Drone Internet Sukses, Facebook Berambisi Terbangkan Satelit Internet Tahun Depan

Facebook berambisi menghubungkan lebih banyak orang ke internet. Berbagai cara pun dicoba. Salah satunya dengan menginisasi proyek bernama Aquila pada tahun 2014 lalu, sebuah drone bertenaga surya yang diharapkan dapat menyebarkan jaringan Internet ke hampir empat miliar orang di tempat-tempat terpencil di dunia. Terdorong untuk melangkah lebih jauh. Facebook dilaporkan oleh Wired tengah mengerjakan proyek serupa baru yang lebih ambisius. Dinamai Athena, proyek ini berbicara dalam skala yang lebih masif karena objeknya berbentuk satelit yang bila sesuai rencana akan terbang perdana pada tahun 2019.

Raksasa media sosial tersebut dilaporkan telah mengajukan aplikasi ke US Federal Communications Commission (FCC) di bawah bendera PointView Tech LLC untuk proyek yang dirancang secara efisien menyediakan akses internet broadband ke daerah yang belum terlayani atau yang minim jaringan internet. Pihak Facebook sendiri belum bersedia bicara banyak soal proyek barunya ini. Menunjukkan bahwa proyek ini baru sebatas eksperimen, di mana artinya kita mungkin saja tidak akan benar-benar melihat satelit yang dimaksudkan terbang perdana tahun depan.

Bicara soal misi seperti ini, bukan yang pertama singgah di telinga kita. Elon Musk, penggagas SpaceX sebelumnya juga pernah mengutarakan ambisi yang sama. Didukung oleh finansial dan orang-orang dengan otak yang encer, mereka juga punya ambisi menawarkan internet berkecepatan tinggi di daerah terpencil yang tidak dapat diakses di dunia melalui satelit di orbit Bumi yang rendah.

Seperti disinggung di awal, inisiasi Facebook yang berhubungan dengan jangkauan internet bukan pertama ini digalakkan. Mark Zuckerberg dan kawan-kawan sebelumnya sudah meluncurkan proyek Aquila yang berambisi untuk mengirim internet ke hampir empat miliar orang di bagian terpencil dunia melalui pesawat terbang bertenaga surya. Drone ini dirancang untuk terbang selama berbulan-bulan tanpa mendarat, 60.000 meter di atas daerah-daerah terpencil. Misinya dimulai pada tahun 2014, dan pada tahun 2017 mereka juga telah berhasil menyelesaikan uji terbang skala penuh kedua.

Sumber berita Engadget, Wired dan gambar header ilustrasi satelit random Pixabay.

Manfaatkan Satelit Baru, Gambar dalam Google Maps dan Google Earth Kini Makin Tajam

Google baru saja merilis update untuk Google Maps dan Google Earth, meningkatkan kualitas dan ketajaman gambar satelit pada kedua aplikasi tersebut. Update ini dimungkinkan berkat satelit baru NASA, Landsat 8, yang mulai mengabadikan seluruh sudut Bumi dari atas orbit sejak tiga tahun yang lalu.

Landsat 8 diyakini jauh lebih superior dari pendahulunya, sanggup mengambil gambar dua kali lipat lebih banyak setiap harinya. Tidak hanya itu, gambar yang ditangkap juga mempunyai detail yang lebih tajam dan warna yang lebih akurat, seperti yang bisa Anda lihat sendiri pada gambar satelit kawasan New York City di bawah ini.

Perbandingan kualitas gambar satelit sebelum dan sesudah update / Google
Perbandingan kualitas gambar satelit sebelum dan sesudah update / Google

Google tidak mau main-main dalam memperbarui Maps dan Earth. Mereka ‘menambang’ hampir satu petabyte (setara 1 juta gigabyte) data yang diambil oleh satelit Landsat 8. Dilihat dari sudut pandang lain, Google mengambil secara total 700 triliun pixel guna menyajikan pemetaan digital yang lebih berkualitas.

Gambar-gambar satelit yang lebih tajam ini sudah bisa dinikmati sekarang juga dengan mengaktifkan layer satelit di Google Maps maupun Google Earth. Pastikan Anda sudah lebih dulu meng-update keduanya ke versi yang terbaru.

Sumber: Google Maps Blog.

