Andreas.

Selain itu, sumber tersebut juga mengatakan bahwa ketiga game tadi akan di-remaster menggunakan Unreal Engine yang akan menggabungkan antara grafik baru dan original. Salah satu sumber yang mengaku telah melihat gameplay-nya mengatakan bahwa tampilannya mirip dengan game GTA yang diberi banyak mod.

Selain grafis, tampilan user interface juga ikut diperbarui namun tetap mempertahankan style klasiknya. Game remaster/remake ini juga dikabarkan akan mendapat perubahan konten agar lebih terasa relevan untuk game modern.

Image credit: Youtube INTER

Proyek remaster ini disebut-sebut dikerjakan oleh studio baru milik Rockstar, yaitu Rockstar Dundee. Studio ini diakusisi Rockstar tahun lalu dan awalnya bernama Ruffian Games. Beberapa karya dari studio ini antara lain Crackdown 2, Crackdown 3, dan juga HALO: Master Chief Collection.

Trilogi GTA Remastered ini dikatakan akan dijadikan bonus untuk GTA V versi next-gen, yang konon akan dirilis pada November mendatang. Ketiga game ini juga awalnya akan dirilis pada awal tahun 2021 ini, namun karena pandemi rencana tersebut harus mundur ke akhir tahun.

Sayangnya, Rockstar maupun Take Two Interactive masih belum angkat bicara mengenai laporan ini. Namun masih dari sumber yang sama, trilogi GTA Remaster ini akan tersedia untuk Playstation 4, Playstation 5, Xbox One, Xbox Series X|S, dan Nintendo Switch untuk akhir tahun. Sedangkan untuk platform mobile dan PC diperkirakan akan tiba pada 2022 mendatang.

Take-Two Mulai Matikan Banyak Mod GTA

Seri Grand Theft Auto atau GTA tentu menjadi salah satu game yang dicintai oleh para gamer karena kehadiran berbagai macam mod yang dibuat oleh komunitasnya. Dan para modder tersebut tidak hanya memodifikasi satu game saja tetapi hampir semua seri-nya mulai GTA III hingga GTA V.

Sang pengembang Rockstar memang tidak terlalu mempermasalahkan para modder selama mereka tidak mempengaruhi GTA Online. Namun hal tersebut sepertinya berbeda dengan induk perusahaan mereka yaitu Take-Two Interactive.

Dalam beberapa hari ini, banyak modder yang melaporkan bahwa karya mereka mendapat “DMCA take-down” dari Take-Two. Mayoritas yang terkena penghapusan masal ini adalah mod untuk GTA San Andreas dan Vice City yang notabene sudah cukup lama. Salah satu mod paling besar yang terkena adalah GTA Underground.

Mod ambisius yang menggabungkan semua map dari game Rockstar di era 3D mulai GTA III, Vice City, San Andreas, Manhunt, dan juga Bully ini dihapus dari ModDB setelah mendapat peringatan dari Take-Two.

Sang modder yang menggunakan nama Silent mengutarakan rasa frustasi dan kekecewaannya lewat cuitan di akun Twitter-nya. Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2014 para modder mendapat apresiasi dengan muncul di Newswire milik Rockstar. Namun di 2021 para modder kini ketakuan bila mod yang telah mereka kerjakan dihapus begitu saja.

Take-Two memang tidak memberikan penjelasan mengapa mereka tiba-tiba melakukan perburuan terhadap mod-mod dari seri GTA ini. Apalagi take down yang dilakukan juga bersifat acak dan menarget mod-mod yang sudah lama dirilis.

Mod lain milik Kadakash yang hanya menaikkan resolusi tekstur dari game GTA San Andreas juga dihapus. Padahal mod-nya hanya memoles grafis original game-nya tanpa mengubah hal lain. Secara teori mod yang dibuat tersebut tidak melanggar aturan apapun sehingga harusnya aman bagi para pemain.

Sayangnya, Take-Two maupun Rockstar tidak memberikan penjelasan terkait take-down besar-besaran yang mereka lakukan ini. Bahkan Take-Two memperingatkan para modder untuk berhati-hati dan tidak membuat masalah karena ke depannya akan lebih banyak peringatan DMCA akan dikeluarkan untuk mod-mod lama GTA.

Riset Mengatakan Red Dead Redemption 2 Membantu Pengenalan Satwa Liar

Kompleksitas dunia open-world yang ditawarkan game-game buatan Rockstar memang tidak perlu diragukan. Terlebih Rockstar selalu meningkatkan standar dengan dunia yang lebih imersif.

