Slack Hadirkan Integrasi Office 365

Internet tidak kekurangan stok layanan penunjang produktivitas. Sayangnya pilihan kita seringkali terbatasi oleh tim atau perusahaan tempat kita bekerja, sehingga terkadang yang menjadi pilihan bukanlah yang paling ideal.

Contoh paling gampangnya adalah, kalau tim Anda berlangganan Office 365, maka akan lebih ideal menggunakan Microsoft Teams ketimbang Slack sebagai wadah komunikasinya. Namun prakteknya tidak semudah itu mengingat Microsoft Teams baru berumur kurang dari tiga tahun, sedangkan tim Anda sudah menggunakan Slack sejak empat tahun silam.

Beruntung Slack selalu membuka pintu integrasi demi mengakali skenario yang kurang ideal seperti di atas. Mereka baru saja merilis integrasi Office 365 yang mencakup sejumlah aplikasi atau extension.

Outlook Calendar for Slack

Yang pertama dan yang paling menarik adalah integrasi Outlook Calendar. Fungsinya ada banyak, dari yang sederhana seperti merespon calendar invite langsung dari Slack, sampai yang melibatkan layanan lain seperti Skype.

Ya, jadi semisal di kalender Anda tertera jadwal meeting via Skype, Slack dapat langsung menampilkan reminder-nya. Bukan hanya itu, reminder-nya pun juga datang bersama link menuju sesi panggilan videonya. Lalu selama rapat berlangsung, status Slack Anda juga akan berganti secara otomatis menjadi “In a meeting” berdasarkan agenda di kalender.

Extension yang kedua adalah plugin Slack untuk Outlook. Fungsinya sederhana saja, yakni untuk memudahkan Anda mengirim email ke suatu percakapan Slack agar dapat didiskusikan lebih lanjut bersama tim. Bukan cuma di desktop, ini juga berlaku di perangkat mobile.

OneDrive for Slack

Berikutnya ada integrasi OneDrive, yang berarti sekarang pengguna OneDrive dapat saling bertukar file di Slack tanpa meninggalkan aplikasi atau malah melibatkan percakapan email. Ingat, tujuan utama Slack adalah untuk meminimalkan penggunaan email.

Terakhir, ada extension yang memungkinkan pengguna untuk melihat preview dari file Office langsung di dalam percakapan Slack, entah itu slide PowerPoint, worksheet Excel atau dokumen Word, tanpa perlu mengunduhnya terlebih dulu.

Sumber: Slack.

Makin Mendominasi, Slack Akuisisi HipChat dan Stride dari Atlassian

Belum lama ini, Microsoft secara resmi meluncurkan versi gratis dari Microsoft Teams dengan harapan sejatinya untuk ‘menculik’ sejumlah pengguna Slack yang belum berlangganan, sekaligus konsumen yang belum terjerumus dalam satu layanan business chat tertentu. Slack yang memang memimpin di kategori ini rupanya tidak mau tinggal diam.

Berdasarkan laporan Bloomberg, Slack sudah memutuskan rencana untuk membeli HipChat dan Stride, dua layanan serupa garapan Atlassian Corp. HipChat, bagi yang tidak tahu, bisa dianggap sebagai nenek moyang Slack, sedangkan Stride yang dirilis tahun lalu merupakan reinkarnasi modern dari HipChat – yang terbukti kalah saing dengan Slack.

Tampilan aplikasi Stride / Atlassian
Tampilan aplikasi Stride / Atlassian

Nominal transaksinya tidak disebutkan, tapi yang pasti Slack bakal menyelesaikan pembayarannya dalam jangka waktu tiga tahun, dan semua pengguna HipChat dan Stride bakal dibantu untuk bermigrasi ke Slack. Di samping itu, Atlassian juga bakal memperoleh porsi saham kecil di Slack.

