Microsoft Umumkan Surface Pro 8, Surface Go 3, Surface Laptop Studio, dan Surface Duo 2

Menyambut perilisan Windows 11 yang sudah semakin dekat, Microsoft memperkenalkan sederet perangkat baru dari ekosistem Surface-nya. Sebagian besar adalah suksesor dari perangkat generasi sebelumnya, akan tetapi Microsoft juga memperkenalkan satu perangkat Surface yang benar-benar baru.

Total ada empat perangkat anyar yang Microsoft umumkan: Surface Pro 8, Surface Go 3, Surface Laptop Studio, dan Surface Duo 2. Langsung saja, mari kita bahas satu demi satu.

Surface Pro 8

Sesuai namanya, Surface Pro 8 merupakan penerus dari Surface Pro 7 yang dirilis dua tahun silam. Microsoft mengklaim performanya dua kali lebih kencang berkat penggunaan prosesor Intel generasi ke-11, akan tetapi konsumsi baterainya tetap irit dan bisa mencapai angka 16 jam pemakaian. Sebagai perangkat yang mengantongi sertifikasi Intel Evo, Surface Pro 8 juga dilengkapi sepasang port Thunderbolt 4.

Namun yang bakal terdengar lebih menarik justru adalah perubahan desain dan layarnya. Bezel-nya menipis dan layarnya membesar menjadi 13 inci, tapi ketajaman layarnya sama persis berkat resolusi 2880 x 1920. Yang lebih istimewa, panel layarnya sudah mengadopsi refresh rate 120 Hz.

Layarnya ini juga kompatibel dengan stylus baru bernama Surface Slim Pen 2. Saat sedang tidak digunakan, stylus-nya bisa disimpan dan dicas di dalam ceruk yang terdapat pada aksesori keyboard-nya. Pun demikian, semua aksesorinya ini opsional dan harus dibeli secara terpisah; paket penjualan Surface Pro 8 yang dihargai mulai $1.100 hanya mencakup tablet-nya saja.

Untuk mengakomodasi penggunaan selama pandemi, Microsoft tak lupa membekali Surface Pro 8 dengan kamera depan 5 megapiksel, sepasang mikrofon premium, speaker Dolby Atmos, dan kamera belakang 10 megapiksel yang juga bisa merekam video 4K.

Surface Go 3

Seperti pendahulunya, Surface Go 3 merupakan tablet termurah sekaligus terkecil yang Microsoft tawarkan, dengan banderol mulai $400 dan layar 10,5 inci. Ia tetap kompatibel dengan aksesori keyboard dan stylus, tapi sekali lagi semua itu sayangnya harus konsumen tebus secara terpisah.

Dari segi fisik, Surface Go 3 memang tidak menerima pembaruan apa-apa, akan tetapi jeroannya kini lebih bertenaga. Pada varian termahalnya, Surface Go 3 mengemas prosesor Intel Core i3 generasi ke-10, dan performanya diyakini 60% lebih gegas daripada pendahulunya yang ditenagai prosesor Intel Core m3.

Surface Laptop Studio

Inilah perangkat gres yang saya maksud. Tidak seperti kebanyakan perangkat di lini Surface, Surface Laptop Studio merupakan sebuah laptop tulen yang layarnya tidak bisa dicopot sama sekali. Sebagai gantinya, Microsoft membekalinya dengan engsel layar yang cukup unik.

Jadi saat perangkat dibuka, layarnya bisa ditarik ke arah pengguna sehingga menutupi keyboard, cocok untuk kegiatan-kegiatan seperti streaming video, gaming, atau mempresentasikan sesuatu. Dalam posisi ini, touchpad-nya tetap bisa digunakan seperti biasa.

Lalu dari posisi seperti tenda tadi, layarnya bisa didorong ke bawah hingga nyaris rata dengan keyboard. Posisi ini tentu sangat ideal untuk menggambar menggunakan stylus. Selesai menggambar, stylus-nya bisa ditempelkan secara magnetis ke celah di bagian dasar laptop.

Secara keseluruhan, perangkat ini mengingatkan saya pada Surface Studio, tapi yang wujudnya laptop ketimbang PC AIO.

