HalloApp Adalah Aplikasi Chatting dengan Fokus pada Aspek Privasi Ciptaan Dua Eks Karyawan WhatsApp

Tidak lama setelah meninggalkan WhatsApp di tahun 2017, Brian Acton menyuntikkan dana pinjaman sebesar $50 juta ke aplikasi chatting Signal. Sekarang, giliran dua sosok kunci lain yang meninggalkan WhatsApp untuk menciptakan aplikasi pesaing baru. Mereka adalah Neeraj Arora dan Michael Donohue, dan aplikasi barunya dijuluki HalloApp.

HalloApp saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma di iOS maupun Android. Seperti halnya WhatsApp, HalloApp diciptakan untuk memfasilitasi chat antar individu ataupun percakapan grup, dan satu-satunya cara untuk berkomunikasi satu sama lain adalah dengan saling bertukar nomor.

Semua pesan yang dikirim dan diterima juga dipastikan bakal selalu terenkripsi. Yang membedakan HalloApp, kalau berdasarkan penjelasan penciptanya, adalah soal kebijakan privasi. HalloApp memastikan bahwa tidak ada satu pun informasi pribadi pengguna yang mereka simpan di luar nomor telepon. HalloApp juga menjamin bahwa penggunanya tidak akan pernah berjumpa dengan iklan.

Sudah menjadi rahasia umum kalau Brian Acton selaku pencipta WhatsApp memutuskan untuk resign setelah mendengar rencana Facebook untuk memonetisasi WhatsApp dengan iklan. Meski sampai sekarang niat tersebut memang belum pernah dieksekusi, sepertinya ini kerap menjadi dilema bagi mereka yang terlibat dalam pengembangan WhatsApp sejak masa-masa awal eksistensinya.

Baik Neeraj maupun Michael sama-sama bekerja di WhatsApp sebelum dan sesudah akuisisi Facebook. Neeraj menjabat sebagai chief business officer sampai tahun 2018, sedangkan Michael merupakan engineering director WhatsApp selama hampir sembilan tahun sebelum akhirnya ia undur diri di tahun 2019. Keduanya menciptakan HalloApp dengan fokus pada aspek privasi.

Selain untuk chatting, HalloApp juga punya semacam media sosial mini yang dapat diakses melalui tab Home. Di situ pengguna bisa menuliskan status, menggunggah foto atau video, lalu berinteraksi via komentar. HalloApp sengaja tidak menerapkan sistem like atau follow karena menurut mereka metrik-metrik engagement seperti itu tidak relevan dengan tujuannya, yakni menghadirkan wadah komunikasi yang intim.

Secara fitur, HalloApp benar-benar sangat minimal, setidaknya di versi perdananya ini. Bahkan fitur voice atau video call pun tidak ada — atau mungkin masih belum? Tampilannya betul-betul bersih dan rapi, dan semua konten disajikan secara kronologis tanpa campur tangan algoritma penyortir.

Ke depannya, HalloApp berencana menawarkan sejumlah fitur eksklusif yang hanya bisa dinikmati jika pengguna membayar biaya berlangganan (subscription). Persisnya kapan dan seperti apa model subscription-nya sejauh ini masih belum diketahui.

Sumber: The Verge dan HalloApp.

Microsoft Teams Versi Personal Kini Tersedia Secara Resmi untuk Semua Pengguna

Hampir satu tahun setelah meluncurkan versi preview dari Microsoft Teams untuk penggunaan pribadi, Microsoft akhirnya melepas produk tersebut ke publik secara resmi. Kalau sebelumnya cuma tersedia di Android dan iOS saja, Teams untuk kebutuhan personal sekarang juga dapat diakses lewat perangkat desktop, baik menggunakan aplikasinya maupun langsung via browser.

Secara umum, fungsi dan tampilan Teams versi personal ini hampir identik dengan versi yang digunakan dalam konteks bisnis. Jadi seandainya Anda sudah menggunakan Teams dalam pekerjaan sehari-hari, Anda sekarang juga bebas menggunakannya untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman tanpa dipungut biaya satu sen pun. Selain chatting dan video call, Teams versi personal juga bisa dipakai untuk berbagi file, lokasi, kalender, maupun to-do-list.

