Desain 3 Smartwatch Baru Kronaby Juga Sulit Dibedakan dari Jam Tangan Klasik

Penggunaan LCD memungkinkan arloji mengungkap informasi lebih banyak, namun ada keindahan yang membuat sistem analog tak tergantikan. Hal ini dirasakan pula oleh pencipta smartwatch. Meski pemanfaatan touchscreen sangat populer, produk hybrid juga jadi andalan sejumlah produsen. Di antara mereka bahkan mengimplementasikan arahan desain yang super-sederhana.

Tak lama setelah Skagen menyingkap arloji pintar berkonsep dress watch, kali ini giliran watchmaker Swedia Kronaby memperkenalkan koleksi baru ‘jam terkoneksi’ berkonsep minimalis. Produk-produk ini merupakan revisi dari perangkat wearable mereka sebelumnya. Gagasan desainnya Kronaby namai ‘Technology made Human’, memastikan penggunanya tetap terhubung tanpa membuat perhatian mereka jadi mudah terpecah.

Ada tiga model yang memperoleh refresh, yaitu Apex, Sekel, dan Nord. Semua versi ini dibekali kemampuan layaknya jam pintar: menyampaikan notifikasi via alarm ‘sunyi’, menyesuaikan waktu secara otomatis, mengingatkan pengguna untuk bergerak, hingga mempersilakan kita buat mengendalikan kamera serta musik. Dan tentu saja, fungsi ketiga smartwatch Kronaby ini dapat diakses lewat aplikasi mobile.

 

Apex 43mm

Kronaby menjelaskan bahwa Apex 43mm mengadopsi desain speedometer di mobil balap, tertuang lewat rancangan ala chronograph. Watch face barunya dibekali dua sub-dial untuk menampilkan informasi, di antaranya zona waktu sekunder, target olahraga/langkah harian/mingguan, serta tanggal. Case berbahan stainless steel-nya dipadu bersama strap kulit Itali, lalu bagian ‘kristalnya’ memanfaatkan bahan kaca safir. Hebatnya lagi, perangkat berwujud sporty ini bisa tahan air hingga 10-bar atau 100-meter.

Harga: € 595

 

Sekel 41mm

Model ini sempurna untuk Anda yang menginginkan arloji pintar bertema ‘lebih serius’. Sekel 41mm mengusung strap baja anti-karat 316L yang serasi dengan bagian case-nya. Selanjutnya, watch face menyuguhkan dial berlatar belakang biru plus satu sub-dial buat menampilkan zona waktu kedua, dan semua itu dilindungi oleh kaca safir kubah. Ia turut dibekali kapabilitas anti-air serupa Apex 43mm, tersambung via Bluetooth 5.0 LE ke smartphone Anda, serta mengambil tenaga dari baterai koin CR3032 – kabarnya bisa tetap aktif hingga dua tahun.

Harga: € 575

 

Nord 41mm

Nord 41mm mempunyai rancangan yang paling ‘dressy‘ di antara ketiga varian anyar ini, sangat cocok digunakan saat menghadiri acara-acara formal. Presentasinya sangat simpel, tanpa kehadiran sub-dial atau bahkan jendela kecil penunjuk tanggal. Saya tidak tahu bagaimana caranya Nord 41mm menyampaikan notifikasi secara visual, tapi saya menebak boleh jadi ia memanfaatkan gerakan jarum. Faktor ketahanan air dan durasi baterai Nord 41mm sama seperti dua model sebelumnya, juga memanfaatkan case stainless steel dan strap kulit suede.

Harga: € 295

Produk-produk ini akan dipasarkan mulai bulan April 2018.

Dari tiga versi ini, favorit pribadi saya adalah Nord 41mm dengan alasan kesederhanaan desain. Dan karena complication-nya lebih sedikit, saya menerka penggunaan baterainya akan jadi lebih hemat. Lalu melihat dari penampilannya, ada kemungkinan kita juga bisa menggonta-ganti strap-nya, berbekal spring bar remover standar.

Sumber: Kronaby.