Alasan di balik penjualan aset ini adalah, meski HipChat sudah bereinkarnasi menjadi Stride, layanan tersebut masih saja belum bisa menggaet konsumen yang cukup. Jika dibandingkan dengan dua produk lain Atlassian, yaitu Jira dan Trello, Stride jauh dari kata menguntungkan. Alhasil, ide untuk menjualnya pun muncul.

Atlassian + Slack

Ketertarikan Slack untuk ‘mencaplok’ kompetitornya bukanlah kebetulan, dan juga bukan atas dasar permusuhan. Baik Slack dan Atlassian sebenarnya sudah lama saling berbagi konsumen; ratusan ribu tim yang menggunakan Jira dan Trello juga merupakan konsumen Slack.

Dengan menjual dua aset yang kurang bisa berkembang itu ke Slack, Atlassian pun jadi bisa berfokus ke segmen yang dikuasainya, contohnya Jira dan Trello itu tadi di kategori software manajemen proyek. Slack di sisi lain juga bisa mengembangkan integrasi yang lebih erat dengan kedua layanan tersebut, sekaligus mengadopsi fitur-fitur milik Stride kalau dirasa perlu.

Sumber: Bloomberg dan Slack.

Google Hangouts Chat, Aplikasi Komunikasi Tim Penantang Slack

Aplikasi komunikasi tim Slack tidak kekurangan jumlah rival, bahkan dari nama-nama besar seperti Facebook Workplace, WeChat Enterprise, atau Microsoft Teams. Kini Google pun ikut bergabung dengan meluncurkan Hangouts Chat dan berharap bisa mencuri loyalis Slack.

Hangouts Chat adalah chat-based workspace atau alat komunikasi tim cerdas yang bisa dinikmati oleh pelanggan G Suite. Aplikasi ini pertama kali diluncurkan tepat setahun yang lalu sebagai bagian dari Early Adopter Program dan kini Google menjadikan Hangouts Chat sebagai fitur inti dari G Suite-nya.

google-hangouts-chat-2 google-hangouts-chat-1

Serupa dengan Slack dan aplikasi pesan instan untuk tim lainnya, Hangouts Chat memungkinkan kita membuat group chat atau room yang dapat menampung hingga 8.000 anggota. Layanan seperti Docs, Sheets, Slides, Vault, dan Hangouts Meet pun telah terintegrasi ke dalam Hangouts Chat.

Aplikasi yang ditujukan untuk perusahaan maupun organisasi dengan skala apapun itu tersedia dalam 28 bahasa untuk memudahkan komunikasi antar tim tanpa dibatasi jarak.

Google tidak lupa menyertakan dukungan kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat proses kerja manual seperti memesan ruang konferensi, mencari file, dan lainnya. Untuk meningkatkan produktivitas, Hangouts Chat juga mendukung bot, ada 25 bot saat ini termasuk Xero, Freshdesk, Kayak, Trello, Zenefits, dan lainnya.

Hangouts Chat telah tersedia untuk platform Android, iOS, Windows, dan Mac. Jika Anda pengguna laptop berbasis Chrome OS, Anda masih bisa menggunakan aplikasi web Hangouts Chat atau menggunakan aplikasi Android untuk laptop Chromebook yang telah memiliki akses ke Google Play Store.

Application Information Will Show Up Here

Sumber: Android Central

Paste Adalah Aplikasi Pembuat Presentasi yang Amat Praktis dari Pengembang Paper

Dirilis di tahun 2012, Paper merupakan salah satu aplikasi menggambar terbaik untuk iPad. Namun dua tahun yang lalu, FiftyThree selaku pengembangnya memutuskan untuk merombak konsep dan fungsi Paper menjadi lebih dari sekadar aplikasi menggambar, tapi juga untuk brainstorming.

Dari situ otomatis pengguna banyak memanfaatkannya sebagai alat bantu untuk mempersiapkan presentasi, dan hal ini menginspirasi FiftyThree untuk menggarap aplikasi baru yang benar-benar ditujukan untuk itu, lengkap dengan bumbu kolaborasi via integrasi Slack.

