Sirclo Officially Announces 512 Billion Rupiah Additional Funding

After news circulated about an additional funding round, Sirclo today (10/9) officially announced the $36 million additional funding or equivalent to 512 billion Rupiah led by East Ventures and Saratoga. Another investor participated in this round is Traveloka.

In the official release, it is said that this funding will be used to develop the technological capabilities offered and to accelerate retail digitalization for various businesses in Indonesia. During the pandemic, the company claimed to gain momentum to improve its economic unit and was already at the profitability stage.

“With this funding, we plan to use the momentum of high consumer interest in shopping on e-commerce channels during the pandemic and beyond. Sirclo continues to adhere to its mission helping brands sell online through an omnichannel approach,” Sirclo’s Founder & CEO, Brian Marshal said.

Previously, this e-commerce enabler platform had developed the Sirclo Store SaaS solution with an omnichannel approach aimed at helping brands sell online through various channels at once, such as websites, marketplaces, and chat-based sales (chat commerce).

In addition, in a series of Online-to-Offline (O2O) initiatives, the platform which recently launched the #MerdekaJualanOnline program for the country’s national economic recovery program is also developing financial solutions aimed at supporting MSME players to compete with larger-scale retail players.

East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner, Wilson Cuaca considered Sirclo as a classic example of a startup running a marathon. As an investor, East Ventures thought that Sirclo was a bit ahead of market-timing when it was founded in 2013. However, the founder’s consistent vision from the beginning has allowed Sirclo to survive and grow over the years.

“The Covid-19 pandemic has accelerated the company’s business, Sirclo recorded the highest revenue in the company’s history, with a nominal value of hundreds of millions of dollars, and is approaching the profitable stage. We are very happy to be a part of their journey, and participate in another funding stage,”  Willson continued.

Throughout the pandemic, Sirclo alone has recorded a 5x increase in transactions driven by changes in consumer behavior during the Covid-19 pandemic. Until this year, Sirclo has helped more than 100,000 brands to sell online, from the scale of individual entrepreneurs, MSMEs, to large companies.

E-commerce enabler performance in time of pandemic

Indonesia’s e-commerce industry has grown rapidly since the Covid-19 pandemic. Nearly half of Indonesia’s population uses digital technology for their daily needs, creating high potential for growth in this industry. The presence of e-commerce enabler services makes it easier for brand principals to enter the online industry. Through a single dashboard, they can manage the product presence in several online marketplace services at once.

In Indonesia, Sirclo is not solely trying to take on the role of an e-commerce enabler, there are several players who also competing to enliven this market. One of those is JetCommerce. Through its solution, they claim to have managed to record a whole 36% transactions increase in the fourth quarter of 2020 compared to the previous quarter, serving more than 750 thousand transactions on various marketplace platforms in early 2021. The company also has a rapidly growing business unit in China, Thailand, the Philippines and Vietnam.

Among the existing players, a cloud-based e-commerce enabler solution provider from Singapore, Genie tried to stir the competition by expanding into the Indonesian market. The platform claims to have back-end regional integration with e-commerce website builders like Shopify and WooCommerce, reducing the hassle for merchants when they set up an online store.

The Digital Market Outlook report published by Statista showed that e-commerce users in Indonesia are predicted to grow 15% this year from a total of 138 million users in 2020, reaching 159 million users in 2021. Meanwhile, the industry’s revenue is predicted to increase by 26% reaching $38 million, from $30 million in 2020.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Sirclo Resmi Umumkan Pendanaan Lanjutan Senilai 512 Miliar Rupiah

Setelah beredar kabar terkait putaran pendanaan tambahan, Sirclo pada hari ini (10/9) secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan senilai $36 juta atau setara 512 miliar Rupiah yang dipimpin oleh East Ventures dan Saratoga. Investor lain turut terlibat adalah Traveloka.

Dalam rilis resminya disebut bahwa pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan kapabilitas teknologi yang ditawarkan serta mengakselerasi digitalisasi ritel bagi berbagai usaha di Indonesia. Selama pandemi, perusahaan mengaku tengah mendapat momentum untuk memperbaiki unit ekonomi dan sudah menuju tahap profitabilitas.

“Dengan suntikan dana ini, kami berencana membangun momentum tingginya minat konsumen untuk berbelanja di kanal e-commerce selama masa pandemi dan setelahnya. Sirclo terus berpegang pada misi untuk membantu brands berjualan online melalui pendekatan omnichannel,” ujar Founder & CEO Sirclo Brian Marshal.

Sebelumnya, platform e-commerce enabler ini telah mengembangkan solusi SaaS Sirclo Store dengan pendekatan omnichannel yang ditujukan untuk membantu brand berjualan online melalui berbagai kanal sekaligus, seperti website, marketplace, dan penjualan berbasis percakapan (chat commerce).

Selain itu, dalam rangkaian inisiatif Online-to-Offline (O2O), platform yang belum lama ini meluncurkan program #MerdekaJualanOnline dalam program pemulihan ekonomi nasional negara ini juga tengah mengembangkan solusi finansial yang ditujukan untuk mendukung para pelaku UMKM bisa bersaing dengan pemain ritel berskala lebih besar.