Melihat skenario-skenario penggunaannya tadi, jelas sekali kalau Microsoft membidik kalangan kreator sebagai target pasar dari perangkat ini. Itulah mengapa spesifikasinya juga sangat mumpuni: prosesor Intel Core generasi ke-11 (Tiger Lake-H35), serta GPU Nvidia GeForce RTX 3050 Ti pada varian tertingginya. Di Amerika Serikat, Surface Laptop Studio dijual dengan harga mulai $1.600.

Surface Duo 2

Surface Duo yang dirilis tahun lalu bisa dibilang hadir di waktu yang kurang tepat; dunia baru saja familier dengan kategori perangkat foldable, dan spesifikasinya juga tergolong tua untuk standar 2020. Tahun ini, Microsoft setidaknya sudah bisa menjawab keluhan terkait spesifikasinya.

Surface Duo 2 ditenagai oleh chipset Qualcomm Snapdragon 888, kemajuan pesat dibanding Snapdragon 855 yang digunakan pendahulunya, dan yang pada akhirnya mendatangkan kapabilitas 5G. Kapasitas RAM-nya naik menjadi 8 GB, sementara storage-nya tersedia dalam opsi 128 GB, 256 GB, dan 512 GB.

Seperti versi pertamanya, Surface Duo 2 mengusung sepasang layar AMOLED yang identik. Masing-masing kini memiliki ukuran yang lebih besar; 5,8 inci, dengan resolusi 1344 x 1892 dan refresh rate 90 Hz (adaptif). Kalau digabung, kedua layarnya memiliki panjang diagonal 8,3 inci. Lalu saat ditutup, porsi kecil layar di bagian engselnya dapat menampilkan informasi seperti notifikasi atau sisa baterai.

Dua layar yang bersebelahan ini jelas sangat ideal untuk menunjang produktivitas, namun Microsoft rupanya juga tidak segan mempromosikan Surface Duo 2 untuk keperluan gaming. Microsoft bilang ada sekitar 150 judul game Android yang telah dioptimalkan untuk Surface Duo 2, sehingga game beserta controller virtualnya bisa ditampilkan secara terpisah di kedua layarnya.

Sektor penting lain yang ikut diperbarui adalah kamera. Kalau versi pertamanya cuma punya satu kamera saja di atas layarnya, Surface Duo 2 punya kamera belakang yang proper. Bukan cuma satu, melainkan tiga sekaligus: kamera utama 12 megapiksel f/1.7 dengan OIS, kamera ultra-wide 16 megapiksel f/2.2, dan kamera telefoto 12 megapiksel f/2.4 dengan OIS. Di saat yang sama, Surface Duo 2 tetap punya kamera selfie 12 megapiksel.

Secara fisik, Surface Duo 2 sedikit lebih tebal dari versi pertamanya; 5,5 mm saat dibuka, 11 mm saat ditutup. Kabar baiknya, kapasitas baterainya naik drastis dari 3.577 mAh menjadi 4.449 mAh. Perangkat ini belum mendukung wireless charging, tapi setidaknya ia sudah punya NFC (yang absen di versi sebelumnya).

Di AS, harga Surface Duo 2 dipatok mulai $1.500, atau $100 lebih mahal daripada pendahulunya.

Sumber: Microsoft.

LG Wing Adalah Smartphone Berlayar Ganda dengan Bentuk yang Sangat Unik

Beberapa tahun terakhir ini LG terkesan seperti terobsesi dengan konsep smartphone berlayar ganda. Bahkan di saat rivalnya sudah bermain-main dengan konsep foldable, LG masih asyik bereksperimen dengan bagaimana sebaiknya menempatkan dua buah layar pada suatu smartphone.

Buah pemikiran terbaru mereka adalah LG Wing. Sepintas tidak ada yang aneh dari bentuk LG Wing. Wajahnya didominasi oleh layar OLED 6,8 inci beresolusi 2460 x 1080 pixel, tanpa poni maupun lubang kamera. Sebagai gantinya, Wing mengadopsi kamera selfie 32 megapixel f/1.9 dengan mekanisme pop-up

Namun saat layarnya disenggol dari samping kanan, layar tersebut akan berputar 90° menjadi orientasi landscape, dan di balik layar tersebut rupanya sudah menanti sebuah layar kedua berukuran 3,9 inci, juga dengan panel OLED dan resolusi 1240 x 1080 pixel. Dalam posisi seperti ini, ponsel akan terlihat seperti huruf T, dan LG sudah membayangkan banyak sekali skenario penggunaan yang ideal untuk Wing dalam posisi ini.

