Kiat Memastikan Tidak Mengulangi Kesalahan Saat Memimpin

Semua orang tidak pernah luput dari kesalahan, sekalipun seorang pemimpin. Sebab setiap kesalahan yang diambil seorang pemimpin, bisa jadi berdampak fatal ke depannya. Untuk meminimalkan kesalahan, salah satu hal penting yang perlu Anda terapkan adalah tidak terlalu keras pada diri sendiri. Bila sudah terlanjur melakukan kesalahan, bagaimana cara memimalisir untuk tidak mengulanginya kembali?

Artikel berikut ini akan memfokuskan pada cara apa saja yang perlu Anda pastikan agar tidak mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya.

Ubah pendekatan

Jika menginginkan hasil yang berbeda, cobalah untuk mengubah cara pendekatan Anda. Berangkat dari kesalahan terdahulu, gunakan kesempatan tersebut untuk belajar suatu hal baru. Agar potensi Anda melakukan kesalahan yang sama bisa dikurangi.

Kenali sebab dan pertandanya

Ketika Anda melakukan kesalahan sama dan terus menyalahkan situasi, pada akhirnya akan terus berakhir di kondisi yang sama. Akar masalahnya mungkin karena Anda kurang percaya diri, menyebabkan evaluasi yang buruk dan mendorong Anda ke situasi yang sama.

Maka dari itu, solusi yang paling tepat untuk adalah mengambil langkah mundur dengan mencari akar penyebabnya.

Selalu evaluasi diri

Dengan rajin mengevaluasi diri, Anda berarti mengambil langkah mundur demi melihat gambaran besar dari seluruh akibat dari tindakan dan mencoba untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Sebaiknya Anda bertanya pada diri sendiri, hal berbeda apa saja yang bisa Anda lakukan di lain waktu, kelemahan apa yang menyebabkan Anda melakukan kesalahan, dan sebagainya.

Dari evaluasi, Anda akan memahami proses sebab dan akibat. Jika Anda tahu bahwa setiap tindakan yang Anda ambil saling mengikat satu sama lain, ini akan membuat Anda jadi lebih mudah menghindari kesalahan.

Ikuti naluri

Setelah Anda membuat kesalahan, Anda harus meluangkan waktu untuk melihat ke belakang dan mengidentifikasi apa yang salah. Mungkin Anda memutuskan untuk bekerja dengan tipe klien yang ideal, oleh karenanya buatlah catatan kecil hal-hal apa saja yang Anda abaikan.

Jika naluri memberi tahu Anda untuk berhati-hati, hentikanlah untuk bekerja dengan klien tersebut. Sebab naluri itu pada dasarnya akan selalu melindungi Anda dari kesalahan yang sebelumnya telah terjadi.

Menjadi Diri Sendiri Saat di Lingkungan Kerja

Banyak orang sering menggunakan “fashion” yang berbeda, tatkala mereka sedang berada di kehidupan personal dan profesional. Mungkin menurut beberapa orang ketika datang bekerja harus menampakkan wajah serius, agar dihormati rekan lainnya. Bagi pekerja perempuan, banyak yang mencoba menghilangkan sifat yang terlalu feminin dalam lingkungan kantor, karena takut tidak dianggap serius. Dan masih banyak lagi hal serupa.

Lalu sebenarnya apakah hal tersebut baik untuk dilakukan? Tidak ada yang mengatakan bahwa seseorang harus bertindak sama ketika sedang ada dalam pekerjaan dan kehidupan lainnya. Namun bertindak apa adanya “sebagai diri sendiri” berarti bertindak dengan cara mewakili diri sendiri secara seutuhnya. Termasuk hal-hal terkait keyakinan dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Kadang orang tidak nyaman menjadi diri sendiri ketika berada di tempat kerja. Alasan yang paling mendasar karena ia tidak mengetahui secara pasti siapa dirinya dan apa ambisinya. Sederhananya ketika mereka tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan ini: Anda siapa? Apa tujuan Anda berada di sini? Mengapa Anda memilih bekerja di tempat ini?

[Baca juga: Membangun Budaya Tempat Kerja yang Harmonis]

Jika beberapa pertanyaan di atas bisa dijawab dengan baik, artinya seseorang telah merasa nyaman menjadi diri sendiri di lingkungan kerja. Begitu seseorang merasa nyaman dengan diri sendiri, maka dampaknya pada banyak hal. Mulai dari kepercayaan diri di tempat kerja sampai semangat kreativitas yang terus bermunculan.

Takut menjadi diri sendiri

Namun kadang terbentur pada sifat ingin menjadi seperti orang lain, terutama orang yang dikagumi dalam tempat kerja. Mengagumi cara berbicaranya, cara bernegosiasi hingga pada tingkah laku mereka secara umum. Namun nyatanya sesuatu yang bersifat tiruan tidak akan pernah lebih kuat dari yang asli. Pun begitu untuk meningkatkan pesona diri, tidak ada yang lebih baik dari pada menjadi diri sendiri.

Dalam pergaulan di tempat kerja, ketika seseorang jujur kepada diri sendiri dan orang lain, makan orang di sekitar akan terdorong untuk terbuka. Kejujuran itu menular dan melahirkan kebaikan di lingkungannya, termasuk pemahaman dan toleransi. Keterbukaan ini akan membuat tempat kerja terasa lebih efektif dan jauh lebih menyenangkan.