Juga menarik adalah fitur untuk mengubah pesan teks menjadi sebuah task, semisal untuk dicantumkan ke daftar belanja, yang sendirinya dapat diakses oleh semua orang yang tergabung dalam grup. Polling juga merupakan bentuk interaksi yang cukup unik yang ditawarkan oleh Teams dengan tujuan untuk memudahkan perencanaan sebuah group event, semisal pesta ulang tahun atau agenda liburan.

Satu hal yang menjadi daya tarik tersendiri dari Microsoft Teams selama pandemi adalah video call gratis selama 24 jam untuk 300 orang sekaligus. Fitur ini pertama hadir di bulan November 2020, tapi Microsoft memutuskan untuk terus mempertahankannya berhubung pandemi masih belum kunjung usai. Pasca pandemi, Microsoft akan menurunkan batasan durasinya menjadi 60 menit saja untuk 100 orang. Namun khusus untuk panggilan video satu lawan satu, durasi maksimumnya masih akan tetap 24 jam.

Masih seputar panggilan video, Microsoft Teams juga menawarkan mode tampilan yang unik bernama Together Mode. Fitur ini mengandalkan kinerja AI untuk memisahkan masing-masing partisipan dari background, lalu memindahkan mereka menuju ke sebuah lokasi virtual sehingga semuanya seakan-akan terlihat sedang berkumpul bersama. Belum lama ini, Zoom juga merilis fitur serupa yang mereka juluki Immersive View.

Buat yang tertarik mencoba Microsoft Teams, Anda bisa langsung mengunduh aplikasinya di perangkat Android, iOS, desktop, atau langsung membuka web app-nya di browser.

Sumber: The Verge dan Microsoft.

Discord Resmi Tinggalkan Image-nya Sebagai Platform Komunikasi untuk Gamer

Mengawali kiprahnya sebagai alternatif aplikasi VoIP yang ideal untuk dipakai selagi bermain game, Discord telah berevolusi menjadi media sosialnya para gamer. Asosiasi Discord dengan gaming juga sangat kuat karena pengembangnya sendiri memulai kariernya sebagai game developer.

Discord juga kerap dianggap sebagai Slack-nya dunia gaming. Namun belakangan penggunaan Discord di luar konteks gaming juga kian meningkat, utamanya sejak pandemi COVID-19 melanda. Di Perancis misalnya, Discord dipilih menjadi medium utama untuk melangsungkan kegiatan belajar-mengajar dari rumah setelah platform yang disiapkan oleh pemerintah setempat gagal memenuhi kebutuhan.

Alhasil menyebut Discord sebagai platform komunikasi untuk komunitas gaming di titik ini terkesan sudah tidak relevan. Discord terbukti banyak digunakan di luar lingkup gaming. Kalau institusi pendidikan di Perancis saja bisa menggunakannya untuk distance learning, tentunya Discord juga dapat dipakai oleh klub buku, komunitas penggemar bonsai, maupun kelompok-kelompok sosial lainnya.

Discord sendiri menyadari akan hal itu, dan setelah mendengar banyak masukan dari komunitas penggunanya, mereka memutuskan untuk mengambil tindakan. Berbekal pendanaan baru senilai $100 juta, salah satu agenda terdekat Discord adalah ‘melunturkan’ image gaming yang melekat padanya. Kalau Anda membuka situs Discord sekarang, Anda akan disambut oleh tampilan baru yang tidak se-gaming dulu, plus slogan anyar “Your place to talk”.

Sejumlah lelucon yang ditanamkan ke aplikasi Discord juga sudah diubah agar tidak terlalu menjurus ke arah gaming dan mudah dipahami oleh semua penggunanya. Agenda lainnya adalah meningkatkan kapasitas fitur voice chat dan video chat-nya hingga 200%. Ini penting mengingat pertumbuhan pengguna Discord terbilang luar biasa meski umurnya baru lima tahun.

Catatan internal Discord menunjukkan bahwa mereka sekarang punya lebih dari 100 juta pengguna aktif setiap bulannya. Dalam sehari, total durasi percakapan yang dihabiskan pengguna Discord mencapai 4 miliar menit, dan itu semua tersebar pada 6,7 juta server yang aktif.

