EVOS Esports Juara Dunia di M1 World Championship 2019

Gegap gempita ribuan pengunjung di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia, jadi saksi pertandingan paling bergengsi untuk para jawara Mobile Legends dari seluruh penjuru dunia. M1 World Championship 2019 (11-17 November 2019) akhirnya sukses menyelesaikan pertaruhan gengsi antara 16 tim dari 14 negara untuk menyebut diri mereka yang terbaik di seluruh dunia.

M1 Group Stage

Sekilas ke belakang, 16 tim yang bertanding awalnya terbagi dalam 4 grup (masing-masing 4 tim) dalam babak Group Stage dengan pembagian berikut ini:

Grup A Grup B Grup C Grup D
EVOS SG (MPL MY/SG) Burmese Ghouls (MPL MYANMAR) Sunsparks (MPL PHILIPPINES) EVOS LEGENDS (MPL INDONESIA)
RRQ (MPL INDONESIA) AXIS Esports Club (MPL MY/SG) Todak (MPL MY/SG) ONIC Esports PH (MPL PHILIPPINES)
IMPUNITY KH (M1 Cambodia Qualfiier) Candy Comeback (M1 Thailand/Laos Qualfiier) GEO Esports (M1 Brazil Qualifier) Deus Vult (M1 Rusia Qualifier)
VEC Fantasy Main (M1 Vietnam Qualifier) Team Gosu (M1 US Qualifier) Evil Esports (M1 Turkey Qualifier) 10Second Gaming (M1 Japan Qualifier)


Ada beberapa hal menarik yang terjadi dari hasil pertandingan babak Group Stage.

Pertama, dari 8 tim yang lolos ke babak Playoffs, hanya 2 tim non-MPL yang ada di sini; yaitu 10Second Gaming+ dari Jepang dan VEC Fantasy Main dari Vietnam. Sisanya, ada EVOS Legends (ID) dan RRQ dari MPL ID, Sunsparks dari MPL PH, Todak dan Axiata Esports dari MPL MY/SG, dan Burmese Ghouls dari MPL Myanmar.

Kedua, EVOS SG yang merupakan juara MPL MY/SG dan ONIC PH yang merupakan juara MPL PH justru gagal menunjukkan performa terbaik mereka. Ketiga, dua tim non-MPL yang lolos juga menarik — meski memang 10Second Gaming mungkin lebih menarik karena jadi satu-satunya tim dari luar regional Asia Tenggara yang berhasil lolos ke Playoff.

Sumber: MET Indonesia
Sumber: MET Indonesia

M1 Playoff

Babak Playoff pun berjalan. Peringkat pertama dari masing-masing grup, yaitu RRQ, Burmese Ghouls, Todak, dan EVOS Legends mengawali perjalanan Playoff dari Upper Bracket. Sedangkan peringkat kedua dari masing-masing grup yakni VEC Fantasy Main, AXIS Esports, Sunsparks, dan 10Second Gaming harus berjalan dari Lower Bracket.

RRQ dan EVOS dari Indonesia berhasil memenangkan pertandingan mereka masing-masing dengan hasil yang cukup telak. RRQ menaklukan Todak sedangkan EVOS menggulingkan Burmese Ghouls — dengan skor masing-masing 2-0 tanpa balas. El Classico Mobile Legends Indonesia pun terjadi di panggung dunia, di Negeri Jiran. 

Di sisi Lower Bracket, VEC Fantasy Main harus pulang pertama setelah digunduli oleh Sunsparks. Sedangkan 10s Gaming berhasil memupuskan harapan salah satu tim tuan rumah AXIS Esports. Pertandingan tim Lower Bracket pun berlanjut. Kejutan pun terjadi. Burmese Ghouls berhasil menaklukan Sunsparks dengan skor 2-1. Hal ini mengejutkan karena Filipina biasanya dikenal cukup baik dalam bermain game-game MOBA.

Dengan hasil tadi, pupus sudah semua perwakilan dari Filipina. Hal ini juga menarik mengingat, baru 1 tahun yang lalu di MSC 2018, tim-tim Filipina benar-benar mendominasi turnamen tersebut dengan mengirimkan 2 timnya ke pertandingan final (all-Philippines final) — Bren Esports (Aether Main) dan DigitalDevils Pro Gaming.

Di pertandingan Lower Bracket lainnya, 10s Gaming harus dipaksa pulang oleh tim favorit tuan rumah, Todak. Dengan ini, semua tim yang tersisa adalah 4 tim asal Asia Tenggara; 2 tim Indonesia (EVOS dan RRQ di Upper Bracket), 1 tim Myanmar (Burmese Ghouls), dan 1 tim Malaysia. Meski begitu, perjalanan 10s Gaming di turnamen ini membuktikan bahwa MLBB juga ternyata jadi perhatian serius oleh gamer mobile di sana. 

Burmese Ghouls pun harus berhadapan dengan Todak. Namun tim dari Myanmar ini nampaknya memang masih belum dapat mengalahkan tim tuan rumah yang bermain di depan ribuan pendukungnya. Sedangkan di Upper Bracket, EVOS masih melanjutkan tren baik mereka sejak MPL ID S4 dengan memukul mundur RRQ.

RRQ pun harus turun ke Lower Bracket menghadapi Todak. Untungnya, Lemon, Tuturu, dan kawan-kawannya memang terbukti lebih ganas dibanding Cikuuuuu dan pasukan Todak lainnya. All-Indonesian final pun terjadi, mengulang sejarah MSC 2019 (19-23 Juni 2019). Uniknya, meski sama-sama mempertandingkan 2 tim Indonesia, keduanya berbeda. Pada MSC 2019, finalnya terjadi antara ONIC Esports melawan Louvre — dengan kemenangan telak untuk ONIC. Belum satu tahun berjalan, kedua tim terkuat dari Indonesia dan Asia Tenggara sudah berganti. Selain itu, yang tak kalah menarik dari pertandingan final kali ini adalah terulangnya grand final dari MPL ID S4 (26-27 Oktober 2019) antara RRQ melawan EVOS Esports. 

Dengan terulangnya all-Indonesian final di 2 turnamen internasional, hal ini membuktikan bahwa memang Indonesia menjadi kawasan terkuat untuk dunia persilatan Mobile Legends, tak hanya tingkat Asia Tenggara namun juga tingkat dunia di 2019.

EVOS vs RRQ

Pertandingan antara EVOS dan RRQ pun terjadi sebagai penutup M1 World Championship. Pertandingan kedua antara dua tim besar ini pun lebih menarik dibanding yang pertama. Muasalnya, RRQ bahkan berhasil mencuri poin pertama di pertandingan final dengan format Best-of-seven (Bo7). Game kedua, EVOS pun menyamakan kedudukan. Namun demikian, permainan Tuturu, Lemon, Xin, Vyn, dan Liam ternyata lebih ganas dari pertandingan mereka sebelumnya. Mereka pun meraih 2 poin kemenangan berturut-turut. Kedudukan sementara 3-1 untuk RRQ. Pertandingan pun berlanjut ke game kelima. Oura dan kawan-kawannya berhasil mencuri poin lewat permainan cepat mereka. Skor berubah jadi 3-2, masih dengan keunggulan untuk RRQ. 

Bisa jadi, inilah pertandingan MLBB paling mendebarkan sepanjang masa. Pasalnya, EVOS menolak untuk kalah di game keenam dan mereka berhasil menyamakan kedudukan 3-3. Game ketujuh pun harus dijalankan. Siapapun pemenangnya, ketujuh pertandingan final kali ini layak untuk disaksikan kembali oleh semua fans esports ataupun gamer MLBB. Game terakhir, EVOS tampil begitu brutal dan memenangkan pertandingan dengan cepat.

Kemenangan ini pun menorehkan cerita yang begitu berkesan untuk EVOS. Muasalnya, setelah 3x gagal membawa pulang piala MPL ID, mereka tak hanya berhak menyandang gelar tim terbaik se-Indonesia tapi juga sedunia.

Sumber: M1 World Championship
Sumber: M1 World Championship

Dengan hasil tadi, M1 pun selesai digelar. Berikut ini adalah distribusi prize pool-nya:

Juara 1 (EVOS Esports): USD 80,000

Runner-Up (RRQ): USD 40,000

Peringkat 3 (Todak): USD 20,000

Peringkat 4 (Burmese Ghouls): USD 12,000

Peringkat 5-6 (10s Gaming dan Sunsparks): USD 8,000

Peringkat 7-8 (VEC Fantasy Main dan AXIS Esports): USD 6,000

Peringkat 9-12 (EVOS SG, Team GOSU, Evil Esports, Deus Vult): USD 4,000

Peringkat 13-16 (Impunity KH, Candy Comeback, GEO Esports, ONIC PH): USD 3,000

Dominasi tim-tim Indonesia kali ini membuat Indonesia akan jadi tuan rumah dari M2 tahun depan. Apakah Indonesia masih bisa mempertahankan gelar juara mereka? Apakah wilayah Asia Tenggara masih mendominasi ajang esports MLBB? Apakah ada tim-tim di luar Asia Tenggara yang akan memberikan kejutan layaknya 10s Gaming dari Jepang kali ini?