Smartwatch Hybrid Baru Skagen Mampu Menyamar Sempurna Sebagai Arloji Klasik

Sebagai respons dari invasi merek-merek consumer electronics ke ranah wearable, Skagen Denmark ialah satu dari banyak brand aksesori dan fashion yang ikut memperkenalkan smartwatch. Anak perusahaan Fossil ini melakukan debut di segmen tersebut pada tahun 2016, namun baru di awal tahun ini mereka meluncurkan versi lebih canggih berbekali Android Wear 2.0.

Tapi ketika kita mengira Skagen akan menerapkan standar modern lengkap dengan layar sentuh di smartwatch anyarnya, mereka malah memanfaatkan pendekatan desain produk perdananya. Di Baselworld 2018, Skagen menyingkap jam pintar berkonsep hybrid baru bernama Holst. Sang produsen menyediakan dua pilihan, namun semuanya mengusung rancangan klasik minimalis layaknya dress watch.

Smartwatch Holst merupakan ekspansi dari keluarga jam analog Skagen Holst yang telah ada. Menariknya, berbeda dari smartwatch bertema mekanis yang memiliki banyak complication, Skagen menghemat banyak aspek di bagian dial-nya. Holst hanya memiliki dua jarum, dengan garis-garis penunjuk waktu standar serta angka-angka indikator mungil yang diposisikan di bagian pinggir. Anda mungkin tak akan menyangka bahwa ia adalah jam pintar.

Aspek andalan lain dari Skagen Hybrid Holst adalah pemanfaatan material titanium. Titanium merupakan logam yang lebih padat dan lebih ringan dari stainless steel, membuatnya lebih kuat serta tiga kali lebih keras dari bahan baja anti-karat. Berdasarkan pengakuan Wareable, smartwatch Holst terasa begitu enteng bahkan saat Anda mengenakan model dengan strap rantai logam. Alternatifnya, ada opsi varian ber-strap kulit.

Untuk berinteraksi dengan fitur-fiturnya, smartwatch Holst mempunyai tiga tombol fisik yang diposisikan di bagian kanan tubuh ala chronograph. Berdasarkan foto-fotonya, perangkat sepertinya menggunakan lug berukuran standar dan spring bar biasa, mempersilakan kita menggonta-ganti strap-nya.

Fossil belum memberikan informasi terkait spesifikasi serta software yang digunakan oleh Holst. Kemungkinan besar, ia menyajikan fungsi smartwatch hybrid Skagen terdahulu, termasuk kapabilitas fitness tracking dan juga fitur notifikasi app serta panggilan.

Belum diketahui kapan dua model smartwatch hybrid Holst ini akan tersedia, namun boleh jadi Fossil/Skagen akan melepasnya sebagai bagian dari jajaran koleksi musim semi atau musim panas mereka. Produsen kabarnya menjajakan model ber-strap kulit seharga US$ 175, dan membanderol model all-metal di US$ 195.

Buat saya, faktor terunik Skagen Hybrid Holst adalah absennya elemen-elemen yang menunjukkan bahwa ia merupakan smartwatch. Tidak ada logo Bluetooth, bahkan tidak ada pula indikator status target olahraga harian. Saya menduga, informasi itu akan ditunjukkan oleh dua jarum utama begitu Anda menekan tombolnya.

Via TechRadar. Header: TechRadar.

Lenovo Watch 9 Adalah Smartwatch Hybrid Berdesain Elegan dan Berharga Amat Terjangkau

Menurut saya, ada dua alasan mengapa smartwatch hybrid bisa menjadi alternatif yang menarik. Pertama, karena tidak memiliki layar, baterainya sangat awet. Pada kenyataannya, baterai yang digunakan seringkali bukanlah baterai rechargeable, dan bisa bertahan sampai berbulan-bulan. Kedua, penampilannya lebih mendekati jam tangan konvensional.

Besar atau tidak pangsa pasarnya dibanding smartwatch digital, yang pasti smartwatch hybrid masih punya tempat di hati konsumen. Lenovo mengamini pendapat tersebut dengan meluncurkan sebuah smartwatch hybrid di samping trio smartphone barunya.

Dijuluki Lenovo Watch 9, penampilannya kelihatan sangat minimalis. Kerangkanya terbuat dari bahan stainless steel, sedangkan strap-nya terbuat dari silikon, dengan motif perforated yang menumbuhkan kesan sporty di tengah-tengah nuansa menyeluruh yang elegan. Perangkat tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Lenovo Watch 9

Wajahnya diproteksi oleh kaca safir, dan di sini bisa Anda lihat tidak ada angka-angka terkecuali indikator kecil bertuliskan angka 0 – 100 untuk memantau progress pengguna. Seperti halnya smartwatch hybrid lain, Watch 9 dapat memonitor beragam aktivitas fisik pengguna (jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar, pola tidur, dan lain sebagainya).