Yang paling gampang tentu saja adalah untuk menonton video dalam format landscape, tapi selagi tetap menggenggam smartphone dengan mantap dalam posisi vertikal. Kalau perlu, layar keduanya juga dapat dipakai untuk membuka aplikasi lain (multitasking) selagi video tetap berjalan di layar utamanya, semisal untuk mengikuti obrolan di Twitter selagi menyaksikan pertandingan klub bola favorit.

Saat dibalik dari atas ke bawah, layar utamanya bisa kita pakai untuk bermain game selagi layar keduanya bertindak sebagai pelengkap, semisal untuk menampilkan minimap tanpa mengganggu tampilan utama game. Putar lagi ke samping, giliran layar utamanya yang dalam posisi portrait, dan di sini pengguna bisa melihat petunjuk navigasi di Google Maps selagi layar keduanya membuka aplikasi video call.

Tentu saja semua ini membutuhkan dukungan dari kalangan developer pihak ketiga agar aplikasi bisa berjalan dengan optimal di format dua layar berbeda orientasi seperti ini. Namun LG masih punya skenario lain yang tak kalah menarik untuk Wing, yakni untuk merekam video. Dalam skenario ini, Wing terkesan seperti smartphone biasa yang didudukkan di atas gimbal.

Wing menyimpan tiga kamera belakang: kamera utama 64 megapixel f/1.8 dengan OIS, kamera ultra-wide 13 megapixel f/1.9, dan satu lagi kamera ultra-wide 12 megapixel f/2.2 yang didedikasikan untuk mengambil gambar dalam mode ala gimbal itu tadi, alias sudah dirotasikan 90° sensornya sehingga semua hasil tangkapannya tetap dalam orientasi landscape.

LG Wing

Meski mengemas dua buah layar, LG Wing dipastikan tidak terasa kelewat bongsor di tangan. Tebalnya berada di kisaran 10,9 mm, sedangkan bobotnya berkisar 260 gram. Tidak berbeda terlalu jauh daripada smartphonesmartphone terbaru yang hanya dilengkapi satu layar saja.

Buat yang khawatir engsel layarnya bakal cepat rusak, LG mengklaim engselnya bisa tetap berfungsi dengan baik meski sudah bekerja sebanyak 200.000 kali. Juga menarik adalah bagaimana Wing tetap memenuhi sertifikasi ketahanan air dan debu IP54 terlepas dari bentuknya yang tidak umum.

Perihal spesifikasi, LG Wing belum bisa dikatakan flagship mengingat chipset yang tertanam adalah Qualcomm Snapdragon 765G, bukan 865. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 8 GB, storage internal 128 GB, dan baterai berkapasitas 4.000 mAh. Baterainya mendukung teknologi pengisian cepat Quick Charge 4.0, serta bisa juga di-charge secara wireless.

Rencananya, LG Wing akan lebih dulu menyambangi kampung halamannya bulan depan sebelum merambah negara-negara lainnya. LG belum mengungkap berapa harganya, namun kalau melihat keunikan yang ditawarkan, tidak mengejutkan seandainya harganya mendekati smartphone flagship.

Sumber: LG.

Microsoft Resmi Luncurkan Surface Duo, Smartphone Berlayar Ganda Seharga $1.400

Masih ingat dengan Surface Duo, smartphone berlayar ganda yang sempat Microsoft pamerkan pada bulan Oktober tahun lalu? Microsoft akhirnya sudah menerima pre-order untuk produk tersebut, dan mereka akan mulai memasarkannya secara luas pada 10 September mendatang, setidaknya di Amerika Serikat.

Surface Duo bukanlah barang murah. Ia dibanderol $1.399, padahal kalau ditilik spesifikasinya, harga tersebut terdengar kelewat mahal. Surface Duo memang mengusung sejumlah komponen flagship, tapi flagship untuk tahun lalu: chipset Qualcomm Snapdragon 855 dan RAM 6 GB, dengan pilihan storage internal UFS 3.0 berkapasitas 128 atau 256 GB.

Namun tidak adil rasanya kalau membahas perangkat ini dari sisi teknis saja, sebab daya tarik utamanya memang terletak pada dua layarnya tersebut. Masing-masing merupakan panel AMOLED 5,6 inci beresolusi 1800 x 1350 pixel (aspect ratio 4:3), lalu ketika perangkat dibuka, keduanya menyatu menjadi panel 8,1 inci beresolusi 2700 x 1800 pixel (3:2).