Pentingnya Regulasi di Tengah Perkembangan Pesat Esports

Saat ini, semakin banyak merek non-endemik yang masuk ke dunia esports. Jadi, jangan heran jika Anda melihat merek makanan seperti Sukro melekat di jersey tim esports seperti RRQ atau mendengar merek AXE bekerja sama dengan EVOS Esports. Dan hal ini terjadi secara global. Menurut laporan Esports Observer, pada Q3 2019, ada 75 kontrak sponsorship dari merek non-endemik, baik sponsor untuk tim profesional ataupun liga esports. Dalam acara Social Media Week yang digelar di Senayan City, Co-founder EVOS Esports, Hartman Harris mengatakan bahwa esports bisa menjadi jalan bagi merek yang ingin mendekatkan diri dengan generasi muda. Memang, menurut Goldman Sachs, 79 persen penonton esports memiliki umur di bawah 35 tahun. Kabar baik bagi para sponsor esports, jumlah penonton esports diperkirakan masih akan terus naik. Pada tahun ini, jumlah penonton esports secara global diperkirakan mencapai 194 juta orang, sementara pada 2022, angka ini diduga akan naik menjadi 276 juta orang.

“Industri esports sekarang sedang bagus-bagusnya. Banyak merek non-endemik yang melirik, merek makanan dan minuman dan lain sebagainya,” kata Ketua Federasi Esports Indonesia (FEI), Andrian Pauline, yang juga merupakan CEO RRQ. “Pada lima atau sepuluh tahun lalu, semua sponsor di esports itu pasti perusahaan yang ada kaitannya dengan komputer atau dengan industri. Tahun ini, esports juga sudah mulai dilirik pemerintah karena terpilih sebagai salah satu cabang untuk SEA Games di Filipina.”

Sementara itu, dari sudut pandang sponsor, Assistant Vice President, BCA, Rendy Alimudin mengatakan bahwa ketika mereka hendak mendukung liga atau tim esports, mereka telah mempertimbangkan target yang ingin mereka capai. “Kita sudah memikirkan soal ROI (Return of Investment) dari awal,” katanya. Dia mengatakan, salah satu tujuan BCA terjun ke esports adalah untuk memperkenalkan produk mereka ke komunitas gamer. “Mendengar dari para gamer, mereka butuh apa, agar kami bisa membuat produk yang sesuai dengan hobi mereka sehingga produk kami bisa digunakan dalam waktu lama,” ujarnya. Selain itu, dia mengatakan, mereka juga ingin mendukung komunitas gamer agar bisa tumbuh dan berkembang.

Sumber: Dokumentasi Hybrid
Sumber: Dokumentasi Hybrid

Walau industri esports semakin matang, tapi masih ada banyak masalah yang harus dihadapi oleh para pelaku esports. Menurut AP, salah satunya adalah ketiadaan regulasi dan standarisasi. Pemain esports profesional juga biasanya sangat muda, mereka bisa memulai karir ketika mereka berumur belasan tahun dan pensiun sebelum mereka berumur 30 tahun. Karena pemain esports biasanya masih muda dan belum memiliki pengalaman bekerja di dunia profesional, ini memunculkan risiko eksploitasi pemain. “Banyak kasus, tim-tim esports memanfaatkan ketidaktahuan sang atlet. Di sinilah fungsi FEI, untuk melindungi pemain. Dalam jangka panjang, jika industri ingin sustain, talent harus dijaga. Kalau mereka merasa dimanfaatkan, dan tidak ada regenerasi, tidak ada pemain baru, industri bisa collapse,” kata AP.

Hartman juga mengakui akan adanya masalah ini. “Kita punya tanggung jawab untuk memberikan edukasi, menjadi esports player itu seperti apa. Dari sisi kontrak, ketika menjadi pemain pro atau semi-pro, mereka bisa mendapatkan benefit sepertii apa,” katanya. Dia menyebutkan, jika para pemain merasa mereka tereksploitasi, ini dapat menyebabkan masalah. Tanpa keberadaan pemain esports, pada akhirnya tim esports juga akan menghilang. Memang, di luar Indonesia, para pemain esports bahkan telah membuat asosiasi sebagai wadah mereka untuk berkomunikasi dengan developer, seperti yang dilakukan oleh para pemain Fortnite dan Counter-Strike: Global Offensive profesional.

FEI sendiri baru berdiri pada akhir Oktober 2019. Salah satu fokus mereka adalah untuk membuat standarisasi kontrak untuk pekerja esports, termasuk kontrak pemain dan talenta. AP mengatakan, FEI berusaha untuk inklusif, mengakomodasi semua kepentingan pelaku esports, mulai pemain, tim, talent, sampai penyelenggara turnamen. Untuk memastikan bahwa tidak ada pertikaian antara para pelaku esports — contohnya antara pemilik tim dan pemain — FEI memastikan bahwa mereka memiliki perwakilan dari semua pihak. “Misalnya, untuk talent, kita memang ada perwakilan yang memang bekerja sebagai talent,” ungkapnya. Dengan begitu, orang yang mewakilkan memang bisa mengerti apa yang terjadi. “Kita juga cukup transparan. Tujuan kami adalah memastikan industri esports sustainable.”

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Social Media Week

Berapa Total Hadiah Kemenangan yang Didapatkan RRQ Sepanjang 2019?

Esports kini telah jadi industri dengan nilai lebih dari US$1 miliar. Menjadi pemain esports pun tak lagi sekadar mimpi di siang bolong. Sama seperti atlet olahraga tradisional, pemain esports juga mendapatkan gaji bulanan. Beberapa developer bahkan menetapkan gaji minimal untuk pemain esports yang berlaga di liga game esports buatannya. Misalnya, Activision Blizzard menetapkan bahwa para pemain yang bertanding di Overwatch League berhak atas gaji minimal US$50 ribu per tahun, tempat tinggal, asuransi kesehatan, dan bahkan dana pensiun.

Jika tim esports harus membayar para pemainnya setiap bulan, maka mereka juga harus memiliki pemasukan. Di dunia sepak bola, sebuah tim bisa mendapatkan pemasukan dengan menjual merchandise pada fans. Itulah mengapa stadion yang menjadi markas sebuah klub biasanya dilengkapi dengan toko merchandise. Selain dari merchandise, sebuah klub sepak bola juga bisa “menjual” para pemainnya ke klub lain.

Sementara di industri esports, sponsorship menjadi sumber pemasukan utama, setidaknya untuk saat ini. Menurut laporan Newzoo, walau sponsorship masih menjadi sumber pemasukan terbesar di industri esports, hak siaran media mengalami pertumbuhan yang lebih besar. Tak tertutup kemungkinan, ke depan, hak siar media justru jadi sumber pemasukan utama di industri esports. Hadiah yang didapatkan tim esports ketika memenangkan turnamen juga bisa menambah kas tim, terutama karena turnamen esports kini memiliki hadiah yang tak kalah besar dengan kompetisi olahraga konvensional. Namun, sebagian dari hadiah yang dimenangkan oleh sebuah tim biasanya diberikan langsung pada para pemain.

RRQ TCN - PBWC 2019 Winner
Juara dunia! | Sumber: Point Blank Indonesia

RRQ merupakan salah satu tim esports paling ternama di Indonesia. Menurut situs resminya, ada puluhan gelar juara yang telah didapatkan oleh tim dengan julukan Sang Raja itu. Namun, berapa banyak total hadiah yang telah dimenangkan oleh RRQ sepanjang tahun ini?

Hybrid mencoba untuk menelusuri turnamen-turnamen yang telah dimenangkan oleh RRQ sepanjang 2019 dan juga besar hadiah yang mereka dapatkan. Meski tidak dapat mengumpulkan data secara lengkap, kami menemukan bahwa selama 2019, RRQ berhasil memenangkan total hadiah setidaknya Rp5,7 miliar. Salah satu kontribusi terbesar berasal dari RRQ Athena, yang bersama RRQ Kenboo, berhasil memenangkan PUBG Mobile Star Challenge dan memenangkan US$100 ribu (sekitar Rp1,4 miliar). RRQ Athena juga baru saja memenangkan PMCO Fall Split SEA dan membawa pulang US$35 ribu atau sekitar Rp490 juta. Sementara pada awal Oktober 2019, RRQ Epic menyumbangkan Rp580 juta dengan memenangkan PBNC 2019 dan menjadi juara dari PBIC 2019. RRQ Endeavor, yang dijagokan sebagai juara PBNC, justru hanya berkontribusi Rp20 juta sebagai juara tiga dari PBNC 2019.

Inilah beberapa turnamen dengan hadiah terbesar yang telah dimenangkan oleh RRQ pada 2019.