Jadi ketimbang menganggap Discord sebagai Slack-nya para gamer, sekarang mungkin akan terasa lebih tepat jika kita menyebutnya Slack untuk percakapan sehari-hari. Berhubung lingkup penggunanya kini sudah meluas (secara resmi), Discord turut memastikan bahwa kebijakan privasi maupun informasi lain yang berkaitan dengan keamanan penggunanya dapat diakses dengan mudah melalui laman Safety Center.

Sumber: TechCrunch dan Discord.

Microsoft Teams untuk Kebutuhan Personal Kini Sudah Bisa Dinikmati via Aplikasi Android dan iOS-nya

Maret lalu, Microsoft secara resmi mengumumkan pergantian nama layanan subscription Office 365 menjadi Microsoft 365. Bersamaan dengan itu, mereka juga mengumumkan ketersediaan paket Personal dan Family pada Microsoft 365; yang tadinya cuma untuk lingkup pekerjaan kini sudah berevolusi menjadi layanan untuk konteks kehidupan sehari-hari.

Arahan baru tersebut juga berdampak langsung pada produk-produk spesifik yang menjadi bagian dari Microsoft 365, Microsoft Teams salah satunya. Awalnya dibuat untuk menyaingi Slack, Teams kini juga dioptimalkan untuk kebutuhan pribadi maupun keluarga, dan versi preview-nya sudah bisa dinikmati sekarang juga di Android maupun iOS.

Microsoft tidak bermaksud menjadikan Teams sebagai alternatif dari WhatsApp, Facebook Messenger maupun aplikasi-aplikasi chatting populer lainnya. Teams hadir untuk memenuhi kebutuhan niche di mana kita perlu mengoordinasikan banyak hal dalam suatu kelompok, komunitas, atau bahkan keluarga.

Bayangkan Anda seorang koordinator klub buku dan Anda perlu mengatur jadwal berkumpul (baik secara fisik maupun virtual) dengan semua anggota. Ketimbang mengandalkan percakapan via grup WhatsApp, prosesnya bakal lebih mudah dijalankan di Microsoft Teams berkat integrasi fitur-fitur macam shared list, shared document, shared calendar maupun location sharing.

Jadi kalau cuma sebatas bertukar pesan, WhatsApp maupun aplikasi chatting lainnya bisa dibilang tidak tergantikan. Namun kalau untuk mendiskusikan aktivitas grup, termasuk yang sesederhana merencanakan pesta ulang tahun seorang anggota keluarga, ada Microsoft Teams yang siap membantu.

Microsoft Teams for personal use

Teams untuk keperluan personal ini tidak hadir dalam bentuk aplikasi yang terpisah. Aplikasinya sama persis seperti Microsoft Teams buat bekerja, hanya saja sekarang pengguna dapat menambahkan akun Microsoft pribadinya. Nyaris semua fitur yang ada di Teams sebelumnya juga dibawa ke versi personalnya ini, termasuk halnya fitur Dashboard yang akan menampilkan koleksi semua foto, video, lokasi, kalender, reminder yang pernah dibagikan masing-masing anggota grup.

Juga sangat berguna adalah fitur Safe, yang dapat dipakai untuk menyimpan informasi-informasi penting macam password Wi-Fi atau akun layanan streaming sehingga dapat diakses dengan mudahj oleh semua anggota keluarga yang tergabung dalam grup.

Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apa artinya ini buat Skype? Seperti yang kita tahu, Skype sekarang bukan sekadar aplikasi video call saja, melainkan juga telah menjadi aplikasi komunikasi yang komplet untuk kebutuhan sehari-hari. Teams di sisi lain juga punya fitur video call, dan kemunculan versi personalnya ini terkesan seperti kanibalisasi produk.

Namun terlepas dari sejauh apa perkembangan Skype, publik masih mengenalnya sebagai aplikasi video call, sebagai aplikasi yang dibuka hanya untuk satu keperluan tertentu saja. Microsoft menyadari akan hal itu, dan skenario penggunaan yang spesifik itu justru mereka jadikan alasan untuk terus mempertahankan Skype dan memberi dukungan penuh terhadapnya.

Sama seperti bagaimana Teams tidak bermaksud menggantikan WhatsApp, ia juga tidak dibuat untuk merebut target pasar Skype. Kalau saya sekadar ingin video call dan berbincang santai dengan sepupu-sepupu saya, mungkin reflek saya akan langsung membuka Skype ketimbang Teams. Kendati demikian, bukan tidak mungkin kalau ke depannya Skype bakal dilebur ke Teams.

