Tiga Faktor Kepemimpinan Bisnis dalam Fase “Scale Up”

Scale up merupakan salah satu tahapan dalam bisnis rintisan. Di tahap ini startup menambahkan “bahan bakar” ke dalam mesin produksi untuk berkembang pesat ke dalam pangsa pasar yang dinamis dan penuh persaingan. Berbeda dengan proses starting up, saat bisnis mengejar product/market-fit, pada proses scale up banyak hal yang harus disesuaikan, salah satu yang paling signifikan adalah seputar kepemimpinan.

HubSpot mengawali debutnya sebagai startup media. Kini usianya telah menginjak 9 tahun. Dari pemaparan Brian Halligan selaku CEO HubSpot, selama 6-7 sejak bisnis berdiri mereka masih dalam mode “startup”, baru setelah itu sampai sekarang Brian menyalakan mode “scale up” mengingat kebutuhan bisnis kian meningkat. Dari situ ada beberapa pembelajaran tentang kepemimpinan yang ia catat, sebagai langkah pemimpin bisnis yang sedang dalam mode “scaling up“.

Faktor kepemimpinan

Selama beberapa tahun HubSpot mengadakan survei ke seluruh karyawannya, merilis dua pertanyaan yang dapat dijawab secara anonim. Dua poin pertanyaan merujuk pada seberapa besar sang karyawan merujuk HubSpot sebagai tempat kerja kepada rekannya dan yang kedua tentang alasan mengapa mereka merekomendasikan atau tidak merekomendasikannya. Cara ini ditempuh untuk mengevaluasi keyakinan karyawan di tiap divisi, pada ujungnya akan dihubungkan pada performa dan gaya kepemimpinan tiap kepada divisi tersebut.

Ketika skor survei turun, strategi khusus digencarkan, dengan mengumpulkan tren data historis dan komentar di survei tersebut dan mendiskusikannya dengan pemimpin divisi untuk menyusun rencana perbaikan. Sebuah strategi gemilang biasanya diluncurkan dan ternyata hasilnya sering kali makin memburuk. Pada akhirnya pola tersebut ditemukan. Strategi baru berjalan dengan hadirnya manajer baru.

Dari sini dapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama, setelah tim kehilangan kepercayaan pada pemimpinnya, hampir tidak mungkin untuk mendapatkan kepercayaan tersebut kembali. Kedua, pemimpin memiliki “sweet spot“, ada fase berkembang dan tidak berkembang. Manusiawi. Ketika tidak sedang dalam fase gemilang tersebut, mereka tak harus ditempatkan pada pengelolaan tim besar dalam proses scale up. Pengalaman manajemen kadang bisa dihiraukan dalam fase starting up, namun dalam fase scale up mutlak diperlukan.

Faktor penyelesaian masalah

Permasalahan dalam bisnis harus selalu diidentifikasi dari awal dan pemimpin diwajibkan memiliki peran dominan dalam hal ini. Beberapa bisnis dihadapkan pada permasalahan sistematis yang dapat berdampak kepada organisasi secara keseluruhan. Bagaimana strategi penyelesaian menjadi kunci untuk menyelamatkan keutuhan tim dan proses bisnis. Di bisnis digital hal ini akan menjadi tantangan umum, mengingat tuntutan perubahan yang sangat cepat.

Ketika sebuah startup digital menghadirkan fitur baru, hal ini memaksa pelanggan untuk mengadopsi konten dengan user experience yang berbeda. Beberapa pelanggan mudah beradaptasi, beberapa banyak bertanya tentang berbagai hal baru yang disuguhkan, dan banyak lagi mencoba memberikan protes terhadap kenyamanan dengan sistem sebelumnya.

Ketika masalah muncul, tim mencoba melayani semua kebutuhan dan desakan pelanggan. Ketika tuntutan tersebut meningkat, tidak hanya tim customer service yang dicerca pertanyaan, tim pemasaran pun turut menerima pertanyaan dari pelanggan, sehingga mengganggu KPI penjualan.