Meski mengusung sepasang layar, Surface Duo terbilang tipis di angka 9,9 mm (dalam posisi tertutup), dan bobotnya lumayan ringan di angka 250 gram meski masing-masing layarnya dilapisi kaca Gorilla Glass. Yang mungkin terdengar kurang adalah baterainya, yang cuma berkapasitas 3.577 mAh. Smartphone Android lain yang layarnya cuma satu saja punya kapasitas yang lebih besar.

Android? Ya, Surface Duo menjalankan sistem operasi Android 10 yang sudah dimodifikasi oleh Microsoft. Beberapa aplikasi pun sudah dioptimalkan untuk kedua layarnya. Salah satu contohnya adalah Outlook, yang dapat menampilkan daftar inbox di layar sebelah kiri, diikuti oleh isi tiap-tiap email di layar sebelah kanan.

Tentu saja sepasang layar ini juga sangat cocok untuk membuka dua aplikasi sekaligus, semisal aplikasi video call dan aplikasi pembuat catatan, yang pastinya sangat relevan di masa pandemi seperti sekarang. Dalam orientasi portrait maupun landscape, kedua layarnya siap dipakai dalam beragam skenario demi memaksimalkan produktivitas.

Hal ini dimungkinkan berkat engsel 360 derajat yang dimilikinya, yang dapat menahan posisi perangkat di sudut apapun, jadi tidak harus membuka dan menutup saja. Surface Duo bahkan bisa diposisikan seperti tenda di atas meja seandainya pengguna hendak memakainya untuk menonton.

Satu hal yang unik dari Surface Duo adalah, ia cuma mengusung satu kamera 11 megapixel f/2.0 saja. Ini berarti kalau pengguna hendak memakainya untuk memotret objek atau merekam video (hingga 4K 60 fps), layarnya harus dilipat ke luar sehingga sisi yang dilengkapi kamera jadi membelakangi pengguna. Agak merepotkan memang, tapi kita juga harus ingat bahwa tujuan utama perangkat ini diciptakan adalah sebagai alat penunjang produktivitas.

Surface Duo pada dasarnya bisa dilihat sebagai alternatif dari ponsel foldable macam Samsung Galaxy Z Fold2. Saat bekerja menggunakan smartphone, terkadang kita bukannya membutuhkan layar yang berukuran lebih besar, melainkan dua layar yang saling bersinergi layaknya setup PC dengan monitor ganda. Kira-kira begitulah premis yang ditawarkan Surface Duo.

Sumber: Microsoft.

Nubia Z20 Andalkan Sepasang Layar Sebagai Solusi Terhadap Absennya Kamera Depan

Dua tahun terakhir ini bezel layar seakan menjadi musuh terbesar para produsen sekaligus konsumen smartphone. Tren ini pada akhirnya menimbulkan masalah baru: di mana sebaiknya kamera selfie ditempatkan? Di notch? Di atas dengan model pop-up? Atau sekalian saja tanpa kamera selfie sama sekali?

Cara yang terakhir ini nyaris mustahil diterapkan, sebab kita tahu fungsi kamera depan bukan sebatas untuk mengambil selfie saja, melainkan juga untuk video calling. Namun fakta tersebut rupanya tidak mencegah produsen smartphone mencoba menghilangkan kamera depan sepenuhnya demi mewujudkan ponsel tanpa bezel yang sebenarnya.

Produsen yang saya maksud adalah Nubia, yang memulai kiprahnya sebagai sub-brand ZTE di tahun 2012. Mereka baru saja memasarkan Nubia Z20, smartphone flagship dengan layar masif dan tanpa satu pun kamera yang menghadap ke depan. Sebagai gantinya, Nubia justru menambatkan sebuah layar ekstra pada panel belakang Z20.

Nubia Z20

Kenapa harus ada layar kedua tersebut? Supaya pengguna dapat mengambil selfie atau melakukan panggilan video menggunakan kamera belakangnya. Selain itu, layar belakangnya ini juga bisa berfungsi sebagai always-on display, menampilkan sejumlah informasi seperti jam atau notifikasi selagi perangkat Anda tengkurapkan di atas meja.