Sumber: The Verge dan Microsoft.

Slack Hadirkan Tampilan Baru yang Lebih Mudah Digunakan

Saya akui Slack bukanlah aplikasi yang paling mudah digunakan. Tidak jarang saya mengirim pesan ke channel yang salah, padahal saya sudah menggunakan aplikasi ini selama lima tahun. Lalu bagaimana nasib pengguna baru yang belakangan dihimbau untuk bekerja dari rumah?

Kabar baiknya, Slack sudah menyiapkan desain baru yang lebih simpel sehingga lebih mudah digunakan. Buat yang sering salah kirim seperti saya, Slack sekarang sudah punya solusinya, yakni tombol compose di sebelah kiri atas.

Slack new design

Jadi ketimbang harus mencari channel-nya terlebih dulu, kita sekarang bisa mengklik tombol tersebut dan langsung menuliskan pesan, baru setelahnya memilih channel yang dituju. Pesan yang belum terkirim juga akan otomatis disimpan sebagai draft.

Tampilan baru ini juga menghadirkan fitur shortcut. Shortcut dapat diakses melalui tombol berlambang petir pada kotak untuk mengirim pesan di bagian bawah. Klik tombol itu, maka kita dapat mengakses beragam fungsi dengan cepat; semisal membuat reminder, memulai sesi video call, dan lain sebagainya, termasuk yang melibatkan aplikasi dan layanan pihak ketiga yang sudah diintegrasikan.

Selebihnya, perubahan banyak diterapkan ke porsi sidebar di sisi kiri. Channel, direct message, maupun aplikasi sekarang bisa dikelompokkan ke segmen yang collapsible dengan memanfaatkan mekanisme drag-and-drop. Sayangnya fitur ini cuma tersedia untuk tim yang berlangganan versi berbayar Slack.

Tampilan baru Slack ini sudah mulai tersedia di aplikasi versi Windows maupun macOS-nya. Pun demikian, yang kebagian jatah lebih dulu adalah para pengguna baru yang belakangan ini terpaksa harus menggunakan Slack selagi mereka dihimbau untuk bekerja dari rumah. Sisanya baru akan menerima update-nya dalam beberapa minggu ke depan.

Sumber: The Verge dan Slack.

Dark Mode Kini Tersedia di WhatsApp

Setelah sekian lama ditunggu, WhatsApp akhirnya kedatangan fitur Dark Mode. Oke, artikel ini sebenarnya sudah bisa saya akhiri di sini, tapi izinkan saya membahas sedikit soal betapa pentingnya fitur ini.

Tampilan serba gelap mungkin terdengar sepele, namun saya kira kita semua pernah merasakan betapa menyebalkannya tampilan serba putih yang amat menyilaukan di ruangan yang gelap. Tidak melulu di kamar dan sesaat sebelum tidur, tapi juga menyangkut skenario lain seperti ketika sedang menonton di bioskop.

Dark Mode pada dasarnya dirancang supaya kita tidak dicap menyebalkan oleh pengunjung bioskop lain yang merasa terganggu dengan pancaran cahaya dari ponsel kita. Ya, kita memang tidak semestinya menggunakan smartphone selagi menonton di bioskop, tapi tentunya ada saat di mana suatu notifikasi begitu penting dan harus dibuka seketika itu juga, semisal pesan dari HRD bahwa pengajuan reimbursement akhirnya telah disetujui.

Tentunya masih banyak skenario lain yang bisa dicontohkan, dan video kocak di atas berhasil menggambarkannya dengan baik. Namun yang lebih penting adalah, Dark Mode sekarang sudah bisa kita aktifkan di WhatsApp versi Android maupun iOS.

Di Android 10 dan iOS 13, aktivasinya mengikuti pengaturan sistem secara menyeluruh, sedangkan di Android 9 atau versi bawahnya, aktivasinya bisa melalui WhatsApp Settings > Chats > Theme > lalu pilih opsi “Dark”. Tentu saja kita perlu mengunduh update terbaru WhatsApp terlebih dulu, yang dijadwalkan meluncur dalam beberapa hari ke depan.

Sumber: WhatsApp.