Salah satu contohnya adalah Red Dead Redemption 2 yang kini sudah berumur 3 tahun. Namun dunia liar Amerika yang mereka hadirkan masih mampu membuat takjub banyak orang. Bahkan, sebuah riset terbaru menyebutkan bahwa RDR 2 ini dapat digunakan untuk memelajari hewan liar yang ada di dalam game-nya.

Riset ini dilakukan oleh seorang guru Biologi asal Inggris yang juga seorang gamer. Risetnya dilakukan kepada sebanyak 586 partisipan yang mengambil lokasi di 55 negara. Sekitar 444 orang telah memainkan Red Dead Redemption 2. Rata-rata respondennya berumur 18 hingga 34 tahun.

image credit: Rockstar

Dikutip dari postingannya di forum Reddit, sang guru yang menggunakan nama SaiRookwood tersebut menjelaskan bahwa tujuan dari risetnya ini adalah untuk mencari tahu apakah lingkungan virtual detail yang dimiliki oleh Red Dead Redemption 2 dapat membuat gamer belajar mengidentifikasi beberapa spesies yang ada di dalam simulasi ekosistem game-nya tanpa disadari.

Dalam surveynya, para responden diminta untuk mengidentifikasi 15 hewan dari foto aslinya. Hewan-hewan tersebut semuanya ada di dalam RDR 2. Dan para responden diminta untuk memilih nama hewan tersebut yang benar dari pilihan ganda.

Hasilnya pun cukup mengejutkan, karena rata-rata para responden yang memainkan RDR 2 mampu menebak dengan benar 10 dari 15 binatang. Lebih lanjut, para gamer yang baru saja memainkan game RDR 2 dikatakan mampu memperoleh nilai lebih tinggi.

image credit: imgur

Sedangkan responden dengan nilai terbaik adalah mereka yang memilih peran sebagai ‘Naturalis’ di dalam Red Dead Online. Hal itu dikarenakan peran tersebut meminta para pemain untuk memelajari satwa yang ada di dunia Red Dead tanpa membunuhnya.

SaiRookwood berkesimpulan bahwa imersi dan ‘gamification‘ dalam pembelajaran akan lebih efektif. Karena aksi yang mereka lakukan dalam proses pembelajaran tersebut lebih bermakna ketimbang hanya harus mengingat-ingatnya lewat gambar, buku, atau video.

Meskipun begitu, SaiRookwood tetap tidak menyarankan untuk para gamer yang masih berumur di bawah 18 tahun untuk memainkan Red Dead Redemption 2. Karena memang banyak adegan-adegan dalam game-nya yang terlalu sadis dan kurang sesuai untuk anak-anak di bawah umur.

Take-Two Akan Rilis 62 Game Hingga 2024 Mendatang

Take-Two Interactive, yang merupakan induk perusahaan banyak pengembang game besar seperti Rockstar dan 2K, baru saja mengadakan rapat tutup tahun fiskal 2021 nya. Dalam rapat tersebut terungkap beberapa informasi, termasuk bagaimana rencana Take-Two untuk game-game mereka ke depannya.

Pertama, dalam laporannya yang diunggah ke BusinessWire, Take-Two berhasil memperoleh keuntungan sebesar US$3,37 miliar pada tahun ini. Dengan game-game yang mendatangkan keuntungan paling besar adalah Grand Theft Auto Online, diikuti dengan NBA 2K dan juga Red Dead Redemption 2 – Red Dead Online.

Take-Two juga mengumumkan bahwa mereka telah memiliki rencana untuk merilis banyak game hingga 4 tahun ke depan. Tidak tanggung-tanggung untuk setahun ke depan saja Take-Two berencana untuk merilis total 21 game yang terbagi ke beberapa kategori seperti immersive core, independent, mobile, dan juga new iterations of previously released title.

Rencana Take-Two Interactive 3 tahun ke depan (image credit: wccftech)

Sedangkan untuk tahun 2023-2024 Take-Two berencana untuk menggandakan jumlah produksi game-nya hingga 2 kali lipat, yaitu sebanyak 41 game. Dengan penambahan paling tinggi ada di game immersive core mereka dan juga tambahan game mid-core.