Paste by FiftyThree

Namanya Paste, dan fungsinya adalah membuat apa saja – foto, video, tautan, dokumen, infografis, dan lain sebagainya – yang Anda cantumkan menjadi manis di mata. Kepraktisan yang ditawarkan Paste dimaksudkan supaya pengguna hanya perlu berfokus pada konten saja dalam mempersiapkan materi presentasinya, tanpa perlu memusingkan soal font dan layout.

Berkat integrasinya dengan Slack, pengguna bisa dengan mudah meminta input dari rekan-rekan setimnya, baik dalam wujud komentar atau sekadar reaksi ala di Facebook. Semua yang dikerjakan di Paste dipastikan selalu tersinkronisasi di cloud, sehingga masing-masing anggota tim tidak perlu khawatir materi yang disimaknya bukanlah revisi yang terbaru.

Paste by FiftyThree

Tanpa harus terkejut, Paste dirancang untuk bisa digunakan bersebelahan dengan Paper. Berkat fitur drag-and-drop iOS 11, pengguna iPad bisa memindahkan coretan-coretannya dari Paper ke Paste dengan mudah dalam tampilan split screen.

Kalau Paper dimaksudkan untuk konsumen individu, Paste lebih ditujukan untuk tim profesional, terutama yang menggunakan Slack sebagai medium komunikasi utamanya. Paste dapat dicoba secara cuma-cuma untuk waktu yang terbatas, setelahnya konsumen akan dikenai biaya berlangganan sebesar $8 per bulan, per user.

Sumber: The Verge dan FiftyThree.

Stride Adalah Penantang Slack dari Pencipta HipChat

Saat membicarakan mengenai aplikasi komunikasi untuk tim, sulit rasanya untuk tidak menyebut nama Slack. Padahal, jauh sebelum Slack, tepatnya di tahun 2010, tim developer bernama Atlassian sebenarnya sudah memulai kategori ini dengan HipChat.

Sekitar tiga tahun kemudian, Slack datang membawa formula dasar HipChat, tapi yang lebih disempurnakan yang akhirnya bisa merebut hati banyak tim profesional di seluruh dunia. Atlassian pun memutuskan sudah waktunya mereka memikirkan bagaimana software komunikasi tim yang ideal untuk tahun 2017 dan seterusnya.

Dari situ lahirlah Stride. Sepintas, tampilannya mungkin kelihatan mirip sekali seperti Slack. Akan tetapi Stride masih menyimpan fitur unik yang diformulasikan dengan mempertimbangkan permasalahan yang banyak pengguna jumpai pada Slack maupun aplikasi lain yang serupa.

Stride

Masalah itu, menurut Atlassian, adalah kesulitan untuk mengikuti semua percakapan yang berlangsung di setiap channel, kesulitan untuk membuat keputusan beserta kelanjutannya, dan kesulitan untuk berpindah dari sebatas chat ke video call guna mengambil keputusan final. Problem-problem seperti ini diyakini Atlassian malah membuat penggunanya jadi kurang produktif.

Salah satu solusinya adalah fitur seperti Actions dan Decisions. Premisnya adalah untuk mengatasi masalah yang muncul ketika Anda baru kembali dari cuti selama beberapa hari, dan Anda tidak tahu apa saja aksi dan keputusan yang diambil selama Anda cuti.

Dengan Stride, Anda cukup membuka sidebar, dan di situ akan tersaji semua aksi dan keputusan yang diambil oleh tim Anda. Klik salah satu, maka Anda akan langsung dibawa ke riwayat percakapan aslinya. Dengan demikian, Anda tidak perlu menelusuri semua riwayat percakapan yang sebagian besar mungkin kurang begitu penting.

Siapapun bebas mengubah pesan apapun dalam percakapan menjadi Action atau Decision. Di samping itu, Stride juga menawarkan Focus Mode yang akan seketika juga menghentikan notifikasi untuk sementara, lalu ketika Anda kembali satu atau dua jam setelahnya, Stride akan menyajikan semua pesan penting, termasuk Action dan Decision yang dibuat selama Anda fokus bekerja tadinya.