1. PUBG M Star Challenge 2019 – Rp1,4 miliar(US$100 ribu)
2. MPL ID S4 (runner-up) – Rp980 juta (US$70 ribu)
3. PMCO Fall Split SEA – Rp490 juta(US$35 ribu)
4. PUBG Mobile Club Open SEA Finals 2019 – Rp425 juta (US$30 ribu)
5. Point Blank World Championship 2019 – Rp425 juta (US$30 ribu)
6. Point Blank National Championship 2019 Season 2 – Rp300 juta
7. Point Blank National Championship 2019 Season 1 – Rp300 juta
8. Point Blank International Championship 2019 (juara dua) – Rp283 juta (US$20 ribu)
9. PUBG Southeast Asia Championship 2019 – Phase 2 – Rp283 juta (US$20 ribu)
10. Free Fire Indonesia Master Season 2 (juara 2) – Rp150 juta
11. Piala President Esports (juara 3) – Rp100 juta
12. IGL FIFA 2019 – Rp 50 juta

RRQ.Athena as PUBG M Star Challenge champion in Dubai. Source: PUBG Mobile
RRQ.Athena sebagai pemenang PUBG M Star Challenge di Dubai pada 2018. Sumber: PUBG Mobile

Tahun 2019 belum berakhir, RRQ telah berhasil membawa pulang setidaknya Rp5,7 miliar. Meskipun terdengar besar, ketika dihubungi melalui pesan singkat, CEO RRQ Andrian Pauline (AP) mengatakan bahwa jumlah hadiah yang dimenangkan oleh tim-tim RRQ tidak signifikan jika dibandingkan dengan total pendapatan RRQ sebagai tim. Alasannya, karena sebagian besar dari hadiah yang didapatkan oleh tim diberikan pada para pemain. Sayangnya, AP enggan untuk memberikan informasi lebih lanjut saat ditanya tentang persentase pembagian antara tim dan para pemainnya.

Dia mengatakan, sumber pendapatan terbesar RRQ saat ini masih berasal dari sponsorship. Pada awal tahun ini, dalam sebuah wawancara bersama media, AP mengatakan bahwa sponsorship memang masih jadi sumber pemasukan utama. Ketika itu, dia berkata, sebagai tim ternama yang sudah menyandang berbagai gelar, RRQ relatif lebih mudah untuk mencari sponsor. Memang, salah satu sponsor terbaru RRQ, GoPay, mengungkap bahwa alasan mereka memutuskan untuk mensponsori RRQ adalah karena reputasi Sang Raja yang baik dan prestasi mereka yang cukup banyak. Namun, AP mengatakan, bagi tim pemula, mendapatkan sponsor bukanlah perkara mudah.

Mantan Juara Dunia Point Blank, RRQ Endeavour, Pindah Haluan ke COD Mobile

Tanggal 4 November kemarin, pengumuman mengejutkan dilakukan oleh tim Rex Regum Qeon. Lewat sebuah video, divisi Point Blank yaitu RRQ Endeavour, secara resmi mengucapkan perpisahan. Tetapi, perpisahan ini bukan perpisahan dengan organisasi RRQ, ataupun perpisahan tim Endeavour, melainkan perpisahan dengan game yang selama ini sudah membawa nama Yulius “NextJacks” dan kawan-kawan membumbung tinggi, yaitu Point Blank.

RRQ Endeavour tidak bubar sepenuhnya, melainkan memutuskan pindah haluan ke dunia kompetitif COD Mobile. Hal ini sebenarnya sudah sempat diumumkan oleh NextJack, pada saat Garena mengumumkan gelaran COD Mobile: Major Series lewat acara konfrensi pers yang diadakan pada tanggal 4 November 2019 lalu di Plaza Senayan.

Meski beralih fungsi, namun bukan berarti tidak semua 5 pemain roster RRQ Endeavour akan berkompetisi di COD Mobile. Wilbert Marco, selaku Head of Team Manager RRQ mengatakan, bahwa hanya 4 orang saja yang sudah pasti pindah dan turut berkompetisi di COD Mobile. Empat orang tersebut adalah NextJacks sebagai coach, Heriyanto “F1re”, Irvan “KingLeo” Ardiansyah, dan Armario “Talent” Falentino Bochem. Lalu di sisi lain, Benny “Mozzarela” sementara waktu ini akan fokus di dunia streaming, dan tidak terjun di dunia kompetitif.

Sumber: Dokumentasi Garena Indonesia
Sumber: Dokumentasi Garena Indonesia

“Memang ini dari masing-masing pemain yang merasa ada kesempatan bagus jika mereka memilih untuk terjun di kompetitif COD Mobile, dan juga mereka merasa hal ini akan memberikan tantangan baru bagi mereka.” Wilber Marco, General Manager tim Rex Regum Qeon menjelaskan soal kepindahan RRQ Endeavour dari Point Blank ke COD Mobile.

Saat gelaran konfrensi pers, NextJack juga memberikan komentarnya soal potensi COD Mobile. “Selain karena esports mobile game yang memang sedang booming, kami (RRQ Endeavour) juga merasa bahwa COD Mobile benar-benar sedang berkembang pesta karena dipegang oleh publisher ternama (Garena Indonesia).”

Walau secara genre game sebenarnya tak beda jauh, namun perbedaan sistem kontrol yang sangat drastis (Dari mouse-keyboard menjadi kontrol sentuh) mungkin akan menjadi masalah bagi Talent dan kawan-kawan. Kendati demikian, Yulius yang bertindak sebagai juru bicara RRQ Endeavour di gelaran konfrensi pers tersebut mengaku cukup percaya diri. “Adaptasi pasti butuh, karena kita bicara dari game PC ke game mobile. Tapi karena genre kedua game sama, mode kompetitif game ini juga mirip yaitu Bomb Mission 5v5, kami cukup yakin bisa lebih unggul dari tim lain.” NextJacks mengatakan.

Marco sendiri cerita singkat soal proses adaptasi dari F1re, KingLeo dan Talent. “Sejauh ini berjalan dengan lancar, tapi memang jam terbang permainan harus lebih tinggi lagi, karena perpindahannya cukup signifikan, dari PC ke mobile. Untuk COD Mobile: Major Series, realistisnya kami berharap setidaknya bisa lolos dari qualifier dulu.”

Mengingat mode kompetitif COD Mobile adalah 5v5, ini berarti tim RRQ Endeavour masih kekurangan 2 pemain lagi untuk bisa bertanding. Terkait hal ini Marco juga mengatakan. “Untuk dua orang lagi masih dalam proses seleksi, kami belum bisa memberi nama-namanya untuk saat ini.”

Dengan ini, maka berikut roster RRQ Endeavour untuk COD Mobile: Major Series 2019:

  • Yulius “NextJacks” – COACH
  • Heriyanto “F1re”
  • Irvan “KingLeo” Ardiansyah
  • Armario “Talent” Falentino Bochem
  • TBA
  • TBA

COD Mobile Major Series akan menjadi panggung pertama bagi tim RRQ Endeavour. Mereka akan mulai bertanding di babak kualifikasi yang dimulai dari tanggal 12 November 2019 mendatang. Kalau melihat prestasinya di kancah Point Blank, tim ini sudah berhasil mencatatkan kemenangan beruntun di kompetisi lokal. Berpindah ke mobile gaming, apakah tradisi juara tim RRQ Endeavour akan berlanjut?

Hari Kedua Babak Playoff MPL ID Season 4: Buah Manis Penantian Panjang Si Harimau Putih

Ribuan pasang mata tertegun menatap ke layar besar di panggung MPL Indonesia Season 4 (MPL ID Season 4). Wajar, laga Grand Final mempertemukan rivalitas tersengit sepanjang sejarah kancah esports Mobile Legends di Indonesia. The El Classico, RRQ melawan EVOS, dua tim yang banyak diidolakan para penonton sejak dari Season 1 dulu.

Sesaat EVOS ataupun RRQ menciptakan momen, penonton menggemuruh, meneriakkan nama tim yang mereka dukung. Di sisi kanan para penggemar dengan atribut serba kuning meneriakkan nama RRQ sekuat tenaga mereka. Di sisi kiri juga tak mau kalah, penonton dengan atribut serba biru menyebut nama EVOS Esports yang memekakkan telinga penonton lainnya di Tennis Indoor Senayan.

Ini mungkin bisa dibilang jadi MPL Indonesia paling emosional sepanjang sejarah. Kemenangan yang sudah diidam-idamkan si Harimau Putih akhirnya tiba juga. Tim ini sudah jadi favorit juara sejak awal Season 1. Namun sayang, kemenangan tersebut tak kunjung tiba. Dua kali mereka harus puas jadi runner-up saja, di MPL ID Season 1 dan Season 2. Tapi di Season 4, semua usaha keras mereka, kesetiaan Oura yang tak pernah sekalipun beranjak dari tim, akhirnya terbayar. EVOS Esports jadi juara MPL Indonesia Season 4.

Laga Grand Final antara EVOS melawan RRQ sebenarnya adalah rematch dari Upper Bracket Final MPL ID Season 4, bahkan juga bisa dibilang rematch dari MPL ID Season 2. Namun kali ini EVOS Esports datang dengan persiapan lebih matang. Persiapkan tersebut membuat EVOS bisa melaju dengan cukup mulus saat babak Upper Bracket Final. RRQ dibabat habis 2-0 oleh EVOS dalam durasi yang cukup cepat.