Belajar dari kesalahan juga menjadi kunci untuk tidak terjerumus pada lubang bencana yang sama. Strategi menghindari kesalahan yang sama dapat dilakukan dalam berbagai hal. Di HubSpot, setiap bulan diadakan pertemuan internal antar manajer. Di dalamnya setiap divisi harus mempresentasikan beberapa hal. Selain metrik kemajuan, dalam slide juga harus selalu dituliskan poin-poin kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Sebagai pengingat dan mematangkan kepekaan dalam menghindari isu yang sama tersebut.

Ketika bisnis menginjak masa scaling up, setiap komponen yang ada di dalamnya akan berhubungan erat. Tim pemasaran, tim pengembang, tim konten dan tim operasional harus berada dalam satu visi yang sama dengan performa yang sama-sama kuat. Semua bergerak cepat dan akan membutuhkan dukungan baik di masing-masing aspek.

Faktor penentuan keputusan

Penentuan keputusan perlu dilakukan secara cepat dan tepat, mengingat di fase ini gempuran persaingan bisnis akan sangat terasa. Pemimpin perlu jitu mengambil keputusan. Ketika dihadapkan pada sebuah meeting yang mungkin akan banyak yang mengajukan pendapat, pastikan sebagai pemimpin memilih keputusan berdasarkan pilihan yang tepat, bukan keputusan yang didasarkan pada argumen yang paling populer. Perdebatan akan terjadi, tapi wewenang pemimpin harus kuat dengan mengambil keputusan yang paling logis dan berdasar.

Empat Sikap yang Wajib Dimiliki Founder Saat Bersiap Melakukan “Scale Up”

Startup yang sukses adalah startup yang mampu mengadopsi perubahan yang ada. Apakah itu dari inovasi, teknologi, layanan pelanggan hingga feedback dari  anggota tim. Sudah banyak startup yang menuai kesuksesan setelah melakukan perubahan, namun banyak pula perusahaan raksasa yang akhirnya terpaksa gulung tikar karena enggan untuk melakukan perubahan dan merasa nyaman dengan bisnis yang dijalankan. Sebut saja seperti, Encyclopedia Britannica, Sears, Blockbuster, Kodak.

Artikel berikut ini akan mengupas empat poin penting yang wajib diperhatikan Founder saat startup tengah bersiap melakukan scalling up.

Menjadi Founder yang ‘mumpuni’

Saat startup masih dalam skala yang kecil tentunya akan lebih mudah bagi Founder untuk melakukan koordinasi kepada anggota tim lainnya. Kesannya lebih mengarah kepada ‘perintah’ namun untuk perusahaan yang masih kecil nampaknya sah-sah saja hal tersebut dilakukan oleh seorang Founder. Namun demikian ketika startup sudah mulai tumbuh dan mengalami peningkatan baik dari sisi pegawai, profit hingga pelanggan, Anda sebagai Founder sudah harus merubah gaya kepemimpinan menjadi Founder yang memberikan pengarahan dan pelatihan kepada anggota tim. Tumbuhkan sikap yang ‘mumpuni’ agar kolaborasi dengan anggota tim yang jumlahnya lebih banyak, akan tercipta dengan baik.

Berikan kepercayaan

Saat mulai membangun perusahaan pastinya sebagai Founder Anda cenderung untuk melakukan semua pekerjaan dan tidak mempercayai orang lain untuk melakukan tugas tersebut. Namun demikian untuk startup bisa tumbuh dengan baik, Anda sebagai Founder harus memberikan kepercayaan kepada anggota tim tertentu untuk selanjutnya melakukan tugas yang biasanya Anda sebagai Founder lakukan. Dengan demikian Anda sebagai Founder selanjutnya bisa lebih memfokuskan kepada hal-hal yang lebih penting untuk selanjutnya melancarkan proses scale up.

Ciptakan komunikasi yang baik

Ketika perusahaan semakin berkembang biasanya masing-masing divisi seperti Finance, Marketing, Sales dan divisi lainnya enggan untuk bekerjasama dan cenderung membentuk kelompok sesuai dengan divisi masing-masing. Upayakan untuk selalu menciptakan kolaborasi dan komunikasikan semua tugas terkait kepada masing-masing divisi, agar transparansi tercipta dan masing-masing divisi bisa bekerja dengan baik tanpa adanya batasan. Sebagai Founder Anda juga wajib untuk membagikan visi dan misi, target serta rencana jangka panjang kepada semua anggota tim.