Co-Founder & Managing Partner East Ventures Wilson Cuaca menempatkan Sirclo sebagai salah satu contoh klasik dari startup yang melakukan maraton. Sebagai investor, East Ventures merasa bahwa Sirclo agak terlalu cepat dari market-timing ketika didirikan pada tahun 2013. Namun, fokus akan visi dari pendiri yang konsisten sejak awal membuat Sirclo bisa bertahan dan tumbuh selama ini.

“Pandemi Covid-19 telah mengakselerasi penguatan bisnis perusahaan, Sirclo mencatatkan pemasukan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan, dengan nominal ratusan juta dolar, dan sudah mendekati tahap profitable. Kami sangat senang bisa menjadi bagian dari perjalanan mereka, dan berpartisipasi kembali di tahap pendanaan ini,” lanjut Willson.

Sepanjang masa pandemi, Sirclo sendiri mencatat lonjakan transaksi hingga 5x lipat yang didorong oleh perubahan perilaku konsumen selama pandemi Covid-19. Hingga tahun ini, Sirclo telah membantu lebih dari 100.000 brand untuk berjualan online, baik dari skala pengusaha perseorangan, UMKM, hingga perusahaan-perusahaan besar.

Kinerja e-commerce enabler di masa pandemi

Industri e-commerce di Indonesia telah meningkat dengan pesat sejak pandemi Covid-19. Hampir setengah dari populasi Indonesia menggunakan teknologi digital untuk kebutuhan sehari-hari, menjadikan industri ini memiliki potensi tinggi untuk tumbuh. Kehadiran layanan e-commerce enabler bertujuan untuk memudahkan brand principal masuk ke ranah online. Melalui dasbor tunggal, mereka dapat mengelola kehadiran produknya di beberapa layanan online marketplace sekaligus.

Di Indonesia, bukan hanya Sirclo yang coba mengambil peran sebagai e-commerce enabler, ada beberapa pemain yang juga ikut bersaing meramaikan pasar ini. Salah satunya adalah JetCommerce. Melalui solusinya, mereka mengklaim telah berhasil mencatat peningkatan transaksi di kuartal IV tahun 2020 secara keseluruhan sebanyak 36% dari kuartal sebelumnya, hingga mencapai lebih dari 750 ribu transaksi pada berbagai platform marketplace di awal tahun 2021. Perusahaan juga memiliki unit bisnis yang berkembang pesat di China, Thailand, Filipina dan Vietnam.

Di antara pemain yang sudah lebih dulu hadir, penyedia solusi e-commerce enabler berbasis cloud dari Singapura, Genie coba meramaikan persaingan dengan melakukan ekspansi ke pasar Indonesia. Platform ini mengklaim memiliki integrasi regional back-end dengan pembuat e-commerce situs web seperti Shopify dan WooCommerce, sehingga mengurangi kerumitan bagi pedagang ketika mereka mendirikan toko online.

Laporan Digital Market Outlook yang dipublikasikan Statista menyebutkan bahwa pengguna e-commerce di Indonesia tahun ini diprediksi tumbuh 15% dari total 138 juta pengguna pada tahun 2020, atau mencapai 159 juta pengguna di tahun 2021. Sementara pendapatan industri ini diprediksi meningkat sebanyak 26% mencapai $38 juta, dari $30 juta pada tahun 2020 lalu.

Saratoga Mulai Bersiap Masuki Bisnis E-Commerce

Potensi bisnis e-commerce Indonesia tak henti-hentinya menggoda banyak kalangan untuk terjun di dalamnya. Yang terbaru dikabarkan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) juga turut ingin meramaikan industri ini dengan dana yang disiapkan menyentuh angka Rp 1 triliun.

Belum ada detil lebih jauh mengenai rencana ini. Diberitakan CNN Indonesia, Presiden Direktur Saratoga Investama Sedaya Michael W.O Soeryadjaya mengungkapkan mungkin dalam satu hingga dua bulan ke depan baru akan di beritakan ke publik.

“Kami tertarik. Saat ini kami sudah punya strategi tapi belum bisa di-sharing. Mungkin satu atau dua bulan lagi kami akan buka,” ujarnya.

Lebih jauh disampaikan Direktur Saratoga Investama Sedaya Andi Esfandiari bahwa rencana mereka untuk memasuki sektor e-commerce sudah memasuki tahap pembahasan di level medium. Saratoga sudah berniat untuk menanamkan investasi di salah satu e-commerce lokal tanah air yang masih belum bisa disebutkan namanya.

Sementara itu terpisah, diberitakan di DealstreetAsia Investor Relation and Risk Management Leona Karnali berkomentar berinvestasi di perusahaan menengah merupakan langkah pertama yang diambil dan dianggap tepat sebagai awalan Saratoga Investama Sedaya untuk masuk ke industri e-commerce. Investasi ke e-commerce akan menjadi investasi Saratoga pertama di sektor digital. Sebelumnya Saratoga dikenal memiliki portofolio di sektor infrastruktur dan sumber daya alam bisnis.

Sebagai informasi, Saratoga Investama telah membukukan Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp14,8 triliun dari 22 perusahaan investasi hingga kuartal I 2016. Raihan ini naik dari kuartal IV 2015 dengan total NAB mencapai Rp13,3 triliun.