Sehingga Take-Two nantinya akan memproduksi total 62 game hingga Maret 2024 mendatang. Hal ini tentunya membuat para fans di seluruh dunia mulai menebak-nebak game apa saja yang akan dirilis oleh Take-Two selama 3 tahun ke depan. Dan yang terpenting, kapan Take-Two akan menyuruh Rockstar untuk merilis game selanjutnya dari Grand Theft Auto.

Sayangnya, dari beberapa tebakan dan hipotesa, game GTA selanjutnya kemungkinan besar akan muncul pada tahun fiskal 2023/2024. Karena untuk tahun ini Take-Two hanya akan memproduksi 4 game immersive core yang kemungkinan besar 2 slot-nya telah diisi oleh WWE 2K22 dan NBA 2K22.

GTA Online (image credit: Rockstar Games)

Sedangkan 2 game lainnya kemungkinan besar adalah game strategi baru dari pengembang Firaxis (Civilization series dan Xcom series), dan juga game misterius baru dari pengembang Ghost Story Games (Bioshock series).

Apalagi Rockstar sudah mengumumkan bahwa mereka akan mengisi tahun ini dengan peluncuran ekspansi khusus GTA V/GTA Online untuk konsol next-gen yang disebut ‘Expanded & Enhanced’ pada bulan November mendatang. Sehingga semakin kecil kemungkinan bahwa Rockstar juga akan mengumumkan GTA selanjutnya tahun ini.

Take-Two sendiri memberikan catatan bahwa laporan perencanaan yang mereka kemukakan tersebut hanya untuk memberikan gambaran game apa saja yang tengah mereka saat ini. Take-Two juga dengan terbuka mengatakan bahwa masih ada kemungkinan game-game yang direncanakan tersebut ditunda.

Rockstar Games Sedang Mencari Game Tester untuk Game Terbaru Mereka

Tidak banyak gembar-gembor sebelum semua siap mungkin adalah motto dari Rockstar yang diterapkan pada game-game yang sedang mereka dikerjakan.

Bagaimana tidak, pasca perilisan Red Dead Redemption 2 pada 2018 lalu Rockstar seakan diam dalam kesibukannya tanpa ada informasi apapun mengenai apa game selanjutnya.

Namun setelah kurang lebih satu tahun diam, akhirnya muncul sedikit informasi yang mengindikasikan bahwa pengembang yang satu ini memang tengah merampungkan sebuah game baru.

Kantor Rockstar Edinburgh atau yang dikenal sebagai Rockstar North (Image credit: Sebastian Roderic)

Info ini sendiri muncul dari The National yang mengabarkan bahwa pengembang satu ini kini tengah mencari seorang game tester berbakat yang memiliki passion, antusias, dan mampu memotivasi diri sendiri.

Lowongan ini sendiri disebar oleh Rockstar bersama dengan 48 lowongan kerja lainnya di saentaro Inggris. Namun uniknya, hanya kantor Rockstar Edinburgh atau yang dikenal sebagai Rockstar North saja yang memiliki lowongan game tester itu.

Dalam deskripsinya, game tester yang nantinya diterima akan memiliki beberapa kewajiban yaitu antara lain:

  • Memastikan kualitas produk yang dirilis Rockstar sesuai dengan standar industri terdepan
  • Membuat dan menjalankan rencana pengujian komprehensif untuk memastikan semuanya berfungsi dengan benar
  • Menulis laporan bug yang ringkas dan memberikan semua informasi pendukung yang relevan seperti tangkapan layar, video, dan log permainan
Ilustrasi game tester (Image credit: Getty Images)

Tentunya pekerjaan game tester ini bukanlah pekerjaan yang main-main. Mengingat mereka akan bertanggung jawab sebagai bagian yang mengontrol kualitas game-nya sebelum nantinya diumumkan dan dirilis. Sehingga, game tester ini sendiri wajib memiliki kompetensi dan kemampuan bermain game serta memiliki keteraikan kepada industri video game.

Gaji yang ditawarkan Rockstar sendiri juga tidak main-main untuk posisi ini. Game tester ini akan mendapatkan gaji sebesar €14.221 – €23.275 per tahunnya. Atau bila dikurskan ke dalam Rupiah akan berkisar antara Rp20 juta – Rp30 juta per bulannya.

Lowongan inilah yang membuat banyak fans yang mulai berspekulasi bahwa Rockstar tengah menguji coba game mereka berikutnya yang diduga adalah seri selanjutnya dari Grand Theft Auto atau GTA. Ada juga fans yang menduga bahwa game yang akan dites tersebut adalah Bully 2.