Tampung semua kritikan dari anggota tim

Ketika startup semakin besar semakin sulit untuk melakukan pertemuan yang melibatkan semua anggota tim. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi hubungan baik antar anggota tim, manajemen dan tentunya Anda sebagai Founder. Upayakan untuk membuat jadwal yang rutin pertemuan dengan anggota tim, dan terima semua kritikan, usulan hingga keinginan dari anggota tim. Jika masuk akal untuk diwujudkan, informasikan dan lakukan segera keinginan dari anggota tim, namun jika sedikit berlebihan dan tidak masuk akal, berikan alasan yang tepat kepada anggota tim terkait permintaan dari mereka.

Pada akhirnya membawa startup ke tahap selanjutnya membutuhkan pemikiran yang fokus terkait dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mencapai target tersebut. Untuk itu buatlah daftar atau rencana yang ingin diwujudkan agar startup bisa berkembang dengan baik.

Mengapa Cloud Berperan Sentral dalam Ekspansi Bisnis Online?

Proses validasi pasar dan bisnis telah dilewati. Key Performance Indicator (KPI) yang telah ditentukan di tahap awal sudah berhasil dicapai, dan sekarang pengembangan bisnis mulai menggunakan KPI baru yang berbasis pada pertumbuhan konsumen, revenue, market traction, dan market share, bersamaan dengan pengembangan kualitas produk. Bila belakangan ini Anda tidak asing dengan kegiatan-kegiatan yang disebutkan tadi, itu menandakan bisnis Anda memasuki tahap scaling dan ekspansi.

Upaya-upaya dari kacamata bisnis ini jelas perlu dilakukan, dan sebaiknya langkah tersebut juga senada baiknya dengan penguatan dari sisi teknologi penyimpanan dan penyebaran data yang terintegrasi dan dapat diandalkan, seperti cloud computing. Mengapa?

Begini. Dari sisi Platform as a Service (PaaS), perlu disadari bahwa bisnis online Anda memerlukan cloud solution yang elastis bagi bisnis Anda yang dinamis itu, guna dapat merasakan fasilitas cloud sesuai dengan skala terkininya. Terlebih, poin ini menjadi penting bila Anda sekarang tengah menggeluti bidang e-commerce yang dikenal memiliki lonjakan dan anjlokan traffic yang sering menghampiri situs.

Belum lagi, proses scaling yang banyak bertumpu pada pengambilan keputusan yang cepat dan terukur, membuat Anda mungkin memerlukan cloud service dengan insight real-time dari setiap transaksi hingga proses bisnis secara umum.

Microsoft punya solusi terpadu agar proses scaling up bisnis online Anda dapat berjalan sesuai rencana, yakni melalui Microsoft Cloud Solution.

Microsoft Cloud Solution dengan cabang-cabang solusinya dapat membantu Anda menjawab tantangan-tantangan bisnis Anda di tengah usaha optimalisasi kualitas produk bisnis Anda, dalam proses scaling. Misal, Microsoft Azure, yakni solusi cloud computing platform buatan Microsoft yang dikenal dapat menangani lonjakan traffic yang tidak terduga serta integrasi dengan aplikasi yang dikembangkan. Begitu pula dengan Microsoft Power Business Intelligence, analytic tools garapan Microsoft yang membantu pengguna memadukan sistem yang dibangun dengan aplikasi analisis data, sehingga Anda dapat dengan mudah ‘menampung’ limpahan data tersebut dan mempresentasikannya di kemudian hari.

Lantas, bagaimana solusi cloud seperti itu dapat memaksimalkan serta mempercepat laju pertumbuhan bisnis online Anda secara konkret? Bagaimana implementasi yang tepat di sektor e-commerce (atau bahkan di sektor pengembangan Internet of Things)?

Semua pertanyaan tersebut akan dibahas tuntas bersama empat pelaku industri digital yang tentunya telah mengalami kisah sukses dari pengembangan bisnis online dengan cloud computing, antara lain ialah Lodewijk Christoffel Tanamal (Chief Technology Officer Bhinneka.com), Rudy Sumadi (SMB Director Microsoft Indonesia), Andri Yadi (CEO DyCode), dan Wiku Baskoro (Chief Innovation Officer DailySocial), di sebuah talkshow bertajuk “Optimize/Accelerate Your Online Business With Microsoft Cloud Solution”.