[Baca juga: Pentingnya Mengenal Anggota Tim Lebih Jauh]

Orang takut menjadi diri sendiri karena takut dinilai salah. Terkait dengan rasa salah ini, kepemimpinan dapat bertindak sebagai contoh. Pemimpin yang bijak dan jujur mau mengakui saat mereka melakukan kesalahan. Mereka akan meminta maaf dan mencoba memperbaiki situasi yang diricuhkan. Mereka tahu bahwa setiap orang membuat kesalahan dan pelajaran itu berharga. Ketika para pemimpin mengakui kesalahan mereka, itu memberi contoh yang baik bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Ini Alasan Kenapa Usaha Pengembangan Diri Anda Gagal

 “If you work hard on your job you can make a living, but if you work on yourself you can make a fortune.” — Jim Rohn, Entrepreneur dan Business Philosopher kenamaan Amerika Serikat.

Qoute ini mengingatkan kepada kicauan seorang dosen filsafat yang kurang lebih begini, “Filsafat bukan ilmu untuk memikirkan kehidupan, namun ilmu untuk menghidupkan pikiran.”

Saya berpikir bahwa filsafat bisnis juga bukan ilmu untuk memikirkan bisnis, melainkan ilmu untuk menghidupkan bisnis.

Entrepreneur, pada tahapan tertentu, paham sekali bahwa kalimat Rohn bukan sekadar pepesan kosong. Cara untuk meningkatkan karier, bisnis, hingga kualitas hidup Anda terletak kepada waktu yang disisihkan untuk mengembangkan diri.

Seperti sifat investasi lainnya, ia tidak seperti menggigit cabe rawit yang langsung terasa pedasnya. Tetapi lebih kepada dampak berkesinambungan di masa depan. Anda merasa dengan kesibukan dan rutinitas yang padat pengembangan diri bukanlah prioritas.

Tak heran jika hingga detik ini, secara pribadi Anda belum berkembang. Kenali beberapa penyebab gagalnya upaya pengembangan diri di bawah ini, dan buang jauh-jauh dari kehidupan Anda.

Tidak ingin belajar menjadi pendengar yang efektif

Mendengarkan adalah sebuah keterampilan penting untuk orang yang ingin mengembangkan kemampuan pribadi. Banyak orang berhenti menjadi pendengar yang baik, dan hanya mau mendengar hal-hal sebatas isu-isu yang mereka anggap penting. Keterampilan mendengarkan yang baik, mencakup kemampuan untuk mendengarkan masalah apa pun dan mencoba berempati.

Tidak bersikap terbuka terhadap  ide-ide orang lain

Tidak sedikit orang yang otomatis punya tanggapan awal negatif untuk saran atau ide baru, apalagi jika itu datang dari rekan di posisi lebih rendah atau setingkat. Atau dari orang yang Anda anggap tidak atau kurang berpengalaman dibandingkan Anda.

Orang-orang ini mungkin percaya ide-ide mereka sendiri lebih baik, atau mungkin tersinggung mendapat kenyataan bahwa rekan sekerja begitu sombongnya untuk menawarkan umpan balik. Apapun dasarnya, bereaksi negatif terhadap umpan balik sangat membatasi proses pengembangan diri.

Tidak jujur ​​terhadap diri sendiri

Ketika Anda terbuka, orang juga akan lebih terbuka dalam memberikan umpan balik. Maka, Anda biasanya lebih rentan untuk menghadapi fakta tidak menyenangkan tentang diri sendiri. Tetapi meski menyebalkan, hal ini sangat penting jika Anda ingin berkembang.

Ketika orang tidak benar-benar jujur, mereka cenderung tidak jujur ​​dengan diri sendiri juga. Menipu diri sendiri adalah proses menyangkal atau merasionalisasi fakta yang sulit diterima. Pengembangan diri hanya terjadi ketika orang bisa menghadapi kenyataan bahwa mereka membutuhkan keterampilan atau pengetahuan baru.

Tidak menyediakan waktu untu membantu mengembangkan orang lain

Pengembangan diri itu menular. Ketika pemimpin menyisihkan waktu untuk kegiatan pengembangan diri, artinya ia mengirimkan sinyal kuat bahwa mereka percaya kepada praktik mengembangkan orang lain juga.

Tidak mengambil inisiatif

Memperoleh pengetahuan baru, belajar keterampilan baru, atau mengubah kebiasaan membutuhkan inisiatif. Inisiatif berarti memperluas diri melampaui yang diharapkan atau ditentukan berdasarkan peran Anda. Sering, kita mengasumsikan bahwa bakat besar berasal dari keberuntungan atau kemampuan bawaan. Sebenarnya bakat besar merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar dan praktik.

Dalam pekerjaan sehari-hari, kesibukan yang tinggi kerap menyeret kita semua ke dalam mode reaktif. Harus berurusan dengan ratusan email, ekspektasi, persaingan yang makin ketat, masalah yang datang  tak terduga, membuat Anda terjebak dalam pekerjaan tanpa sempat meluangkan waktu untuk pengembangan diri.

Namun, sebenarnya bisa saja perusahaan atau organisasi akan setuju dan memfasilitasi jika Anda bilang ingin menyisakan sepotong kecil waktu dan energi untuk pengembangan pribadi. Meningkatkan diri berarti meningkatkan organisasi tempat Anda bekerja dan pada akhirnya akan membuat hidup Anda lebih baik juga.