Stride

Tidak mengejutkan, Stride juga mengusung integrasi dengan aplikasi dan layanan lain, termasuk tentu saja bikinan Atlassian sendiri seperti Jira atau Trello. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah ketersediaan, dan Stride dipastikan bakal hadir di Android, iOS, Windows, Mac bahkan Linux.

Bagaimana dengan harga? Seperti produk Atlassian lainnya, Stride mengadopsi model freemium. Tanpa biaya sepeserpun, Stride bisa digunakan dengan jumlah anggota tim tak terbatas, mencakup fitur panggilan audio dan video berkelompok, serta membawa dukungan untuk bot sekaligus integrasi aplikasi pihak ketiga.

Batasan versi gratisannya ini hanya dua: kapasitas penyimpanan file cuma 5 GB, dan tim hanya bisa menyimpan riwayat 25.000 pesan terakhir. Untuk menghilangkan kedua batasan itu, tim cuma perlu membayar $3 per anggota tim per bulannya. Kalau tertarik, tim Anda bisa mendaftar untuk mendapatkan early access di situs Stride sekarang juga.

Sumber: TechCrunch dan Atlassian.

Redkix Mirip Slack, Tapi Tersambung Langsung dengan Email

Aplikasi komunikasi tim Slack tidak kekurangan jumlah pesaing, baik dari yang sama-sama masih berwujud startup maupun dari nama-nama besar seperti Facebook atau Microsoft. Namun sebuah startup bernama Redkix melihat ada masalah baru yang muncul mengikuti tren aplikasi komunikasi tim ini.

Masalah tersebut berkaitan dengan tingkat adopsi pengguna. Ketika suatu perusahaan memutuskan untuk mulai menggunakan Slack sebagai medium komunikasi utamanya, pastinya ada sejumlah karyawan yang kesulitan beradaptasi. Buat orang-orang seperti ini, sepertinya sulit untuk bisa move on dari email – padahal salah satu tujuan Slack adalah menjadi pengganti email.

Pada kenyataannya, email masih merupakan medium komunikasi yang lebih universal. Hal ini pun menginspirasi Redkix untuk menciptakan layanan macam Slack, tapi yang terintegrasi dengan email sehingga tidak semua pengguna diwajibkan untuk berkomunikasi lewat interface Redkix sendiri.

Redkix

Secara tampilan Redkix memang sangat mirip dengan Slack, lengkap dengan deretan channel terpisah. Yang berbeda adalah bagaimana suatu anggota tim bisa membaca isi suatu channel sekaligus memberikan balasan lewat email. Dengan kata lain, mereka sama sekali tidak perlu menggunakan Redkix untuk bisa tergabung dalam komunikasi tim.

Kemudahan ini memungkinkan pengguna Redkix untuk membuat channel khusus untuk berkomunikasi dengan pihak luar. Singkat cerita, siapapun yang tidak menggunakan Redkix masih bisa ikut berpartisipasi lewat email.

Sebagai bonus, aplikasi Redkix yang tersedia di Windows, macOS, iOS dan Android rupanya juga bisa digunakan sebagai email client. Tim yang tertarik sekarang sudah bisa mencoba Redkix yang baru saja masuk tahap open beta.

Sumber: VentureBeat.

Anda Sekarang Bisa Menetapkan Status Anda Sendiri di Slack

Ada banyak alasan mengapa Slack dipercaya menjadi medium komunikasi andalan berbagai tim dan perusahaan di seluruh dunia, termasuk kami di DailySocial. Salah satunya adalah, tim pengembangnya cukup rajin menghadirkan fitur baru. Yang paling gres adalah fitur untuk menetapkan pesan custom sebagai status.