Bersama Lodewijk (baca: Ludwig), Anda akan mendengarkan bagaimana cloud computing menjadi salah satu urat nadi dari bisnis e-commerce. Kemudian, Rudy akan membeberkan alasan mengapa Anda perlu mengadopsi sistem cloud dari Microsoft. Lalu Andri akan bercerita panjang lebar mengenai Microsoft Azure yang sukses membantu bisnis Internet of Things-nya bersama DyCode. Ketiganya akan berbincang bersama di satu panggung, dimoderatori oleh Wiku.

Bertempat di Lot 8 Resto & Bar, SCBD, Jakarta Selatan, talkshow hasil kerja sama Bhinneka.com, DailySocial.id, dan Microsoft ini akan digelar pada hari Rabu, 7 Desember 2016, pukul 18.00 sampai dengan selesai.

Selain pembahasan dan insight yang seru dari para pakar, para peserta juga akan mendapatkan paket goodie bag keren dari penyelenggaraan acara. Dengan pendaftaran acara yang dibuka gratis, rasanya sayang bila Anda melewatkan talkshow untuk para online business owner dan tech enthusiast ini.

Jadi, Anda siap untuk melebarkan sayap bisnis online Anda dengan cloud computing?

Disclosure: DailySocial adalah organizer dari talkshow Microsoft Cloud Solution yang didukung oleh Bhinneka.com dan Microsoft.

Empat Tanda Startup Siap untuk “Scale Up”

Label startup untuk perusahaan rintisan yang baru saja memulai usahanya tentunya sangat mudah diberikan, namun ketika startup sudah mencapai tahap tertentu, proses selanjutnya yang wajib untuk dilakukan yaitu scale up. Tentunya banyak hal yang mempengaruhi hingga akhirnya startup siap untuk bertransformasi dan melakukan scale up, mulai dari jumlah pengguna yang terus bertambah, produk yang telah divalidasi, hingga profit yang sudah mulai berdatangan.

Artikel berikut ini akan membahas empat tanda yang sebaiknya dicermati jika startup Anda saat ini sudah termasuk dalam kategori yang dinyatakan siap untuk masuk ke tahap scale up.

Tenaga ahli / spesialis

Salah satu tanda startup Anda siap untuk melakukan scale up adalah ketika tenaga engineer mulai dibutuhkan, terutama untuk pekerjaan inti yang membutuhkan tenaga ahli. Jika di awal berdirinya ada beberapa anggota tim yang mengerjakan tugas secara multitasking, maka ketika saat ini startup mulai membutuhkan tenaga ahli untuk masing-masing pekerjaan, artinya startup Anda siap untuk scale up. Bertambahnya anggota tim sesuai dengan tugas esensial masing-masing bisa diartikan startup mulai berkembang.

Menekan risiko

Startup yang baru saja berdiri sarat dengan risiko yang besar. Produk masih terbilang baru dan tidak terlalu ‘mainstream‘ sehingga tidak ada jaminan bakal dibutuhkan atau disukai. Untuk itu risiko akan sulit untuk dihindari. Namun seiring berjalannya waktu, ketika produk bisa diterima dengan baik dan perusahaan pun mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan, startup pun dituntut untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan risiko yang ada. Proses scale up pun kemudian dibutuhkan untuk menambah tim layanan pelanggan, teknis, dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko saat perusahaan menjalankan bisnis.

Operasional

Ketika startup baru saja dijalankan tentunya akan jauh lebih mudah melakukan koordinasi antara anggota tim, bersama menyelesaikan masalah bahkan sekedar minta bantuan kepada rekan kerja. Namun jika saat ini startup sudah mulai kewalahan menampung permintaan dari anggota tim dan pada akhirnya prioritas permintaan serta tugas harus dilakukan, artinya startup Anda siap untuk melakukan scale up menyesuaikan situasi yang ada. Hal ini perlu dilakukan agar operasional bisa berjalan dengan teratur, lancar dan tentunya memangkas pengeluaran serta waktu.