Kekalahan ini memaksa RRQ turun ke Lower Bracket Final dan kembali menghadapi Alter Ego. Namun sepertinya Alter Ego pun masih sangat kebingungan menghadapi permainan RRQ. Berkali-kali Rmitchi dan kawan-kawan berusaha sebisanya untuk mencari celah di pergerakan tim RRQ, namun mereka masih tak juga mendapatkannya. Alter Ego gagal membalaskan dendamnya saat di Upper Bracket Semi-Final kemarin, RRQ berhasil menang 2-0.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Alter Ego gagal membalaskan dendamnya saat harus mengahadapi RRQ lagi di babak Lower Bracket Final. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Jelang melaju ke Grand Final, RRQ sempat berbagi soal persiapannya untuk melawan EVOS. “Sebetulnya saat Upper Bracket Final kami banyak coba-coba dan melakukan eksperimen. Kami sedang menguji seberapa efektif suatu hero tertentu yang jarang dipakai jika digunakan untuk pertandingan tingkat tinggi. Makanya kalau untuk Grand Final kita sudah mempersiapkan sesuatu yang khusus yang tentunya tak akan diduga oleh EVOS.” ucap R7 menjawab alasan kekalahannya saat sesi konfrensi pers.

Benar saja, Grand Final berjalan seperti yang direncanakan oleh RRQ, walau cuma untuk game pertama saja. RRQ ketika itu berhasil membungkam Grock dari Donkey yang keganasannya sudah melegenda di kancah kompetitif Mobile Legends. Donkey dipaksa bermain Chou berhasil membuat permainan RRQ jadi di atas angin. Apalagi pada game pertama permainan RRQ juga lengkap lewat lihainya Kaja dari Vyn, ganasnya Badang dari R7, serta sadisnya Lunox dari Lemon, yang membuat EVOS jadi kelabakan. Akhirnya, setelah satu kali Lord, Game pertama dimenangkan oleh RRQ.

Donkey kembali dipaksa menggunakan Chou di Game kedua, membuat dirinya jadi bulan-bulanan bagi tim RRQ. Wajar, permainan Donkey memang cenderung barbar, membuat hero yang mengutamakan timing dan kedisiplinan seperti Chou jadi kurang cocok untuknya. RRQ pun segera memanfaatkan momen ini untuk menguasai permainan. Sayangnya RRQ belum sepenuhnya menguasai permainan, karena Claude dari Rekt diam-diam terus mengumpulkan pundi-pundinya. Belum lagi RRQ juga menggunakan hero yang cukup eksperimental dalam pertandingan ini, yaitu Gord untuk Lemon.

Benar saja, masuk fase pertengahan permainan, RRQ mulai keteteran. Claude dari Rekt terus menerus membuat kekacauan. Ia bisa dengan seenak hati menembus ke jantung serangan RRQ dengan Blazing Duet dan melenggang kabur dengan mudah menggunankan Battle Mirror Image. Mereka kebingungan, mencari cara untuk menghentikan Rekt, termasuk Gord dari Lemon.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Ditambah lagi, Lord yang harusnya bisa didapatkan RRQ tercuri oleh X-Borg dari Oura di menit 18, yang mungkin semakin menambah beban mental pada permainan mereka. Akhirnya memasuki menit 23 RRQ tak lagi mampu menahan gempuran tersebut. EVOS menangkan game kedua, skor jadi 1-1.

Kini pertarungan sampai kepada game ketiga. Giliran EVOS yang bermain eksperimental. Kali ini mereka menggunakan Zhask untuk Rekt. Tapi satu hal yang paling ditakuti datang di game ini, Donkey akhirnya mendapatkan Grock. Tak butuh waktu lama, Grock dari Donkey terus menerus membuat RRQ jadi kewalahan. Eksperimen EVOS juga berhasil pada game ini, Zhask terus-terusan memakan Turret demi Turret tim RRQ. Dalam 8 menit, semua Turret terluar tim RRQ habis. Dengan satu kali lord, EVOS pun segera memenangkan game ketiga dalam durasi 10 menit saja.

Masuk game keempat, pertandingan jadi semakin menegangkan bagi tim RRQ, karena ini adalah momen hidup dan mati. Dengan skor sementara 2-1, EVOS berarti cukup menangkan satu game lagi dari seri best-of-five, untuk bisa menjadi juara.

Tetapi blunder besar dilakukan oleh RRQ saat fase draft pick. Pertama, Grock terbebas dan berhasil diambil oleh EVOS saat first pick. Kedua, Claude juga lepas, yang segera diambil oleh EVOS saat kesempatan second pick. Tapi RRQ sendiri sebenarnya mengamankan hero-hero andalan mereka seperti Karrie dan Kaja.

Menariknya, saat pertandingan dimulai RRQ malah mengungguli EVOS di awal permainan, setidaknya dari sisi kill point. Sayang hal itu belum cukup untuk membungkam EVOS, karena mereka masih imbang secara net-worth. Alhasil, dengan segera Claude yang dimainkan Rekt mengacak-acak pergerakan tim RRQ. R7 dan kawan-kawan mulai kalang kabut, kordinasi mereka mulai tak karuan. Jalan EVOS jadi semakin mulus setelah mereka unggul 8 ribu net-worth, dan menyapu bersih semua Turret terluar tim RRQ. Akhirnya dengan satu kali Lord, semua Turret terdalam RRQ hancur, serangan pun tak lagi dapat dibendung, EVOS Esports menjadi juara MPL ID Season 4.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Histeria Donkey mendapatkan piala MPL Indonesia setelah mendambakannya dengan cukup lama. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Ini jadi kemenangan yang sangat manis bagi pemain-pemain senior seperti Oura, Donkey, dan juga Rekt, yang sudah sangat mendamba-dambakan piala MPL Indonesia sejak lama. Kemenangan ini jadi tambah lengkap karena keberhasilan mereka membawa para pendatang baru, Wann dan Luminaire, jadi juara di MPL pertama yang mereka ikuti. “Karena dari season 1 sudah berjuang keras demi MPL ini, jadi perasaan senang atas kemenangan di MPL Season 4 ini benar-benar luar biasa.” Ucap Oura saat sesi konfrensi pers pasca kemenangannya.

EVOS dan RRQ selaku masing-masing berhak mendapatkan hadiah sebesar US$150.000 (Sekitar Rp2,1 miliar) dan US$70.000 (Sekitar Rp980 juta). Keduanya juga berhak mewakili Indonesia untuk gelaran Mobile Legends World Championship (M1). Turnamen ini jadi pertama kalinya ajang kompetitif MLBB untuk tingkat dunia. M1 akan menyajikan total hadiah lebih dari US$250,000 dan diselenggarakan pada 15-17 November 2019 di Axiata Arena, Malaysia.

Selamat bagi EVOS Esports! Semoga EVOS maupun RRQ bisa membanggakan nama Indonesia nantinya di kancah internasional lewat gelaran Mobile Legends World Championship (M1).

Hari Pertama Babak Playoff MPL ID Season 4: Si Landak Kuning yang Gagal Bangkit

26 Oktober 2019 adalah hari pertama babak Playoff Mobile Legends Professional League Indonesia Season 4 (MPL ID Season 4). Tennis Indoor Senayan penuh sesak oleh para fans yang ingin menyaksikan penampilan salah satu dari The Big Six yang bertanding untuk memperebutkan titel MLBB paling bergengsi se-Indonesia.

Pertarungan sengit babak Playoff dibuka dengan pertemuan antara AURA Esports melawan ONIC Esports. Di atas kertas, AURA Esports yang berada di peringkat 5 pada akhir Regular Season, seharusnya lebih unggul jika dibanding ONIC yang berada di peringkat 6. Namun ONIC sepertinya hanya menyembunyikan permainan sejatinya saja selama Regular Season. Si Landak Kuning pun mengamuk, membuat AURA Esports luluh lantah.

Pada game pertama, AURA sebenarnya punya kesempatan menang yang besar. Tetapi ONIC menggila setelah melewati fase pertengahan, membuat Phoenix dan kawan-kawan jadi kewalahan. Kekalahan di game pertama sepertinya menyisakan beban mental yang cukup kentara bagi AURA Esports. Walhasil, ONIC segera menyabet kesempatan tersebut tanpa ragu lagi, memenangkan pertandingan dengan skor 2-0, dan melaju ke Semi Final upper bracket.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pertandingan berikutnya adalah Bigetron Esports melawan Alter Ego, matchup yang mungkin kurang terasa rivalitasnya. Kendati demikian, pertarungan ini berjalan dengan sengit. Alter Ego yang disebut sebagai The Dark Horse oleh Wibi “8Ken” Irbawanto, sempat terpeleset di game kedua. Masuk game ketiga, Maungzy, Celiboy dan kawan-kawan mendapatkan yang membuat penonton histeris bla-bla. Akhirnya tim

Memasuki babak upper bracket semi-finals Playoff MPL ID Season 4, rivalitas antar tim jadi semakin ketat. Apalagi ketika ONIC dan EVOS bertemu, sang juara bertahan MPL ID S3 melawan tim favorit juara MPL ID S4. EVOS memang sedang begitu solid dan konsisten di MPL ID Season 4. Apalagi dengan kehadiran Rekt yang disebut-sebut melengkapi the missing puzzle yang selama ini dicari-cari oleh si Harimau Putih.