Meneruskan notifikasi juga bisa dilakukan, tapi hanya sebatas bergetar ketika ada notifikasi yang masuk ke ponsel. Fitur pintar lainnya adalah menjadi remote control atas kamera ponsel via gesture mengguncangkan tangan.

Terkait kompatibilitasnya, Lenovo Watch 9 dapat digunakan bersama perangkat Android maupun iOS, sedangkan baterainya diklaim bisa bertahan sampai 12 bulan. Perangkat ini kabarnya bakal dipasarkan mulai 23 Maret, tapi sayang hanya di Tiongkok saja. Sangat disayangkan mengingat harganya amat terjangkau: cuma 129 yuan atau ± 280 ribu rupiah.

Sumber: GizmoChina dan Gagadget.

Misfit Kembali Luncurkan Smartwatch Berwajah Analog, Misfit Command

Produsen smartwatch Misfit kembali merilis produk baru, kali ini yang berwujud hybrid alias analog ketimbang yang menjalankan sistem operasi Android Wear 2.0. Dinamai Misfit Command, desainnya tampak minimalis sekaligus menumbuhkan nuansa klasik, tapi sebagai smartwatch tentunya ia juga mengemas sejumlah fitur pintar.

Ini bukan pertama kalinya Misfit merilis smartwatch hybrid. Baru tahun lalu, mereka memperkenalkan Misfit Phase yang wujudnya bahkan lebih minimalis lagi, tapi di saat yang sama masih menawarkan kepintaran yang setara, yang mencakup fungsi activity dan sleep tracking, serta untuk meneruskan notifikasi dari smartphone.

Misfit Command

Fitur yang ditawarkan Command kali ini sebenarnya hampir tidak berbeda. Pengguna masih bisa memonitor parameter sederhana seperti jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar, atau jarak tempuh. Yang berbeda adalah cara penyajian notifikasinya: kalau Phase mengandalkan indikator LED dengan warna yang berbeda, Command memanfaatkan iconicon mungil yang akan menyala guna mewakili tipe notifikasi yang diterima.

Mana yang lebih baik menurut saya tergantung pada selera masing-masing konsumen. Juga mirip dengan Phase adalah sebuah tombol multi-fungsi yang dapat diprogram untuk mengontrol jalannya musik di ponsel, mengambil foto menggunakan smartphone dari kejauhan, atau mencari lokasi ponsel yang hilang.

Misfit Command

Kalau memperhatikan desainnya, saya pribadi melihat Misfit Phase sebagai smartwatch hybrid yang ditujukan untuk konsumen wanita, lalu Command ini untuk kaum adam. Dimensi rangka stainless steel Command cukup besar dengan diameter 44 mm dan tebal 15 mm. Perangkat tahan air hingga kedalaman 50 meter, sedangkan strap 20 mm-nya dapat dilepas-pasang dengan mudah.

Satu hal yang selalu membuat smartwatch hybrid lebih superior ketimbang smartwatch digital adalah daya tahan baterai. Baterai kancing milik Command diklaim bisa bertahan sampai satu tahun sebelum perlu diganti dengan yang baru.

Konsumen yang tertarik saat ini sudah bisa membeli Misfit Command dari situs resminya. Di sana harganya dipatok Rp 1.634.900 untuk varian dengan strap silikon, atau Rp 1.852.900 untuk varian berwarna silver yang mengemas strap stainless steel.

Sumber: Digital Trends.

Unik, Smartwatch Martian mVoice G2 Mengemas Wajah Analog Sekaligus Digital

Sama seperti jam tangan tradisional, dewasa ini smartwatch juga terbagi dalam dua kategori: digital (Android Wear, Apple Watch, dan lain sebagainya) atau analog alias hybrid macam Nokia (Withings) Steel. Masing-masing tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, tapi Martian Watches menemukan bahwa keduanya bisa dipertemukan ke dalam satu kemasan.