Kepemimpinan

Saat startup baru saja dibangun seorang Founder biasanya akan menjadi mentor bahkan orang yang paling berpengaruh terhadap jalannya usaha. Namun saat startup sudah terbilang established dan bersiap melakukan scale up kepemimpinan bisa menjadi berubah secara drastis, seiring dengan makin besarnya posisi yang ada di organisasi. Biasanya proses scale up mendatangkan seorang pakar atau tenaga profesional yang bisa membantu jalannya usaha untuk menuju masa depan yang lebih baik dan tentunya sarat dengan tantangan yang lebih berat.

Enam Tanda Startup Siap Melakukan Ekspansi

Startup yang mendapatkan dukungan pendanaan dari investor biasanya akan menggunakannya untuk rencana penumbuhan bisnis. Apakah itu scale-up dalam bentuk ekspansi, penambahan karyawan, pindah ke kantor baru, menambah jumlah produksi hingga ekspansi wilayah layanan secara lokal hingga global. Namun demikian sebelum berencana untuk melakukan ekspansi cermati terlebih dahulu beberapa aspek pendukung. Hal ini penting dilakukan agar proses ekspansi tidak berjalan tergesa-gesa dan pada akhirnya akan tercapai sesuai target.

Artikel berikut ini akan membahas 6 tanda yang bisa menentukan kapan waktu yang tepat startup Anda melakukan ekspansi untuk kepentingan growth startup.

Telah memiliki tim yang solid

Salah satu faktor kesuksesan suatu ekspansi adalah ketika startup telah memiliki tim yang solid dan memiliki kemampuan untuk bekerja dengan baik. Idealnya adalah masing-masing anggota tim bisa dengan sigap dan piawai melakukan eksekusi saat ekspansi dilakukan. Dengan demikian bisnis bisa berjalan dengan stabil didukung oleh talent dan skill dari anggota tim yang dimiliki.

Telah memiliki jumlah pelanggan

Tanda lainnya yang bisa dicermati untuk waktunya melakukan ekspansi adalah ketika produk dari startup Anda telah memiliki pelanggan dalam jumlah yang cukup besar, artinya produk Anda disukai bahkan dibutuhkan secara rutin oleh pelanggan. Dengan demikian menjadi alasan yang tepat ketika perusahaan memutuskan untuk menambah jumlah produksi, memperluas wilayah layanan dan pengiriman dan lainnya.

Menambah inovasi secara rutin

Salah satu potensi yang bisa dikembangkan adalah ketika startup Anda bisa menghadirkan inovasi baru, mulai dari layanan, fitur, sistem pembayaran dan lainnya. Bukan saja bermanfaat untuk pengguna namun juga memberikan produk Anda celah baru untuk mendatangkan profit. Ketika brand sudah populer dan disukai oleh pengguna, apa pun layanan yang diberikan bisa dipastikan akan langsung digunakan oleh pelanggan setia.

Perusahaan mampu menjalankan proses

Yang perlu diperhatikan adalah ketika keputusan untuk melakukan ekspansi dilakukan Anda sebagai founder dan anggota tim harus bersiap menjalankan proses yang panjang dan pastinya melelahkan. Untuk itu dibutuhkan loyalitas, waktu yang lebih, keinginan yang besar serta niat baik untuk bisa menjalankan apa pun proses ekspansi yang dipilih agar bisa berjalan lancar.

Memiliki dana yang cukup

Hal yang satu ini tentunya menjadi krusial yaitu pendanaan. Apakah dana tersebut merupakan simpanan pendanaan startup di tahap awal, modal sendiri atau bootstrapping hingga pendanaan yang didapatkan dari proses penggalangan dana baru. Pastikan Anda memiliki cukup simpanan untuk melakukan ekspansi sekaligus biaya operasional dari perusahaan. Jangan memaksakan dana yang seadanya demi melancarkan kegiatan ekspansi, hal tersebut bisa merugikan jalannya bisnis untuk jangka panjang.

Capai target yang ditetapkan

Banyak startup yang enggan untuk mewujudkan target yang ingin dicapai ketika ekspansi dilakukan. Salah satu faktor kesuksesan dari proses ekspansi adalah ketika startup Anda bisa mencapai target yang ingin diraih. Apakah itu akuisisi jumlah pelanggan, jumlah unduhan aplikasi, trafik di situs dan lainnya. Pastikan proses ekspansi tersebut bisa disertai dengan dicapainya target yang ditentukan oleh perusahaan.

