Michael Kors Access Runway Adalah Salah Satu Smartwatch Wear OS Berfitur Terlengkap

Meski masuk dalam kategori brand fashion, Michael Kors bukan pemain baru di segmen smartwatch. Mereka pun juga tergolong produktif meski perkembangan teknologi di segmen ini terkesan lambat. Untuk tahun 2018, mereka sudah menyiapkan smartwatch baru, yaitu Michael Kors Access Runway.

Secara estetika, desainnya banyak mengacu pada lini jam tangan Michael Kors Runway yang cukup populer. Access Runway dideskripsikan sebagai smartwatch untuk kaum hawa, akan tetapi beberapa variannya masih pantas disebut unisex – terutama kombinasi strap hitam dan bezel silver (gambar paling kiri) – apalagi mengingat diameternya cukup besar di angka 41 mm.

Angka tersebut berarti 1 mm lebih kecil ketimbang Michael Kors Access Sofie yang dirilis tahun lalu, yang desainnya sangat jelas ditujukan buat konsumen wanita. Secara total ada 9 kombinasi warna dan bahan untuk Access Runway yang mencakup tiga pilihan warna bezel (plus satu dengan butiran kristal), dan ia pun diklaim tahan air hingga kedalaman 30 meter.

Michael Kors Access Runway

Spesifikasinya standar smartwatch Wear OS (Android Wear): layar AMOLED 1,19 inci beresolusi 390 x 390 pixel, chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100, RAM 512 MB, storage 4 GB dan baterai 300 mAh (± 1 hari pemakaian). Yang membuatnya lebih istimewa dibanding Michael Kors Access lainnya adalah kehadiran GPS, NFC serta heart-rate monitor, sama seperti Fossil Q Venture dan Q Explorist yang masih satu grup.

Michael Kors Access Runway saat ini sudah dipasarkan dengan harga mulai $295 untuk varian dengan strap silikon, atau mulai $350 untuk yang ber-strap stainless steel.

Sumber: Wareable.

Susul Pesaing, Marc Jacobs Luncurkan Smartwatch Wear OS Meski Terlambat

Sudah ada banyak brand fashion yang memasarkan smartwatch Android Wear Wear OS, tapi ternyata Marc Jacobs bukan salah satunya. Namun terlambat memang lebih baik daripada tidak sama sekali, sebab brand asal Amerika Serikat itu baru saja memperkenalkan smartwatch berlayar sentuh pertamanya, Marc Jacobs Riley Touchscreen.

Label “Touchscreen” pada namanya itu penting karena sebelum ini sudah ada smartwatch buatan Marc Jacobs bernama Riley Hybrid yang berwajah analog. Secara desain Riley Touchscreen cukup identik dengan Riley Hybrid, hanya saja ia mengemas panel layar AMOLED 1,19 inci, dan jumlah tombol di sisi kanannya bukan tiga, melainkan satu.

Jeroannya juga berbeda, meski kurang lebih sama seperti smartwatch Wear OS lain. Utamanya ada chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100 yang sudah berumur dua tahun lebih. Namun jangan salahkan Marc Jacobs, salahkan Qualcomm yang terkesan terlalu nyaman sehingga malas berinovasi di segmen wearable.

Marc Jacobs Riley Touchscreen

Penggunaan Wear OS juga berarti Google Assistant telah terintegrasi dengan baik. Tidak berbeda dari brand lain, Marc Jacobs juga menyediakan opsi kustomisasi watch face yang diklaim bisa mencapai 1.000 kombinasi yang berbeda.

Soal baterai, Riley Touchscreen jelas kalah jauh dibanding saudara berwajah analognya, di mana dalam satu kali pengisian ia cuma sanggup bertahan selama 24 jam. Terlepas dari itu, setidaknya penantian panjang fans Marc Jacobs akan sebuah smartwatch berlayar sentuh akhirnya bisa terkabulkan.

Riley Touchscreen saat ini sudah dipasarkan seharga $295. Pilihan warna case dan strap silikonnya ada tiga: emas dengan strap putih, rose gold dengan strap cokelat abu-abu, dan full-hitam.

Sumber: PR Newswire.

Smartwatch Ticwatch Pro Andalkan Layar Ganda Demi Baterai yang Lebih Awet

Meski belum bisa dibilang tenar, Mobvoi bukanlah nama yang asing di segmen smartwatch. Tahun lalu, mereka resmi menjalani debutnya bersama platform Wear OS (Android Wear) lewat Ticwatch E dan Ticwatch S, keduanya sama-sama ditawarkan dalam harga yang sangat kompetitif.

Baru-baru ini, Mobvoi kembali memperkenalkan smartwatch terbarunya, Ticwatch Pro. Sesuai namanya, jam tangan ini datang dengan seabrek fitur unggulan di samping sebatas memonitor jumlah langkah kaki, katakanlah sensor laju jantung dan NFC untuk membantu memuluskan pembayaran elektronik.