Buah pemikiran mereka adalah Martian mVoice G2. Dibandingkan generasi pertamanya yang hanya memiliki segaris layar kecil di wajahnya, mVoice G2 mengemas satu layar OLED penuh yang membulat. Uniknya, layar monokrom tersebut disamarkan berkat kehadiran lapisan terluar yang merupakan wajah analog, lengkap dengan sepasang jarum jam mekanis.

Martian mVoice G2

Layar beresolusi 160 x 160 pixel ini tentu saja berfungsi untuk menampilkan notifikasi ataupun informasi lainnya. Yang cukup menarik, ketika ada notifikasi masuk dan pengguna hendak membacanya, kedua jarum jamnya akan bergerak sendiri ke angka 3 dan 9 supaya tampilan notifikasi tidak terganggu, lalu kembali ke posisi semula sesuai waktu pada saat itu ketika pengguna sudah selesai.

Di luar notifikasi, fitur pintar yang ditawarkan mVoice G2 mencakup memesan Uber, membeli barang dari Amazon, menggantikan tombol shutter kamera smartphone atau mengendalikan sejumlah perangkat smart home yang kompatibel. Pengoperasiannya mengandalkan sebuah digital crown di sisi kanan, yang diapit oleh sepasang tombol lain.

Martian mVoice G2

Tombol yang bawah berfungsi sebagai akses cepat ke watch face yang sudah ditetapkan sebelumnya, sedangkan tombol yang atas merupakan salah satu cara untuk memanggil asisten virtual. Bukan hanya satu, tapi tiga asisten sekaligus, yakni Amazon Alexa, Siri dan Google Assistant.

Ya, pengguna mVoice G2 dapat berinteraksi dengan trio asisten virtual tersebut secara langsung karena perangkat sudah dibekali speaker dan mikrofon. Atas alasan yang sama, mVoice G2 juga dapat dipakai untuk menerima panggilan telepon yang masuk ke smartphone yang tersambung via Bluetooth.

Martian mVoice G2

Karena menggunakan layar OLED monokrom, mVoice G2 menawarkan daya tahan baterai yang cukup awet, antara 7 – 10 hari dan dua jam waktu bicara. Sebagai jam tangan analog, mVoice G2 malah dapat beroperasi selama 60 hari penuh sebelum perlu diisi ulang.

Saat ini Martian sedang menawarkan mVoice G2 melalui situs crowdfunding Kickstarter dengan harga paling murah $119. Harga retail-nya diestimasikan berada di kisaran $245.

Sumber: Wareable.

Fossil Kembali Luncurkan Smartwatch Hybrid, Kali Ini untuk Kalangan Perempuan

Fossil kembali hadir dengan sepasang smartwatch hybrid baru, kali ini yang didesain secara spesifik untuk kaum hawa. Bernama Q Neely dan Q Jacqueline, keduanya merupakan smartwatch berwajah analog yang paling kecil di antara koleksi Fossil, dengan casing berdiameter 36 mm.

Fitur dan spesifikasi keduanya sama persis. Satu-satunya perbedaan di antaranya adalah, Q Neely tidak mengemas angka sama sekali pada wajahnya, sedangkan Q Jacqueline dilengkapi empat angka romawi. Selebihnya, keduanya merupakan jam tangan analog dengan kemampuan activity tracking dan penerus notifikasi.

Fiturnya tentu saja tergolong sangat terbatas jika dibandingkan dengan smartwatch digital. Tanpa adanya layar, notifikasi hanya tersaji dalam bentuk getaran saja. Tracking-nya juga hanya mencakup langkah kaki dan pola tidur saja, dan pengguna dapat memantau progress-nya melalui dial kecil yang menunjuk angka 0 – 100.

Ketiga tombol yang ada di samping kanannya dapat diprogram sesuai kebutuhan melalui aplikasi pendampingnya di perangkat Android maupun iOS. Dua contoh fungsi yang cukup menarik adalah untuk mengontrol jalannya musik pada smartphone serta menggantikan tombol shutter pada aplikasi kamera bawaan ponsel.

Fossil tidak lupa merombak aplikasi pendampingnya ini supaya lebih mudah dinavigasikan dan dapat menawarkan fungsionalitas lebih. Soal baterai, Fossil mengklaim Q Neely dan Q Jacqueline bisa bertahan sampai 6 bulan, terlepas dari dimensinya yang mungil.