Bincang-Bincang Soal Startup Scaling dari Aspek Teknis

Ruang bisnis startup Indonesia sepertinya perlu direnovasi atau, lebih tepatnya, diperbesar. Pasalnya, dari hari ke hari ide-ide kreatif yang merupakan embrio dari startup mulai muncul di berbagai komunitas, khususnya komunitas teknologi. Banyak memang yang meledak, beriringan dengan itu, tak sedikit pula yang gugur dimakan seleksi alam. Persoalan kegagalan startup dalam mengembangkan bisnisnya seringkali berujung pada diskusi di kedai kopi soal pendanaan yang kurang atau dompet perusahaan yang kering.

Pembicaraan soal uang tersebut tidak sepenuhnya salah. Fase startup scaling sejatinya memang akan bertemu rintangan, meski tidak melulu soal uang. Seperti sifat alamiahnya, startup hadir di masyarakat dengan daya gedor ide-idenya yang inovatif dan solutif. Hal ini bergulir satu nafas dengan bisnis mereka yang berorientasi pada kebutuhan user/customer.

Gebrakan ide harus terus bergulir bersamaan dengan sifat lainnya dari startup yakni dinamis. Ingatlah, naik-turun dari laju bisnis startup adalah lumrah, dan perlu disiasati dengan pembaruan ide serta sarana teknologi.

Menyoal sarana teknologi, cloud computing ternyata menjadi bagian dari kunci scaling yang dilakukan startup. Bayangkan, sayang sekali bila fitur atau sistem yang ditawarkan startup kepada user, ternyata tidak berujung pada conversion rate yang memuaskan, hanya karena sistem cloud computing yang kendor. Bisa jadi, inilah titik mimpi buruk startup.

Agar para pendiri startup yang sekarang mulai merangkak tidak mengalami hal tersebut, Alibaba Cloud bekerja sama dengan DailySocial menyelenggarakan sebuah talkshow bernama AliLounge, dengan tajuk “How to Scale Your Startup”.

AliLounge, talkshow hasil kolaborasi Alibaba Cloud dan DailySocial. / DailySocial
AliLounge, talkshow hasil kolaborasi Alibaba Cloud dan DailySocial. / DailySocial

AliLounge rencananya akan diselenggarakan di dua kota, yakni Yogyakarta (8 November 2016) dan Bandung (10 November 2016). AliLounge Yogyakarta akan mengambil tempat di Smart Lounge Lippo Jogja. Sedangkan untuk Bandung, AliLounge bertempat di Eduplex Dago.

Dua orang Cloud Architect Alibaba Cloud, Sabith Venkitachalapathy dan Ken Ly, akan menjadi pembicara tetap di AliLounge Yogyakarta dan Bandung. Selain itu, kursi pembicara dari praktisi industri teknologi dan startup akan diisi Randi Eka Yonida (Senior Editor DailySocial) untuk AliLounge Yogyakarta dan Tommy Dian Pratama (Chief Technology Officer DailySocial) untuk AliLounge Bandung.

Nah, apakah startup Anda sudah siap untuk melakukan scaling dari sisi teknis? Cari tahu dan temukan insight menarik di AliLounge Yogyakarta dan Bandung!

Oh iya, Anda juga bisa melakukan networking dengan rekan-rekan startup dan para pakar teknologi serta makan malam bersama lho.

Tak ketinggalan, tim Alibaba Cloud punya hadiah untuk 20 pendaftar pertama AliLounge di masing-masing kota, yang sebelumnya telah membuat akun Alibaba Cloud dan mendaftarkan kartu kredit atau akun PayPal-nya. Hadiah tersebut adalah kupon senilai $200.

Ayo, daftar sekarang juga, gratis! Info lengkap dan pendaftaran dapat Anda akses di tautan berikut untuk AliLounge Yogyakarta dan Bandung.


Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama Alibaba Cloud dan DailySocial untuk rangkaian kegiatan AliLounge.