Namun, semuanya kembali masih sebagai spekulasi-spekulasi dari para fans. Karena kemungkinan terburuk pun masih tetap ada yaitu Rockstar tengah menguji coba versi porting dari GTA V untuk Playstation 5 yang memang seharusnya akan dirilis pada tahun ini.

Setelah Sekian Lama, Waktu Loading GTA Online Akhirnya Bakal Dipersingkat

Di akun Steam saya, tercatat saya telah menghabiskan sekitar 275 jam bermain Grand Theft Auto V sejak tahun 2015. 99% dari total waktu bermain itu saya habiskan untuk mode single player-nya, sebab saya hanya sempat memainkan mode multiplayer-nya, GTA Online, selama sekitar tiga jam sebelum akhirnya kapok dan tidak pernah menyentuhnya lagi.

Salah satu alasan yang membuat saya kapok adalah waktu loading yang luar biasa lama di GTA Online. Sudah lama, sering pula. Awalnya saya mengira ini perkara spesifikasi PC atau koneksi internet, tapi nyatanya pemain-pemain lain yang punya PC dengan spesifikasi yang lebih tinggi sekaligus koneksi internet yang lebih cepat dari saya pun juga tidak luput dari problem ini.

Usut punya usut, yang salah ternyata adalah game-nya itu sendiri. Belum lama ini, seorang pemain GTA Online yang juga coder bernama t0st menemukan cara untuk mengatasi problem tersebut. Lewat sebuah blog post yang sangat teknis dan mendetail, ia menjabarkan akar permasalahannya. Ia menemukan bahwa GTA Online hanya menggunakan CPU saja ketika loading berlangsung, dan lebih parahnya lagi, cuma satu thread saja yang diperkerjakan.

Sudah menunggu lama tapi ujung-ujungnya error adalah pemandangan biasa di GTA Online / Reddit
Sudah menunggu lama tapi ujung-ujungnya error adalah pemandangan biasa di GTA Online / Reddit

Selain menemukan penyebabnya, t0st rupanya juga berhasil menciptakan solusi sederhana yang sangat efektif. Dengan hanya menambahkan sejumlah kode yang menggantikan kode-kode asli di dalam game, ia berhasil memangkas waktu loading GTA Online hingga nyaris 70%. Saking sederhananya solusi yang diperlukan, t0st mengklaim seorang programmer Rockstar semestinya tidak butuh lebih dari satu hari untuk membenahinya.

Kabar baiknya, Rockstar cukup cepat merespon. Kepada PC Gamer, Rockstar mengonfirmasi bahwa apa yang t0st temukan itu akurat, dan mereka sedang menyiapkan bug fix yang akan dirilis bersamaan dengan update selanjutnya. Kapan update tersebut bakal tersedia masih tanda tanya, tapi semestinya Rockstar tidak akan menunda-nunda terlalu lama untuk perbaikan yang sangat vital semacam ini.

Buat t0st, riset yang bermula dari rasa penasaran ini pada akhirnya membuahkan berkah yang tidak terduga. Sebagai ucapan terima kasih, Rockstar menghadiahinya dengan uang sebesar $10.000 melalui program Bug Bounty. Program ini umumnya hanya melibatkan temuan-temuan seputar masalah keamanan atau privasi, tapi dalam kasus ini Rockstar memutuskan bahwa t0st berhak menjadi pengecualian.

Kalau update-nya sudah tersedia, mungkin itu bisa jadi alasan kuat bagi saya untuk menjajal kembali GTA Online.

Sumber: PC Gamer.

Rockstar Bakal Jejalkan Lebih Banyak Elemen Single-Player ke GTA Online

Berbeda dari Grand Theft Auto IV yang punya dua expansion pack memukau, Grand Theft Auto V sama sekali tidak dibekali konten single-player ekstra. Sebagai gantinya, Rockstar justru memilih untuk berfokus mengembangkan konten demi konten buat GTA Online, yang sampai kini pun terbukti masih menjadi mesin uang bagi mereka.

Menariknya, fokus terhadap GTA Online itu bukan berarti Rockstar sudah benar-benar mengesampingkan pengalaman bermain single-player. Dalam update terbarunya, Cayo Perico Heist, para pemain GTA Online tak hanya bisa mengeksplorasi satu pulau baru bersama rekan-rekan satu gengnya saja, tapi juga menjalani misi perampokan (heist) sendirian jika memang diperlukan.