Q Neely dan Q Jacqueline dijadwalkan tersedia di pasaran mulai 22 Oktober mendatang, dengan harga mulai $155.

Sumber: The Verge.

Selain Tawarkan Kualitas ‘Swiss Watchmaking’, Baterai Jam Pintar Swings Bisa Bertahan 2 Tahun

Mengusung display bundar dan membuatnya sekuat arloji tradisional adalah beberapa upaya yang dilakukan produsen smartwatch demi memastikan produk mereka lebih diinginkan. Setelah aspek desain dan fitur terpenuhi, satu tugas lagi telah menanti: mereka harus mencari cara agar device bisa beroperasi di waktu lama. Rekor daya tahan baterai saat ini dipegang oleh Vector Watch Luna – mencapai 30 hari.

Tapi bahkan performa baterai smartwatch ciptaan mantan CEO Timex itu akan bertekuk lutut di hadapan kreasi startup Swings Watch. Lewat situs crowdfunding Kickstarter, mereka memperkenalkan Swings, smartwatch berkonsep hybrid dengan baterai yang mampu bertahan hingga dua tahun. Selain itu, Swings juga menawarkan kualitas yang jarang ada pada produk sejenis, yaitu komponen serta ketelitian watchmaking Swiss.

Swings 1

Saat dikenakan, Swings mungkin tidak akan terlihat seperti smartwatch. Penyajiannya menyerupai chronograph analog dengan tiga subdial yang dilindungi kaca safir dan case stainless steel 316L. Sebagai material natural terkeras kedua di Bumi, safir mampu menahan benturan dan baretan; lalu jenis baja 316L memastikan tidak ada reaksi alergi di kulit. Di bagian luar, Anda bisa menemukan dua tombol dan sebuah crown.

Swings 3

Swings Watch menawarkan beberapa model berbeda – dengan desain sporty atau minimalis, serta dial berlatar belakang hitam atau putih. Smartwatch ini memiliki diameter 42mm dan ketebalan 12mm, lalu Anda juga dipersilakan memilih jenis band-nya, tersedia dari bahan stainless steel serupa case, kulit asli, atau silikon jika Anda berniat buat membawanya berolahraga. Swings telah memperoleh sertifikasi IPX8, anti-air hingga kedalaman 100m.

Swings 2

Di dalamnya, Swings dibekali kemampuan yang tak kalah dari jam tangan mata-mata. Smartwatch dapat menyampaikan notifikasi panggilan atau pesan masuk (via getaran), melacak aktivitas olahraga (dilengkapi sembilan gyroscope), menakar kualitas tidur, mampu mengubah zona waktu secara otomatis saat device mendeteksi perubahan lokasi, mempersilakan Anda mengendalikan musik, hingga bisa dipakai untuk mengontrol app kamera. Swings tersambung ke smartphone melalui Bluetooth.

Swings memang tidak mempunyai layar. Sebagai gantinya, smartwatch memanfaatkan arahan jarum subdial buat menunjukkan notifikasi, mode berbeda, serta persentase dari target olahraga harian Anda. Tentu saja sebagai chronograph, Swings juga mempunyai fitur stopwatch tradisional. Sebagai sumber tenaganya, smartwatch menggunakan baterai CR2450 yang mudah diganti. Pemakaian dayanya sangat efisien, sehingga Swings dapat aktif terus-menerus selama 18 bulan atau 24 bulan dalam penggunaan normal.

Swings sudah bisa Anda pesan sekarang di Kickstarter. Produk ditawarkan seharga mulai dari US$ 150, dan rencananya akan mulai didistribusika pada bulan Desember 2017.

LunaR Adalah Smartwatch Analog Bertenaga Matahari

Sampai di tahun 2017 ini, kelemahan utama smartwatch masih terletak pada daya tahan baterainya. Kategori smartwatch analog atau hybrid yang dipopulerkan oleh Withings (Nokia) berhasil mengatasi masalah ini dengan melupakan eksistensi layar digital sehingga baterainya bisa bertahan selama berbulan-bulan.

Kini giliran sebuah startup bernama LunaR yang mencoba menyempurnakan premis smartwatch analog. Ketimbang mengharuskan konsumen untuk mengganti baterai smartwatch analog setelah enam bulan atau lebih, LunaR percaya bahwa aspek baterai ini dapat benar-benar dilupakan dengan memanfaatkan tenaga matahari.