Kiat Sukses Tingkatkan Skala Bisnis di Startup

Ketika startup sudah memiliki cukup banyak dana, anggota tim hingga produk yang diterima oleh pangsa pasar, tahap selanjutnya yang harus diperhatikan adalah masa peningkatan skala bisnis (scale-up). Mengidentifikasi peluang baru merupakan salah satu cara yang bisa ditempuh agar startup Anda mampu mengalami kemajuan dan pastinya mengamankan pendapatan untuk jangka tahun-tahun mendatang.

Founder LinkedIn Reid Hoffman dalam tulisannya merangkum rahasia sukses para pakar dan ahli teknologi saat menjalani proses scale-up. Dan berikut poin-poin utama yang disorot Hoffman.

Tidak hanya pendanaan, proses scale-up membutuhkan pengembangan sumber daya pendukung lainnya

Yang perlu diperhatikan ketika Anda baru mulai melakukan scale-up, bukan hanya dana yang tersimpan akan digunakan secara sepenuhnya, namun Anda pun perlu untuk mempekerjakan pegawai lebih banyak. Siapkan diri Anda untuk memasuki teritori baru yang memacu Anda untuk bergerak lebih cepat, mengeluarkan uang lebih banyak dan tentunya dengan risiko lebih besar yang menentukan kesuksesan jangka panjang, jika Anda mampu menjalani proses scale-up.

Namun tak perlu terburu-buru untuk merekrut pegawai baru

Hindari untuk mempekerjakan banyak pegawai jika perusahaan Anda belum siap untuk melakukan scale-up. Seperti yang diungkapkan oleh Sam Altman, President at Y Combinator. Yang perlu diketahui adalah :

  • Airbnb membutuhkan waktu 9 bulan sampai akhirnya mempekerjakan satu orang pegawai.
  • Dropbox membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mempekerjakan pegawai pertama.
  • Stripe membutuhkan waktu 6 bulan sebelum akhirnya menambah satu pegawai baru.

Jika Anda belum yakin untuk menambah jumlah pegawai, upayakan jumlah tim yang ada untuk mengembangkan produk, ketika sudah waktunya secara alami penambahan pegawai akan terjadi.

Rekrut orang yang tepat untuk bisnis Anda

Proses perekrutan merupakan kunci keberhasilan dari proses scale-up. Dalam buku yang dirilis oleh Google dengan judul “How Google Works”, sebagian besar keberhasilan dari Google adalah proses perekrutan kandidat yang tepat. Secara pribadi Larry Page, Sergey Brin serta Brian Chesky mengulas satu persatu calon kandidat yang layak untuk dijadikan pegawai sedikitnya hingga 100 orang.

Yang perlu diperhatikan adalah proses perekrutan akan lebih mudah dilakukan ketika perusahaan sudah masuk ke tahap scale-up, namun demikian ketika jumlah pegawai makin bertambah jangan pernah menurunkan standar atau kualifikasi dari perusahaan. Seperti yang ditegaskan oleh Founder dan ex-CEO VMware Diane Greene.

Membutuhkan adaptasi cepat di setiap situasi

Setiap tahap yang akan dilalui memiliki sifat dan proses yang berbeda, untuk perlu dilakukan adaptasi dan penyesuaian di setiap tahap scale-up. Hal ini juga ditegaskan oleh Executive Chairman Alphabet Inc. Eric Shmidt perlunya dilakukan perubahan di setiap proses dan tahapan untuk tingkatkan skala bisnis.

Siap menghadapi kompetitor saat bisnis sudah bertumbuh

Salah satu alasan mengapa perusahaan wajib untuk melakukan scale-up adalah kompetitor. Seperti yang ditegaskan ex-CEO Mozilla John Lilly. Pada awal persaingan tidak begitu penting, karena target pasar sudah jelas dan mudah untuk disasar, namun ketika sudah memasuki tahap selanjutnya perusahaan lain akan melakukan hal yang sama, menawarkan produk serupa. Di sinilah persaingan dan jumlah kompetitor akan semakin meningkat.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Founder dan  CEO Airbnb Brian Chesky, yang perlu dilakukan ketika proses scale-up dilakukan adalah tidak harus tergesa-gesa, lakukan scale-up secara perlahan namun pasti dan dikerjakan dengan tepat. Seperti yang dilakukan oleh Brian dengan Airbnb, diawali dengan memfokuskan bisnis di kawasan Amerika Serikat sebelum merembet ke ranah yang lebih luas.