Saat layar belakangnya mati, punggung Z20 kelihatan seperti ponsel lain yang hanya memiliki layar di sebelah depan. Meski sama-sama menggunakan panel AMOLED, ukuran dan resolusi layar belakangnya ini lebih kecil ketimbang yang di depan; 5,1 inci HD dibanding 6,42 inci full-HD pada layar utamanya.

Seperti yang bisa Anda lihat, layar depannya cuma menyisakan segaris bezel di atas dan bawah, dengan bagian samping kiri dan kanan yang melengkung mengikuti kontur bodi. Tidak ada sensor sidik jari di balik layarnya, Nubia justru mengintegrasikannya dengan tombol power di sebelah kanan.

Nubia Z20

Duduk di atas layar belakangnya adalah trio kamera dengan konfigurasi sebagai berikut: 48 megapixel (Sony IMX586) f/1.7 OIS, ultra-wide (122°) 16 megapixel f/2.2, telephoto (3x optical zoom) 8 megapixel f/2.4. Nubia bilang Z20 mampu merekam video 8K, tapi dalam kecepatan 15 fps saja, sehingga menurut saya hasilnya kurang layak ditonton ketimbang yang direkam dalam resolusi 4K 30 fps.

Urusan spesifikasi, Z20 mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 855 Plus, sama seperti ponsel flagship terkini lainnya. RAM-nya berkapasitas 8 GB, sedangkan storage internalnya 128 GB. Baterainya cukup besar dengan kapasitas 4.000 mAh, lengkap dengan dukungan fast charging 27 W yang diklaim bisa terisi penuh dalam waktu kurang dari 100 menit.

Nubia Z20 saat ini sudah dipasarkan seharga $549. Indonesia rupanya termasuk salah satu negara pertama yang kebagian jatah penjualannya, meski harganya di pasar lokal masih belum diketahui. Pilihan warnanya sendiri ada dua, akan tetapi yang baru tersedia untuk sekarang hanya yang warna hitam.

Sumber: Android Police dan Nubia.

Hisense A2 Pro Jegal YotaPhone, Juga dengan Layar Kedua E-ink

Tiga atau empat tahun lalu, teknologi layar ganda di smartphone masih jauh dari angan-angan. Tapi di tahun 2017, konsep itu bukan lagi sebatas imajinasi tapi sudah berhasil dirangkai menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Dan bila kita bicara soal smartphone berlayar ganda, hampir tak mungkin melupakan nama Yotaphone. Pabrikan asal Rusia itu sukses meracik smartphone dengan layar ganda, di mana salah satunya menggunakan komponen e-ink yang inovatif.

Meizu belakangan mencoba mengejar dengan mengadopsi desain yang sama melalui flagship terbarunya, Pro 7 dan Pro 7 Plus. Tapi ada perbedaan mencolok yang membuatnya tak layak dijadikan rival, Meizu menggunakan layar sekunder berukuran lebih kecil dengan komponen OLED di belakang, bukan panel layar e-ink seperti YotaPhone 2 atau 3.

Tapi sekarang, muncul satu lagi pabrikan Tiongkok yang tak mau kalah dengan YotaPhone. Dia adalah Hisense yang baru saja meluncurkan perangkat smartphone yang diberi nama Hisense A2 Pro. Dari namanya, jelas ini adalah penerus Hisense A2 yang dirilis awal tahun ini.

Hisense A2 Pro_2

Jeroan Hisense A2 Pro dipersenjatai dengan Snapdragon 625, chipset yang sama yang digunakan di Redmi Note 4 dan Moto G5s Plus. Perangkat ini memiliki layar AMHDED FHD 5,5 inci beserta kaca melengkung 2.5D di bagian depan dan layar kedua berupa e-ink berukuran 5.2 inci di bagian belakang. Hisense A2 Pro memiliki penyimpanan internal 64GB dengan RAM 4GB.

59bf24bbN16fbc5f8

Geser ke kamera, perangkat ini mengemas sensor Sony IMX386 12MP di bagian belakang yang harus dipasangkan dengan prosesor yang kuat untuk menghasilkan kualitas gambar sempruna. Sedangkan di depan ada kamera 16MP yang memastikan foto selfies akan diabadikan dengan baik.

Smartphone berbekal baterai 3.090mAh dan sidik jari ini dijadwalkan untuk memulai debut di Tiongkok pada tanggal 26 September waktu setempat. Sayang belum ada informasi berapa harga jualnya untuk saat ini.

Sumber berita JD dan AndroidHeadlines.