“Roster sekarang jadi lebih kuat mungkin karena kami punya visi, usaha, serta impian sama, sehingga lebih mudah untuk menyatukan chemistry.” ujar Oura pada sesi konfrensi pers. Ini jadi memunculkan pertanyaan, jangan-jangan EVOS jadi gagal meraih juara karena pemain terdahulu punya visinya menjadi lebih terkenal bukan jadi juara?

Kembali membahas permainan, pertadingan dibuka dengan EVOS yang bermain dengan galak. Tetapi ONIC tak gentar, Drian dengan Grock bahkan dengan santainya mencuri Turtle pertama yang sedang diambil EVOS kala itu. EVOS terus mendesak, kill demi kill didapatkan, tapi ONIC dengan rotasi yang lihai tetap mempertahankan keunggulan net-worth sampai menit 8.

Lord pertama menjadi momentum terbaik bagi ONIC menuai kemenangan dari keunggulan net-wroth yang sudah diamankan. Tapi pergerakan lihai Selena dari Luminaire berhasil merebut sang Lord. Tapi hal tersebut tak terlalu berarti. Setelahnya EVOS malah harus kehilangan 4 pemainnya, terculik satu per satu oleh ONIC yang terus bergerang secara berbarengan. Momentum ini akhirnya digunakan ONIC untuk mengamankan game pertama.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

EVOS mengulang permainan galak mereka di game kedua, tapi bedanya, eksekusi mereka kali ini lebih rapih. Sebegitu rapihnya, bahkan EVOS kali ini tak memerlukan Lord untuk memenangkan permainan. ONIC yang bersiaga di area Lord malah tertangkap basah oleh EVOS yang sedang melakukan patroli. ONIC terkena Wipe-Out, EVOS pun segera menghancurkan markas dari tengah tanpa ragu lagi.

Meski ini adalah kesempatan terakhir bagi ONIC untuk bertahan di upper bracket, namun kekalahan di game kedua sepertinya sangat memukul mental Anti-Mage dan kawan-kawan. Pada game ketiga, walau ONIC lagi-lagi kelabakan menghadapi permainan agresif dari EVOS, namun mereka tetap bertahan sekuat tenaga di game ini.

Sempat kehilangan 3 pemain dan markasnya dalam satu kali pertarungan, ONIC terus mencoba bangkit melawan EVOS. Terutama Masha dari Anti-Mage, yang berkali kali bikin EVOS jadi sakit kepala. Tapi semua usaha tersebut dari ONIC ternyata tidak cukup, setelah Masha akhirnya terhentikan di menit 21. EVOS langsung saja mendesak lewat tengah, dan menghancurkan markas di menit 21. EVOS mengalahkan ONIC 2-1 dan melaju ke upper-final.

“Permainan ONIC memang berubah saat babak Playoff, sangat kuat melebihi Regular Season.” Oura sempat berpendapat pada sese konfrensi pers. “Tetapi kami sendiri memang merasa di pertandingan tadi masih kurang maksimal, masih banyak hal yang harus diperbaiki, terutama jika ingin menjadi juara.” Donkey melanjutkan.

Pertarungan selanjutnya adalah pertemuan antara RRQ melawan Alter Ego, the old star, Lemon, melawan the rising star, Celiboy. Tak hanya dari segi dua pemain kuncinya saja, secara tim sendiri RRQ memang adalah jagoan lama di MPL, terutama di Season 1 dan 2. Sementara Alter Ego adalah pendatang baru yang permainannya sedang sangat prima di musim ini.

Pertarungan pertama, Alter Ego mendapat momentum sejak dari awal-awal permainan. RRQ sempat beberapa kali mencoba untuk merebut momen tersebut, sayangnya usaha R7 dan kawan-kawan masih belum cukup. Sementara itu pada game kedua, Alter Ego mencoba mengulang kesuksesannya, sayang, kini RRQ telah menemukan cara untuk melawan keganasan Haritz dari Celiboy. Setelah tak mampu lagi membendung Masha dari RRQ.R7 yang sangat liar, mau tak mau Alter Ego harus kembali mempersiapkan diri untuk game 3.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Sebagai penentuan untuk menuju ke babak final upper bracket, Alter Ego mencurahkan segala daya usahanya demi memukul the old king turun ke lower bracket. Sayangnya Alter Ego yang memilih Valir untuk LeoMurphy ternyata membuat mereka kesulitan sendiri.

Berkali-kali ia terculik, membuat usaha Alter Ego untuk mengalahkan RRQ di dalam pertarungan jadi lebih berat. Tapi RRQ sendiri ketika itu kerap terlalu memaksa menjebol lewat tengah, ketika masih ada Turret di lane bawah. Pertarungan RRQ melawan Alter Ego akhirnya jadi saling tarik-ulur, sampai spawn Lord keenam di menit 30. Alter Ego akhirnya tak mampu lagi menahan serbuan RRQ yang bertubi, sang raja akhirnya berhasil membuktikan posisinya sebagai tim yang lebih senior dari Alter Ego. RRQ melaju ke upper final dengan skor 2-1.

Penutup di hari pertama, Alter Ego harus bermain lagi di lower bracket, melawan ONIC yang sebelumnya kalah oleh EVOS di upper bracket semi-final. Haritz untuk Celiboy kembali digunakan sebagai ujung tombak tim Alter Ego. Sementara ONIC mencoba menggunakan Lunox dari Udil sebagai ujung tombak untuk game pertama.

Kontes adu kemampuan kedua tim berlangsung dengan cukup cepat, ONIC pun tak mampu menahan Alter Ego yang masih panas-panasnya setelah pertandingan sebelumnya. Setelah satu kali Lord, ONIC langsung tumbang di game pertama. Hal ini pun seakan terulang di game kedua. Terlepas dari penggunaan Grock untuk Sasa, namun permainan ONIC memang terlihat kurang maksimal dalam pertandingan ini. Alter Ego berhasil menjajah teritori ONIC sepanjang early game. Masuk menit 10, Lord yang berhasil didapatkan Maungzy dan Caesius segera mengamankan kemenangan bagi Alter Ego di game kedua.

MPL ID Season 4 akan melanjutkan pertandingan hari keduanya pada Minggu 27 Oktober 2019 ini. Laga pertarungan langsung dibuka dengan pertemuan RRQ melawan EVOS, pertandingan el classico. Akankah MPL ID Season 4 memunculkan juara baru? Atau malah RRQ bisa mengulang masa kejayaannya seperti di MPL ID Season 2?

Anda dapat menonton langsung di Tennis Indoor Senayan, atau menyaksikannya lewat livestreaming yang ditayangkan pada MLBB Indonesia Official Facebook Page.

The Big Six: Enam Pentolan Tim Finalis MPL ID Season 4

Grand Final MPL Indonesia Season 4 (MPL ID Season 4) sudah di depan mata. Akhir pekan nanti (26-27 Oktober 2019), Tennis Indoor Senayan akan menjadi saksi penobatan gelar tim Mobile Legends: Bang-Bang terbaik di Indonesia. Dari total 8 tim yang bertanding selama 8 pekan Regular Season, babak Playoff kini tinggal menyisakan 6 tim saja.

Geek Fam dan Genflix Aerowolf menjadi korban ganasnya pertarungan MPL ID Season 4 di panggung XO Hall MPL Arena. Kini tinggal tersisa EVOS Esports, RRQ, Alter Ego, AURA Esports, ONIC Esports, dan Bigetron Esports, yang siap bertarung di panggung megah Grand Final MPL ID S4.

Enam tim ini, memiliki permainan khas dan juga ujung tombaknya masnig-masing. Enam ujung tombak ini bisa dibilang sebagai “The Big Six”, pemain atau pelatih yang membuat enam tim tersebut punya gaya main yang beda, entah dari strategi rotasi ataupun draft pick unik yang menghibur para penonton.

Membicarakan sosok-sosok tersebut, redaksi Hybrid berbincang dengan Wibi “8KEN” Irbawanto. Ia membagikan pandangannya mengenai sosok yang patut diacungi jempol di balik performa tim yang berhasil lolos hingga ke babak Playoff. Siapa saja sosok sosok tersebut?

Ruben Sutanto (Coach) – Bigetron Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Membuka obrolan, Wibi langsung menyebut sosok di balik layar dari Bigetron esports yaitu Ruben Sutanto. “Ruben, pelatih dari Bigetron Esports. Selain permainan para pemain yang memang konsisten, saya sedikit banyak memberikan kredit terhadap permainan Bigetron di first half Regular Season kepada sang pelatih.” ucap Wibi.

“Pemolesan taktik serta drafting hero terlihat banyak dialihkan kepada sang pelatih ruben, yang memang mantan veteran esports dengan koleksi juara yang sangat banyak. Saya menyukai drafting Bigetron dengan varian counter pick yang digunakan sang pelatih untuk menghentikan laju permainan lawan. Well deserved recognition untuk sang pelatih.” Wibi menutup pembahasan soal Ruben.

Sebelum menjadi pelatih, Ruben sempat bermain League of Legends secara kompetitif. Walau mungkin belum berhasil membawa prestasi tingkat internasional, namun sepak terjang Ruben di kancah lokal terbilang luar biasa. Tercatat, ia pernah merebut 3 juara League of Legends Garuda Series di 3 tahun berbeda, yaitu tahun 2016, 2017, dan 2018.