Fokus mendapatkan traction pengguna

Lebih baik memiliki 100 orang yang mencintai produk Anda dari pada memiliki 1 juta orang yang hanya menyukai produk Anda. Seperti yang diungkapkan oleh Co-Founder Y Combinator Paul Graham. Kesalahan terbesar dari pemilik startup adalah ketika waktunya membuat aplikasi berharap agar aplikasi tersebut langsung menjadi viral dan menjangkau jutaan pengguna. Hal tersebut menjadi tidak berguna jika jutaan orang tersebut hanya melihat dan menyukai saja.

Proses scale-up akan lebih mudah dilakukan jika produk yang Anda miliki telah berhasil meraih perhatian 100 orang yang bukan hanya menyukai produk Anda namun mencintainya.

Scale-up harus segera dilaksanakan pada momen yang tepat

Kapan waktunya untuk scale-up? VP Product Strategy LinkedIn mencatat beberapa poin penting yang wajib diketahui ketika sudah sampai saat yang tepat untuk melakukan scale-up. Ketika jumlah pegawai Anda sudah mencapai 150 orang atau lebih, merupakan pertanda yang pasti untuk segera melakukan scale-up. Selain itu di tahap ini biasanya perusahaan telah memiliki traction serta pendapatan. Untuk mendukung pertumbuhan organisasi, scale-up harus segera dilakukan.

Buatlah susunan tim untuk mendukung kinerja bisnis

Buatlah pengelompokan tim di perusahaan. Dengan demikian masing-masing tim akan saling mendukung kemajuan serta pergerakan dari perusahaan. Contoh sederhana yang dilakukan oleh Partner di Greylock dan ex-CEO Mozilla John Lilly adalah :

  • Tim 1 – Fokus kepada teknis, produk, desain, pertumbuhan dan beberapa poin yang mendukung pengembangan produk.
  • Tim 2 – Fokus kepada memberikan dukungan kepada Team 1 yang terdiri atas bagian legal, PR, CS, penjualan, operasional, HR dan lainnya.

Inovasi dimulai dari sebuah tim kecil

Produk terbaik dihasilkan dari tim dengan jumlah yang kecil. Meskipun saat ini perusahaan Anda sedang menjalani proses scale-up, selalu prioritaskan tim dengan jumlah yang kecil untuk menciptakan produk baru yang kreatif.  Seperti yang diceritakan oleh Eric Schmidt di Google selalu ada 1 hingga 2 orang yang bekerja dalam kelompok berbagi ide satu dan lainnya.

Contoh lain yang bisa ditiru adalah, Windows diciptakan oleh satu orang, UNIX dibuat oleh dua orang saja, Java dibuat oleh satu orang, Gmail berasal dari ide dua orang pegawai, Android berasal dari kumpulan ide tim yang kecil, Linux dibuat oleh satu orang dan contoh lainnya.

CEO menjalankan tugasnya dengan benar

Seorang CEO sebuah perusahaan wajib untuk memiliki kemampuan bekerja dengan cepat, memiliki kepekaan terhadap perkembangan produk, mampu menjadi pemimpin di bawah pengawasan para pemangku kebijakan dan yang pasti melakukan koordinasi yang baik saat proses scale-up. Pada dasarnya fungsi CEO dapat dikerucutkan menjadi tiga hal berikut:

  • Strategi.
  • Kultur (hanya Founder dan CEO yang bisa mendesain kultur bisnis).
  • Menentukan pihak manajemen senior untuk perusahaan.
  • Memiliki opsi terhadap produk (seorang CEO bisa secara fokus mengembangkan produk atau melakukan pengembangan yang lain untuk produk yang berbeda).

Perusahaan yang sedang berkembang menuntut CEO dan tentunya engineer untuk menciptakan inovasi terbaru. Ketika perusahaan Anda telah menjalani proses product market fit, tahap selanjutnya adalah scaling pendapatan dan mencari lanskap pertumbuhan, vertikal dan geografi yang berbeda.