Ticwatch Pro masih menjalankan sistem operasi Wear OS seperti kedua pendahulunya. Namun yang sangat unik adalah kehadiran layar kedua, yang bakal aktif hanya ketika smartwatch sedang tidak digunakan, alias sedang duduk diam di pergelangan tangan. Gunanya apa? Untuk membantu meningkatkan daya tahan baterai perangkat.

Ticwatch Pro dalam posisi idle dan layar LCD yang aktif / Mobvoi
Ticwatch Pro dalam posisi idle dan layar LCD yang aktif / Mobvoi

Layar kedua ini merupakan panel FSTN LCD yang transparan, sama seperti yang umum kita jumpai pada jam tangan digital, diposisikan tepat di atas panel OLED yang menjadi layar utamanya. Jadi selagi kita berinteraksi dengan perangkat, yang aktif adalah layar OLED, tapi begitu kita abaikan, maka layar LCD monokrom ini yang akan aktif secara otomatis, menampilkan sejumlah informasi macam denyut jantung dan lain sebagainya.

Ketika jari kita kembali menyentuh layar, maka layar OLED-nya akan kembali aktif. Menurut Mobvoi, metode unik ini memungkinkan Ticwatch Pro untuk beroperasi sampai dua hari nonstop. Pengaruhnya memang tidak banyak, tapi toh implementasinya diyakini tidak akan mengganggu penggunaan sehari-hari.

Ticwatch Pro dalam posisi normal, dengan layar OLED yang aktif beserta Wear OS / Mobvoi
Ticwatch Pro dalam posisi normal, dengan layar OLED yang aktif beserta Wear OS / Mobvoi

Andai kita membutuhkan daya baterai yang lebih lama lagi, Ticwatch Pro juga menyimpan fitur bernama Essential Mode. Saat fitur ini aktif, Wear OS bakal dimatikan, dan yang menyala hanya layar LCD-nya saja. Sejumlah fitur masih akan aktif, seperti kemampuan memonitor langkah kaki dan laju jantung, tapi tidak untuk notifikasi maupun pembayaran via NFC sebelum Anda mematikan Essential Mode dan kembali ke Wear OS dengan waktu boot up sekitar satu menit.

Mobvoi rencananya bakal menjajakan Ticwatch Pro mulai musim panas ini seharga $300. Ada kemungkinan Mobvoi juga bakal menawarkan varian yang dilengkapi konektivitas LTE.

Sumber: The Verge via Android Central.

Qualcomm Siap Luncurkan Chipset Smartwatch Baru Musim Gugur Nanti

Belum banyak smartwatch baru sejak Android Wear resmi berganti nama menjadi Wear OS. Salah satu di antaranya adalah Gc Connect yang dirilis bulan lalu. Meski baru, ada yang janggal dari spesifikasi smartwatch tersebut: chipset yang digunakan adalah Snapdragon Wear 2100 yang sudah berumur dua tahun, dan sama persis seperti yang tersemat pada smartwatch keluaran tahun 2016 macam Nixon The Mission.

Jadi semisal ditanya mengapa perkembangan smartwatch Wear OS, terkesan stagnan, saya bakal maklum jika ada yang menyalahkan Qualcomm. Dibandingkan dengan chipset smartphone, Qualcomm terkesan malas mengembangkan chipset smartwatch, terbukti dari tidak adanya chipset baru dalam kurun waktu dua tahun.

Namun kabar baiknya, Qualcomm berencana meluncurkan chipset smartwatch baru tahun ini juga, tepatnya di musim gugur mendatang, bersamaan dengan sebuah smartwatch kelas flagship. Kabar ini didapat dari wawancara Wareable dengan Pankaj Kedia selaku salah satu petinggi divisi wearable Qualcomm.

Smartwatch Wear OS

Beliau menjelaskan bahwa chipset baru ini bakal lebih dioptimalkan lagi untuk smartwatch karena telah didesain dari nol. Seperti yang kita tahu, chipset smartwatch generasi pertama, Snapdragon 400, tidak lebih dari chipset smartphone yang dimodifikasi. Snapdragon Wear 2100 sendiri hanyalah hasil modifikasi yang lebih menyeluruh.

Lain halnya dengan chipset generasi ketiga ini. Qualcomm bilang bahwa ada kemungkinan mereka merilis beberapa varian, dan masing-masing akan disesuaikan dengan skenario penggunaan. Jadi yang untuk smartwatch kategori olahraga sendiri, dan yang untuk kategori fashion pun juga disendirikan.

Perubahan lain yang tak kalah penting adalah dari segi fisik, di mana Qualcomm mengklaim chipset baru ini memungkinkan produsen untuk merancang smartwatch yang berdimensi lebih ringkas lagi dari sebelumnya. Lebih lanjut, daya tahan baterai juga bakal meningkat secara signifikan berkat penggunaan chipset baru ini.

Memang sudah waktunya konsumen disambut oleh deretan smartwatch Wear OS baru yang mengemas spesifikasi baru pula. Selama tiga generasi, Apple Watch memang tidak banyak berubah soal desain, tapi masing-masing selalu menggunakan chipset baru, dan itu juga sebenarnya yang dibutuhkan oleh smartwatch Wear OS.

Sumber: Wareable.