Banyak Fitur Dipangkas, Facebook Messenger Versi Baru Lebih Ringan Sekaligus Lebih Kencang

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, Facebook Messenger versi terbaru akan hadir tanpa fitur Discover. Pemangkasan fitur ini tentu ada alasannya, dan semuanya berakar pada fakta bahwa Messenger terus bertambah kompleks di setiap versinya.

Di sisi lain, Facebook juga punya visi untuk mewujudkan semacam interoperabilitas pada deretan aplikasi messaging-nya (WhatsApp, Messenger, Instagram Direct), dan salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan menyajikan enkripsi end-to-end. Sejauh ini, yang sudah dilengkapi enkripsi baru WhatsApp, sedangkan menerapkan enkripsi pada Messenger dilaporkan butuh waktu bertahun-tahun akibat begitu banyaknya fitur yang diusung.

Singkat cerita, Facebook perlu merombak Messenger dari nol untuk bisa merealisasikan visinya tersebut. Messenger 4 merupakan awal yang bagus dari upaya Facebook untuk memangkas fitur-fitur yang tidak perlu, dan puncaknya adalah hilangnya fitur Discover ini.

Menurut Facebook, Messenger versi baru untuk platform iOS punya performa dua kali lebih cepat daripada sebelumnya, dan ukurannya juga cuma seperempat versi sebelumnya. Kalau versi sebelumnya mengemas lebih dari 1,7 juta baris kode, versi baru ini cuma terbentuk dari 360 ribu kode, dan inilah yang membuatnya jadi lebih ringan sekaligus lebih responsif.

Saya pribadi penasaran dengan nasib Messenger Lite; apakah versi khusus ini masih akan diteruskan pasca perilisan Messenger versi baru yang jauh lebih ringan ini? Namun pertanyaan yang lebih penting mungkin adalah, sejauh apa progress Facebook dalam menghadirkan enkripsi end-to-end pada Messenger dengan adanya versi baru ini? Apakah tetap masih masuk hitungan tahunan?

Sumber: Facebook.

Facebook Messenger Versi Baru Tak Lagi Dilengkapi Fitur Discover

Saya masih ingat zaman brandbrand saling berlomba menghadirkan chatbot untuk Facebook Messenger di tahun 2016. Sekarang, Facebook sendiri malah ingin menyembunyikannya dengan cara menghilangkan fitur Discover pada Messenger.

Discover sendiri diluncurkan pada tahun 2017 sebagai wadah untuk menampung chatbot dari beragam brand. Namun ketika Facebook merilis Messenger versi 4 di bulan Oktober 2018, Discover beralih fungsi menjadi tempat semua fitur ekstra yang dimiliki Messenger, mulai dari chatbot sampai Instant Games, seiring upaya Facebook menyederhanakan aplikasi chatting-nya tersebut.

Dalam waktu dekat, semua ini akan sirna dengan dihapusnya Discover dari Messenger. Well, tidak benar-benar lenyap begitu saja; pengguna masih bisa mengakses chatbot atau Instant Games dengan mencarinya di search bar, atau melalui tautan di web dan iklan di Facebook. Di luar itu, Messenger sekarang tidak lebih dari sebatas aplikasi untuk saling bertukar pesan layaknya WhatsApp.

Facebook Messenger

Ya, Messenger versi terbaru nantinya hanya akan menyisakan dua tab saja: Chats dan People. Facebook juga sadar akan pentingnya fitur Stories bagi sebagian besar pengguna, sehingga mereka memecah tab People menjadi dua bagian, yakni Stories dan Active. Deretan Stories dari teman-teman rupanya lebih penting ketimbang mengetahui siapa saja teman-teman yang sedang online.

Apa yang diterapkan Facebook Messenger ini bertolak belakang dengan WeChat, yang justru terus menyematkan fitur-fitur baru dari waktu ke waktu hingga akhirnya menjadi salah satu aplikasi esensial buat warga Tiongkok. Konsep seperti itu rupanya kurang cocok dengan Messenger yang sebagian besar penggunanya berdomisili di Amerika Serikat.

Sumber: TechCrunch.

Google Resmi Pensiunkan Aplikasi Chatting Allo

Gmail, YouTube dan Google Maps bisa dibilang merupakan produk tersukses Google di luar Search. Kendati demikian, selama bertahun-tahun mereka terkesan tidak pernah beruntung dalam hal mengembangkan aplikasi chatting.