Peran serat coach ini jadi terlihat dari kemampuan Bigetron dalam bekerjasama dalam pertandingan di MPL ID Season 4. Hal ini tercermin lewat beberapa statistik yang mereka catatkan seperti KDA tertinggi (5.2), partisipasi kill terbesar kedua (63,27%) dengan rata-rata game tercepat yang diselesaikan pada waktu 12:38 menit.

Yehezkiel “Phoenix” Patric – AURA Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Veteran esports lain yang turut masuk ke dalam daftar adalah Yehezkiel “Phoenix” Patric; yang juga mantan pemain League of Legends. Phoenix bisa dibilang sebagai salah satu pemain tank yang paling bersinar di antara pemain-pemain lainnya selama MPL ID Season 4.

Wibi sendiri mengatakan, “Untuk AURA, menurut gue jatuh kepada Phoenix. Meskipun rotasi Tank mulai menjadi suatu hal yang awam pada musim ini, namun Phoenix membawa suatu gaya bermain yang berbeda dari pemain lainnya. Sebagai seorang Tank, dia terbilang sangat rinci. Ia memperhatikan ekonomi tim (jumlah minion, level, HP turret, posisi hero, dan spell usage) dan fase lanning sebelum melakukan rotasi, sehingga eksekusi gank dari Phoenix jadi sangat akurat”.

“Konsep ‘Lane Equilibrium’ atau garis tengah lane jadi identik dengan gaya bermain Phoenix yang gesit ketika melkaukan gank. Hampir setiap gank ia lakukan ketika musuh sedang melakukan push di garis tengah lane. Konsistensi dia terhadap prinsip ganking ini. serta kalkulasinya dalam melakukan gank yang dapat mengubah alur permainan di awal sangat menarik perhatian. Maka layak jika sosok Phoenix menjadi perhatian pada tim Aura Esports.” Wibi menjelaskan lebih lanjut.

Pergerakan Phoenix sebagai tank yang secara aktif dan konsisten membantu kawan-kawannya, tercermin lewat statistik merata dari segi Gold Share, Kill Participation dan Assist. Perannya sebagai penyelamat juga sangat terasa, jadi walau ia hanya mengamankan 511 GPM (Gold per Minute) saja, tapi dia berhasil memberi lahan farming untuk sang Marksman, Alive, sehingga ia bisa mendapat catatan 730 GPM.

Gustian “Rekt” – EVOS Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

EVOS Esports kerap menjadi jagoan bagi para penonton MPL ID sejak dari Season 1. Namun entah apa yang terjadi, tim Harimau Putih ini hanya berhasil menguasai babak Regular Season saja, namun kerap gagal mengamankan titel juara ketika bertanding di Grand Final. Kegagalan di partai final pun seakan menjadi kutukan yang terus menghantui tim EVOS walau kerap memainkan jajaran pemain penuh bintang.

Musim ini, EVOS kembali menguasai fase Regular Season di MPL ID S4, tapi apakah pada akhirnya akan dapat mengamankan titel juara? Untuk itu ada sosok Rekt, yang menurut Wibi akan menjadi penyelamat EVOS di musim ini.

“Rekt is a definite powerhouse for EVOS,” Wibi membuka penjelasannya. “dia melambangkan era baru untuk EVOS yang tidak pernah membawa piala selama 3 Season terakhir. Dengan Rekt sebagai ujung tombak tim yang selalu memberi performa konsisten selama musim ini, saya pribadi punya banyak harapan terhadap EVOS yang sedang terlahir kembali.

Menyebut Rekt sebagai penyelamat EVOS di musim ini bukan hanya omong kosong belaka. Secara statistik, mantan pemain Bigetron ini terbukti menjadi ujung tombak tajam yang selama ini diidam-idamkan oleh EVOS Esports. Ia mencatatkan diri sebagai pemain dengan KDA tertinggi (6.9), Kill terbanyak kedua (188 kill), dan GPM tertinggi dengan 778 Gold per Minute.

Muhammad Julian “Udil” Ardiansyah – ONIC Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Tim ini berhasil menyodok dan menjadi bahan perbincangan pada MPL ID S3 kemarin. Mendominasi scene lokal hampir sepenuhnya, mencatatkan kemenangan beruntun selama musim kompetisi 2018-2019, bahkan menjadi juara se-Asia Tenggara lewat gelaran MLBB Southeast Asia Cup 2019 (MSC 2019). Siapa sosok di balik kemenangan tersebut? “ONIC Esports? Definitely Udil” Wibi menjawab dengan sangat tegas.

“Bisa dibilang tim ONIC terlalu terpusat pada power play yang dilakukan oleh Udil. Jika ia bisa membawa 120% kemampuannya lagi, maka ia bisa tampil layaknya seorang Hokage dengan kekuatan rubah ekor sembilan. Dengan begitu, jelas ONIC akan menjadi tim yang amat sangat ditakuti pada babak Playoff mendatang.” Wibi yang ternyata seorang wibu, menjelaskan dengan menggunakan referensi anime Naruto.

Peran Udil sebagai ujung tombak tim ONIC Esports memang masih terlalu dominan. Tercatat Udil hampir merajai semua aspek yang ditorehkan oleh ONIC Esports mulai dari GPM, KDA, Damage per Minute, hingga Kill Participation.

Ini bisa menjadi pedang bermata dua bagi si Landak Kuning. Pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan adalah mencari cara untuk memberi ruang gerak sebebas-bebasnya bagi Udil agar dapat farming dengan leluasa. Dengan keuntungan level dan equip, Udil bisa menggila lalu melibas musuh-musuhnya dengan tanpa takut apapun. Pertanyaannya, jika ruang gerak Udil berhasil dibatasi oleh tim musuh, akankah ONIC Esports bisa kembali merengkuh piala MPL ID di musim ini?

Muhammad “Lemon” Ikhsan – Rex Regum Qeon

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

“Untuk tim Rex Regum Qeon saya pilih Lemon. Salah satu pemain mechanical Mage terbaik yang pernah ada di ranah esports MLBB.” Wibi langsung menjawab, ketika ditanya siapa pemain ujung tombak yang punya peran paling besar dari tim RRQ.

“Sang pemain ikonik tersebut ingin membuktikan bahwa dia dan RRQ bisa kembali ke tahta juara layaknya penampilan mereka di MPL Season 2. Banyak yang harus dibuktikan oleh Lemon di Season 4 dan babak Playoff ini adalah panggung untuk membuuktikan kembali ke dunia bahwa dirinya memang pantas berada di tahta juara.” Wibi lanjut menjelaskan.

Musim ini, RRQ menjadi yang memiliki 10 orang pemain menjadi salah satu tim dengan pemain terbanyak di MPL ID S4. Pembagian jatah bermain serta variasi strategi yang ditunjukkan terbukti berhasil membuat lawan kebingungan. Tapi nyatanya, Lemon tetap tampil sebagai pemain Mage yang wajib disegani.

Kendati demikian, Lemon tidak terlalu mencolok secara statistik, mengingat kolaborasinya dengan Tuturu di setiap pertandingan berlangsung. Lemon menempati posisi kedua di seluruh statistik dan data yang ditorehkan RRQ selama gelaran Regular Season. Apalagi perannya di dalam tim juga terbilang hanya menjadi “pedang kedua” bila Tuturu gagal dalam pertarungan yang berlangsung.

Eldian “Celiboy” Rahardian Putra – Alter Ego

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Bukan rahasia lagi bahwa Celiboy adalah pemain yang paling memberi kesan selama gelaran Regular Season MPL ID S4. “Alter Ego, The Dark Horse. Tim yang selalu mengalami kesulitan menembus juara satu, walau selalu mengekori para juara setiap Season di gelaran MPL. Celiboy adlaah pemain yang layak disimak jika melihat tim Alter Ego.” Wibi menyatakan pendapatnya.

“The Miracle Boy berjasa banyak dalam meletakkan Alter Ego sebagai tim peringkat ketiga di Regular Season. Jika performa Celiboy dan para pemain Alter Ego lainnya bisa konsisten hingga babak Playoff, bukan tidak mungkin MPL Season 4 menjadi trofi perdana tim Alter Ego.” Tutup caster yang punya nama panggung dengan pelafalan HachiKen.

Celiboy menjadi Miracle Boy bukan cuma asal sebut saja, karena pemain ini benar-benar bermain gemilang dan membawa Alter Ego bangkit ke papan atas MPL ID S4. Salah satu contohnya saja, dia merupakan pemain dengan status Kill terbanyak (215) selama gelaran Regular Season MPL ID S4. Tapi memang, tubuh tim Alter Ego secara keseluruhan juga sedang dalam kondisi prima. Melihat ke sisi lain, pemain Tank Alter Ego, LeoMurphy bahkan juga mencatatkan statsitik assist yang tinggi sebanyak 306 assist; menggeser torehan “Raja Assist” RRQ.Vyn.

Gensi dan ambisi setiap tim untuk mengukuhkan gelar juara MPL Indonesia Season 4 akan tersaji di babak Playoff yang berlangsung di Tennis Indoor Senayan. The Big Six pasti akan menunjukkan permainan serta siasat terbaiknya agar dapat mendapatkan titel paling bergengsi di kancah MLBB lokal tersebut.