Google Sempurnakan Integrasi Assistant pada Smartwatch Wear OS

Konferensi developer Google I/O baru akan dimulai tanggal 8 Mei nanti, akan tetapi Google tampaknya sudah tidak sabar mengumumkan pembaruan untuk lini smartwatch Wear OS, atau yang dulunya dikenal dengan nama Android Wear. Pembaruan ini berkaitan dengan integrasi Google Assistant pada perangkat.

Fitur yang pertama adalah yang Google sebut dengan istilah smart suggestion, di mana Assistant dapat memberikan sederet anjuran pertanyaan atau respon yang sesuai dengan konteks instruksi pertama dari pengguna. Semisal Anda menanyakan kondisi cuaca, yang akan ditampilkan pastinya adalah informasi cuaca pada saat itu, akan tetapi pengguna juga bisa memunculkan deretan opsi untuk melihat informasi cuaca di malam hari, keesokan hari maupun di akhir pekan nanti.

Jawaban dari Google Assistant di smartwatch Wear OS kini juga dapat disampaikan secara lisan. Memang terkesan sepele, akan tetapi mendengarkan respon Google Assistant terkadang bisa terasa lebih masuk akal ketimbang membaca responnya di layar mungil milik perangkat.

Google Assistant Actions Wear OS

Terakhir, Google Assistant di smartwatch Wear OS kini telah mendukung fitur Actions seperti pada perangkat macam Google Home. Sejak fitur Actions diluncurkan beberapa bulan lalu, Google dengan bangga bilang bahwa sudah ada lebih dari satu juta Actions, alias hal yang bisa dilakukan bersama Google Assistant, yang tersedia.

Dukungan atas fitur Actions ini sejatinya krusial apabila kita ingin Google Assistant bisa tersambung dengan layanan maupun perangkat lain, dan sekarang Assistant di smartwatch pun juga sudah kebagian jatah. Bicara soal sambungannya dengan perangkat lain, Google mengungkapkan bahwa sejauh ini sudah ada lebih dari 5.000 perangkat smart home dari beragam kategori yang dapat Assistant ajak berkomunikasi.

Sumber: Google.

Smartwatch Perdana Hublot Didedikasikan untuk Piala Dunia 2018

Dalam waktu kurang dari tiga tahun, produsen jam tangan asal Swiss, Tag Heuer, sudah melahirkan tiga smartwatch: Tag Heuer Connected, Connected Modular 45 dan Connected Modular 41. Kendati demikian, tidak ada kata terlambat bagi produsen arloji asal Swiss lain untuk menyusul jejak Tag Heuer.

Di event Baselworld 2018, ‘sepupu’ Tag Heuer yang masih di bawah satu konglomerasi LVMH, Hublot, dengan bangga memperkenalkan smartwatch perdananya. Smartwatch debutan ini bukan sembarangan, melainkan yang dirancang secara spesifik untuk ajang Piala Dunia 2018, di mana semua wasit yang berpartisipasi nantinya akan mengenakan jam tangan pintar tersebut.

Hublot Big Bang Referee 2018 FIFA World Cup Russia

Bernama lengkap Hublot Big Bang Referee 2018 FIFA World Cup Russia, desainnya cukup identik dengan seri Hublot Big Bang lainnya. Casing berdiameter 49 mm-nya terbuat dari bahan titanium, demikian pula bezel yang mengitari layarnya. Secara keseluruhan, perangkat tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Layarnya sendiri merupakan touchscreen, dengan panel AMOLED berdiameter 35,4 mm, dan resolusi 400 x 400 pixel (287 ppi). Sejauh ini spesifikasinya terdengar mirip seperti Tag Heuer Connected Modular 45, dan ternyata prosesor yang menenagai keduanya pun juga sama, yakni Intel Atom Z34XX.

Melengkapi spesifikasinya adalah sederet sensor, mulai dari accelerometer, gyroscope sampai GPS. Baterainya diperkirakan punya daya tahan sekitar satu hari dalam satu kali charge.

Hublot Big Bang Referee 2018 FIFA World Cup Russia

Big Bang Referee menjalankan sistem operasi Wear OS (nama baru Android Wear yang diumumkan belum lama ini). Hublot tentunya tidak lupa menyematkan sejumlah fitur eksklusif, salah satunya watch face yang menampilkan 32 bendera negara yang berpartisipasi di Piala Dunia 2018.

Lebih lanjut, Big Bang Referee juga akan mengirim notifikasi setiap 15 menit sebelum pertandingan dimulai, serta menyuguhkan informasi seputar distribusi kartu kuning/merah untuk tim yang bersangkutan. Selama pertandingan, pengguna dapat memantau statistik dan berbagai informasi lainnya, serta menerima notifikasi bertuliskan “GOAL” setiap kali sang kulit bundar mengoyak jaring gawang.

Hublot berencana melepas Big Bang Referee ke pasaran mulai tanggal 1 Mei mendatang, dengan banderol sekitar $5.000. Selain mahal, smartwatch ini juga eksklusif; Hublot hanya akan memproduksi sebanyak 2.018 unit di samping yang disiapkan untuk para wasit.

Sumber: SlashGear dan Hublot.