Ini merupakan pertama kalinya misi heist dapat dijalani seorang diri di GTA Online, sebab sebelumnya para pemain perlu terlebih dulu mengatur kru yang terdiri dari pemain-pemain lain. Buat yang masih rutin bermain GTA Online di saat teman-temannya sudah sibuk dengan Valorant atau Phasmophobia, ini jelas merupakan kabar yang menggembirakan.

Lebih istimewa lagi, arahan baru ini juga bakal terus dipertahankan oleh Rockstar. Berbicara kepada GQ Magazine, perwakilan Rockstar menyampaikan bahwa mereka sebenarnya sudah merencanakan soal ini sejak lama berdasarkan permintaan dari komunitas, dan mereka berniat untuk terus memberikan opsi bermain GTA Online secara solo ataupun co-op ke depannya.

Menurut Rockstar, masing-masing metode (solo atau co-op) punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Kalau memutuskan untuk bermain sendiri, berarti total uang yang didapat dari misi sepenuhnya masuk ke kantong sang pemain, plus sejumlah aksi stealth juga bakal lebih mudah dilangsungkan. Kalau mengajak kru, reward misinya memang harus dibagi, akan tetapi di saat yang sama para pemain juga dapat mengejar objektif ekstra dan memperoleh bonus uang.

Singkat cerita, Rockstar ke depannya bakal menjejalkan lebih banyak lagi elemen single-player ke dalam GTA Online. Apakah ini berarti tidak akan ada GTA VI di masa yang akan datang? Semoga saja tidak, dan kalau melihat kiprah Rockstar selama ini, mereka tidak pernah bosan memberikan kejutan dari waktu ke waktu.

Sumber: PC Gamer.

Red Dead Online Segera Hadir Sebagai Game Standalone di Console dan PC

Di akun Steam saya, tercatat saya sudah menghabiskan sekitar 155 jam dalam Red Dead Redemption 2. Lucunya, tidak ada satu detik pun dari waktu tersebut yang saya tuangkan ke Red Dead Online.

Bisa disimpulkan bahwa saya adalah manusia kuper yang lebih mementingkan pengalaman single-player ketimbang multiplayer. Namun di luar sana saya yakin ada cukup banyak orang yang berbanding terbalik dengan saya; mereka yang sama sekali tidak peduli dengan single-player campaign Red Dead Redemption 2 dan lebih memilih menghabiskan waktunya di Red Dead Online.

Saya bisa memahaminya, dan Rockstar apa lagi. Sebagai bukti, mereka baru saja mengumumkan bahwa per 1 Desember 2020, Red Dead Online bakal ditawarkan sebagai game standalone yang dapat dibeli secara terpisah dari Red Dead Redemption 2. Ya, jadi seandainya Anda hanya ingin bertualang di dataran Amerika abad 19 tanpa peduli akan kisah sang protagonis Arthur Morgan, Anda bisa menghemat uang dengan membeli Red Dead Online saja.

Red Dead Online ini nantinya bisa dibeli lewat Steam, Epic Games Store, Rockstar Games Launcher, Microsoft Store, dan PlayStation Store dengan harga $20 (sebelum penyesuaian). Namun khusus untuk yang membelinya sebelum 15 Februari 2021, Rockstar memberikan diskon besar sehingga Anda cuma perlu membayar $5 saja.

Red Dead Online

Perlu dicatat, pengguna PS4 dan Xbox One perlu berlangganan PlayStation Plus atau Xbox Live Gold untuk bisa bermain Red Dead Online. Buat yang punya rencana untuk memainkannya di PS5 atau Xbox Series X, Anda bisa tenang mengetahui bahwa Red Dead Online dipastikan backwards compatible.

Catatan lainnya, pastikan perangkat Anda punya ruang penyimpanan kosong minimal sebesar 123 GB. Apabila ke depannya Anda tiba-tiba tertarik untuk memainkan single-player campaign Red Dead Redemption 2, Anda hanya tinggal membeli aksesnya secara terpisah, tapi tidak ada yang perlu diunduh lagi.

Kedatangan Red Dead Online sebagai game standalone ini sejatinya sudah bisa diprediksi sejak beberapa bulan lalu, tepatnya sejak Rockstar mengumumkan bahwa mereka bakal merilis versi standalone GTA Online pada babak kedua 2021. Pamor Red Dead Online memang tidak sebesar GTA Online, jadi wajar apabila akhirnya ia hadir lebih dulu, lengkap dengan potongan harga yang menggiurkan dalam periode yang cukup lama.

Sumber: Rockstar.