Mampukah ONIC Esports mengembalikan gengsinya sebagai tim terbaik Asia Tenggara dan mempertahankan gelar juara MPL? Sanggupkah EVOS Esports menjaga kans juara yang terbangun sejak babak Regular Season? Atau, prediksi juara baru dari tim-tim papan tengah akan terwujud dengan berbagai kejutan menarik?

Jangan lupa, saksikan langsung gelaran Grand Finals MPL ID Season 4 di Tennis Indoor Senayan pada tanggal 26-27 Oktober 2019 karena acara ini gratis! Dapatkan pula hadiah berupa diamonds selama acara untuk penonton yang beruntung.

Nasib Buruk ONIC Esports di Pekan Ketujuh MPL Indonesia Season 4

Tanpa terasa, Mobile Legends: Bang Bang Professional League (MPL) Indonesia Season 4 sudah menyelesaikan pertandingan pada pekan ketujuh. Pada pekan ini, pertandingan berjalan dengan sengit, dengan berbagai kejutan terjadi.

Satu tema besar yang menjelaskan MPL ID S4 pekan ketujuh ini mungkin adalah nasib ONIC Esports yang begitu buruk. Memang saat bertemu Aura, ONIC Esports sedikit melakukan percobaan dengan mengganti Udil dengan Trust, walau sebenarnya Trust menunjukkan permainan yang kurang memuaskan di beberapa pekan terakhir.

Dalam pertandingan tersebut, ONIC berhasil menjaga keseimbangan di awal permainan. Sayangnya ONIC malah jadi loyo ketika pertandingan sudah memasuki fase late game. Pada pertandingan ini, ONIC harus merelakan poin kemenangan mereka, Aura menang dengan skor 2-0 lewat aksi Kaja yang dimainkan oleh Darkness secara memukau.

Sumber: MPL ID Official Media
Sumber: MPL ID Official Media

Jadwal pertandingan berikutnya ONIC adalah melawan Bigetron Esports. Tim berlogokan robot ini sebenarnya merupakan penghuni klasemen papan tengah di pekan ke-5 dan ke-6, bersama dengan Alter Ego dan Aura. Walau pada paruh musim sebelumnya ONIC adalah juara MPL ID S3 dan MLBB Southeast Asia Cup 2019, namun di musim ini mereka seperti ditarik ke bawah dan dibuat “setara” dengan ketiga tim tersebut.

Melawan Bigetron Esports, ONIC harus kembali menerima torehan buruk. Setelah mereka kalah pada game pertama, ONIC melihat secercah harapan setelah Udil turun tahta menggantikan Trust pada game kedua. Namun harapan tersebut langsung direnggut dan dihancurkan oleh Bigetron Esports. Saat ONIC terlalu nekat menginisasi Lord, Bigetron yang dalam kondisi prima segera mengambil kesempatan atas blunder tersebut. Bigetron mendapat Wipe-out, mereka tak lagi ragu, langsung menyerbu lewat tengah dan menghancurkan base milik ONIC dengan bantuan sebuah siege minion.

Nasib buruk ONIC Esports hanya satu hal di MPL ID S4 pekan ketujuh, hal lain yang tak kalah menarik adalah Genflix Aerowolf yang mengalahkan RRQ di pekan ini. Walau mengandalkan roster runner-up MPL ID S3, namun entah kenapa performa Genflix Aerowolf terbilang lesu di musim ini.

Menghadapi RRQ yang merupakan pengisi peringkat 2 di MPL ID S4, mereka akhirnya berhasil mengecap kemenangan yang sudah cukup lama diidam-idamkan. Genflix berhasil mendominasi game pertama, namun Tuturu dan kawan-kawannya sempat menyamakan kedudukan jadi 1-1.

Sumber: MPL ID Official Media
Sumber: MPL ID Official Media

Tapi Genflix akhirnya berhasil menemukan pola permainannya di pekan ini, dan berhasil memenangkan pertandingan melawan RRQ dengan poin 2-1. Kendati demikian, kemenangan ini tak banyak mengubah keadaan. RRQ tetap bertengger di peringkat 2, sementara Genflix juga tidak bergeming di peringkat terbawah.

Hal terakhir yang juga tak kalah menarik disimak di pekan ini adalah penampilan tim Alter Ego. Berhadapan dengan Geek Fam, salah satu tim penghuni papan tengah ini ternyata tampil cukup kesulitan. Pergerakan lihai Celiboy terus diperhitungkan oleh Geek Fam, yang tentu membuat Alter Ego juga jadi kesulitan.

InsticT dengan permainan yang ciamik berbuah hasil yang baik pada permainan. Doyok yang sempat abse selama beberapa pekan juga menunjukkan kualitasnya dengan caranya memainkan Esmeralda. Geek Fam sempat mencuri poin pada game pertama. Sayangnya Alter Ego lagi-lagi menunjukkan permainan mereka yang sesungguhnya.

Sebagai tim yang pernah menundukkan tim-tim favorit juara MPL Indonesia Season 4, permainan Maungzy dan kawan-kawan bukan sembarang permainan. Lewat aksi sang Rising Star, Celiboy, armada Alter Ego memimpin dominasi dan melanjutkan tren positif mereka belakangan ini di pekan ini. Alter Ego memenangkan game melawan Geek Fam, 2-1.

Sumber: MET Official Page
Sumber: MET Official Page

Pekan depan akan menjadi pekan terakhir dari regular season MPL ID Season 4. Akankah tim papan atas tumbang di pekan terakhir? Mampukah Alter Ego merebut tahta tersebut? Akankah ONIC dapat menyelesaikan masalah mereka dan keluar dari kekalahan beruntun yang mereka alami?

Pastikan Anda menyaksikan pekan terakhir Regular Season MPL ID S4 setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu. Anda dapat menyaksikannya langsung secara offline di MPL Arena (XO Hall Markas), Tanjung Duren, Jakarta Barat, atau menyaksikannya secara online lewat Mobile Legends: Bang Bang official Facebook Page.

RRQ Academy Jadi Cara RRQ untuk Cari Talenta Esports

Gamer mana yang tak tergoda untuk menjadi atlet esports? Sebagai pemain profesional, Anda memiliki kesempatan untuk memenangkan hadiah puluhan miliar, seperti pemuda 16 tahun yang menjuarai Fortnite World Cup kategori solo. Tidak hanya itu, atlet esports kini juga bisa mewakili Indonesia untuk bertanding di ajang olahraga tingkat regional seperti SEA Games. Namun, apa yang harus Anda lakukan untuk menjadi atlet esports? Dalam IDBYTE, CEO dan Co-founder RRQ, Andrian Pauline mengatakan bahwa salah satu kesalahpahaman masyarakat awam akan atlet esports adalah pemain profesional hanya menghabiskan waktunya untuk bermain.

Bagi gamer yang tertarik untuk menjadi profesional, RRQ kini mengadakan RRQ Academy. Kelas semi-pro ini dibuka untuk pemain PUBG Mobile. Pelatihan akan dibuka selama tiga hari, pada tanggal 28, 30, dan 31 Oktober. Kelas diadakan di Raffles College dan berlangsung selama tiga jam, dari pukul 15.00 sampai 18.00. Saat dihubungi melalui pesan singkat, Head of RRQ Academy, Merril Riandi mengatakan, alasan mereka memilih tempat di Jakarta Barat karena banyak fans RRQ tinggal di kawasan tersebut. “Karena kami ingin lebih memudahkan peserta untuk bisa mengikuti kelas kita,” katanya. “Berdasarkan data, banyak fans kita di Jakarat Barat, Selatan, dan Utara. Nanti, kita akan adakan kelas di universitas di Jakarta Selatan dan Utara.” Dia menjelaskan, RRQ harus menyewa ruangan di universitas, setidaknya untuk saat ini. Ke depan, dia berharap akan ada universitas dan sekolah yang mau bekerja sama untuk menyediakan tempat.

RRQ.Athena as PUBG M Star Challenge champion in Dubai. Source: PUBG Mobile
RRQ.Athena as PUBG M Star Challenge champion in Dubai. Source: PUBG Mobile

Riandi mengatakan, RRQ sebenarnya sudah memiliki rencana untuk mengadakan kelas pelatihan esports sejak lama. “Tapi, divisinya baru dibentuk dari bulan April,” dia mengaku. RRQ berharap pengadaan akademi esports ini bisa dilaksanakan secepatnya. Sayangnya, jadwal RRQ padat. Selain jadwal padat, RRQ juga tengah kekurangan orang karena jumlah tim mereka bertambah dengan cepat. Karena itulah, RRQ Academy baru diadakan sekarang. “Kita buat akademi karena permintaan dari follower kita juga, yang mau diajarkan cara main game-game tertentu,” ungkapnya. “Jadi, ini adalah salah satu cara kita untuk memberikan yang terbaik bagi komunitas RRQ dan juga harapannya, bisa meningkatkan standar kualitas pemain esports di Indonesia.”