Selama ini, status pengguna di Slack hanya ada tiga: “active”, “away” atau “offline”. Active dan offline ini sudah jelas sekali maksudnya, tapi khusus untuk away, terkadang kita bertanya-tanya sedang apa seseorang yang sedang dicari-cari satu tim itu dan sampai kapan kira-kira ia bakal mengabaikan chat teman-teman satu timnya.

Usut punya usut, ia ternyata sedang berkunjung ke dokter gigi sesuai janji yang sudah dibuatnya. Kini Slack memberikan opsi untuk menampilkan informasi tersebut kepada seluruh anggota tim lewat custom status.

Anda bisa memasang status dari aplikasi Slack versi desktop, mobile maupun web. Di komputer, cukup klik nama Anda di ujung kiri atas dan pilih opsi “Set a status”, atau lewat menu berlambang “…” pada perangkat Android atau iOS.

Aplikasi atau layanan pihak ketiga seperti Zenefits dapat membuatkan status secara otomatis buat Anda / Slack
Aplikasi atau layanan pihak ketiga seperti Zenefits dapat membuatkan status secara otomatis buat Anda / Slack

Slack telah menyiapkan lima status yang paling umum digunakan, tapi Anda juga bisa membuatnya sendiri. Status di Slack bisa sampai 100 karakter, lalu Anda bisa menambahkan emoji guna mewakili pesan Anda tersebut.

Emoji inilah yang akan muncul di sebelah nama Anda, dan pengguna lain tinggal mengarahkan kursor mouse untuk melihat status utuhnya. Contoh yang paling gampang, emoji pesawat untuk menggambarkan status “on an airplane, no connection”.

Menariknya, aplikasi maupun layanan pihak ketiga juga dapat memanfaatkan fitur custom status. Layanan seperti Zenefits misalnya, dapat membuatkan status di Slack secara otomatis ketika Anda mencantumkan informasi cuti pada layanan itu.

Sumber: Slack.

Slack Kini Dibekali Fitur Panggilan Video

Bulan Juni kemarin, Slack secara resmi menghadirkan fitur panggilan suara untuk semua pengguna. Maka dari itu, wajar apabila panggilan video menjadi incaran selanjutnya, sehingga pada akhirnya pengguna Slack pun benar-benar tidak perlu mengandalkan aplikasi atau layanan lain untuk berkomunikasi dengan rekan kerjanya secara lebih efektif.

Hari ini, Slack pun meresmikan fitur panggilan video. Fitur ini bisa diakses langsung lewat browser, atau via versi terbaru aplikasi Slack di Windows maupun Mac. Aplikasi Android dan iOS-nya belum kebagian jatah; pengguna tetap bisa bergabung dalam percakapan video, hanya saja mereka cuma bisa menerima dan mengirimkan audio.

Untuk memulai panggilan video, caranya sama persis seperti fitur panggilan suara, yakni dengan mengklik icon bergambar telepon di bagian atas. Setelahnya, tinggal klik icon kamera di tengah untuk memulai percakapan video. Tidak perlu lagi membagikan link seperti ketika menggunakan Skype atau Google Hangouts.

Semua pengguna dapat menikmati fitur panggilan video satu lawan satu. Namun bagi tim yang membayar tarif berlangganan, mereka bisa menikmati panggilan video berkelompok hingga total 15 orang.

Fitur respon emoji turut tersedia dalam percakapan video Slack, berguna saat hendak menyampaikan pertanyaan maupun persetujuan terhadap yang sedang dibicarakan. Saat diaktifkan, emoji akan ditampilkan di atas video Anda dan akan terdengar suara notifikasi.

Sumber: Slack Blog.

Microsoft Teams Adalah Rival Slack yang Terintegrasi dengan Layanan Office 365

Sebagai aplikasi yang sangat populer dalam lingkup dunia kerja, Slack terus mendapat gempuran dari penantang baru yang datang dari nama-nama besar industri teknologi. Sebut saja Facebook dengan Workplace, WeChat dengan WeChat Enterprise, dan kini Microsoft dengan Microsoft Teams.