LunaR Smartwatch

Jam tangan bertenaga matahari memang bukan barang baru, tapi ini boleh dibilang pertama kalinya konsep serupa diterapkan di segmen smartwatch. Berbekal panel surya, LunaR Smartwatch tidak perlu dicas sama sekali untuk bisa beroperasi, asalkan ia terekspos cahaya matahari yang cukup dari waktu ke waktu.

Perangkat bahkan dapat mengirim notifikasi ketika sudah waktunya untuk keluar dan membiarkannya memanen cahaya matahari. Andai saja pengguna tidak sempat, LunaR tetap datang bersama sebuah charger sebagai cadangan.

Dari segi desain, LunaR tampak sangat minimalis meskipun bodinya tahan air hingga kedalaman 50 meter. Sisinya hanya dihuni oleh sepasang tombol dan sebuah crown untuk menetapkan waktu – perangkat menggunakan pergerakan mekanik ketimbang menyinkronisasikan waktu dengan smartphone.

LunaR Smartwatch

Fungsinya tidak kalah simpel dari penampilannya, dengan fokus pada notifikasi dan activity tracking. Notifikasi disajikan melalui sebuah indikator LED di angka 12, yang dapat menyala dalam berbagai warna untuk aplikasi yang berbeda.

Activity tracking-nya sayang cuma terbatas pada monitor jumlah langkah kaki saja, dan tidak ada sensor untuk memonitor laju jantung maupun NFC untuk pembayaran elektronik. Kendati demikian, perangkat masih menawarkan fungsi sleep tracking.

Simpel dan minimalis adalah nilai jual utama LunaR. Begitu simpelnya, pengguna tidak perlu bingung lagi soal charging. Perangkat ini sekarang sedang ditawarkan melalui Kickstarter seharga $138, dengan perkiraan harga retail $239.

Sumber: Wareable.

Samsung Pamerkan Tiga Perangkat Konsep Berdasarkan Gear S3

Sepuluh tahun yang lalu, saya yakin tidak ada yang bisa membayangkan kehadiran Samsung sebagai salah satu exhibitor di Baselworld. Pasalnya, selama bertahun-tahun event ini sudah menjadi pagelaran jam tangan bergengsi, namun berhubung brandbrand arloji asal Swiss kini juga sudah merambah segmen smartwatch, kehadiran Samsung di Baselworld 2017 pun jadi terasa relevan.

Dalam event yang dihelat di kota Basel tersebut, Samsung bersama desainer jam tangan Swiss kenamaan, Yvan Arpa, memamerkan tiga buah perangkat konsep yang didasari oleh Gear S3. Sekadar informasi, Yvan Arpa sendiri memang terlibat dalam proses desain Samsung Gear S3.

Desainnya sama persis seperti Gear S3, tapi wajahnya analog dan mengandalkan sistem pergerakan Swiss / Samsung
Desainnya sama persis seperti Gear S3, tapi wajahnya analog dan mengandalkan sistem pergerakan Swiss / Samsung

Konsep yang pertama adalah sebuah jam tangan tradisional dengan sistem pergerakan Swiss, namun secara estetika sangat mirip seperti Gear S3. Bisa jadi ini merupakan pertanda kalau Samsung tertarik merilis smartwatch hybrid (berwajah analog tapi masih menyimpan fitur-fitur pintar) di waktu yang akan datang.

Gear S3 rasa baru, dengan bentuk bodi dan bezel yang sedikit berbeda / Samsung
Gear S3 rasa baru, dengan bentuk bodi dan bezel yang sedikit berbeda / Samsung

Perangkat konsep yang kedua adalah yang paling biasa menurut saya. Di sini Samsung dan Yvan Arpa hanya bereksperimen dengan desain bodi dan bezel Gear S3, menghasilkan penampilan yang sedikit lebih segar dari smartwatch bersistem operasi Tizen tersebut.