Selain itu, melalui program akademi ini, RRQ juga berharap dapat memajukan esports Indonesia dan mendapatkan talenta esports. Tidak tertutup kemungkinan, peserta yang berbakat akan ditarik menjadi bagian dari RRQ. Riandi menjelaskan, peserta yang telah mengikuti kelas semi-pro akan bisa masuk dalam PUBGM Academmy League. Liga itu akan berlangsung selama 2 minggu dengan 12 pertandingan. Tim yang menang memiliki kesempatan untuk menjadi anggota tim PUBGM RRQ Academy. Tim tersebut akan mendapatkan kontrak eksklusif selama 6 bulan dan uang sebesar Rp2,4 juta untuk akomodasi turnamen. Tentu saja, tim ini akan mendapatkan bimbingan lebih lanjut. “Tim terbaik akan kita sponsori untuk ikut turnamen-turnamen dengan membawa nama RRQ Academy. Harapannya, mereka akan mendapatkan melalui liga kita, sehingga potensi mereka akan semakin terlihat,” ujarnya.

Biaya untuk mengikuti kelas semi-pro ini Rp300 ribu per orang. Riandi menjelaskan, peserta boleh mendaftar sendiri atau bersama dengan rekan timnya. “Buat yang masih sendiri, nanti kita akan bantu untuk bentuk timnya. Tentu dengan assessment dari kita ya, karena kita ingin mereka bermain dalam tim terbaik, sesuai dengan tipe mereka masing-masing.” Kelas dari RRQ ini terbuka untuk umum, tanpa memandang umur atau gender.

Satu-satunya syarat bagi peserta adalah membawa perangkat, charger, serta earphones miliiknya sendiri. “Tapi, jika sudah ada pemberitahuan atau masalah ponsel yang dialami peserta, kita bisa pinjamkan kok,” katanya. Untuk kapasitas, RRQ Academy dibatasi sesuai dengan kapasitas ruangan, yaitu 80 orang. Sekarang, kebanyakan pemain esports adalah laki-laki. Soal ini, Riandi mengaku justru senang jika banyak perempuan yang ikut serta dalam kelas pelatihan. “Game itu nggak kenal batas usia dan gender. Semua memiliki kesempatan yang sama,” kata Riandi.

Ketika ditanya siapa yang melatih para peserta, Riandi mengatakan, semua pemain profesional atau mantan profesional dapat menawarkan diri untuk menjadi pelatih di RRQ Academy, walau mereka bukanlah pemain RRQ. Saat ini, game yang masuk dalam akademi hanyalah PUBG Mobile. Alasannya karena keterbatasan jumlah pemain profesional yang bisa direkrut untuk menjadi pelatih. “Kalau Mobile Legends, karena perubahan pada sistem Mobile Legends Professional League (MPL) yang mengharuskan minimal pemain di tiap tim, banyak veteran Mobile Legends yang aktif bermain kembali,” katanya. Namun, ke depan, tidak tertutup kemungkinan RRQ Academy akan membuka kelas untuk game lain. Tak hanya itu, RRQ juga tampaknya tertarik untuk melatih orang-orang yang ingin bekerja di industri esports tapi tak sebagai pemain.

Perjuangan Victim Esports di PUBG SEA Championship Phase 3

Di tengah scene esports yang sedang berkembang dengan sangat cepat, bongkar pasang roster, tambal pasang divisi seperti sudah menjadi hal yang lumrah bagi sebuah organisasi esports. Tetapi Victim Esports mencoba jalan yang beda, mereka memilih untuk mengembangkan talenta mentah, dan menjadi organisasi esports yang berkembang bersama pemainnya.

Hal tersebut ternyata berbuah cukup manis bagi Victim Esports, terutama untuk kedua divisi PUBG PC mereka, Victim Rise dan Victim Reality, yang baru saja menyelesaikan pertandingan mereka di PUBG SEA Championship 2019 (PSC 2019) Phase 3. Tim ini memang sudah memberikan kejutan sejak dari kualifikasi Indonesia.

Walau Victim Rise dan Victim Reality merupakan tim yang dipandang dalam peta kekuatan kancah PUBG Indonesia, namun sebelumnya prestasi mereka terbilang masih cukup tertinggal dibanding para seniornya seperti Aerowolf atau RRQ. Namun, mental pantang menyerah sepertinya memang menjadi ciri khas dari organisasi Victim Esports.

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page

Pada PSC 2019 ini, mereka akhirnya mendapatkan panggung untuk mereka sendiri. Pada kualifikasi Indonesia, Victim berhasil mengirimkan dua timnya, Victim Rise dan Victim Reality, ke PSC 2019 Phase 3. Dengan ini, berarti ada 3 wakil Indonesia di PSC 2019 Phase 3, Victim Rise, Victim Reality, dan RRQ.

Tetapi, dari dua tim PUBG PC Victim Esports tersebut, Victim Rise jadi lebih menonjol karena permainan mereka yang sangat ciamik. Pada babak Final Stage, mereka berhasil mendapatkan dua kali Chicken Dinner dari 15 ronde yang dipertandingkan. Selain itu, permainan mereka juga cukup stabil di ronde-ronde lainnya. Walau tidak mendapat Chicken Dinner, mereka mendapatkan peringkat 3 dengan 8 kill pada ronde 3, dan peringkat 4 dengan 9 kill pada ronde 11.

Untuk tim RRQ sendiri malah sedang menurun performa permainannya pada PUBG SEA Championship 2019 kali ini. Selama Offline Main Stage, mereka tidak mendapatkan Chicken Dinner sama sekali. Posisi terbaiknya mereka dapatkan pada ronde 8, ketika mereka mendapat peringkat 3 dengan 6 kill.

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page

Setelah kurang lebih satu bulan pertandingan, Victim Rise akhirnya harus puas berada peringkat 4 dengan perolehan sebesar 148 poin. Victim Rise harus kalah dari Divine Esports yang jadi juara dengan perolehan 191 poin, dilanjut dengan Armory Gaming di peringkat 2 dengan perolehan 173 poin, lalu Sky Gaming Daklak di peringkat 3 dengan perolehan 171 poin. Lalu selain itu, Victim Reality harus rela finish di peringkat 9 dengan 111 poin yang diperoleh. Terakhir ada RRQ yang harus rela finish di peringkat 13 dengan perolehan hanya 71 poin saja.

PSC 2019 ini juga menjadi penting karena memperebutkan slot untuk bertanding di PUBG Global Championship 2019 (PGC 2019) yang akan diadakan pada November 2019 mendatang. Sky Gaming Daklak sebagai peringkat ketiga menerima slot tersebut, karena Divine Esports dan Armory Gaming sudah diundang langsung ke gelaran (PGC 2019). Ini menjadi momen yang cukup menyesakkan bagi tim Victim Rise, karena mereka seperti hanya satu langkah lagi untuk dapat bertanding di kompetisi tingkat global.

Victim Rise dan Victim Reality dalam PUBG SEA Championship 2019

Dengan hasil yang cukup membuat para penggemar (dan juga saya) gemas, namun tak bisa dipungkiri dua tim Victim ini sudah memberikan performa semaksimal mungkin. Hafiz Rachman, General Manager Victim Esports juga mengatakan bahwa ia sudah cukup puas dengan hasil yang didapatkan ini.

“Menurut kami hasil tersebut sudah cukup memuaskan, meskipun cukup sayang mereka belum bisa lolos ke PGC 2019. Melihat mereka yang sudah berjuang sekuat tenaga, saya merasa ini sudah cukup. Apalagi bisa dibilang pion yang mereka kumpulkan selama offline stage hampir lebih tinggi jika dibanding Sky Gaming Daklak.”

Satu hal yang juga membuat saya penasaran adalah persiapan dari kedua tim ini, terutama Victim Rise. Mengingat sebelumnya tim ini belum sempat terlihat muncul ke permukaan di kancah PUBG PC. “Memang Victim Rise sempat vacuum dari kompetisi selama kurang lebih 2 bulan setelah pergantian roster.” ucap Hafiz. “Kalau bicara persiapan dan pelatihan, sebetulnya tidak berbeda dibandint tim lain, mungkin memang Victim Rise baru menemukan formula dan chemistry tim.”

Lagi-lagi, walau bikin geregetan, saya juga setuju bahwa ini adalah hasil yang memuaskan bagi Victim Esports. Apalagi Victim Esports yang sebelumnya ketinggalan dibanding para seniornya. Namun mungkin yang cukup disayangkan adalah peringkat akhir dari Victim Reality yang bedanya cukup jauh dibanding Victim Rise

Roster Victim Rise pada PSC 2019 Phase 3

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page
  • Fakhri “VTR_C1moy15” Adha
  • Kamaruddin “VTR_Kamalz”
  • Riski “VTR_Tantruum” Oktavianda
  • Risky “VTR_Chibiritt” Junaidi

Roster Victim Reality pada PSC 2019 Phase 3

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page
  • Alvin “VTM_Miseryy” Sahri
  • Irham “VTM_Vandal9Boy” Fikri
  • Jaka “VTM_Jekzy” Saputra
  • William “VTM_SashaGrey” Hutagalung

Selamat bagi Victim Esports atas hasil yang didapatkan. Semoga bisa semakin baik di masa depan!