Microsoft mendeskripsikan Teams sebagai “chat-based workspace“. Teams bisa dinikmati oleh pelanggan Office 365 Business dan Enterprise, menjadi sentra kolaborasi terpadu yang menghubungkan informasi dari satu aplikasi ke yang lain.

Word, PowerPoint, Excel, OneNote, semuanya terintegrasi ke dalam Teams. Pengguna bisa saling berbagi dokumen, atau langsung mengerjakannya bersama-sama secara real-time. Integrasi dengan layanan pihak ketiga juga merupakan kunci utama kalau mau bersaing dengan Slack dan Workplace, dan di sini Microsoft sudah mengajak setidaknya 150 developer, termasuk nama-nama populer seperti Twitter, GitHub, Hootsuite, Zendesk atau Asana.

Microsoft Teams juga mendukung tampilan threaded conversation seperti di email / Microsoft
Microsoft Teams juga mendukung tampilan threaded conversation seperti di email / Microsoft

Microsoft tidak lupa menyertakan sejumlah bot guna memaksimalkan produktivitas pengguna. Aspek fun juga tak boleh dilupakan begitu saja, karena itu komunikasi dalam Microsoft Teams bisa disisipi emoji, GIF atau bahkan custom meme. Ketika sudah waktunya untuk berdiskusi secara serius, tinggal manfaatkan layanan Skype yang sudah terintegrasi.

Fitur keamanan juga diperhatikan, seperti misalnya enkripsi data secara menyeluruh. Selain lewat web, Teams juga tersedia dalam aplikasi Windows, Mac, Android dan iOS.

Saat ini Microsoft Teams sudah tersedia meski masih berstatus preview. Kira-kira awal 2017 versi finalnya akan tersedia untuk perusahaan yang berlangganan Office 365 Business dan Enterprise.

Sumber: Office Blog.

Integrasi Aplikasi Pihak Ketiga dalam Slack Makin Matang Berkat Fitur Message Buttons

Slack kian membuktikan gelarnya sebagai aplikasi pesan instan terbaik untuk tim. Usai merilis fitur panggilan suara ke semua pengguna, Slack kini semakin mematangkan salah satu fitur andalannya: integrasi dengan lebih dari 500 aplikasi pihak ketiga.

Integrasi aplikasi dalam Slack kini makin sempurna berkat fitur baru bernama Message Buttons. Fitur ini pada dasarnya akan mengubah percakapan dalam Slack menjadi deretan tombol interaktif, memungkinkan pengguna untuk mengakses sejumlah fungsi aplikasi pihak ketiga tanpa perlu membuka tab baru pada browser.

Seperti apa contoh penggunaan fitur ini? Dengan Abacus misalnya, pengguna bisa mengunggah nota pengeluaran untuk di-review dan di-approve oleh manajernya. Tombol “Approve” atau “Deny” ini akan muncul langsung pada percakapan Slack, dan respon yang diberikan otomatis akan tersinkronisasi dengan Abacus sendiri.

Tampilan Message Buttons aplikasi Abacus di dalam percakapan Slack / Slack
Tampilan Message Buttons aplikasi Abacus di dalam percakapan Slack / Slack

Untuk tim yang memakai Trello, tugas atau proyek baru kini bisa langsung ditambahkan dari dalam percakapan Slack. Tanggal jatuh tempo pun bisa ditetapkan tanpa harus membuka situs Trello, dan percakapan di Slack juga bisa dilampirkan ke laman proyeknya. Semuanya cukup dengan mengklik tombol-tombol yang muncul dalam percakapan Slack.

Sejauh ini fitur Message Buttons sudah bisa diterapkan pada selusin aplikasi pihak ketiga, yakni Abacus, Greenhouse, Trello, Current, Kayak, Kip, Kyber, PagerDuty, Qualtrics, Riffsy, Talkdesk dan Talkus. Ke depannya mayoritas developer pasti tertarik untuk mengintegrasikan fitur ini pada aplikasinya masing-masing.

Sumber: Slack Blog.