Terinspirasi desain Gear S3, konsep pocket watch ini turut mengemas sejumlah teknologi smartwatch / Samsung
Terinspirasi desain Gear S3, konsep pocket watch ini turut mengemas sejumlah teknologi smartwatch / Samsung

Konsep yang terakhir bisa dibilang yang paling unik. Pasalnya, ini bukan merupakan jam tangan, melainkan sebuah pocket watch seperti yang biasa kita jumpai pada film-film dengan setting klasik. Sekali lagi desainnya banyak terinspirasi Gear S3, namun Samsung juga mengklaim bahwa ini merupakan perangkat hybrid, yang berarti di dalamnya juga telah tertanam sejumlah teknologi modern.

Untuk yang terakhir ini, saya ragu Samsung bakal merealisasikannya menjadi sebuah produk untuk konsumen. Siapa coba yang masih mau membawa-bawa pocket watch? Tapi untuk konsep smartwatch hybrid-nya, jujur saya sangat berharap Samsung bisa mewujudkannya.

Sumber: Samsung.

MyKronoz ZeTime Diklaim Sebagai Smartwatch Hybrid Pertama di Dunia

Upaya mengembangkan smartwatch canggih dengan penampilan dan daya tahan ala jam tangan tradisional terus dilakukan. Lewat versi terbaru Android Wear, Google fokus pada penataan UI di watch face bundar. Namun sebuah startup asal Swiss menggunakan konsep berbeda untuk menyuguhkan perangkat wearable berkemampuan pintar dalam rancangan seanggun arloji klasik.

Beberapa hari sebelum ajang Mobile World Congress 2017 dimulai, MyKronoz resmi memperkenalkan ZeTime. Perusahaan yang bermarkaskan di Jenewa itu mengklaim ZeTime sebagai smartwatch hybrid pertama di dunia. Maksudnya? Produsen mencoba menggabungkan elemen mekanik dengan display layar sentuh full-color, ditempatkan dalam frame bundar. Berkat cara ini, smartwatch  selalu siap untuk menginformasikan waktu.

MyKronoz ZeTime 3

Bagian watch face MyKronoz ZeTime terdiri dari touchscreen jenis TFT dengan lubang kecil di tengahnya untuk menggerakkan dua jarum (menit dan jam) secara mekanik. Akses ke fitur smartwatch bisa dilakukan lewat sentuhan pada layar, dibantu oleh dua tombol fisik dan crown. MyKronoz memanfaatkan bahan stainless steel sebagai penyusun case ZeTime, memiliki diameter 44mm dan ketebalan 12,3mm.

Dari ilustrasi yang dipublikasi oleh MyKronoz, mereka menyediakan tiga opsi warna, yakni hitam, silver serta rose gold; dan Anda bisa memilih strap berbahan silikon atau kulit – mempunyai lebar 22-milimeter.

MyKronoz ZeTime 2

Yang membuat ZeTime unik adalah teknologi Smart Movement. Ketika fitur-fitur pintar di sana sedang tidak bekerja atau tak digunakan, layar secara otomatis akan mati. Namun mode standby itu tidak menghentikan putaran jarum penunjuk waktu. Display akan kembali menyala ketika ada panggilan masuk ke smartphone, atau saat device menampilkan notifikasi app. Berkat teknik ini, ZeTime bisa menghemat pemakaian baterai 200mAh di dalam – dijanjikan mampu aktif hingga 30 hari sekali charge.

MyKronoz ZeTime 1

Selain notifikasi, MyKronoz ZeTime turut dibekali kapabilitas activity tracking. Smartwatch dapat menghitung jumlah langkah Anda tiap hari, mengkalkulasi pembakaran kalori, mengetahui jarak tempuh, mengukur detak jantung, menakar kualitas tidur, dan Anda juga bisa memasang target harian. Selain itu, ZeTime bisa menyampaikan info prakiraan cuaca, mengontrol aplikasi musik, bahkan dapat dijadikan remote untuk kamera smartphone.

MyKronoz ZeTime 4

MyKronoz juga tidak lupa untuk membubuhkan fitur keamanan. ZeTime dapat membantu Anda menemukan smartphone, dan mengeluarkan pemberitahuan seandainya handset keluar dari jangkauan Bluetooth.

MyKronoz ZeTime kabarnya akan mulai dipasarkan di bulan September 2017 nanti, dijajakan seharga US$ 200. Produk ini kompatibel dengan perangkat Android (4.3+) serta iOS (8.0+).

Sumber tambahan: Business Wire.