BRI Luncurkan Satelit BRIsat Juli Mendatang, Diharapkan Bisa Membantu UMKM dan Startup

Satelit milik PT Bank Rakyak Indonesia Tbk (BRI), yang bernama BRIsat, segera meluncur pada Juli 2016. Peluncuran satelit ini disiapkan untuk membantu UMKM, branchless banking, hingga startup dalam rangka BRI all out menuju era digital.

Untuk membangun dan meluncurkan BRIsat, BRI telah menjalin kerja sama dengan perusahaan asal Amerika Serikat, Space System Loral LLC (SSL). Sedang untuk peluncurannya bekerja sama dengan perusahaan peluncur roket asal Prancis, Arianespace. Untuk meluncurkan satelit ini, BRI dikabarkan menghabiskan dana sekitar $250 juta.

Seperti dikutip dari Bisnis.com, Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengutarakan bahwa nantinya BRIsat nantinya akan dimanfaatkan untuk melayani UMKM dan juga startup.

“Untuk UMKM, untuk melayani yang tidak terjangkau, kemudian startup company yang membutuhkan. Kami siap support infrastruktur dan pendanaan,” terangnya.

Asmawi juga menyampaikan bahwa pihaknya akan segera mengumpulkan pelaku startup termasuk pemain di sektor e-commerce untuk mendengarkan kebutuhan mereka. Karena melalui peluncuran BRIsat BRI akan akan mulai memberikan perhatian untuk sektor digital terutama teknologi dan infrastruktur.

“Kami siap all out goes digital. Satelit ini nanti untuk melayani UMKM, melayani yang jauh, yang belum dilayani perbankan, dan untuk startup company yang membutuhkan teknologi kita support infrastrukturnya. Itu sebabnya kami undang semua startup ini agar bisa tahu mereka butuhnya apa saja,” papar Asmawi.

Rencananya BRIsat akan segera diluncurkan di Kourou, Guyana Perancis. Satelit tersebut nantinya akan memiliki 56 transponden yang mayoritas akan digunakan untuk mendukung bisnis BRI.

Lebih jauh Asmawi juga menjelaskan bahwa semua strategi digital yang ditempuh oleh BRI juga merupakan salah satu upaya untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA 2016). BRI juga menjadikan satelit sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas layanan.

“BRI akan menjadi bank pertama di dunia yang memiliki dan mengoperasikan sendiri satelit. Tantangan ke depan adalah bagaimana membangun industri dengan teknologi,” ujarnya.

BigNet Gandeng Kacific Suguhkan Pemerataan Internet di Pelosok Indonesia

BigNet Janjikan Koneksi Internet Cepat, Murah, dan Merata / Shutterstock

Wacana merealisasikan akses Internet yang lebih merata di Tanah Air tidak hanya datang dari pemain Over-The-Top (OTT) dan juga pemerintah. BigNet selaku Internet Service Provider di Indonesia berupaya memiliki visi yang serupa. Menggandeng operator broadband asal Singapura Kacific, BigNet berencana menghadirkan akses Internet hingga pelosok Indonesia dengan harga terjangkau.

Continue reading BigNet Gandeng Kacific Suguhkan Pemerataan Internet di Pelosok Indonesia

Lantern Ialah Perpustakaan Portable Yang Menerima Data Dari Luar Angkasa

Internet boleh dibilang merupakan pilar kehidupan masyarakat modern dan tempat penyimpanan beragam informasi. Bisakah Anda bayangkan hidup tanpa internet? Faktanya, hanya 35,5% populasi dunia yang memiliki akses internet, berarti ada 4,3 miliar jiwa berada dalam ‘kegelapan’. Tapi perlu kita tahu, internet bukanlah satu-satunya medium penyampaian ilmu. Continue reading Lantern Ialah Perpustakaan Portable Yang Menerima Data Dari Luar Angkasa

Bos Tesla Motors Ingin Bangun Jaringan Internet Luar Angkasa

Obsesi manusia untuk membangun koloni di luar angkasa perlahan menumbuhkan ide-ide baru di kalangan para ilmuwan dan penggiat teknologi. Salah satunya adalah Elon Musk. Bagi yang belum mengetahui, bos Tesla Motors ini juga memiliki perusahaan SpaceX yang berfokus pada perkembangan teknologi transportasi luar angkasa. Continue reading Bos Tesla Motors Ingin Bangun Jaringan Internet Luar Angkasa