Dahulu ada Google Talk, akan tetapi layanan tersebut resmi dipensiunkan pada bulan Februari 2015, dan digantikan sepenuhnya oleh Hangouts. Hangouts sendiri terbukti kurang begitu populer, akan tetapi Google masih belum mau menyerah; mereka pun memperkenalkan Allo dan Duo pada tahun 2016.

Imbas dari kehadiran Allo dan Duo adalah pergeseran fungsi Hangouts menjadi platform komunikasi tim ala Slack. Namun lagi-lagi Google bernasib kurang beruntung, mereka baru saja mengumumkan bahwa pengembangan Allo resmi dihentikan, dan aplikasinya hanya akan bisa dipakai sampai bulan Maret 2019.

Android Messages / Google
Android Messages / Google

Apakah ini berarti Google sudah betul-betul menyerah mengembangkan aplikasi chatting? Tidak juga. Penutupan Allo hanya berarti mereka telah mengalihkan seluruh upaya dan sumber dayanya ke inisiatif baru bernama RCS (Rich Communications Services), yang sebenarnya sudah mereka gagaskan sejak November 2016.

RCS sederhananya merupakan SMS dan MMS yang sudah naik kelas. Jadi, cukup dengan memakai aplikasi Messages resmi bikinan Google, pengguna dapat menerima dan mengirim SMS biasa, sekaligus menikmati fitur-fitur yang umum ditawarkan aplikasi chatting modern macam kirim-mengirim foto, video, sticker maupun GIF.

Lewat RCS, Google pada dasarnya ingin memperlakukan Messages di Android jadi seperti di iOS, di mana SMS dan chatting dapat disatukan ke dalam satu aplikasi saja. Ke depannya, Google juga berniat menghadirkan fitur-fitur berbasis machine learning ke Messages, seperti integrasi Google Assistant misalnya, yang memang menjadi nilai jual utama Allo sejak pertama diluncurkan.

Google Duo / Google
Google Duo / Google

Allo sudah resmi di-discontinue, akan tetapi tidak demikian untuk Duo. Duo masih akan terus disempurnakan dan beroperasi sebagai aplikasi video call untuk konsumen secara umum. Di mata saya, kombinasi Messages dan Duo di Android ini mirip seperti iMessage dan FaceTime di iOS.

Buat para pengguna setia Allo selama ini, Google menyediakan opsi untuk meng-export seluruh riwayat percakapan yang ada beserta instruksi lengkapnya. Seperti yang saya bilang tadi, batas waktunya sampai Maret 2019.

Sumber: Google.

Facebook Kembali Hadirkan Sejumlah Fitur Baru untuk Messenger Lite

Tidak terasa sudah lewat dua tahun semenjak Facebook merilis Messenger Lite. Selama itu pula Facebook sudah memperkaya fiturnya secara perlahan, termasuk menghadirkan salah satu fitur yang paling krusial, yakni video calling pada bulan Maret lalu.

Baru-baru ini, Facebook kembali merilis update untuk Messenger Lite. Salah satu pembaruan yang paling utama adalah fitur kirim-mengirim GIF. Sebelumnya pengguna Messenger Lite memang sudah bisa menerima pesan dalam bentuk GIF, tapi gambarnya tidak bergerak.

Pada versi terbarunya, Messenger Lite sudah mendukung animated GIF secara penuh. Namun ketimbang harus membebani aplikasi dan membengkakkan ukurannya hingga melebihi 10 MB, Messenger Lite memilih mengandalkan bantuan aplikasi keyboard pihak ketiga macam Gboard untuk mengirim GIF.

Update ini turut mendatangkan fitur untuk mengirim file, bukan sebatas gambar seperti sebelumnya, tapi juga termasuk video maupun file audio. Selanjutnya, ada opsi kustomisasi tampilan chat dengan beragam warna, mirip seperti yang ditawarkan versi terbaru Messenger standar.

Sekali lagi semuanya disajikan tanpa membuat Messenger Lite jadi tambah berat. Ukuran aplikasinya masih di bawah 10 MB ketika diunduh dari Google Play Store, dan ini sangat penting buat target pasarnya yang merupakan pengguna ponsel Android lawas.

Sumber: Facebook.